Anda di halaman 1dari 23

BAB II

LANDASAN TEORI
2.1. Kinerja Guru

2.1.1. Defenisi Kinerja Guru


Muhammad As’ad menyatakan maka kinerja adalah kesuksesan seseorang
dalam melaksanakan suatu pekerjaan. (As'ad, 2003). Kinerja itu berkenaaan dengan
apa yang dihasilkan seseorang dari tingkah laku kerjanya. Orang yang tingkat
kinerjanya tinggi disebut sebagai orang yang produktif, begitu juga sebaliknya
orang yang tingkat kinerjanya tidak mencapai standar dikatakan sebagai orang yang
tidak produktif atau berkinerja rendah.
Menurut Brow and Lent dalam Syafaruddin Kinerja merupakan
perilaku yang berkenaan dengan hasil kerja yang diharapkan khusus, atau
peran formal yang diisaratkan atas individu sebagai anggota organisasi.
Selanjutnya Suryadi mengutip dari Seribner mengatakan maka kinerja
atau performansi berasal dari akar kata ”to performance” yang mempunyai
beberapa arti yang berarti: 1) mengerjakan atau membawa, 2) menganti atau
mengisi seperti sumpah, 3) menghabisi atau menyelesaikan suatu penanganan, dan
4) mengerjakan apa yang diharapkan dari seseorang atau mesin. (Adzizhan, 2010).
Maka dapat dihasilkan maka kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh
seseorang atau kelompok orang dalam suatu lembaga, sesuai dengan wewenang
dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka mencapai tujuan
lembaga bersangkutan secara legal atau tidak melangggar hukum serta sesuai
dengan moral atau etika.
Roeky Achmad S, dalam Suryadi Prawerosentono kinerja merupakan hasil atau
apa yang keluar dari suatu pekerjaan dan sumbangan mereka pada lembaga.
Prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dikerjakan atau yang dihasilkan atau
diberikan oleh seseorang atau sekelompok orang. Kinerja adalah hasil kerja
berdasarkan penilaian tentang tugas dan fungsi jabatan
sebagai pendidik, manajer lembaga pendidikan, administrator, supervisor,
inovator, dan motivator atau apa pun yang penilaiannya dilaksanakan oleh
suatu institusi tertentu, baik lembaga internal maupun eksternal. (Prawesentono,
1999)
Malayu SP Hasibuan mendefinisikan kinerja atau prestasi kerja adalah suatu
hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang
dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan
kesungguhan serta waktu. (Hasibuan, 2001). Muljani mengemukakan maka
kinerja adalah pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari seseorang pekerja.
(Muljani, 1994). Oleh karena itu ia mengungkapkan pengertian kinerja yang
dianggapnya representatif harus juga menggambarkan tanggung jawab yang besar
dari pekerjaan seseorang. Dengan demikian, kinerja dapat dikatakan sebagai suatu
pekerjaan suatu perbuatan, prestasi atau apa yang diperlihatkan seseorang melalui
keterampilan yang nyata, sehingga kinerja dapat pula diartikan
sebagai penampilan kerja.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat dihasilkan maka kinerja merupakan hasil
kerja kualitas maupun kuantitas yang dicapai oleh seseorang atau sekelompok guna
melaksanakan tugas kerja sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab dalam
rangka mencapai tujuan organisasi.
Bertolak dari pendapat para ahli di atas maka dapat dihasilkan maka
yang dimaksud dengan kinerja guru atau prestasi kerja (performance) guru
adalah hasil yang dicapai oleh guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya
yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan
kesungguhan serta waktu dengan output yang dihasilkan tercermin baik kualitas
maupun kuantitasnya.
Untuk melihat kinerja seseorang atau suatu argumentasi harus
mengacu pada aktifita seorang tersebut selama melaksanakan tugas pokok
yang menjadi tanggung jawabnya. Maksudnya adalah tingkat kualifikasi
kinerja seseorang dihubungkan dengan tugas-tugas rutin yang dikerjakannya.
Berkaitan dengan kinerja guru, maka islam menggambarkan kinerja dalan surah
At-Tawbah ayat 105 sebagaimana berikut :

‫وست ن عا لِ ْيب‬ ‫لَُّال ع ْم سول ْ م ْؤ‬ ‫وقُل ا عملُوا س‬


‫و ِإلَى ِم ا ْل‬Kُّ‫َرد‬ ‫مل ور ه ل ِمنُون‬ ‫ف َيرى‬
‫وا‬ ‫ك‬
َ ‫ُْنت ْم عملُو‬
‫ن‬ ‫وال ِة َفُي َن ْ بم‬
‫تَ ك‬ ‫ شهادَ م ا‬Kُ‫ِ’بئ‬

‫ك‬
Artinya : Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat
pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu
akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata,
lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Depag, 2006).
Berdasarkan dari ayat diatas dapat ditarik maksud dan tujuan ayat ini
tersebut, merujuk kepada kesungguhan dan keterkaitan antara kerja dan
kinerjanya saat bekerja. Seseorang yang berkerja akan selalu mendapatkan
pengawasan atas apa yang dikerjakan. Kesungguhan dalam melaksanakan kinerja
yang jujur dan bijaksana akan menghantarkan pada kemajuan yang akan diperoleh
oeh seseorang tersebut.

2.1.2. Manajemen Kinerja Guru dalam Sistem Organisasi Madrasah


Menurut OemarrHamalik manajemen organisasi membutuhkan
suatu pendekatan sistem termasuk organisasi Madrasah. Dalam
pendekatan organisasi Madrasah dapat dilihat sebagai suatu sistem kesatuan yang
saling berkaitan antara faktor input, proses, output, dampak, dan lingkungan dalam
menjalankan fungsinya termasuk pengelolaan kinerja guru. (Hamalik, 2007).
Jadi dapat dihasilkan maka manajemen kinerja berkaitan dengan usaha
yang dilakukan pimpinan organisasi untuk merencanakan, mengarahkan
dan mengendalikan prestasi karyawan. Jadi Madrasah sebagai suatu organisasi
pendidikan membutuhkan suatu pendekatan sistem dalam merencanakan,
mengarahkan dan mengendalikan prestasi Madrasah.
Dalam melakukan peningkatan kinerja guru juga dibutuhkan motivasi yang
mendorong seseorang individual untuk melakukan sesuatu yang diinginkan. Sesuatu
yang diinginkan itu mungkin untuk kebaikan individu tersebut atau untuk orang yang
member dorongan. (Rifa'i, 2019)
Jadi manajemen kinerja guru pada organisasi Madrasah merupakan
usaha sistematis mengelola kinerja para guru dengan tujuan
meningkatkan kinerjanya baik secara individu maupun berkelompok dan
meningkatkan kinerja organisasi Madrasah secara keseluruhan sebagai
suatu sistem yang padu. Selain itu, manajemen kinerja guru di Madrasah juga
merupakan proses yang mengutamakan komunikasi yang terbuka dan dalam
relasi kemitraan antara kepala Madrasah sebagai pemimpin dan para guru sebagai
staff pendidik profesional. Komunikasi tersebut dilaksanakan melalui
kepemimpinan dalam menetapkan tujuan pendidikan, rencana kerja,
memberi umpan balik, penilaian kinerja dan pengembangan madrasah.
2.1.3. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru
Kinerja guru pada dasarnya merupakan kinerja atau unjuk kerja yang
dilakukan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Kualitas kinerja
guru akan sangat menentukan pada kualitas hasil pendidikan, karena guru merupakan
pihak yang paling banyak bersentuhan langsung dengan siswa dalam proses
pendidikan atau pembelajaran di lembaga pendidikan Madrasah. Terwujudnya
kepuasan kinerja pada diri karyawan sangat berkaitan erat dengan bagaimana cara
memimpin suatu kepemimpinan yang dilakukan oleh seorang pemimpin dengan adil.
Sebagaimana dijelaskan dalam surat Al- Maidah ayat 8 :

ٰٓ
‫ هَل‬Kَ‫َ ج ْ َن „ ع ٰل ى ا‬ ‫ء ِبا ْل‬ َ ِ ‫ ُّي َها اله ن ا ك ْون هوا ِم‬Kَ‫يٰٓا‬
‫ِر م ٰان م‬ ‫َل‬ ‫ِقسط‬ ‫ْين ِّلل ه‬ ‫ِذ ْي َمُن ْوا ْوا‬
‫ْو‬ ‫ش‬ ‫و َم ن ه‬ ‫ه َد ۤا‬
‫ك‬ ‫ش‬
‫ ْع َملُ ْون‬Kَ‫ِب ْي َما ت‬ ‫ۗ اِ لََّال‬ ‫ق‬K‫ ْق واته‬K‫ه‬K ‫ ْع ِدلُ ْوا ع اَ ْق ب لت‬Kَ‫ت‬
ٌۢ ‫ن‬ ‫ٰوى وا‬ ‫ۗا ِدل َر ه‬
‫˚ر‬ ‫َّ َلال‬ ‫َو‬ ‫ْو ۗا‬
‫خ‬

Artinya : Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah
sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku
tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS.
Al-Maidah Ayat 8) (Depag, 2006).
Kesimpulan dari ayat-ayat di atas maka apa yang dilakukan manusia pasti ada
imbalan setimpal atas apa yang telah dikerjakannya. Baik itu perbuatan buruk maupun
perbuatan yang baik. Kualitas pekerjaan yang prima akibat ketekunan, kecermatan
akan membuat pekerjaan kita dihargai oleh orang dan akan membuat kita merasakan
kepuasaan. Sehingga hasil pekerjaan kita bisa bermanfaat buat orang lain, hal ini akan
membuat kita merasa puas dengan pekerjaan kita.
Banyak faktor yang mempengruhi kenerja, menurut Suryadi Prawirisentono
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja antara lain: (Prawesentono, 1999).
1. Efetivitas dan efisiensi. Efektivitas suatu orang adalah ukuran yang
ditunjukkan oleh kenyataan maka tujuan orang tersebut dapat dicapai sesuai
dengan kebutuhan yang direncanakan. Efisiensi berkaitan dengan jumlah yang
dikeluarkan dalam upaya mencapai tujuan.
2. Otoritas dan tanggung jawab. Authority (otoritas) adalah sifat dari suatu
komunikasi atau perintah dalam suatu kegiatan organisasi formal yang dimiliki
(diterima) oleh peserta organisasi kepada para anggota organisasi lain untuk
melakukan suatu kegiatan kerja sesuai dengan kontribusinya.
3. Disiplin, meliputi disiplin waktu dan disiplin kerja.
4. Inisiatif dan kreatifitas, ialah kemampuan memberdayakan daya pikir untuk
menyelesaikan pekerjaan kantor, kreatifitas dalam bentuk ide untuk
merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan tujuan organisasi.
Keberhasilan organisasi dipengaruhi oleh struktur organisasi yang tepat,
pembagian wewenang dan tanggung jawab yang jelas dari para peserta yang
berkecipung dalam organisasi tersebut. Tanggung jawab akan tugasnya atau rasa
tanggung jawab berkaitan atau dapat dikaitkan dengan tingkat disiplin para peserta
organisasi. Semakin baik disiplin para peserta organisasi, diharapkan kinerja
organisasi dalam mencapai tujuan akan bertambah baik. Inisiatif yang merupakan
pencerminan kreatifitas ide yang bernuansa daya dorong dalam mencapai tujuan
organisasi dengan baik.
Menurut Henry Simanora kinerja dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu: (Sinamora,
1997).
a. Faktor individual yang terdiri dari
1. Kemampuan dan keahlian
2. Latar belakang
3. demografi
b. Faktor psikologis
1. Persepsi
2. Attitude
3. Personality
4. Pembelajaran
5. motivasi
c. Faktor organisasi
1. Kepemimpinan
2. Penghargaan
3. Struktur
4. Job Design
5. Sumber daya
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru diantaranya “tingkat pendidikan
guru, supervisi pengajaran, program penataran, iklim yang kondusif, sarana dan
prasarana, kondisi fisik dan mental guru, gaya kepemimpinan kepala Madrasah,
jaminan kesejahteraan, kemampuan manajerial kepala Madrasah dan lain-lain”
(Dekawati, 2011)
2.1.4. Indikator Kinerja Guru
Indikator Kinerja Guru Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG), meliputi:
(1) rencana pembelajaran (teaching plans and materials) atau disebut dengan RPP
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), (2) prosedur pembelajaran (classroom
prosedure), dan (3) hubungan antar pribadi (interpersonal skill) (Dipdeknas,
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, 2008). Indikator penilaian terhadap kinerja
guru dilakukan terhadap tiga kegiatan pembelajaran di kelas, yaitu:
1). Perencanaan Program Kegiatan Pembelajaran
Tahap perencanaan dalam kegiatan pembelajaran adalah tahap yang berhubungan
dengan kemampuan guru menguasai bahan ajar. Kemampuan guru dapat dilihat dari
cara atau proses penyusunan program kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh
guru, yaitu mengembangkan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Unsur/komponen yang ada dalam silabus terdiri dari:
 Identitas Silabus,
 Standar Kompetensi (SK),
 Kompetensi Dasar (KD),
 Materi Pelajaran,
 Kegiatan pembelajaran,
 Indikator,
 Alokasi waktu,
 Sumber Pembelajaran.
2). Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran di kelas adalah inti penyelenggaraan pendidikan yang
ditandai oleh adanya kegiatan pengelolaan kelas, penggunaan media dan sumber
belajar, dan penggunaan metode serta strategi pembelajaran.

a) Pengelolaan Kelas
Kemampuan menciptakan suasanan kondusif di kelas guna mewujudkan proses
pembelajaran yang menyenangkan adalah tuntutan bagi seorang guru dalam
pengelolaan kelas. Kemampuan guru dalam memupuk kerjasama dan disiplin
siswa dapat diketahui melalui pelaksanaan piket kebersihan, ketepatan waktu
masuk dan keluar kelas, melakukan absebsi setiap akan memulai proses
pembelajaran, dan melakukan pengaturan tempat duduk siswa.
b) Penggunaan Media dan Sumber Belajar
Kemampuan menggunakan media dan sumber belajar tidak hanya menggunakan
media yang sudah tersedia seperti media cetak, media audio, dan media visual.
Tetapi kemampuan guru disini lebih ditekankan pada penggunaan objek nyata yang
ada di sekitar Madrasahnya. Dalam kenyaataannya dilapangan guru dapat
memenfaatkan media yang sudah ada (by utilization) seperti globe, peta, gambar
dan sebagainya, atau guru dapat mendesainkan media untuk kepentingan
pembelajaran (by design) seperti membuat media foro, film, pembelajaran berbasis
komputer, dan sebagainya.
c) Penggunaan Metode Pembelajaran
Guru diharapkan mampu memilih dan menggunakan metode pembelajaran sesuai
dengan materi yang akan disampaikan. Karena siswa memiliki interes yang sangat
heterogen idealnya seorang guru harus menggunakan multi metode, yaitu
memvariasikan penggunaan metode pembelajaran di dalam kelas seperti metode
ceramah dipadukan dengan tanya jawab dan penugasan atau metode diskusi
dengan pemberian tugas dan seterusnya. Evaluasi/Penilaian Pembelajaran Pada
tahap ini seorang guru dituntut memiliki kemampuan dalam menentukan
pendekatan dan cara-cara evaluasi, penyusunan alat-alat evaluasi, pengolahan, dan
penggunaan hasil evaluasi yang meliputi kegiatan remidial dan kegiatan perbaikan
program pembelajaran. Penilaian hasil belajar mengajar adalah kegiatan atau cara
yang ditujukan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan
proses pembelajaran yang telah dilakukan. (Dipdeknas, Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan, 2008).
Ketiga indikator kinerja guru di atas mengukur kemampuankemampuan guru
yang harus dikuasai dalam melaksanakan tugas pokoknya sebagai guru. Dengan
demikian guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang dapat menguasai
kemampuan-kemampuan tersebut dengan baik maka dapat diindikasikan memiliki
kinerja guru yang tinggi.
Rachmawati dan Daryanto yang menyatakan kinerja dalam konteks profesi
guru adalah kegiatan yang meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran/KBM, dan melakukan penilaian hasil belajar. Untuk mengetahui
bagaimana kinerja mengajar guru, dapat ditentukan dengan berpedoman tiga
indikator, yaitu: (1) Merencanakan pembelajaran, (2) Melaksanakan pembelajaran,
(3) Mengevaluasi pembelajaran. (Daryanto, 2013)
2.1.5. Penilaian Kinerja Guru
Tugas manajer (kepala Madrasah) terhadap guru salah satunya adalah
morelakukan penilaian atas kinerjanya. Penilaian ini mutlak dilaksanakan untuk
mengetahui kinerja yang telah dicapai oleh guru. Apakah kinerja yang dicapai setiap
guru baik, sedang, atau kurang. Penilaian ini penting bagi setiap guru dan berguna
bagi Madrasah dalam menetapkan kegiatannya.
Menurut pendapat Henry Simanora penilaian kinerja adalah alat yang berfaedah
tidak hanya untuk mengevaluasi kerja dari para karyawan, tetapi juga untuk
mengembangkan dan memotivasi kalangan karyawan.
Riggio mengatakan maka aspek-aspek yang diukur dalam penilaian kinerja
karyawan atau pegawai pada sebuah organisasi secara umum mencakup beberapa hal
sebagai berikut: (Sinamora, 1997)

1) Prestasi kerja
Prestasi kerja berkaitan dengan segala sesuatu yang diperoleh
karyawan atau pegawai dengan membudayakan segala potensi yang dimiliki.
Prestasi kerja dapat dilihat dari kecakapan, keterampilan, kesungguhan kerja,
dan hasil kerja. Seorang pegawai yang memiliki kecakapan, keterampilan,
kesungguhan kerja, dan hasil kerja yang tinggi akan menghasilkan prestasi
kerja yang tinggi.
2) Tanggung jawab
Tanggung jawab seorang karyawan atau pegawai berkaitan dengan
upaya-upaya yang dilakukan untuk menjalankan pekerjaannya. Tanggung
jawab seorang karyawan dapat diukur dari pelaksanaan tugas, dedikasi yang
dimiliki, serta kemampuannya untuk bertanggung jawab terkait dengan
semua pekerjaan yang dipercayakan kepadanya selama waktu berlangsung.
3) Ketaatan
Ketaatan karyawan atau pegawai berkaitan dengan disiplin yang
dimilikinya dalam menjalankan pekerjaannya. Disiplin ini dilihat dari
ketepatan waktu kerja, penggunaan jam kerja, dan kepatuhan terhadap semua
aturan yangberlaku dalam sebuah organisasi. Ketaatan juga berkaitan dengan
sikap sopan santun selama bekerja. Ada kalanya karyawan menunjukkan
sikap yang kurang sopan pada saat bekerja. Hal ini dapat menjadi salah satu
indikator karyawan yang kurang bertanggungjawab.
4) Kejujuran
Dalam bekerja setiap karyawan dituntut untuk bersikap jujur.Kejujuran
dalam hal ini dimaksudkan dengan keikhlasan dalam melaksanakan
pekerjaan yang diserahkan kepadanya.
Menurut E. Mulyasa rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana
yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk
mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi
dan dijabarkan dalam silabus. (Mulyasa, 2003)
2.2. Kepemimpinan Kepala Madrasah
2.2.1. Defenisi Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk meyakinkan dan
mengajak orang lain sehingga dapat diberdayakan dengan maksimal untuk
menjalankan tugas yang pokok organisasi. Kepemimpinan yang dimaksud adalah
kemampuan kepala madrasah dalam membina dan membimbing guru untuk
melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) terutama kegiatan merencanakan,
melaksanakan proses pembelajaran, serta menilai dan mengevaluasi hasil
pembelajaran mengarah pada tercapainya kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa
terkait dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta nilai yang direfleksikan
dalam kebiasaan berfikir dan bertindak setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Kepemimpinan merupakan salah satu fenomena yang paling
mudah diobservasi, tetapi menjadi salah satu hal yang paling sulit untuk
dipahami. Kemudian mempermudah pemahaman dengan mendefenisikan
kepemimpinan sebagai sebuah hubungan saling mempengaruhi diantara pemimpin
dan pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan
tujuan bersama. Stoner memberikan pengertian kepemimpinan sebagai proses
mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan tugas kelompok.
Sedangkan Yuki di dalam buku Candra Wijaya dan Muhammad Rifa’i yang
berjudul Dasar-Dasar Manajemen, menyimpulkan maka kepemimpinan menyangkut
sebuah proses pengaruh sosial yang sengaja dijalankan seseorang terhadap orang lain
untuk menstruktur aktivitas-aktivitas serta hubungan-hubungan didalam sebuah
kelompok atau organisasi. (Chandra, 2016).
Kepala madrasah bertanggung jawab atas kegiatan pendidikan, administrasi
madrasah, pembinaan tenaga kependidikan lainya, dan pendayagunaan serta
pemeliharaan sarana dan prasarana. Hal tersebut sejalan dengan semakin kompleksnya
tuntutan tugas kepala madrasah yang menghendaki dukungan kinerja yang semakin
efektif dan efesien. Sedangkan menurut Safaria, kepemimpinan adalah sebuah
hubungan yang saling mempengaruhi diantara pemimpin dan pengikut (bawahan)
yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersama. Kepala
madrasah sebagai pemimpin tertinggi sangat berpengaruh dan menentukan kemajuan
madrasah harus luwes dalam melaksanakan tugasnya. Kepemimpinan kepala
madrasah harus mempunyai kepribadian atau sifat-sifat dan kemampuan serta
keterampilan-keterampilan untuk memimpin sebuah lembaga pendidikan yang
menjadi panutan para guru dan staf lainnya. Dalam perannya sebagai seorang
pemimpin, kepala madrasah harus dapat memperhatikan kebutuhan dan perasaan
orang-orang yang bekerja sehingga Kinerja Guru selalu terjaga.
Menurut Raplh M. Stogdil di dalam buku Sopiah yang berjudul Perilaku
Organisasi, menjelaskan maka kepemimpinan memiliki tiga implikasi penting yaitu:
1) Kepemimpinan harus melibatkan orang lain, yaitu bawahan atau pengikut, 2)
Kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama diantara pemimpin
dan anggota kelompok. Pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan
aktivitas anggota kelompok, 3) Pemimpin harus mampu mempengaruhi anggota atau
bawahan. (Sopiah, Perilaku Organisasi, 2008).
Ada banyak lagi pendapat ahli mengenai kepemimpinan kepala madrasah
diantaranya menurut Soetopo & Soemanto di dalam Kompri yang berjudul
Manajemen dan Kepemimpinan Pondok Pesantren, kepemimpinan adalah suatu
kegiatan dalam membimbing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tercapai
tujuan dari kelompok itu yaitu tujuan bersama. Inti dari kepemimpinan adalah
kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar bekerja
mencapai sasaran dan tujuan yang diinginkan. (Kompri, 2018).
Tinjauan lain seperti yang dikemukakan Stoner dalam Handoko yang dikutip
di dalam Raja Aloan Tumanggor pada buku Perspektif Psikologi Industri dan
Organisasi, kepemimpinan adalah suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh
pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya.
(Tumanggor, 2018).
Jika kita melihat tentang kepemimpinan maka kepemimpinan ini bertumpu
pada proses pemberian arahan kepada anggota yang saling terkait tugasnya guna
mempermudah proses pencapaian tujuan pendidikan. Dengan perkataan lain
kepemimpinan dilakukan untuk mempengaruhi perilaku orang lain, atau seni
mempengaruhi perilaku orang lain, atau seni mempengaruhi perilaku manusia baik
perorangan maupun kelompok agar setiap orang dapat berpartisipasi dalam
memajukan dan mengembangkan tujuan pendiddikan. Dari berbagai pengertian
diatas maka dapat diambil kesimpulan maka kepemimpinan adalah kemampuan
seorang pemimpin untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang lain untuk
bekerjasama mencapai suatu tujuan kelompok.
Dari beberapa defenisi kepemimpinan kepala madrasah yang telah
dikemukakan diatas, membuat suatu defenisi tergantung pada titik tolak dari seorang
penulis. Maka dari itu dapat dihasilkan maka kepemimpinan kepala madrasah adalah
kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mempengaruhi orang lain dan
memberikan arahan guna dilakukannya tugas yang telah diberikan dengan
kemampuan yang dimiliki masing-masing anggota dalam rangka memajukan dan
mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efesien.
Dampak pengaruh seorang pemimpin terhadap bawahannya
sangat bervariasi. Tergantung pada seni, strategi, teknik, teknologi, kemampuan
wawasan dan pengetahuan yang dimiliki dan diterapkan oleh pemimpin
dalam melaksanakan kepemimpinannya pada organisasi yang ia pimpin. Selain itu
juga dampak terhadap perilaku bawahan juga sangat dipengaruhi oleh 1) Karakter
pemimpin mencakup kepribadian, fisik dan intelektual, 2) Perilaku spesifik,
mencakup kemampuan pertimbangan dan orientasi pemimpin serta interaksi
pemimpin dengan yang dipimpin, 3) Faktor eksternal, mencakup faktor situasi
lingkungan yang mempengaruhi kemajuan organisasi. (Badeni, 2014).
Kepala madrasah berfungsi sebagai pengawas, pengendali, pembina, dan
memberi petunjuk serta arahan kepada guru dan karyawannya di madrasah.
Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Qs. As-Sajadah ayat 24 yang berbunyi:

‫ون‬Kُ‫َ رو وكاُنو با ٰ َي ِت نَ ا ُيو قِ ن‬ ‫ ۡم ِر نَ ا‬Kَ‫ه ۡم أَ م ٗ ۡ ه ُدو بأ‬


ۖ ‫ة ني‬
‫ا‬ ‫ب ْا‬ ‫لَما‬ ِ
‫ئ‬
‫ص‬
‫ۡنم‬ ‫وج‬
‫ۡل نَ ا‬
Artinya : Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi
petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini
ayat-ayat kami. (Qs. As-sajadah : 24). ('Ali, 2005).
Berdasarkan penjelasan diatas, kepala madrasah bertugas memberikan
petunjuk kepada guru untuk memperbaiki kondisi pembelajaran dan memberi
bantuan bagi guru dalam meningkatkan Kinerja Guru untuk membantu peserta didik
agar lebih baik dalam belajar guna mempermudah proses pencapaian tujuan
pendidikan.
2.2.2. Indikator Kepemimpinan Kepala Madrasah

Wahjosumidjo dalam E. Mulyasa menyatakan maka “Kepala


madrasah sebagai leader harus memiliki karakter khusus yaitu kepribadian, keahlian
dasar, pengalaman dan pengetahuan profesional, serta pengetahuan administrasi.”
Pendapat lain mengenai kepala madrasah dikemukakan oleh E. Mulyasa yaitu
mengenai kemampuan yang harus dimiliki dalam kepemimpinan kepala madrasah
adalah sebagai berikut: Kemampuan yang harus diwujudkan kepala madrasah
sebagai leader dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga
kependidikan, visi dan misi kepala madrasah, kemampuan mengambil keputusan,
dan kemampuan berkomunikasi.” Berikut adalah rincian aspek dan
indikator leader dalam konteks kepemimpinan kepala madrasah:
1. Kepribadian: jujur, percaya diri, tanggung jawab, berani mengambil resiko
dan keputusan, berjiwa besar, emosi yang stabil, dan teladan.
2. Pengetahuan: Memahami kondisi tenaga kependidikan memahami kondisi dan
karakteristik peserta didik, menyusun program pengembangan
tenaga kependidikan, menerima masukan, saran, dan kritikan dari
berbagai pihak untuk meningkatkan kemampuannya.
3. Pemahaman terhadap visi dan misi madrasah: Mengembangkan visi
madrasah, mengembangkan misi madrasah, dan melaksanakan program
untuk mewujudkan visi dan misi madrasah ke dalam tindakan.
4. Kemampuan mengambil keputusan: Mengambil keputusan bersama
tenaga kependidikan di madrasah, mengambil keputusan untuk kepentingan
internal madrasah, dan mengambil keputusan untuk kepentingan eksternal
madrasah.
5. Kemampuan berkomunikasi: Berkomunikasi secara lisan dengan tenaga
kependidikan di madrasah, menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan,
berkomunikasi secara langsung dengan peserta didik, dan
berkomunikasi secara lisan dengan orang tua dan masyarakat sekitar. (Mulyasa,
2003).
2.2.3. Tipe Kepemimpinan

Tipe kepemimpinan pada dasarnya ada lima tipe, yaitu: tipe otokratik,
paternalistik, kharismatik, laissizfaire, dan demokratik. (Samino, 2010). Adapun
penjabarannya masing-masing adalah berikut ;
a. Tipe Otokratik
Pengambilan keputusan dilakukan dari atas atau dilakukan sendiri oleh atasan
tanpa melibatkan bawahan, sehingga bawahan hanya berperan sebagai pelaksana atau
menjalankan keputusan yang telah diambil oleh atasan. Dalam tipe ini efektifitas
operasional di tingkat pimpinan atau atasan dan biasanya menggunakan alat
pengendalian yang bersifat hukuman atau punishment.
Gaya otokratik ditandai dengan banyaknya perintah atau arahan yang diberikan
atasan. Gaya kepemimpinan ini membutuhkan ketundukan total anggotanya untuk
menjalankan prosedur- prosedur yang telah ditetapkan
b. Tipe Paternalistik
Pengambilan keputusan biasanya diambil sendiri oleh atasan,
kemudian berusaha “menjual” atau “memahamkan” kepada bawahan agar
bawahan mau menjalankan meskipun bawahan tidak terlibat dalam
pengambilan keputusan. Tipe ini berorientasi pada dua hal sekaligus, yaitu
penyelesaian tugas dan terpeliharanya hubungan serasi sebagai mana
hubungan bapak dengan anak.
c. Tipe kharismatik.
Pengambilan keputusan kadang bertindak otokratik artinya tanpa melibatkan
bawahan tetapi kemudian disampaikan kepada bawahan untuk
dilaksanakan. Disamping itu kadang dalam pengambilan keputusan juga
menggunakan tipe demokratis artinya mengikut sertakan bawahan.
d. Tipe Laissiz Faire
Kepemimpinan ini bergaya santai, dalam pengambilan keputusan, hamper
seluruhnya diserahkan pada bawahannya baik yang sifatnya rutin atau fundamental.
Oleh karena itu, pemimpin dalam gaya ini sering dianggap kurang
betanggung jawab secara wajar dalam memimpin organisasnya.
e. Gaya demokratik
Dalam pengambilan keputusan mengikut sertakan atau melibatkan
bawahan dalam seluruh prosesnya. Sehingga bawahan merasa bertanggung jawab
dalam pelaksanaannya, karena terlibat langsung dalam proses
pengambilan keputusan, kalau berhasil karena merupakan keputusan sendiri dan
kalau gagal juga karena keputusannya sendiri.
Gaya kepemimpinan demokratis adalah salah satu gaya kepemimpinan
yang paling disenangi sebab dapat meningkatkan kompetensi, kreativitas,
kejujuran, kecerdasan dan keberanian berpendapat anggota-anggotanya.

Sedangkan menurut Hersey dan Blanchard dalam Wahyudi pada buku yang berjudul
Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi, mengajukan empat gaya
kepemimpinan yaitu situasional Instruktif’(G1), Konsultatif (G2), Partisipatif](G3),
dan Delegatif (G4) seperti dalam gambar dibawah ini
Tabel 1:Variasi Gaya Kepemimpinan (Diadaptasi Dari Hersey Dan Blanchard)
Partisipatif Konsultatif
G3 G2
Delegatif Instruktif
G4 G1
Gaya 1 (G1) disebut gaya instruktif (telling), kepala madrasah banyak berperan
dalam mengarahkan tugas-tugas pendidik. Kepala madrasah merumuskan tugas-tugas
pendidik dan memerintah kanapa, bagaimana, bilamana, dan dimana seorang pendidik
melakukan berbagai tugas. Kepala madrasah banyak memberikan instruksi kepada
pendidik dan melaksanakan pengawasan secara ketat. Pada gay a instruktif kepala
madrasah lebih dominan dalam memberikan pengarahan tentang tugas terhadap pendidik
dan sedikit dalam perilaku hubungan tugas. (tugas tinggi dan hubungan rendah). Seorang
kepala madrasahyang menerapkan gaya kepemimpinan instruktif akan memberikan
perhatian lebih kepada pendidik atau tenaga kependidikan yang baru bekerja. Selain itu
kepala madrasah instruktif ini juga memiliki kadar perintah langsung yang cukup tinggi.
Gaya 2 (G2) yang disebut konsultatif (selling) kepala madrasah masih
menunjukkan perilaku mengarahkan tugas-tugas guru dan sering memberikan dorongan
dan motivasi terhadap penyelesaiaan tugas (tugas tinggi hubungan tinggi). Gaya
kepemimpinan ini kepala madrasah menghendaki adanya peran aktifcdari pendidik dan
tenaga kependidikan untuk mendukung atasan. Keterlibatan pendidik dan tenaga
kependidikan dalam hal ini sangat besar dalam proses pengambilan keputusan
hingga apapun yang ditentukan oleh kepala madrasah. Namun penerapan gaya
kepemimpinan konsultatif ini lebih kepada kepala madrasah yang meminta
pendapat pendidik dan tenaga kependidikan atas keputusan yang akan diambil.
Gaya 3 (G3) disebut gaya partisipatif (participating), kepala madrasah bersikap
terbuka dan memberikan peluang bagi terselenggaranya komunikasi dua arah serta
menaruh perhatian terhadap usaha dan prestasi pendidik. Kepala madrasah memotivasi
dan mendukung kreatifitas pendidik serta melatih pendidik dalam pengambilan
keputusan. Peranan kepala madrasah pada gaya partisipatif adalah memberikan
kemudahan dan mengkomunikasikan berbagai hal yang perlu mendapat perhatian guru.
Gaya partisipatif dicirikan dengan kadar suportif tinggi dan kadar pengarahan yang
rendah (hubungan tinggi tugas rendah).
Gaya 4 (G4) yang disebut gaya delegatif (delegating), kepala madrasah sedikit
memberikan pengarahan dan dukungan psikologis karena pendidik sudah bertanggung
jawab terhadap pelaksananaan tugas yang dibebankan. Kepala madrasah dapat
mendelegasikan pengambilan keputusan dan tanggung jawab pelaksanaan tugas kepada
para pendidik yang dipimpinnya. Kepala madrasah menunjukkan perilaku hubungan
rendah perilaku tugas rendah. (Wahyudi, 2012)
Tujuan gaya kepemimpinan delegatif ini adalah kepala madrasah menginginkan
agar guru untuk membiasakan dalam menyelesaikan tugasnnya sendiri di madrasah tanpa
harus melibatkan peran atasan lebih banyak. Dari uraian diatas dapat dihasilkan maka
gaya kepemimpian ada beberapa gaya kepemimpinan antara, otokratik, paternalistik,
kharismatik, laissiz faire, demokratik, instruktif, konsultatif, partsipatif dan delegatif.
2.2.4. Kepemimpinan dalam Perspektif Islam
Dalam islam kepemimpinan adalah amanah dan tanggung jawab sebagaimana
sabda Rasulullah SAW :

‫ ك ْ را وك ك ْم‬:‫وعن بن عمر رضي هلال عنهما عن النبي صلى هلال عليه وسل’م قال‬
‫ل م ع ل‬
ّ
‫ك‬
„,‫راع‬ ‫ر‬ ,‫ه‬ ‫واألمي‬ ‫رع ’ي ِت عن‬ ‫ ْول‬K‫مس ُئ‬ ‫ه‬ ‫ية˚ على بيت‬ ‫راع‬
‫ه‪,‬‬ ‫ة وال مرأ‬ ‫بي ِت ل‬ ‫وال ر ع„ عل‪K‬ى أه جل را‬
‫رع‬ ‫ِد ِه‪ ,‬فك ’لكم راع„ وكل’كم ل‬ ‫زوجها‬
‫هي‬ ‫مسئو و وَل عن‬
‫ِت ه‪.‬‬ ‫َ‬
Artinya : ”Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap kamu bertanggung jawab atas orang
yang dipimpinnya. Seorang amir (raja) adalah pemimpin, seorang suami pun memimpin
atas keluarganya, dan istri juga pemimpin bagi rumah suaminya dan anak-anaknya.
Setiap kamu adalah pemimpin dan kamu akan dimintai pertanggung jawabannya atas
orang yang dipimpinnya.”(HR. Mutafaqun ‘alaih) (Shahih)
Berkaitan dengan kepemimimpinan, Rasulullah SAW merupakan
sosok pemimpin yang mencontohkan kepemimpinan secara sempurna. Allah SWT
dalam al-Qur’an menjelaskan Rasulullah SAW sebagai teladan yang sempurna
dalam menjalankan kepemimpinan. (Masniati, 2015).

Dalam hadist Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari: “setiap dari kalian
merupakan pemimpin, dan setiap pemimpin akan dituntut tanggung jawaban.” (Sunarta,
2009)
Hadist diatas memaparkan bahwasanya setiap orang itu pemimpin dimulai dari
diri sendiri, keluarga, masyarakat, hingga negara. Seorang pemimpin dituntut
tanggungjawabnya, apakah dia sudah menjalankan tugasnya atau membiarkan dan
melupakan tanggungjawabnya.
Dalam kepemimpinan islam mayoritas ulama dan umat islam sudah memahami
dan sepakat maka Nabi Muhammad SAW adalah pemimpin yang paling tepat untuk
dijadikan rujukan. Bahkan orang diluar islam pun banyak yang mengakui kehebatan
Nabi Muhammad SAW dalam memimpin umat dan keberhasilannya betul-betul Nampak
atau dapat dilihat yaitu dalam waktu yang singkat terjadi perubahan besar.
Keberhasilan Rasulullah SAW kunci utamanya adalah ada pada empat sifat yaitu ;
Shidiq (jujur/benar), Amanah (dapat dipercaya), Fathonah (cerdas), Tabligh
(menyampaikan). Disamping itu hubungan dengan sesame manusia senantiasa ikhlas,
lemah lembut, sabar, tidak menyakitkan, tidak sombong, tidak rya’, dan seterusnya.
Pendek kata Nabi selalu menunjukkan akhlaqul karimah. (Samino, 2010).
Berdasarkan uraian diatas maka masing-masing dari kita adalah pemimpin yang
akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya. Kepemimpinan yang menjadi teladan
sepanjang masa adalah Nabi Muhammad SAW. Karena memiliki 4 sifat utama yaitu
Shidiq (jujur/benar), amanah (dapat dipercaya), Fathonah (cerdas), Tabligh
(menyampaikan), serta memiliki sifat mulia yang lain.
2.3. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir penelitian ini berangkat dari teori-teori yang telah dikemukakan
pada uraian sebelumnya, maka kepala madrasah menempati posisi
terpenting dalam meningkatkan Kinerja Guru melalui kepemimpinan yang dilakukan
oleh kepala madrasah itu sendiri terhadap guru dan staf lainnya. Dengan adanya
kepemimpinan yang baik oleh kepala madrasah terhadap guru dan stafflainnya, maka
dapat memberikan bantuan guru untuk menangani hambatan yang dihadapi guru dalam
proses pembelajaran sehingga guru akan senantiasa berusaha untuk memperbaiki
kinerjanya yang kurang efektif,dalam mengajar.
Oleh karena itu kepemimpinan yang baik dari kepala madrasah serangkaian
kegiatan yang dapat membantu guru untuk meningkatan Kinerja Guru guna mencapai
tujuan pendidikan yang telah dirancang dan ditetapkan sebelumnya.
Berdasarkan hal tersebut, maka kepemimpinan kepala madarasah sangat memiliki
pengaruh dengan kinerja guru di MAS Al-Jam’iyatul Washliyah Pantai Labu dengan
paradigma. penelitian :

Kepemimpinan rxy Kinerja


Kepala Madrasah Guru
(X) (Y)
Gambar 1 : Paradigma Penelitian
2.4. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini diantaranya adalah :
1. Afifah Thaiyibah (2016) didalam jurnal Tadbir Jurnal Alumni Manajemen
Pendidikan Islam dengan judul “Kebijakan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan
Mutu pendidikan di MAN 3 Medan”. Sumber data yang digunakan untuk memperoleh
data dalam penelitian ini yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Hasil
yang dilakukan pada penilitian ini dapat dihasilkan maka Kepala sekolah sebagai
seorang yang telah diberi wewenag untuk memimpin suatu lembaga pendidikan
dan harus bertangung jawab secara penuh terhadap penyelenggaraan
pendidikan pada sekolah yang berad dibawah pimpinanya.
Maju mundurnya suatu lembaga pendidikan itu banyak
dipengaruhi oleh kepala sekolah, termasuk juga masalah peningkatan mutu
pendidikan. Jadi, kebijakan kepala sekolah dalam meningkatkan
mutu pendidikan benar merupakan komponen yang sangat penting untuk
peningkatan mutu dalam pendidikan (madrasah). Kebijakan yangdibuat secara
arif dan bijaksana oleh kepala sekolah menentukan arah dan tujuan sekolah
(madrasah), dan untuk menciptakan atau meningkatkan mutu pendidikan
sangat perlu
berkiblat pada 8 SNP yang kemudian dirancang dan dirumuskan oleh
kepala sekolah. Kebijakan yang dibuat oleh kepala madrasah MAN 3 Medan
sudah sangat baik, sehingga memberikan arah yang jelas dan dampak yang baik
untuk MAN 3 Medan sendiri.

2. Nazla Nur Aulya (2021) didalam Jurnal Malay-Manajemen Pendidikan Islam


dengan judul “Pengaruh Supervisi Kepala Madrasah Terhadap Kinerja Guru Di
MA Al-Washliyah Marbau” Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis
penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian
yang spesifikasinya dalah sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak
awal hingga pembuatan desain penelitiannya. Hasil yang dilakukan padapenelitian ini
dapat dihasilkan maka Unsur sumber daya yang sangat menentukan
keberhasilan pendidikan di sekolah dipegang oleh guru, yang berperan
sebagai salah satu komponen penting dan strategis yang ditunjukkan
melalui kinerja. Guru bertanggung jawab untuk melaksanakan proses
pembelajaran di kelas, untuk itu mutu guru harus terus ditingkatkan dan
diberdayakan secara berkesinambungan. Hal ini menunjukkan adanya
keterkaitan penelitian yang peneliti lakukan dengan penelitian yang terdahulu
(relevan). Dengan demikian, dari hasil penelitian tersebut membuktikan adanya
pengaruh yang signifikan supervisi kepala madrasahterhadap kinerja guru di MAS Al-
Washliyah Marbau. Oleh karena itu, semakin baik supervisi yang dilakukan oleh
kepala sekolah, maka akan semakin baik pula tingkat kinerja guru.

3. Penelitian oleh Syahrul Budiman (2008) yang berjudul “Pengaruh Manajemen


Konflik Terhadap Kinerja Guru Madrasah Aliyah Swasta (MAS) Al-Washliyah
Kabupaten Labuhan Batu. Instrumen pengumpulan data dilakukuan dengan
cara Pengamatan (Observasi), Dokumentasi (Studi
Kepustakaan), dan Kuesioner (Angket). Pada penelitian ini akan dijelaskan dan dapat
dihasilkan secara deskriptif variabel terhadap tanggapan responden yaitu sebagai
berikut. Pada penelitian ini menyimpulkan maka “konflik vertikal berpengaruh
terhadap kinerja guru Madrasah Aliyah Swasta (MAS) Al Washliyah Kabupaten
Labuhan Batu.” Berdasarkan hipotesis pertama ini dilakukan pembuktian pengujian
dengan menggunakan Uji-t. Hasil perhitungan secara parsial ini menunjukkan maka
variabel konflik vertikal memiliki nilai thitung sebesar 2,163 lebih besar dibandingkan
ttabel 1,986 (thitung>ttabel : 2,163>1,986) dengan demikian Ha diterima sedangkan H0
ditolak. Sehingga dapat dinyatakan maka variabel konflik vertikal berpengaruh
signifikan pada α = 0,05 terhadap kinerja guru Madrasah.
2.5. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul setelah
menetapkan anggapan dasar maka lalu membuat teori sementara yang kebenarannya
masih perlu diuji. Berdasarkan landasan teoritis dan kerangka berfikir yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini bahwasanya “Terdapat
hubungan positif yang signifikan antara kepemimpinan kepala madrasah dengan
kierja guru di MAS Al-Jam’iyatul Wahliyah Kecamatan Pantai Labu Kabupaten
Deli Serdang”.

Anda mungkin juga menyukai