Anda di halaman 1dari 17

Central Gathering Station (CGS)

Central gathering station (CGS) merupakan suatu stasiun pengumpul fluida yang
diperoleh dari producer untuk kemudian dipisahkan antara minyak, air, dan pengotor-
pengotornya sehingga diperoleh minyak yang memenuhi standar konsumen. PT. CPI memiliki 5
area CGS untuk pengolahan heavy oil yaitu CGS area 1, 3, 4, 5, dan 10. Untuk melakukan proses
pengolahan tersebut, CGS dilengkapi dengan berbagai alat yang masing-masing memiliki fungsi
yang berbeda – beda sesuai keperluan yang dibutuhkan. alat – alat tersebut antara lain:

a. Heat Exchanger
Heat exchanger merupakan alat penukar panas yang berfungsi untuk menaikkan atau
menurunkan temperatur suatu liquid. Heat exchanger yang ada di CGS seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 3.2 berfungsi untuk menaikkan temperatur produced fluid yang masuk sehingga
dicapai temperatur yang diperlukan untuk proses pemisahan (Gambar 3.3). CGS-10 memiliki 7
unit heat exchanger jenis shell and tube dimana fluida berada di bagian shell dan steam berada
pada tube.

Gambar 3.2 Heat exchanger


Gambar 3.3 Skema heat exchanger

Heat exchanger yang ada di CGS-10 memiliki laju alir produced fluid masuk sekitar
440.000 BFPD (barrel fluid per day) dengan tekanan 40 – 50 psig. Steam digunakan sebagai
fluida panas untuk menaikkan temperatur, sedangkan air rangau digunakan untuk menurunkan
temperatur jika diperlukan (Gambar 3.3). Produced fluid yang dihasilkan memiliki temperatur
195 – 200oF.

b. Gas Boot
Gas boot (Gambar 3.4) berfungsi untuk memisahkan gas dari produced fluid serta
menurunkan tekanan fluida sebelum diumpankan ke free water knock out (FWKO) tank. Waste
gas dengan kadar hidrokarbon rendah yang dihasilkan dari proses pemisahan tersebut kemudian
dialirkan ke flare gas knock out drum untuk memisahkan kondensat dari waste gas dan gas yang
tersisa akan dibakar di flare stack (Gambar 3.5). Sebelumnya, gas akan melewati PCV terlebih
dahulu, dimana tekanan di dalam gas boot akan diatur secara otomatis dengan cara membuang
kelebihan tekanan ke saluran pipa high pressure flare header. Produced fluid diumpankan ke
gas boot melalui bagian atas gas boot, dan dialirkan melalui umbrella spreader.
Gambar 3.4 Gas boot

Gambar 3.5 Skema Gas boot


Pengaturan tekanan di dalam gas boot diperlukan agar level liquid dalam gas boot dapat
dikonrol dengan baik. Tekanan dalam gas boot diatur secara otomatis agar tidak melebihi
tekanan 1,8 psi, karena dapat mengakibatkan level liquid akan tertekan ke bawah, sehingga gas
dapat ikut terbawa ke dalam tangki FWKO bersama produced fluid. Terbawanya gas ke dalam
FWKO harus dihindari karena dapat merusak lapisan minyak yang telah terbentuk, sehingga
proses pemisahan yang terjadi terganggu. Selain itu, tekanan dalam gas boot juga tidak boleh
lebih kurang dari 1,4 psi, karena akan menyebabkan terbawanya liquid ke flare stack.

c. Free Water Knock Out (FWKO)


Free water knock out (FWKO) tank (Gambar 3.6) adalah tangki yang berfungsi untuk
memisahkan sebagian besar air bebas dari lapisan minyak terproduksi. Proses pemisahan air
bebas tersebut memanfaatkan gaya gravitasi dan perbedaan densitas antara air dan minyak
(Gambar 3.7). Air bebas atau free water yang telah dipisahkan dialirkan ke unit water treating
plant (WTP) untuk diolah lebih lanjut sebagai sumber bahan baku steam generator melalui
water leg, sedangkan padatan dibuang melalui pipa pada bagian bawah tangki yang disebut san
pan drain dan dialirkan ke sand removal facilities. Air yang telah dipisahkan dan dialirkan ke
WTP masih memiliki kadar oil content kurang lebih 300 ppm.

Gambar 3.6 FWKO tank


Gambar 3.7 Skema FWKO tank

Minyak yang telah dipisahkan dari kandungan air bebas, kemudian dialirkan ke wash tank
untuk proses pemisahan lebih lanjut. Kandungan pengotor yang masih terbawa dalam minyak
tersebut sebanyak 30 – 50%. Selain karena adanya gaya gravitasi, pemisahan di FWKO tank juga
dibantu dengan chemical berupa demulsifier dan reverse demulsifier yang dicampurkan ke dalam
produced fluid sebelum melalui heat exchanger. Chemical tersebut berfungsi sebagai emulsion
breaker atau pemecah emulsi, sehingga emulsi yang terbentuk antara minyak dan air dapat
terpisah.

d. Wash Tank
Wash tank (Gambar 3.8) berfungsi sebagai tempat pemisahan lebih lanjut antara minyak
dan air. Minyak yang masih banyak mengandung air yang merupakan keluaran dari tangki
FWKO kemudian diumpankan ke dalam wash tank. Di dalam wash tank diharapkan proses
pemisahan dapat terjadi secara optimal, sehingga minyak keluaran dari wash tank telah
memenuhi standar kandungan BS&W yang diinginkan.
Gambar 3.8 Wash tank

Proses pemisahan yang terjadi di dalam wash tank menggunakan prinsip yang sama
dengan FWKO tank, yaitu gaya gravitasi dan juga dengan bantuan chemical (Gambar 3.9).
Chemical diharapkan bekerja secara optimal dalam wash tank. Salah satu factor yang sangat
berpengaruh dalam proses pemisahan ini adalah retention time atau waktu retensi, semakin lama
waktu retensi maka semakin optimal pemisahan yang dapat dilakukan. Oleh karena itu, dapat
dilihat dengan jelas bahwa volume dari wash tank jauh lebih besar dari pada FWKO tank
sehingga waktu retensi untuk pemisahan minyak dengan air menjadi lebih maksimal. Selain itu
wah tank juga disusun secara seri agar proses pemisahan yang dilakukan benar – benar optimal
dan diperoleh minyak dengan standar yang diinginkan. Minyak yang diperoleh kemudian
diumpankan ke shipping tank untuk selanjutnya dipompakan ke Dumai.
Gambar 3.9 Skema Wash tank

e. Shipping Tank
Shipping tank berfungsi sebagai wadah untuk menampung limpahan dari wash tank dan
sekaligus member suction head yang cukup untuk pompa LPS (low pressure shipping) (Gambar
3.11). Minyak yang ditampung dalam shipping tank sudah memiliki kandungan BS&W yang
rendah yaitu < 1%. Untuk mengetahui level minyak dalam shipping tank (Gambar 3.10)
digunakan level indicator yang dilengkapi dengan sebuah floating yang dihubungkan dengan
kabel/sling ke pointer. Shipping tank juga dilengkapi dengan level transmitter untuk keperluan
remote monitoring.
Gambar 3.10 Shipping tank
Gambar 3.11 Skema Shipping tank

Shipping tank dilengkapi dengan level switch yang berfungsi untuk memberikan
perlindungan dan sinyal alarm jika terjadi keadaan yang dapat merusak lingkungan, tangki,
ataupun pompa LPS. Jumlah aliran minyak yang dipompakan oleh LPS diukur pada LACT
(lease automatic custody transfer) meter (Gambar 3.12), kemudian dipompakan ke Dumai
melalui pompa HPS (high pressure shipping). Skema LACT meter dapat dilihat pada Gambar
3.13. LPS adalah unit pompa tipe sentrifugal yang mendapatkan pasokan langsung dari shipping
tank. LPS dapat dioperasikan secara otomatis dan dilengkapi dengan alarm, flow switch, level
switch, vibration switch, dan motor load protection untuk ketahanan dan keselamatan pompa dan
motor penggeraknya.

Gambar 3.12 LACT unit


Gambar 3.13 Skema LACT unit

f. Intermediate Skimming Tank (IST)


Intermediate skimming tank (IST) (Gambar 3.14) berfungsi sebagai salah satu tempat
untuk menampung air yang berasal dari FWKO tank, wash tank, dan kondensat steam yang
berasal dari heat exchanger. Selain itu, IST juga berfungsi untuk mengurangi kandungan oil
content menjadi maksimum kurang lebih 50 ppm (Gambar 3.15). Di dalam IST dipisahkan juga
pasir yang masih terbawa bersama air dan mengalirkannya sand slurry tank.

Gambar 3.14 Intermediate skimming tank


Gambar 3.15 Skema Intermediate skim tank

Air yang telah dikurangi kandungan oil content-nya menjadi kurang lebih 50 ppm
kemudian dialirkan menuju Mechanical Floatation Unit (MFU) untuk pengolahan selanjutnya.
CGS-10 memiliki empat unit IST yang dipasang secara parallel, sehingga memudahkan apabila
akan dibersihkan. Proses pemisahan pada IST memanfaatkan gaya gravitasi. Air yang masih
mengandung oil content yang tinggi dialirkan secara gravitasi ke dalam IST. Pada proses ini, sisa
– sisa minyak pada air terpisah secara gravitasi sehingga minyak berada pada bagian paling atas,
kemudian minyak akan melimpah ke weir box menuju slop oil plant.

g. Mechanical Floatation Unit (MFU)


Mechanical floatation unit (MFU) berfungsi sebagai fasilitas pengolahan produced water
yang masih memiliki oil content dan turbidity yang tinggi sehingga diharapkan menghasilkan
treated water yang oil content-nya sesuai dengan yang diinginkan yaitu < 1 ppm dan turbidity
maksimum 7 ntu (Gambar 3.17). MFU yang digunakan di CGS-10 terdiri dari empat unit MFU,
dimana satu unit MFU terdiri dari primary dan secondary MFU (Gambar 3.16). Masing – masing
unit MFU memiliki empat cell dan empat agitator. Selain itu disetiap keluaran MFU dipasang
sebuah level controller yang berfungsi untuk menjaga permukaan air dalam MFU tetap stabil.
Level dalam MFU yang terlalu rendah dapat mengakibatkan minyak yang telah mengapung akan
ikut terbawa ke surge tank, sedangkan level yang terlalu tinggi akan menyebabkan oil skimmer
box akan cepat penuh, sehingga pengambilan minyak tidak optimal karena adanya minyak yang
kembali ke floatcell.
Gambar 3.16 Mechanical floatation unit

Gambar 3.17 Skema Mechanical floatation unit

Proses pemisahan di dalam MFU menggunakan bantuan chemical berupa flokulan yang
berfungsi untuk membantu pembentukan butiran – butiran minyak dalam emulsi menjadi
gumpalan minyak berukuran besar, sehingga gumpalan tersebut mengapung ke permukaan.
Gumpalan minyak yang telah mengapung kemudian dipisahkan dengan bantuan skimmer. Air
yang dihasilkan memiliki oil content yang rendah yaitu < 1 ppm, kemudian air tersebut dialirkan
ke surge tank untuk pengolahan selanjutnya.
Cara kerja MFU dalam mengurangi oil content dalam air baku dimulai saat air dari IST
dialirkan ke MFU, kemudian chemical diinjeksikan ke dalam pipa upstream dari MFU inlet. Air
yang telah diinjeksikan chemical kemudian bergerak dari satu cell ke cell lainnya melalui lubang
pada bagian bawah dispersed hood. Setiap cell dilengkapi sebuah agitator yang digerakkan
dengan motor listrik yang berfungsi untuk membantu pencampuran air dengan chemical.
Skimmer yang berada pada bagian atas digunakan untuk mengais gumpalan minyak yang
terapung di permukaan dan memindahkannya ke weir box di sebelah kanan dan kiri floatcell lalu
mengalir melalui pipa menuju skimming concentrator. Pipa outlet MFU yang menuju ke surge
tank dilengkapi dengan control valve yang berfungsi untuk mengatur level air dalam MFU dan
juga terdapat sample cock yang digunakan untuk pengambilan contoh air yang akan diuji. Dari
hasil pengujian akan diperoleh data yang akan menunjukkan apakah takaran chemical perlu
ditambah ataupun dikurangi. Selain melalui hasil pengujian, takaran chemical yang perlu
ditambahkan atau dikurangi juga dapat dilihat dari kondisi busa pada air dalam MFU.
Penambahan chemical yang terlalu banyak akan menghasilkan busa yang banyak sehingga dapat
mengganggu pembacaan level.

h. Surge Tank
Surge tank berfungsi sebagai tempat penampungan air keluaran MFU sekaligus sebagai
media penyedia suction head yang cukup untuk pompa – pompa softener charge pump. Tidak
ada proses khusus yang terjadi dalam surge tank selain penampungan treated water sebelum
dialirkan ke softener. Air yang dialirkan dari surge tank menuju softener memiliki karakteristik
kadar oil content < 1 ppm dan hardness 60 – 75 ppm dengan flowrate 110.000 BPD.

i. Softener
Softener berfungsi untuk mengurangi kesadahan air menggunakan metode ioan exchange
dimana maksimum kesadahan yang diperlukan adalah < 1 ppm (Gambar 3.18). Unit softener
terdiri dari 11 unit yang disusun secara paralel dimana masing – masing unit terdiri dari primary
softener dan secondary softener yang disusun secara seri (Gambar 3.19). Proses water softener
dilakukan untuk mengurangi kesadahan atau hardness air yang diasumsikan sebagai kadar
MgCO3 dan CaCO3. Hardness terbentuk karena adanya reaksi antara ion – ion kalsium dan
magnesium dengan ion – ion karbonat atau bikarbonat yang mempunyai kemampuan
membentuk scale atau kerak yang dapat merusak bagian dalam pipa boiler. Kalsium karbonat
memiliki kecenderungan membentuk scale dikarenakan adanya pengaruh penurunan tekanan,
kenaikan pH, kenaikan temperatur, serta adanya turbulensi di dalam sistem.

Gambar 3.18 Skema Water softener unit


Proses softening yang terjadi adalah proses pertukaran ion, dimana air yang masuk ke
dalam primary softener akan melewati media resin zeolite, kemudian terjadi pengikatan ion
kalsium dan magnesium oleh ion sodium. Pertukaran ion-ion ini akan terjadi terus menerus
selama air melewati resin, sehingga air yang dihasilkan dari primary softener telah berkurang
kesadahannya. Air tersebut kemudian dialirkan ke secondary softener dimana pertukaran ion
kembali terjadi hingga diperoleh air dengan kesadahan yang rendah dan sesuai dengan baku
mutu air bahan baku steam.

Gambar 3.19 Water softener unit


Penggunaan zeolite secara terus menerus akan menyebabkan resin zeolite menjadi jenuh,
sehingga dapat mengganggu proses pertukaran ion. Untuk menangani hal tersebut maka
dilakukan pengaktifan kembali resin dengan cara penggaraman menggunakan larutan NaCl yang
dipompakan dari brine pit. Proses penggaraman atau regenerasi ini adalah suatu proses untuk
meregenerasi kemampuan sodium zeolite (NaZ) untuk mengikat ion kalsium atau magnesium
dengan cara menginjeksikan NaCl agar ion Na pada zeolite kembali aktif. Sebelum diinjeksikan
dengan larutan NaCl resin zeolite perlu dilakukan backwash terlebih dahulu untuk
mempersiapkan permukaan resin agar dapat melakukan kontak dengan larutan NaCl. Tahapan
yang perlu dilakukan saat regenerasi resin adalah cleaning, backwash primary, brine
introduction, brine displacement, rinse primary, rinse secondary, dan service. Cleaning adalah
proses pembersihan lumpur atau minyak yang terperangkap dalam resin menggunakan surfaktan
serta bantuan udara dari blower untuk pengadukan. Backwash primary adalah proses
pembersihan resin dari sisa surfaktan, brine introduction adalah proses penginjeksian larutan
NaCl ke dalam softener, brine displacement adalah proses pembersihan resin dari sisa larutan
NaCl menggunakan air dari GFW tank, sedangkan rinse primary dan rinse secondary adalah
proses pembilasan resin dengan menginjeksikan air melalui primary service inlet dan keluar
melalui secondary rinse outlet. Pada tahap service resin telah dapat digunakan kembali untuk
proses softening, sedangkan air sisa dari proses regenerasi dialirkan ke waste water injection
(WWI) tank. Air tersebut nantinya akan diinjeksikan kembali ke dalam bumi.

j. GWF tank
Generator feed water (GFW) adalah air yang telah melalui proses deoiling di MFU serta
softening di water softener dan telah memenuhi spesifikasi air untuk umpan steam generator.
Wadah yang digunakan untuk menampung GFW ini disebut GFW tank. Dari GFW tersebut air
kemudian didistribusikan ke central steam station (CSS) atau COGEN melalui sebuah inter area
connection dengan menggunakan pompa GFW.
Gambar 3.20 Generated feed water tank

k. Sand slurry tank


Sand slurry tank adalah tangki penampungan pasir dan lumpur yang dihasilkan dari
keluaran FWKO tank, wash tank, dan IST. Sand slurry tank yang ada di CGS-10 digunakan
sebagai tempat penampungan sementara sebelum pasir tersebut diinjeksikan kembali ke dalam
formasi. Sebenarnya sand slurry tank berfungsi sebagai tempat penampungan sementara sebelum
pasir dan lumpur dialirkan ke sand plant untuk diolah lebih dulu sebelum diinjeksikan kembali
ke dalam formasi. Namun, karena kurang efisiennya pengoperasian sand plant sehingga pasir
dan lumpur yang ditampung di dalam sand slurry tank hanya ditampung untuk selanjutnya
dibawa ke unit pengolahan limbah.

Gambar 3.21 Sand slurry tank

Anda mungkin juga menyukai