Anda di halaman 1dari 14

PENANGGULANGAN KEJADIAN FRAMBUSIA

Kementerian Kesehatan
Tahun 2021
PENANGGULANGAN KEJADIAN FRAMBUSIA

Penanggung Jawab
Editor
………………..
Kontributor
………………..

Penerbit : Direktorat P2ML, Ditjen P2P, Kementerian Kesehatan


Tahun : 2021
Daftar Isi

PENDAHULUAN 4

POPM Total Penduduk 5


Tujuan 5
Dasar Penetapan 5
Metode 5
Prinsip POPM Total Penduduk 5
Obat frambusia 5
Sasaran 6
Pelaksanaan POPM Total Penduduk 7
Pencatatan dan Pelaporan Hasil Kegiatan POPM Total Penduduk frambusia 9
Monitoring dan Evaluasi 9

POPM Kasus Kontak 10


Tujuan 10
Dasar Penetapan 10
Metode 10
Prinsip POPM Kasus Kontak 10
Obat frambusia 10
Sasaran 10
Pelaksanaan POPM Kasus Kontak 11
Pencatatan dan Pelaporan Hasil Kegiatan POPM Total Penduduk frambusia 13
Monitoring dan Evaluasi 13
I. PENDAHULUAN
Frambusia yang tidak diobati, sebagian sembuh sendiri, sebagian lagi
akan berkembang ke stadium sekunder, dan tertier. Stadium primer dan
sekunder sangat menular dengan cara kontak langsung dengan lesi
penderita frambusia.
Dewasa ini, pengobatan frambusia cukup mudah, yaitu dengan memberi
antibiotik azitromisin dosis tunggal sesuai dosis, fambusia sembuh dan
lesi akan menghilang dalam waktu 1-2 minggu setelah minum obat dan
penularan dapat dihentikan.
Frambusia hanya hidup pada manusia, dan oleh karena itu, pengobatan
terhadap kasus frambusia (aktif) dan semua orang yang diduga terinfeksi
(kontak fisik dengan penderita) secara serentak bersamaan pada satu
wilayah penularan, maka sumber penularan dapat ditiadakan dalam
wilayah tersebut dan penularan setempat berkelanjutan dapat dihentikan.

Penularan frambusia dapat dihentikan dengan cara


1. Penderita minum obat antibiotika (azitromisin) satu dosis, DAN
2. Semua orang yang kontak dengan penderita juga minum antibiotik
(azitromisin) satu dosis dalam waktu bersamaan dengan penderita,
disebut pemberian obat pencegahan secara massal terhadap kasus
dan semua kontaknya (POPM-kasus kontak), ATAU
3. semua penduduk satu desa minum antibiotik satu dosis dalam
waktu bersamaan, disebut Pemberian obat pencegahan secara
massal terhadap total penduduk desa (POPM-total penduduk).
II. POPM Total Penduduk

A. Tujuan
Tujuan dilaksanakannya POPM-total penduduk adalah untuk
menghentikan penularan frambusia di seluruh wilayah Kabupaten/Kota
secara cepat dan efisien

B. Dasar Penetapan
● Berdasarkan evaluasi endemisitas frambusia desa-desa pada satu
kabupaten/kota, diketahui adanya banyak desa/kelurahan dengan
jumlah kasus cukup besar (>10 kasus dalam setahun terakhir),
atau ditemukannya kasus frambusia terus menerus setiap bulan (6
bulan)
● Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota membuat penetapan
POPM total penduduk satu wilayah kabupaten/Kota

C. Metode
1. Prinsip POPM Total Penduduk
Pemberian obat pencegahan massal total penduduk atau disebut
POPM total penduduk adalah memberikan obat pencegahan kepada
semua penduduk di desa endemis secara serentak bersamaan
(total penduduk) diikuti dengan intensifikasi surveilans serta POPM
kasus dan kontak agar mata rantai penularan frambusia dapat
dihentikan di seluruh wilayah Kabupaten/Kota.

2. Obat frambusia
a. Jenis Obat Obat yang digunakan dalam POPM frambusia adalah
Azitromisin dosis tunggal. Bentuk sediaan berupa sirup kering,
tablet, atau kaplet. Obat dapat diberikan pada saat perut kosong
(1 jam sebelum makan atau 2 jam sesudah makan). Namun,
untuk meminimalkan efek mual sebaiknya diberikan setelah
makan.

b. Cara Pemberian Obat


1) Obat Azitromisin diberikan per oral.
2) Apabila terjadi reaksi alergi terhadap azitromisin, maka obat
alternatif lain dapat diberikan.
3) Pada daerah yang dilakukan kegiatan POPM Kontak Kasus
setelah POPM total penduduk tidak tersedia obat Azitromisin,
maka dapat digunakan obat lain sesuai rekomendasi ahli.

c. Dosis Pemberian Obat


1) Obat Azitromisin diberikan dengan dosis 30 mg/kg berat badan
(maksimum 2 gram) atau dosis menurut umur (dosis
tunggal). Obat harus diminum di depan petugas.
2) Pada pelaksanaan di lapangan, pemberian obat Azitromisin
adalah sebagai berikut

Umur Cara Lama


Nama Obat Dosis
(th) Pemberian Pemberian

Azitromisin 2-5 500 mg, 1 oral dosis


tablet x sehari tunggal

6-9 1000 mg, orql dosis


1 x sehari tunggal

10-15 1500 mg, orql dosis


1 x sehari tunggal

16-69 2000 mg orql dosis


1 x sehari tunggal

3) Petugas sebaiknya menyediakan timbangan untuk menentukan


dosis terutama pada anak yang pertumbuhannya
(penambahan berat badan) tidak sesuai dengan umur.

3. Sasaran
a. Sasaran POPM total penduduk adalah semua penduduk di desa-desa
endemis pada satu wilayah kabupaten/kota, dengan usia 2-69 tahun,
kecuali yang ditunda pengobatannya.
b. Penduduk yang ditunda pengobatannya adalah wanita hamil, penderita
sakit berat, atau alergi obat tertentu.
c. Apabila setelah dilakukan POPM total penduduk, masih
ditemukan kasus baru maka dilakukan POPM kasus-kontak

4. Pelaksanaan POPM Total Penduduk


a. Penetapan adanya kasus frambusia konfirmasi (RDT positif) atau
kasus frambusia probable (kontak fisik dengan kasus frambusia
konfirmasi)
b. Penyelidikan adanya kasus frambusia konfirmasi dan kasus
frambusia probable diantara kontak. Ini bisa dilakukan
bersamaan dengan pelaksanaan pengobatan, tetapi akan lebih
baik jika dilaksanakan sebelum dimulainya pengobatan agar
peta sebaran kasus telah jelas, dan siapa saja kontaknya juga
telah teridentifikasi dengan baik.
c. Pelaksanaan POPM kasus-kontak
1) Pelaksanaan POPM kasus-kontak segera (<72 jam) setelah
diketahuinya kasus frambusia
2) Penyiapan tingkat Puskesmas, mulai dari logistik, SDM,
formulir dan sistem pencatatan dan pelaporannya.
3) Penyiapan kasus kontak yang akan melaksanakan POPM
kasus-kontak. Biasanya, ketika kasus frambusia diperoleh
(RDT positif) akan segera mendapat obat frambusia.
4) Penyiapan pengelolaan Kejadian Ikutan Pemberian Obat
Pencegahan Massal.
5) Pelaksanaan pemberian obat pada kasus dan semua
kontaknya.
6) Pelaksanaan Pengelolaan Kejadian Ikutan Pemberian Obat
Pencegahan Massal.

d. Melaksanakan surveilans Pasca POPM frambusia kasus kontak


dengan kegiatan utama penemuan DINI kasus frambusia.
e. Setiap kasus frambusia SEGERA diikuti dengan melaksanakan
POPM Kasus dan Kontak lagi, sehingga tidak ada atau
meminimalkan kesempatan terjadinya penularan
f. Penemuan DINI dan kemudian diikuti SEGERA dengan POPM
kasus kontak merupakan kegiatan kunci menghentikan
penularan frambusia
g. Apabila pada satu cluster frambusia terdapat penularan masih
tetap tinggi atau berkepanjangan, POPM total penduduk dapat
dipertimbangkan diterapkan pada satu desa dimana cluster
tersebut berada.
h. Hasil kegiatan dicatat dan dilaporkan dengan menggunakan
formulir-formulir yang telah disediakan

Skematis pelaksanaan kegiatan POPM total penduduk dapat dilihat


pada gambar berikut :
5. Pencatatan dan Pelaporan Hasil Kegiatan POPM Total
Penduduk frambusia

Hasil kegiatan POPM total penduduk segera dilaporkan, yang


kemudian diikuti dengan perbaikan laporan karena penambahan
jumlah orang yang mendapat obat pada saat evaluasi lapangan.
Perbaikan diberi batas waktu sampai akhir Maret tahun berikutnya.
Pada pelaksanaan POPM total penduduk disiapkan formulir-formuir
pencatatan kegiatan : Formulir Sensus Penduduk, Formulir Daftar
Pemberian Obat Pencegahan Massal Total Penduduk di Pos
Pelaksana POPM frambusia dan Formulir Laporan Cakupan POPM
Total Penduduk di Desa, Puskesmas, Kabupaten/Kota

6. Monitoring dan Evaluasi


Sejak ditetapkannya kegiatan POPM total penduduk pada satu wilayah
kabupaten/kota, kegiatan monitoring dan evaluasi juga mulai diterapkan.
Monitoring diterapkan agar setiap tahapan kegiatan pelaksanaan POPM
total penduduk dilaksanakan, dan semua penduduk sasaran mendapat
obat sesuai dosis yang ditetapkan.

Indikator
a. Semua desa endemis telah melaksanakan POPM total penduduk
b. Cakupan POPM total penduduk per desa >80 % sasaran (yang 20
% adalah yang gagal mendapat obat karena sakit atau indikasi
lain)
c. Surveilans pasca POPM total penduduk berkualitas tinggi sesuai
indikator yang ditetapkan dan diikutidengan melaksanakan POPM
kasus kontak,
d. Penularan frambusia dapat dihentikan kurang dari 6 bulan sejak
dimulainya pemberian obat pencegahan kepada penduduk.
III. POPM Kasus Kontak

A. Tujuan
Menghentikan segera penularan frambusia pada satu komunitas tertentu
(cluster kasus-kontak) karena adanya dugaan terjadinya penularan
frambusia

B. Dasar Penetapan
● Ditemukannya satu atau cluster kasus frambusia (kasus frambusia
konfirmasi/kasus suspek dengan pemeriksaan RDT positif)
● Kepala Puskesmas membuat penetapan POPM kasus-kontak)

C. Metode
1. Prinsip POPM Kasus Kontak
Pemberian obat pencegahan massal kasus-kontak atau disebut
POPM kasus-kontak adalah memberikan obat pencegahan kepada
kasus frambusia yang ditemukan beserta semua kontaknya secara
serentak diikuti dengan intensifikasi surveilans serta POPM kasus
dan kontak agar mata rantai penularan frambusia dapat dihentikan
di seluruh wilayah penularan kasus frambusia.

2. Obat frambusia
Jenis obat, cara pemberian obat, dosis obat sama dengan obat pada
POPM total penduduk

3. Sasaran
a. Sasaran POPM kasus-kontak adalah kasus frambusia dana
semua kontaknya dengan usia 2-69 tahun, kecuali yang ditunda
pengobatannya.
Kontak terhadap kasus frambusia adalah :
1) semua orang yang tinggal dalam satu rumah,
2) tetangga sekitar,
3) teman bermain sehari-hari,
4) teman sekelas, dan
5) mereka yang bergaul/memiliki kontak sosial dengan kasus
lebih dari 20 jam per minggu

b. Kontak yang ditunda pengobatannya adalah wanita hamil,


penderita sakit berat, atau alergi obat tertentu.
c. Apabila setelah dilakukan POPM kasus-kontak, masih ditemukan
kasus baru maka dilakukan POPM kasus-kontak lagi

7. Pelaksanaan POPM Kasus Kontak


a. Penetapan adanya kasus frambusia konfirmasi atau kasus
frambusia probable. Kasus frambusia bisa diperoleh dini saat
kegiatan pelayanan Puskesmas, pemeriksaan sekolah, pelayanan
Puskesmas Keliling, atau hasil kegiatan evaluasi endemsitas
wilayah.
b. Penyelidikan kasus frambusia untuk mengidentifikasi adanya
kasus frambusia lainnya dan melakukan pemetaan kontak yang
akan mendapat pengobatan.
c. Pelaksanaan POPM kasus-kontak
1) Penyiapan di Puskesmas dan kabupaten/kota, mulai dari
logistik, SDM, formulir diperlukan, dan sistem pencatatan dan
pelaporan serta surat tugas pelaksanaan penyelidikan dan
pelaksanaan POMD kasus-kontak.
2) Penyiapan kasus dan kontak akan mendapat pengobatan.
Kasus frambusia, biasanya, segera diobati ketika ditetapkan
ditemukan.
3) Penyiapan pengelolaan Kejadian Ikutan Pemberian Obat
Pencegahan Massal.
4) Pelaksanaan POPM frambusia kasus-kontak. Pelaksanaan
POPM kasus-kontak dilakukan SEGERA ketika kasus frambusia
ditetapkan (<72 jam) untuk mencegah penularan frambusia
lebih luas.
5) Pelaksanaan Pengelolaan Kejadian Ikutan Pemberian Obat
Pencegahan Massal.
d. Melaksanakan surveilans Pasca POPM frambusia dengan kegiatan
utama penemuan DINI kasus frambusia, terutama diantara
kontak
e. Setiap kasus frambusia yang ditemukan pasca POPM frambusia
kasus-kontak SEGERA diikuti dengan melaksanakan POPM Kasus
dan Kontak lagi, sehingga tidak ada atau meminimalkan
kesempatan terjadinya penularan
Penemuan DINI dan kemudian diikuti SEGERA dengan POPM
kasus kontak merupakan kegiatan kunci menghentikan penularan
frambusia
f. Apabila pada satu desa tertentu terdapat penularan yang masih
cukup tinggi atau berkepanjangan, POPM total penduduk dapat
dipertimbangkan untuk diterapkan pada satu desa tertentu
tersebut
g. Hasil kegiatan POPM kasus-kontak dicatat dan dilaporkan dengan
menggunakan formulir-formulir yang telah disediakan
Skematis pelaksanaan kegiatan POPM kasus-kontak dapat dilihat
pada gambar berikut :
8. Pencatatan dan Pelaporan Hasil Kegiatan POPM Total
Penduduk frambusia

Hasil kegiatan POPM kasus-kontak segera dilaporkan, yang


kemudian diikuti dengan perbaikan laporan karena penambahan
jumlah orang yang mendapat obat pada saat evaluasi lapangan.
Perbaikan diberi batas waktu sampai akhir Maret tahun berikutnya.

Pada pelaksanaan POPM kasus-kontak disiapkan formulir-formuir


pencatatan kegiatan : Formulir Daftar Pemberian Obat Pencegahan
Massal Total Penduduk di Pos Pelaksana POPM frambusia dan
Formulir Laporan Cakupan POPM Kasus Kontak Puskesmas,
Kabupaten/Kota

9. Monitoring dan Evaluasi


Sejak ditetapkannya kegiatan POPM kasus-kontak pada satu cluster
kasus frambusia, kegiatan monitoring dan evaluasi juga mulai diterapkan.
Monitoring diterapkan agar setiap tahapan kegiatan pelaksanaan POPM
kasus-kontak dilaksanakan, dan semua kasus dan kontak sasaran
mendapat obat sesuai dosis yang ditetapkan.

Indikator
a. Semua kasus, dan kasus-kasus lain yang ditemukan serta semua
kontak terhadap kasus-kasus tersebut telah mendapat obat sesuai
dosis
b. Cakupan POPM kasus-kontak adalah semua sasaran mendapat obat
kecuali yang tidak dapat obat karena sakit atau sebab lain sesuai
ketentuan
c. Surveilans pasca POPM kasus-kontak berkualitas tinggi sesuai
indikator yang ditetapkan dan diikuti dengan melaksanakan POPM
kasus kontak lagi,
Penularan frambusia dapat dihentikan kurang dari 2 bulan sejak
dimulainya pemberian obat pencegahan kepada kasus-kontak. Artinya
tidak ada indikasi penularan setelah 2 bulan sejak dimulainya pelaksanaan
pengobatan dalam kegiatan POPM kasus-kontak
Bahan Bacaan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 8 Tahun 2017 tentang
Eradikasi Frambusia

Anda mungkin juga menyukai