Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MAKNA PESAN NON-VERBAL


Tugas Mata Kuliah Kecakapan Antar Personal

Oleh :
ADI SIOMBI (07352211109)

Dosen Pembimbing :
Ibu Alfanugrah A. Hi Usman S.T, M.Kom

UNIVERSITAS KHAIRUN
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK
TERNATE
PEMBAHASAN

 Pengertian Komunikasi

Manusia senantiasa melakukan komunikasi dalam hidupnya. Manusia akan


selalu terlibat dalam komunikasi karena komunikasi merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan manusia dan merupakan sesuatu yang sangat mendasar
dalan hubungan antar manusia.

Menurut Raymond S. Ross ‘komunikasi adalah suatu proses menyortir,


memilih dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa sehingga membantu
pendengar membangkitkan makna atau respons dari pikirannya yang serupa dengan
yang dimaksudkan komunikator’. (Mulyana, 2000: 62)

Dari pendapat tersebut, kita dapat melihat bahwa suatu kegiatan komunikasi
yang dilakukan oleh manusia merupakan proses penyandian berupa lambang-
lambang yang berarti sehingga terjadi suatu kesamaan makna antara komunikator dan
komunikan. Kegiatan komunikasi tersebut dilakukan untuk suatu perubahan
pendapat, sikap, perilaku yang sesuai dengan keinginan komunikator.

Komunikasi sebenarnya bukan hanya alat tukar menukar pikiran, melainkan


suatu kegiatan yang dilakukan dalam upaya mengubah suatu kegiatan, mengubah
pendapat atau perilaku orang lain, seperti yang dijelaskan oleh Carl I. Hovland
sebagai berikut:

Communication is the process by which an individual (the communicator)


transmit stimuli (usually verbal symbol) to modify the behavior of other individual.”
Yang berarti, proses dari individu (komunikator) dengan menyampaikan rangsangan
biasanya berupa lambang-lambang untuk mengubah perilaku orang lain”. (Tasmara,
1997: 2)

Komunikasi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dalam mengadakan


hubungan pergaulan sehari-hari sebagai ungkapan suatu gagasan, harapan, informasi
kepada pihak lain dengan menggunakan lambang-lambang yang berarti, bisa berupa
isyarat, bahasa, gambar, gerak tubuh, asalkan dipahami oleh kedua belah pihak
seperti yang dikemukakan oleh Bernard Barelson dan Gary A. Stainer dalam
karyanya “Human Behaviour” yang mengemukakan bahwa: “Komunikasi adalah
penyampaian informasi gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya dengan
menggunakan lambang-lambang atau kata-kata, gambar, bilangan, grafik dan lain-
lain. Kegiatan atau proses penyampaian biasanya dinamakan komunikasi.”
(Abdurahman, 1993: 62)

Selain itu komunikasi semakin berkembang sehingga banyak dirumuskan oleh


beberapa pakar lainnya. Banyak definisi dari para ahli yang terungkap dan telah ada
sejak tahun 40-an, dimana pada saat itu mulai nampak akan kebutuhan adanya
science of communications di Amerika. Diantaranya seorang sarjana yang bernama
Carl I. Hovland, merumuskan suatu definisi tentang komunikasi. ‘Menurutnya
komunikasi sebagai proses dimana seseorang komunikator menyampaikan
perangsang-perangsang biasanya lambang-lambang untuk merubah tingkah laku
orang lain (komunikate).’ (Meinanda, 1981: 3)

Dari komunikasi yang dikemukakan oleh Hovland, dapat dilihat bahwa ilmu
komunikasi mempelajari dan meneliti perubahan sikap dan pendapat yang
diakibatkan oleh informasi yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain.
Maksud dari definisi itu, jika ingin mempersamakan persepsi atau gagasan dengan
orang lain sudah tentu harus dilaksanakan dengan jalan menyatakan kepada orang
lain, dengan begitu akan terlihat hasil dari komunikasi itu dengan orang lain, apakah
sudah sesuai dengan tujuan atau tidak.
Sedangkan Raymond S. Ross, mendefinisikan komunikasi sebagai ‘Proses
transaksional yang meliputi pemisahan, pemilihan bersama lambang secara kognitif,
begitu rupa sehingga membantu orang lain untuk mengeluarkan dari pengalamannya
sendiri atau respon yang sama dengan yang dimaksud sumber.’ (Rakhmat, 2000: 3)
Hal ini merupakan suatu proses pengungkapan pikiran menjadi lambang terhadap
perilaku manusia. Bagaimana pesan dari seorang individu menjadi stimulus yang
menimbulkan respon pada individu yang lain. Untuk membedakan kegiatan
penyampaian komunikasi yang sedang berlangsung, maka proses komunikasi terbagi
menjadi proses komunikasi primer dan proses komunikasi secara sekunder, yaitu
sebagai berikut:

“Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau
perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (simbol)
sebagai media antara lain bahasa, isyarat, gambar, warna dan sebagainya yang secara
langsung mampu ”menterjemahkan” pikiran atau perasaan komunikator kepada
komunikan”… sedangkan proses komunikasi secara sekunder adalah proses
penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan alat atau sarana sebagai
media, yang digunakan dalam komunikasi massa maupun media non massa”.
(Effendy, 1995: 11-18).

Proses komunikasi berjalan melalui siklus, komunikator yang menyampaikan


pesan kepada komunikan, dan selanjutnya si komunikan beralih menjadi
komunikator, dan seterusnya, sehingga kegiatan komunikasi dapat berlangsung.
Penyampaian pesan yang terjadi diantara komunikator dengan komunikan
menghasilkan suatu kesamaan arti, maka komunikasi yang berlangsung bersifat
komunikatif. Umpan balik dapat bersifat positif atau dapat pula bersifat negatif.
Umpan balik dapat disampaikan secara nonverbal yaitu dengan menggunakan bahasa
tubuh, isyarat, gambar, atau warna.

 Komunikasi Nonverbal
Pengertian Komunikasi Nonverbal Pesan-pesan nonverbal sangat berpengaruh
dalam komunikasi. Kita mempersepsi manusia tidak hanya lewat bahasa verbalnya:
bagaimana bahasanya (halus, kasar, intelektual, mampu berbahasa asing, dan
sebagainya), namun juga melalui perilaku nonverbalnya. Pentingnya pesan nonverbal
ini misalnya dilukiskan dengan frase,”Bukan apa yang ia katakan, melainkan
bagaimana ia mengatakannya”. Lewat perilaku nonverbalnya kita dapat mengetahui
suasana emosional seseorang, apakah ia sedang bahagia, bingung atau sedih. Kesan
awal kita pada seseorang sering didasarkan perilaku nonverbalnya, yang mendorong
kita untuk mengenalnya lebih jauh. (Mulyana, 2000: 308)

Secara sederhana, pesan nonverbal adalah semua isyarat yang bukan katakata.
Larry A. Samovar dan Richard E. Porter mengemukakan tentang komunikasi
nonverbal sebagai berikut:

‘komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan


verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan
penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi
pengirim atau penerima; jadi definisi ini mencakup perilaku yang disengaja juga tidak
disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara keseluruhan; kita
mengirim banyak pesan nonverbal tanpa menyadari bahwa pesan-pesan itu bermakna
bagi orang lain.’ (Mulyana, 2000: 308)

Dalam perspektif konseptual dan definisi nonverbal, yang dikemukakan oleh


Mark L. Knapp dan Judith A. Hall (1992: 6) pada bukunya Nonverbal
Communication in Human Interaction, katakan bahwa:

“Another way of defining verbal and nonverbal is in terms of their respective


function. This approach is not satisfactory because their function overlap. For
example, the verbal-nonverbal distinction can be seen to rest on the idea that verbal
behaiour is narrative and conceptualfor conveying ideas- while nonverbal behavior is
for communicating emotions. We often express emotion with our face, body, and
voice tone, the concept-emotion distinction is not a good one for difining verbal and
nonverbal behavior. Nonverbal cues are often used for purposes other than showing
emotions.”

Knapp & Hall mencoba menjelaskan mengenai pesan verbal dan noverbal
berdasarkan fungsinya masing-masing. Namun jika dilihat lebih lanjut, fungsi
nonverbal dan verbal saling tumpang tindih. Pernyataan tersebut menggambarkan
betapa pesan verbal tidak pernah terlepas dari pesan nonverbal. Maka setiap orang
yang berkomunikasi secara verbal akan menyampaikan pesan-pesan yang lain dengan
gerakan (gesture), vokalistik, jarak yang diatur dan sebagainya. Ketika seseorang
menyampaikan pendapatnya secara verbal, maka pikiran dan perasaannya akan lebih
cermat tercermin dalam perilaku nonverbalnya. Meskipun ada beberapa isyarat
nonverbal yang dapat kita pelajari untuk membantu orang lain agar dapat mengerti isi
pesan yang kita sampaikan. Misalnya ketika pengajar memberikan pelajaran secara
verbal, maka untuk menarik perhatian anak ia akan 31 menyampaikannya dengan
suara yang keras dan dengan nada yang bervariasi. Hal tersebut merupakan
penggunaan isyarat nonverbal secara sadar, yang didasari atas pengertian pengajar
terhadap kesulitan yang dialami murid-murid dalam berkomunikasi. Seperti yang
telah dikemukakan bahwa anak retardasi mental mengalami kesulitan dalam
menangkap pesan berkenaan dengan kemampuan otak yang dibawah rata-rata dan
kesulitan untuk berkonsentrasi. Pentingnya kesadaran pengajar untuk menyampaikan
materi pelajaran dengan pesan nonverbal untuk membantu anak retardasi mental
dalam proses belajar. Jadi disini, isyarat nonverbal sering digunakan untuk tujuan lain
dibandingkan untuk menunjukkan emosi.

Sementara itu Liliweri (1994: 87) mengemukakan bahwa “komunikasi


nonverbal acapkali dipergunakan untuk menggambarkan perasaan atau emosi. Jika
pesan yang diterima melalui sistem verbal tidak menunjukkan kekuatan pesan, maka
anda dapat menerima tanda-tanda nonverbal lainnya sebagai pendukung.”
Sedangkan bila membicarakan mengenai pendekatan, maka komunikasi
nonverbal termasuk pada pendekatan fungsional, karena “Komunikasi nonverbal
mempunyai aspek-aspek penting yang perlu diperhatikan seperti informasi,
keteraturan, pernyataan, keintiman/keakraban, kontrol sosial, dan saran-saran yang
membantu tujuan komunikasi nonverbal.” (Liliweri, 1994: 97)

Dari pemahaman tentang hakikat komunikasi nonverbal di atas, Alo Liliweri


(1994: 87) dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Verbal dan Nonverbal
merumuskan karakteristik komunikasi nonverbal sebagai berikut:

1. Prinsip umum komunikasi antar pribadi adalah manusia tidak dapat menghindari
komunikasi. Sehingga baik seseorang berbicara ataupun tidak, ia sedang melakukan
komunikasi, karena diam pun merupakan komunikasi. Ketika seseorang diam dan
tidak berbicara, maka pikiran dan perasaan orang tersebut dapat tercermin lewat
perilaku nonverbalnya.

2. Pernyataan perasaan dan emosi. Komunikasi nonverbal merupakan model utama,


bagaimana seseorang menyatakan perasaan dan emosi. Saat seseorang menyatakan
sesuatu, orang lain akan mengerti perasaan orang tersebut, apakah ia marah, sedih,
bahagia, atau bingung. Hal tersebut dikarenakan pesan nonverbal mencerminkan
perasaan seseorang, dengan kata lain seseorang menyatakan isi dan pikiran melalui
bahasa verbal, dan menyatakan perasaan dan emosi dengan “bagaimana” ia
mengatakannya.

3. Informasi tentang isi dan relasi. Dengan fungsinya yang saling tumpang tindih
antara pesan verbal dan nonverbal, maka jelas bahwa komunikasi verbal tidak bisa
berdiri sendiri. Komunikasi nonverbal selalu meliputi informasi tentang isi dari pesan
verbal. Hal tersebut berarti pesan-pesan nonverbal selalu menyertai pesan verbal, dan
jika pesan pesan verbal tidak menunjukkan kekuatan maka pesan-pesan nonverbal
dapat memperkuat isi pesan atau sebagai pendukung pesan verbal.
4. Reliabilitas dari pesan nonverbal. Pesan verbal ternyata dipandang lebih reliable,
daripada pesan nonverbal. Dalam beberapa situasi antar pribadi pesan verbal ternyata
tidak reliable sehingga perlu komunikasi nonverbal.

Karakteristik di atas menunjukkan semua kekuatan-kekuatan yang ada pada


komunikasi nonverbal, serta kita tidak mungkin lepas dari keberadaan komunikasi
nonverbal sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas komunikasi

Meskipun secara teoritis, komunikasi nonverbal dapat dipisahkan dari


komunikasi verbal, dalam kenyataannya kedua jenis komunikasi itu jalin menjalin
dalam komunikasi tatap-muka sehari-hari. Dalam komunikasi ujaran, rangsangan
verbal dan rangsangan nonverbal itu hampir selalu berlangsung bersama-sama (dalam
kombinasi). Kedua jenis rangsangan itu diinterpretasikan bersama-sama oleh
penerima pesan.

Tidak ada struktur yang pasti, tetap, dan dapat diramalkan mengenai hubungan
antara komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Keduanya dapat berlangsung
spontan, serempak dan nonsekuensial. Sementara perilaku verbal adalah saluran-
tunggal, perilaku nonverbal bersifat multisaluran.

Suatu perbedaan lain yang menonjol antara pesan verbal dan nonverbal adalah
bahwa pesan verbal terpisah-pisah sedangkan pesan nonverbal berkesinambungan.
Artinya orang dapat mengawali dan mengakhiri pesan verbal kapan pun ia
menghendakinya, sedangkan pesan nonverbal tetap “mengalir”, sepanjang ada orang
yang hadir di dekatnya.

Dalam hubungannya dengan perilaku verbal, perilaku nonverbal mempunyai


fungsi-fungsi sebagai berikut:

1. Repetisi, yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara


verbal. Misalnya seseorang menganggukkan kepala setelah mengatakan “Ya”,
dan menggelengkan kepala setelah mengatakan “Tidak”.
2. Subsitusi, yaitu menggantikan lambang-lambang verbal. Anak-anak retardasi
mental umumnya mengalami kesulitan dalam berkomunikasi, dan beberapa
diantaranya memberitahu keinginannya hanya dengan isyarat nonverbal, tanpa
berbicara sedikitpun. Misalnya ketika anak meminta bangku untuk
dipindahkan ketempat yang ia mau, ia akan menunjuk bangku tersebut lalu
menuju tempat yang diinginkan dan menunjuk ke bawah yang berarti “di
sini”.
3. Kontradiksi, yaitu menolak pesan verbal atau memberikan makna yang lain
terhadap pesan verbal. Disini terlihat bahwa bahasa verbal tidak selalu
menyatakan apa yang ada di dalam pikiran dan perasaan sehingga pesan
nonverballah yang berperan untuk menyatakannya. Komunikan dapat melihat
dan menangkap pesan nonverbal yang tersembunyi di balik peryataan
seseorang.
4. Komplemen, yaitu melengkapi dan memperkaya makna pesan verbal. Disini
pesan nonverbal terlihat menyertai pesan verbal. Misalnya ketika pengajar
sedang menyatakan pelajaran secara verbal ia juga mengerak-gerakkan
tangannya sebagai alat bantu agar murid-muridnya dapat lebih mudah untuk
mengerti apa yang dikatakan oleh si pengajar.
5. Aksentuasi, yaitu menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya.
Misalnya ketika seseorang marah, maka ia sengaja menaikkan nada bicaranya
dan mengeraskan suaranya agar orang yang mendengarnya mengetahui secara
jelas bahwa ia sedang marah. (Rakhmat, 2000: 302)

Tingkah laku lebih berbicara daripada sekedar kata-kata. Kita biasanya lebih
mempercayai pesan nonverbal, yang menunjukkan pesan sebenarnya, karena pesan
nonverbal itu sulit untuk dikendalikan daripada pesan verbal. Kita dapat sedikit
mengendalikan perilaku nonverbal, namun kebanyakan perilaku nonverbal di luar
kesadaran kita. Kita dapat memutuskan dengan siapa dan kapan berbicara serta topik-
topik apa yang akan kita bicarakan, tetapi kita sulit mengendalikan ekspresi wajah
senang, malu, ngambek dan sebagainya

Dalam komunikasi nonverbal kita harus memperhatikan sejauhmana pesan


nonverbal melancarkan atau menghambat efektivitas komunikasi seperti yang
dikemukakan oleh Dale G. Lathers penulis Nonverbal Communication System,
menyebutkan enam alasan mengapa pesan nonverbal sangat penting.

1. Faktor-faktor nonverbal sangat menentukan dalam komunikasi interpersonal.


Saat kita berbicara secara tatap muka, maka kita dapat menagkap pesan-pesan
lain yang terpancar dari tingkah laku nonverbalnya. Begitu juga sebaliknya.
Kita dapat membaca apa yang tidak dikatakan orang lain secara verbal.
2. Perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan nonverbal
ketimbang pesan verbal. Ketika pengajar memberikan pelajaran di dalam
kelas, ia akan menatap muridnya satu persatu untuk mengetahui apakah
mereka memperatikan, mengerti, atau tidak mengerti. Meski mereka tidak
mengatakan secara verbal bahwa mereka tidak mengerti atau bosan, namun
pengajar dapat melihat dari tingkah laku dan ekspresi wajah si anak.
3. Pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang relative bebas dari
penipuan, ditorsi dan kerancuan. Pesan nonverbal jarang bisa di atur oleh
komunikator. Sehingga jika seseorang menyatakan hal yang bertentangan
dengan hal yang dilakukannya maka biasanya orang akan lebih mempercayai
isyarat nonverbalnya. Ketika murid ditanya apakah sudah mengerjakan
tugasnya atau belum, biasanya anak akan dengan cepat menjawab sudah.
Namun pengajar tentu dapat melihat gerak-gerik mana anak yang sudah
mengerjakan dan mana yang belum.
4. Pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang sangat diperlukan
untuk mencapai komunikasi yang sangat berkualitas tinggi. Seperti yang telah
dijelaskan bahwa, semua fungsi tersebut memberikan informasi tambahan
yang memperjelas makna dan maksud pesan verbal.
5. Pesan nonverbal merupakan cara komunikasi yang lebih efisien dibandingkan
dengan pesan verbal. Bahasa verbal dalam penyampaiannya memerlukan
banyak lambang atau bahasa yang beragam. Banyak dari kata-kata tersebut
mempunyai arti ganda dan abstrak sehingga diperlukan pengulangan atau
penjelasan lebih lanjut, yang berarti membutuhkan waktu yang lebih lama.
Berbeda dengan pesan nonverbal yang bisa dimengerti dengan satu gerakan
atau isyarat saja. Misalnya menangis untuk menyatakan sedih.
6. Pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat. Untuk beberapa
hal dalam mengungkapkan gagasan atau emosi secara tidak langsung, kita
akan menggunakan isyarat nonverbal. Misalnya ketika salah satu murid
berlari-lari di dalam kelas secara terus-menerus. Maka secara tidak langsung
ia meminta perhatian lebih dari pengajarnya. (Rakhmat, 2000: 303-304)
 Klasifikasi Pesan Nonverbal

Komunikasi nonverbal memiliki dimensi yang akan membantu kita dalam


mengetahui isi dari komunikasi nonverbal serta bentuk-bentuk yang ada di dalamnya.
Dalam penulisan ini mengacu pada dimensi komunikasi nonverbal karena bentuk dari
komunikasi nonverbal dapat terlihat jelas melalui dimensi ini. Komunikasi nonverbal
diklasifikasikan dalam beberapa jenis seperti yang dikemukakan oleh Duncan dalam
Psikologi Komunikasi, yaitu:

1. Kinesik atau gerak tubuh Bidang yang menelaah bahasa tubuh adalah kinesika
(kinesics), suatu istilah yang diciptakan seorang perintis studi bahasa nonverbal, Ray
L. Birdwhistell. Setiap anggota tubuh seperti wajah (termasuk senyuman dan
pandangan mata), tangan, kepala dan kaki dan bahkan tubuh secara keseluruhan dapat
digunakan sebagai isyarat simbolik. Pesan kinesik terdiri dari tiga komponen utama:
pesan fasial, pesan gestural, dan postural.
2. Pesan Paralinguistik Pesan paralinguistik adalah pesan nonverbal yang
berhubungan dengan cara mengucapkan pesan verbal. Satu pesan verbal yang sama
dapat menyampaikan arti yang berbeda bila diucapkan dengan cara yang berbeda.

Pesan paralinguistik terdiri atas; nada, kualitas suara, volume, kecepatan, dan ritme.

3. Proksemik Pesan prosekmik disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang.


Umumnya dengan mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban kita dengan orang
lain. Berikut ini adalah klasifikasi jarak dari Edward T.Hall (Brooks dan Emmert,
1976: 137):

• Akrab

Fase dekat 0 – 6''

Fase jauh 6" – 18"

• Personal

Fase dekat 18" – 30"

Fase jauh 30" – 4'

• Sosial Fase dekat 4' – 7'

Fase jauh 7' – 12'

• Publik

Fase dekat 12' – 25'

Fase jauh 25' atau lebih


4. Olfaksi atau Penciuman Bau-bauan telah digunakan manusia untuk berkomunikasi
secara sadar dan tidak sadar. Dr. Harry Wiener dari New York Medical College
menyimpulkan; manusia menyampaikan dan menerima pesan kimiawi eksternal
(external chemical messenger). Kebanyakan komunikasi melalui bau-bauan
berlangsung secara tidak sadar. Wewangian dapat mengirim pesan sebagai godaan,
rayuan, ekspresi femininitas atau maskulinitas.

5. Sensivitas kulit Studi tentang sentuh-menyentuh disebut haptika (haptics).


Sentuhan adalah suatu perilaku yang multimakna, dapat menggantikan seribu makna.
Sentuhan tidak bersifat acak, melainkan suatu strategi komunikasi. Beberapa studi
menunjukkan bahwa sentuhan bersifat persuasif. Menurut Heslin, terdapat lima
kategori sentuhan, yang merupakan suatu rentang yang sangat impersonal hingga
sangat personal. Kategori-kategori tersebut adalah sebagai berikut.

• Fungsional-profesional. Di sini sentuhan bersifat “dingin” dan berorirentasi bisnis.

• Sosial-sopan. Perilaku dalam situasi ini membangun dan memperteguh


pengharapan, aturan dan praktik sosial yang berlaku, misalnya berjabatan tangan.

• Persahabatan-kehangatan. Kategori ini meliputi setiap sentuhanh yang


menandakanafeksi atau hubungan yang akrab.

• Cinta-keintiman. Kategori ini merujuk pada sentuhan yang menyatakan keterikatan


emosional atau ketertarikan.

• Rangsangan seksual. Kategori ini berkaitan erat dengan kategori sebelumnya, hanya
saja motifnya bersifat seksual. Rangsangan seksual tidak otomatis bermakna cinta
atau keintiman.

6. Artifaktual Pesan artifaktual diungkapkan melalui penampilan-tubuh, pakaian, dan


kosmetik. Setiap orang punya persepsi mengenai penampilan fisik seseorang, baik itu
busananya (model, kualitas bahan, warna), dan juga ornament lain yang dipakainya,
seperti kaca mata, sepatu,tas, jam tangan, kalung, gelang, cincin, anting-anting, dan
sebagainya. Seringkali orang memberi makna tertentu pada karakteristik fisik orang
yang bersangkutan, seperti bentuk tubuh, warna kulit, model rambut, dan sebagainya.

7. Daya tarik penampilan fisik Daya tarik fisik seseorang menyjadi penyebab utama
atraksi personal, kita senang terhadap orang-orang yang cantik dan tampan. Mereka
pada gilirannya sangat mudah mendapatkan simpati dan perhatian dari orang lain.
(Rakhmat, 2000: 292-294)

 Pesan Gestural dan Pesan Fasial

Pesan gestural digunakan dalam suatu percakapan atau komunikasi secara tidak
langsung dengan menggerakkan salah satu bagian tubuh untuk menegaskan maksud
dan tujuan atau suatu perasaan tertentu, seperti yang dikemukakan oleh Barroso
dalam Nonverbal Communication in Human Interaction, berikut kutipannya:

“What exactly is gesture? Gesture are movements of the body (or some part of it)
used to communicate an idea, intention, or fealling. Many of these actions are made
with the arms/hands, but the face/head are also used in gesture many body-focused
movements reflect or regulate state or arousal”. (Knapp & Hall, 1992: 187)

Seperti yang telah dikemukakan di atas, pesan gesture merupakan gerakan salah
satu tubuh untuk menyatakan ide, maksud atau perasaan. Pesan gestural dapat
dilakukan secara sengaja, maupun tidak sengaja. Pesan gestural yang dilakukan
secara sengaja mempunyai peran yang penting dalam proses pembelajaran. Misalnya
pengajar yang sedang menerangkan bentuk bola lalu menggerak tangannya dan
membentuk lingkaran. Gerakan tangan tersebut berfungsi sebagai alat bantu agar
mempermudah murid untuk memahami apa yang disampaikan pengajar. Contoh lain
adalah ketika pengajar mengangguk- 40 anggukan kepala sebagai tanda “benar”,
ketika muridnya bisa menjawab pertanyaan dengan benar.

Sedangkan Rakhmat (2001: 290) mendefinisikan pesan gestural adalah “Pesan


yang menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti isyarat dengan
menggunakan tangan, mimik wajah dan sebagainya.” Dari pengertian tersebut bahwa
setiap perilaku komunikasi dapat berupa perilaku verbal atau nonverbal, sehingga
dapatlah disebut sebagi pesan verbal yang terungkap dengan kata-kata atau pesan
nonverbal yang mungkin bisa disadari atau tidak disadari, sehingga harus diakui pada
saat-saat tertentu seseorang dapat mengirimkan pesan yang tidak diketahuinya.

Anda mungkin juga menyukai