Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas seg ala rahmat -Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat
berharap semog a makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari -hari. Bagi kami sebagai penyusun
merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusuna n makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
BAB I .............................................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................................... 4
1.2 Tujuan ................................................................................................................................................. 5
1.3 Manfaat ............................................................................................................................................... 5
1.4 Batasan Masalah ................................................................................................................................. 5
1.5 Tinjauan Pustaka ................................................................................................................................. 5
BAB II ............................................................................................................................................................. 6
PENGENALAN MESIN PERONTOK PADI......................................................................................................... 6
2.1 Pengertian dan manfaat menggunakan mesin perontok padi ........................................................... 6
2.2 Prinsip Kerja Alsin Perontok Padi ...................................................................................................... 10
2.3 Bagian-bagian dan Fungsi Alsin Perontok Padi ................................................................................. 10
BAB III .......................................................................................................................................................... 14
PROSES PRODUKSI ALAT PERONTOK PADI.................................................................................................. 14
3.1 ALAT .................................................................................................................................................. 14
3.2 BAHAN............................................................................................................................................... 14
3.3 PROSES PRODUKSI ............................................................................................................................ 15
BAB IV.......................................................................................................................................................... 26
PENGOPRASIAN ALAT PERONTOK PADI ...................................................................................................... 26
4.1 Prosedur Pengoperasian Alsin Perontok Padi................................................................................... 26
4.2. Mengoperasionalkan Alsin Perontok Padi ....................................................................................... 26
4.3 Prosedur Setelah Dioperasikan ......................................................................................................... 27
BAB V........................................................................................................................................................... 28
PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN ............................................................................................................ 28
5.1Teknik Pemeliharaan dan Perawatan Alsin Perontok Padi ................................................................ 28
BAB VI.......................................................................................................................................................... 30
PENUTUP ..................................................................................................................................................... 30
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penanganan pasca panen padi merupakan upaya sangat strategis dalam rangka
mendukung peningkatan produksi padi. Konstribusi penanganan pasca panen terhadap
peningkatan produksi padi dapat tercermin dari penurunan kehilangan hasil dan ter-capainya
mutu gabah/ beras sesuai persyaratan mutu.
Dalam penanganan pasca panen padi, salah satu permasalahan yang sering dihadapi
adalah masih kurangnya kesadaran dan pemahaman petani terhadap penanganan pasca panen
yang baik sehingga mengakibatkan masih tingginya kehilangan hasil dan rendahnya mutu
gabah/beras.Untuk mengatasi masalah ini maka perlu dilakukan penanganan pasca panen yang
baik agar dapat menekan kehilangan hasil dan mempertahankan mutu hasil gabah/ beras.
Dalam usaha tani padi, thresher merupakan alat untuk merontokkan padi menjadi gabah.
Alat ini merupakan alat bantu bagi tenaga kerja untuk memisahkan gabah dengan jeraminya,
sehingga penggunaan pedal thresher menjadi satu kesatuan dengan tenaga kerja panen. Terdapat
dua jenis thresher berdasar alat penggeraknya yaitu (1) secara manual dengan menggunakan
pedal (pedal thresher) dan (2) digerakkan dengan mesin (power thresher).Penggunaan threser
untuk merontok padi tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan (arietas unggul baru berumur
pendek dan mudah rontok.)esin perontok padi dikenal juga dengan Power "Tresher adalah jenis
mesin perontok yang telah terbukti handal dan sangat cocok dengan berbagai jenis lahan
persawahan di Indonesia. Mesin perontok jenis ini telah banyak digunakan oleh petani di seluruh
nusantara karena keunggulannya yang praktis dan mudah dipindahkan dari lahan satu lainnya.
Digerakkan dengan mesin bertenaga diesel.
1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah mengefisienkan perontok padi oleh petani yang
masih memapah padi secara manual tanpa bantuan mesin.
1.3 Manfaat
• petani dapat mengefisenkan waktu
• petani dapat memaksimalkan hasil panen
• petani dapat mengurangi tenaga dan waktu dalam memapah padi
• menekan biaya panen
• menghasilkan padi yang lebih bersih
1.4 Batasan Masalah
Agar penulisan makalah dapat dibahas lebih jelas dan terarah perlu adanya pembatasn
masalah. Masalah yang akan di bahas yaitu pembuatan mesin, membuat progam pengoprasian
mesin, monitoring pengoprasian mesin dengan menentukan status mesin dalam keadaan on atau
keadaan off. Status mesin dalam keadaan on atau off dapat diketahui dengan cara memelajari
mesin
Alat perontok padi yang digerakkan oleh suatu motor penggerak yang digunakan sebagai
perontok untuk melepaskan bulir padi dari malainya yang sekaligus dapat membersihkan gabah
dari kotorannya (jerami).
Alsin Perontok Padi (Power Thresher) dapat dioperasikan oleh tiga orang,satu orang
sebagai operator yang bertugas untuk merontokkan padi, satu orang lagi bertugas membantu
untuk menghantarkan bahan yang akan dirontokkan dekat dengan alsin perontok dan seorang
lagi mengumpulkan hasil yang telah dirontokkan berupa gabah dan memasukkannya ke dalam
karung siap untuk diangkut
Tipe alat dan mesin perontok padi (Thresher) berdasarkan cara perontokannya dapat
dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu :
1. Pedal Thresher (Thresher Semi Mekanis) Thresher jenis pedal ini mempunyai
konstruksi sederhana, dapat dibuat sendiri oleh petani dan cukup dioperasikan oleh satu
orang serta mudah dibawa ke tengah hamparan sawah. Thresher jenis pedal ini
dikategorikan sebagai ”Semi Mekanis” karena tidak menggunakan mesin penggerak
(bensin/ diesel) dalam pengoperasiannya.
Spesifikasi Pedal Thresher:
1. Konstruksi sederhana menggunakan bahan baku yang mudah diperoleh/ bahan baku
lokal.
2. Dioperasikan oleh dua orang, satu oarang operator dan satu orang tenaga pembantu
3. Mudah dioperasikan dan mengurangi susut hasil
4. Kapasitas kerja: 75 kg hingga 100 kg per jam (sesuai kemampuan operator)
Mesin perontok mekanis padi pada umumnya dapat terbagi atas bagian-bagian:
(a) Kerangka; (b) Silinder Perontok; (c) Konkaf; (d) Kipas Penghembus Kotoran; (e)
Lobang Pemasukan; (f) Lubang Pengeluaran jerami; (g) Lubang Pengeluaran Gabah; dan
(h) Motor Penggerak. Pada masing-masing bagian ini dapat dilakukan modifikasi apabila
diperlukan. Pada tahap awal, modifikasi dilakukan di bagian silinder perontok. Terdapat
4 macam mekanisme gerak pada Alsin Perontok Padi yaitu : (1) Threshing (serut); (2)
Hammering (pukul); (3) Impact (tabrakan) ; dan (4) Kombinasi dua atau lebih mekanisme
gerak akibat kerja dinamis faktor centrifugal.
• Meningkatkan mutu gabah dan beras karena proses perontokan lebih cepat dan
langsung dilakukan di lapangan.
Begitu banyaknya berbagai jenis/ tipe yang telah berkembang dimasyarakat, baik
yang telah diproduksi oleh pabrikan maupun yang dibuat sendiri oleh bengkel-bengkel
pengrajin pembuatan Alsin Perontok Padi. Adapun beberapa jenis Alsin Perontok Padi
yang banyak kita dijumpai di masyarakat sesuai spesifik lokasi, antara lain:
Tipe ini merupakan pengembangan modifikasi dari pedal thresher yang telah
penggerak yang dipergunakan adalah motor diesel atau bensin dengan sumber tenaga
yang telah disesuaikan dengan kebutuhan. Alsin ini dapat dioperasikan untuk merontokan
komoditas padi maupun kedelai yang telah dilengkapi dengan penyaring kotoran (screen)
sehingga biji-bijian hasil perontokan relatif bersih. Kapasitas kerja thresher jenis ini
tergantung dengan kapasitas motor penggerak dan operator yang mengoperasikannya
antara 500-700 kg/ jam.
b. Tipe silinder (Drum) tertutup
Dirancang dengan kunstruksi yang sederhana dan terbuat dari bahan logam besi
yang ringan sehingga mudah dijinjing ke tengah lapangan oleh dua orang. Pada
umumnya menggunakan sumber tenaga penggerak motor bensin 5,5 - 6,5 HP. Konstruksi
Silinder 7 tipe tertutup dimaksudkan bahwa dalam pengoperasiannya apabila jerami
dipotong pendek, maka cara pengumpanannya boleh secara “masuk penuh” (Throw in),
sedangkan apabila jerami dipotong panjang perontokan dilakukan secara “ditahan” (Hold
on) yakni jerami tetap dipegang tangan saat perontokan, sehingga jerami sisa menjadi
utuh dan dapat disusun secara rapi untuk dimanfaatkan untuk keperluan lain. Kapasitas
kerja thresher ini 500-700 kg per jam yang dioperasikan oleh satu orang operator dan dua
orang tenaga pembantu. Kualitas hasil perontokkannya akan sangat kotor bila tidak
dilengkapi oleh alat penyaring dan kipas pembersih.
2.2 Prinsip Kerja Alsin Perontok Padi
Batang padi yang telah dipotong baik potong atas maupun potong bawah,
dimasukkan pada lubang pemasukan bahan yang akan dirontok. Alsin perontok padi tipe
throw in (potong atas) dapat dimasukkan secara langsung sedangkan untuk tipe hold on
(potong bawah) hanya dipegang hingga keseluruhan bulir padi dapat dirontokkan. Pada
saat batang padi masuk kedalam silinder perontok terjadi gesekan dan bantingan antara
batang malai padi terhadap silinder perontok, akibat hantamam dari gigi perontok
(pemukul) sehingga bulir padi dapat terlepas dari malainya.
Rangka bodi terbuat dari besi siku agar diperoleh konstruksi mesin yang baik dan
kuat menopang semua komponen-komponenya. Fungsi dari rangka tersebut untuk
melekatkan dan menempatkan seluruh bagian/ komponen mesin seperti bantalan atau
dudukan baik komponen yang berputar maupun yang tidak berputar.
2. Pegangan (handle)
Bagian yang digunakan sebagai pegangan untuk memudahkan pada saat pemindahan
alsin perontok ke lokasi yang diinginkan.
Silinder perontok adalah sebuah silinder yang berbentuk silindris dengan ujung
kanan dan kirinya rata dengan diameter tertentu sekitar 360-420 mm dengan panjang
silinder sekitar 450-600 mm. Silinder silinder perontok ini terbuat dari plat baja dan pada
silinder ini ditancapkan gigi-gigi perontok yang terbuat dari kawat baja yang berdiameter
4-6 mm dilengkungkan membentuk huruf “U” atau “V” sedangkan tipe lain berbentuk
huruf “I”. Tinggi gigi perontok adalah sekitar 60 mm dipasang dengan jarak satu sama
lainnya sekitar 15 100-125 mm melingkar diseluruh permukaan perontok. Pemasangan
gigi perontok dipasang pada silinder diatur membentuk ulir atau zig-zag. Silinder
perontok ini untuk merontok gabah dari malainya pada saat silinder berputar dengan
kecepatan berputar 500-600 rpm.
Meja pemasukan bahan dipasang disebelah kiri atau disebelah kanan dari unit
perontok. Meja ini pun tidak selalu ada pada setiap perontok bermotor, bahkan beberapa
alsin perontok padi tidak dilengkapi dengan meja pemasukan bahan/ meja pengumpan.
Fungsi meja ini adalah untuk meletakkan jerami bermalai yang akan dirontokkan
gabahnya. Untuk memudahkan pemegangan dan operasi perontokan beberapa tipe
tertentu biasanya meja pengumpan disejajarkan dengan rantai pengumpan (feeding
chain).
Di bagian bawah dari unit perontok ini terdapat komponen ulir pendorong (Screw
Conveyor) yang merupakan sistem perontokan yang berfungsi sebagai penampung dan
pendorong gabah bersih yang terkumpul selama proses perontokan berlangsung. Gabah
bersih akan didorong ke salah satu sisi di luar dari unit perontok sehingga dapat
dikelompokkan pada wadah karung atau keranjang bambu. Beberapa jenis perontok yang
dilengkapi dengan ulir pendorong yang masih dilengkapi baling-baling pelempar gabah
yang berfungsi untuk melemparkan gabah ke atas melalui cerobong yang ujungnya
membengkok dengan mulut cerobong menghadap ke bawah, sehingga gabah dengan
mudah diarahkan untuk selanjutnya ditampung dengan karung atau wadah lainnya.
8. Puli Pemutar
Pada ujung poros dari silinder perontok terdapat sebuah puli pemutar yang
dihubungkan langsung ke motor penggerak dengan perantara sabuk pemutar tali kipas
(V-belt). Puli dan sabuk pemutar berfungsi untuk meneruskan tenaga gerak yang berputar
dari motor penggerak ke silinder perontok.
Alsin perontok padi dioperasikan dengan menggunakan motor penggerak sebagai sumber
tenaga penggerak. Motor penggerak yang digunakan dapat berupa motor diesel atau
motor bensin dan dapat juga menggunakan traktor tangan (hand tractor) untuk
meneruskan tenaga gerak dari motor penggerak ke unit perontok, dipergunakan sabuk
pemutar atau flat belt /V-belt kelebihan dan kekurangan menggunakan motor penggerak
bensin dan diesel adalah sebagai berikut :
BAB III
PROSES PRODUKSI ALAT PERONTOK PADI
3.1 ALAT
• Gerindra
• Mesin las
3.2 BAHAN
• as 20mm
• paku pivet.
3.3 PROSES PRODUKSI
1. ukuran dimensi mesin ini adalah panjangnya 60 cm lebarnya 70 cm dan tinggi totalnya 110 cm untuk
ketinggian rangka bagian bawah adalah 70 cm dan untuk rangka bagian atas adalah 40 cm
4. pembuatan rodanya roda ini kita buatkan menggunakan triplet 5 cm dengan ketebalan 5 mm untuk
diameternya yaitu 30 cm pertama kita potong dua buah dulu lalu kita roll dengan menggunakan alat
bending seperti ini kita buat dua buah lingkaran untuk kanan dan kiri dua buah lingkarannya
5. lalu kita potong 8 buah jari-jari dengan panjang 13,5 cm kita pasangkan seperti ini setelah dilas dengan
AS nya lingkaran tadi dengan jari-jarinya untuk AS nya ini kita menggunakan As 20 mm
6. kita potong 8 buah strip plat dengan panjang 55 cm lalu ditandai seperti ini setelah ditandai kita lubangi
semua sesuai tanda dengan menggunakan mata bor 6mm ini tujuannya untuk pemasangan paku
penggerusnya untuk pakunya kita menggunakan besi 6 MM kita potong dengan panjang 9 cm lalu kita
pasangkan pada tiap lubang seperti ini terapkan semuanya pada 8 buah potong strip plat 55 cm
7. kita laskan pada rodanya pastikan las dengan kuat ya nah ini dia sudah jadi rodanya kita pasangkan
juga dua buah pillow block dengan lubang 20 mm
8. untuk langkah selanjutnya yaitu ke pemotongan dan pemasangan seng seng ini kita menggunakan seng
talang air dengan ketebalan 0,3 mm kita pasangkan pada tiap-tiap bagian dengan menggunakan paku rivet
9. Lalu setelah itu kita masuk ke pemasangan baut pengunci pillow block kita gunakan baut 10 mm atau
baut 14 an lalu kita Kencangkan dengan menggunakan Kunci T
9. untuk langkah selanjutnya kita membuat sepi atau pengunci berbentuk coakan memanjang yang akan
kita pasangi potongan besi berbentuk kotak nanti tujuannya agar pulinya tidak ikut berputar dengan AS
nya kalau kita hanya mengandalkan baut pada pulinya tidak akan kuat jadi dibuatkan seperti ini
dimasukkan pulinya
10. pemasangan kipas untuk pemasangan kipas kita memerlukan bantuan sebuah puli kecil seperti ini ini
tujuannya untuk pengganjal karena kalau tidak diberi puli kecil mengganjal ini maka fan beltnya akan
mentok ke kipasnya nanti jadi fungsinya hanya sebagai pengganjal saja
11. kita pasang mesinnya lalu bisa kita coba pasang 4 buah 12 lalu Kencangkan Setelah itu kita hidupkan
mesinnya
12. mesin siap untuk di oprasikan.
BAB IV
PENGOPRASIAN ALAT PERONTOK PADI
4.1 Prosedur Pengoperasian Alsin Perontok Padi
1. Pengecekan Sebelum mengoperasikan
a. Seluruh komponen alsin perontok padi yang meliputi :
(a) Periksa Bahan bakar
(b) Periksa oli mesin
(c) Periksa ketegangan V-Belt dan puli
(d) Periksa Silinder Perontok Padi
(e) Periksa baut-baut yang longgar
Sebelum melakukan kegiatan mengoperasionalkan alsin perontok padi, ada baiknya terlebih
dahulu menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Adapun Alat dan bahan yang diperlukan adalah:
2. Bahan bakar
3. Karung plastik
4. Terpal plastik
6. Kelengkapan K3
7. Kelengkapan P3K
B. Pemasukan bahan
Pemasukan bahan dapat dilakukan secara sedikit demi sedikit sesuai dengan
kapasitasalsin perontok. Dengan pemotongan pendek (potong atas) malai dapat dimasukkan
secara keseluruhan. Malai padi di dalam silinder akan berputar-putar hingga keseluruhan butiran
padi akan terontokkan secara keseluruhan sedangkan pada potong bawah malai padi yang masih
mengandung butiran padi dimasukkan ke dalam silinder berputar dan batang jeraminya dipegang
sambil dibalik-balik hingga rontok keseluruhannya. Gabah yang telah dirontokkan akan jatuh
pada penyaring (screen) untuk selanjutnya dipisahakan antara kotoran dan gabahnya.
beroperasi dan kelangsungan jangka umur pemakaian yang panjang, perlu kiranya
Saringan bahan bakar dikeringkan setiap 50 jam, saringan dibersikan setiap 100 jam dan
pergantian saringan bahan bakar setiap 200 jam
2. Pelumasan komponen
Pelumasan komponen dilakukan secara berkala pada bearing, roda dan drum perontok untuk
menghindari keausan akibat adanya gesekan antar benda logam yang berputar.
3. V-Belt
V-belt berfungsi untuk meneruskan putaran mesin ke kipas pembersihan gabah. Apabila tegangan
V-belt kurang maka akan menyebabkan terjadinya slip sehingga kecepatan putaran pembersih gabah akan
berkurang. Penurunan tegangan V-belt disebabkan oleh
1) keausan;
2) faktor usia;
3) perubahan penyetelan. Apabila kerusakan pada V-belt tidak diperhatikan maka terdapat kemungkinan
V-belt putus pada saat kondisi mesin hidup. Langkah-langkah dalam pemeriksaan V-belt, yaitu:
b. Setel tegangan V-belt kemudian diuji dengan menekan kekuatan 10 kg, standar defleksi untuk
V-belt lama 7-10 mm dan untuk belt baru = 5-7 mm.
4. Kondisi Oli
Pergantian oli mesin dilakukan setiap 50 jam operasi pada kondisi mesin baru pertama dioperasikan dan
setiap 200 jam untuk pergantian oli selanjutnya. Oli mesin yang digunakan yaitu SAE 40
5. Filter Udara
Modul ini diharapkan dapat membekali para peserta diklat mekanisasi pertanian dan selanjutnya
menjadi referensi bagi purnawidya diklat yang akan menjadi fasilitator dan pendamping bagi petani
diwilayah kerjanya, sehingga dalam penyampaian materi akan lebih baik, efektif dan efisien.