Anda di halaman 1dari 24

BAB II

DESKRIPSI PROSES

Pada bab ini akan dijelaskan tentang deskripsi proses suatu fluida (minyak, air,
dan gas) menjadi minyak mentah yang ada di PT. Pertamina EP Asset 1 Field Jambi,
wilayah Stasiun Pengumpul I Ketaling Timur (SP I KTT).
2.1 Proses Produksi Minyak Mentah di Stasiun Pengumpul I Ketaling Timur (SP
I KTT)

Gambar 2.1 Flowsheet Proses Produksi Minyak Mentah di SP I KTT


Sumber: PT. Pertamina EP Asset 1 Field Jambi, 2017

10
11

Sumur Pompa Injeksi

Flowline

Manifold

Chemical Material Header

FWKO

Emulsi Minyak

Gas Heater Treater Air Chemical Material

Minyak Produced
Scrubber
Water Tank

Crude Oil Tank


Flare Sand Filter

Pompaan
Water Tank

SPU KAS

Gambar 2.2 Blok Diagram Proses Minyak Mentah di SP I KTT


Sumber: PT. Pertamina EP Asset 1 Field Jambi, 2017
12

2.2 Uraian Proses


Proses produksi minyak mentah di SP I KTT melalui beberapa tahap produksi
yaitu:
1. Sumur
2. Flowline
3. Header manifold
4. Separator
5. FWKO
6. Heater Treater
7. Crude Oil Tank
8. Water Tank
9. Scrubber
10. Gas Flare
11. Pompa injeksi
12. Pompaan ke Stasiun Pengumpul Umum Kenali Asam (SPU KAS)

2.2.1 Sumur
Sumur merupakan suatu perangkat pipa yang dipasang pada waktu
pengeboran, kemudian menjadi tempat laluan minyak, gas dan air dari sumur ke
permukaan. Pengangkutan crude oil dari dalam sumur ke atas permukaan dapat
dilakukan dengan cara natural lift dan artifical lift. Dalam pengertiannya, natural flow
merupakan proses pengangkatan minyak bumi tanpa adanya tenaga bantuan atau
dengan kata lain terangkat secara alami ke atas permukaan, hal ini disebabkan karena
tekanan sumur yang besar dari dalam sumur. Sedangkan metode artifical lift
merupakan pengangkatan yang dilakukan dengan bantuan peralatan sebagai sumber
tenaga, hal ini disebabkan karena rendahnya tekanan sumur dari dalam sumur
sehingga tidak mampu untuk mengangkat minyak bumi secara alami. Dalam metode
artifical lift terdapat berbagai macam jenis alat serta cara kerjanya masing-masing
seperti sucker rod pump, electrical submergible pump (ESP), jet pump, gas lift, dan
progressive cavity pump (PCP).
Di Lapangan Ketaling terdapat dua cara pengambilan minyak mentah dari
dalam sumur yang digunakan, yaitu Sucker Rod Pump dan Electric Submergible
Pump (ESP).
13

1. Sucker Rod Pump


Bentuk dari sucker rod pump dapat dilihat pada Gambar 2.3. Prime mover
menghasilkan gerak rotasi yang diubah menjadi gerakan naik turun oleh pumping
unit, terutama oleh sistem assembly crank. Kemudian horse head akan menghasilkan
gerak angguk naik turun yang selanjutnya menggerakan plungger yang berada di
dalam sumur. Instalasi pumping unit di permukaan dihubungkan dengan pompa yang
ada di dalam sumur oleh sucker rod, sehingga gerak lurus naik turun dari horse head
dipindahkan ke plungger pompa, dan plungger ini bergerak naik turun dalam barrel
pompa.

Gambar 2.3 Sucker Rod Pump


Sumber: Protelium Production Engineering Data, 2017

Pada saat up stroke, plungger bergerak ke atas (up-stroke) di mana traveling


valve menjauhi standing valve, maka traveling valve akan tertutup dikarenakan
adanya tekanan dari fluida yang ada di atasnya, sehingga fluida tersebut dapat
terangkat dan keluar melalui pipa. Pada saat plungger bergerak ke atas, tekanan dalam
barrel akan berkurang atau vakum, sehingga tekanan formasi akan membuka standing
valve dan fluida masuk ke dalam barrel.
14

Pada saat down stroke, standing valve menutup karena tekanan cairan yang di
atasnya dan pengaruh berat bola-bola itu sendiri. Sedangkan traveling valve akan
membuka dan terdorong oleh cairan yang ada di dalam barrel, kemudian liquid
tersebut mengisi tubing. Proses ini akan berlanjut (kontinu) sesuai dengan gerakan
yang diberikan oleh unit pompa di permukaan (surface pumping unit) sampai pipa
terisi oleh fluida dan akan bergerak ke permukaan.

2. Electrical Submergible Pump (ESP)


ESP adalah sebuah rangkaian pompa yang terdiri dari banyak tingkat
(multistage) dengan motor yang dibenamkan di dalam fluida dan menggunakan aliran
listrik dari permukaan. ESP merupakan artifical lift dengan harga yang cukup mahal
dibandingkan dengan buatan lainnya, akan tetapi dapat menghasilkan pengembalian
biaya dengan cepat oleh karena kemampuannya untuk menghasilkan laju produksi
yang tinggi. Bentuk dari ESP dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Electrical Submergible Pump (ESP)


Sumber: Protelium Production Engineering Data, 2017

Sistem kerja dari ESP ini adalah dengan mengalirkan energi listrik dari
transformer (step down) melalui switch board. Pada switch board, semua kinerja dari
ESP dan kabel dikontrol atau dimonitor. Kemudian energi listrik akan diteruskan dari
switch board ke motor melalui kabel yang diletakan sepanjang tubing dari rangkaian
ESP. Selanjutnya melalui motor, energi listrik akan diubah menjadi energi mekanik
berupa tenaga putar. Putaran akan diteruskan ke protector dan pompa melalui shaft
yang dihubungkan dengan coupling. Pada saat shaft dari pompa berputar, impeller
15

akan ikut berputar dan mendorong fluida masuk melalui pump intake atau gas
separator ke permukaan. Fluida yang didorong secara perlahan akan memasuki
tubing dan terus menuju ke permukaan sampai Stasiun Pengumpul (SP).

2.2.2 Flowline
Flowline adalah pipa penyalur minyak dan gas bumi dari suatu sumur menuju
tempat pemisahan atau penyulingan.

2.2.3 Header Manifold


Header manifold (Gambar 2.5) merupakan pipa berukuran lebih besar dari
flowline yang berfungsi untuk menyatukan fluida produksi. Secara keseluruhan
header mempunyai fungsi sebagai berikut.
1. Menampung fluida produksi dari beberapa gate valve pada suatu unit header.
2. Membantu terjadinya suatu proses pemisahan dengan adanya penginjeksian
chemical material.

Gambar 2.5 Header Manifold


Sumber: PT. Pertamina EP Asset 1 Field Jambi, 2017
16

Header di SP I KTT terbagi menjadi 2 bagian yaitu:


1. Header Test
Header test adalah suatu pipa yang digunakan untuk menguji masing-masing
sumur secara periodik, jadi header ini dapat diartikan juga sebagai suatu alat untuk
mengalirkan fluida produksi yang akan diuji ke separator test untuk di hitung jumlah
produksi dari tiap-tiap sumur.
2. Header Group
Header Group adalah suatu pipa yang digunakan pada sumur-sumur yang
memiliki laju alir tinggi. Jenis dari fluida produksi akan mempengaruhi sistem
kerangan yang digunakan. Jenis pipa atau kualitas pipa yang digunakan harus
mempunyai grade dan ketebalan yang mampu menahan tekanan maksimum yang
terjadi.

2.2.4 Separator
Separator adalah suatu bejana atau tabung yang mempunyai tekanan dan
temperatur kerja yang difungsikan untuk memisahkan campuran fluida berdasarkan
perbedaan densitasnya, sehingga akan diperoleh cairan dan gas (dua fasa) atau
minyak, air dan gas. Separator merupakan peralatan yang sangat penting dari operasi
proses produksi, separator juga merupakan peralatan yang paling umum digunakan di
lapangan migas. Fluida yang dihasilkan dari sumur merupakan campuran senyawa
yang kompleks, di mana satu dengan yang lainnya mempunyai karakteristik yang
berbeda-beda, agar pemisahan pada separator lebih sempurna maka separator harus:
1. Memiliki residence time (waktu tinggal) yang optimum, sesuai kapasitas separator
dan laju fluida yang masuk separator.
2. Meminimalkan terjadinya turbulency.
3. Memiliki pressure control yang dapat bekerja dengan baik.
4. Memiliki level control yang dapat bekerja dengan baik.
5. Memiliki alat visual untuk pemeriksaan level atau batas cairan antara minyak dan
air (sight glass).
17

2.2.4.1 Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemisahan fluida


1. Perbedaan densitas minyak dan air
Apabila fluida dalam kondisi tekanan dan temperatur tertentu, maka fluida
tersebut akan memposisikan dirinya masing-masing dengan adanya pengaruh
specific gravity.
2. Viskositas
Viskositas yaitu ukuran kekentalan fluida atau keengganan fluida untuk
mengalir, secara umum viskositas juga dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan.
Bila temperatur dan tekanan tinggi maka viskositas akan rendah, bila temperatur
dan tekanan rendah maka viskositas akan semakin tinggi.
3. Laju alir fluida
Laju alir fluida yang semakin besar maka akan mempengaruhi waktu tinggal
(retention time) sehingga pemisahan fluida tidak maksimal, ukuran partikel yang
menuju mist extractor akan semakin besar bahkan cairan akan terbawa oleh gas.
4. Temperatur
Temperatur akan mempengaruhi pemisahan fluida bila fluida tersebut
memiliki temperatur yang rendah, maka viskositas akan semakin tinggi pemisahan
fluida akan sulit dan sebaliknya bila temperatur tinggi atau naik maka viskositas
akan turun.
5. Waktu
Waktu tinggal (retention time) saat fluida masuk ke separator hingga fluida
keluar disesuaikan pada kapasitas separator dan laju fluida yang masuk.

2.2.4.2 Bagian-Bagian Separator


Untuk mendapatkan efisiensi kerja yang stabil dengan kondisi yang bervariasi,
seperator gas-cair harus mempunyai komponen pemisah sebagai berikut.
1. Bagian pemisah pertama, berfungsi untuk memisahkan cairan dari aliran fluida
yang masuk dengan cepat berupa tetes minyak dengan ukuran besar.
2. Bagain pengumpul cairan, berfungsi untuk memisahkan tetes cairan kecil dengan
prinsip gravity settling.
3. Bagian pemisah kedua, berfungsi untuk memisahkan tetes cairan kecil dengan
prinsip gravity settling.
4. Mist extractor, berfungsi untuk memisahkan tetes cairan berukuran sangat kecil
(kabut).
18

5. Peralatan kontrol, berfungsi untuk mengontrol kerja separator terutama pada


kondisi over pressure.

2.2.4.3 Jenis Separator


1. Berdasarkan Bentuk dan Posisi
a. Separator Vertikal
Separator vertikal (Gambar 2.6) biasanya digunakan untuk
memisahkan fluida produksi yang mempunyai gas liquid ratio (GLR) rendah
dan/atau kadar padatan tinggi.
Kelebihannya:
 Pengontrolan level cairan tidak terlalu rumit.
 Dapat menanggung pasir dalam jumlah yang besar.
 Mudah dibersihkan.
 Sedikit sekali kecenderungan akan penguapan kembali dari cairan.
 Mempunyai surge cairan yang besar.
Kelemahannya:
 Lebih mahal.
 Bagain-bagaiannya lebih sukar dikapalkan (pengiriman).
 Membutuhkan diameter yang lebih besar untuk kapasitas gas tertentu.

Gambar 2.6 Separator Vertikal


Sumber: PT. Pertamina EP Asset 1 Field Jambi, 2017
19

b. Separator Horizontal
Separator horizontal (Gambar 2.7) sangat baik untuk memisahkan fluida
produksi yang mempunyai GLR tinggi dan cairan berbusa. Separator ini dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu single tube horizontal separator dan double tube horizontal
separator. Karena bentuknya yang panjang, seperator ini banyak memakan tempat dan
sulit dibersihkan, namun demikian kebanyakan fasilitas pemisahan minyak
menggunakan separator ini dan untuk fluida produksi yang banyak mengandung pasir,
separator ini tidak menguntungkan. PT Pertamina EP Asset 1 Field Jambi
menggunakan separator horizontal (FWKO).
Kelebihannya:
 Lebih murah dari separator vertikal.
 Lebih mudah pengiriman bagian-bagiannya.
 Baik untuk minyak berbuih (foaming).
 Lebih ekonomis dan efisien untuk mengolah volume gas yang lebih besar.
 Lebih luas untuk settling bila terdapat dua fasa cair.
Kekurangannya :
 Pengontrolan level cairan lebih rumit daripada separator vertikal.
 Sukar dalam membersihkan lumpur, pasir, dan parafin.
 Diameter lebih kecil untuk kapasitas gas tertentu.

Gambar 2.7 Separator Horizontal


Sumber:PT. Pertamina EP Asset 1 Field Jambi, 2017
20

c. Separator bulat
Separator bulat (Gambar 2.8) ini mempunyai kapasitas gas dan surge
terbatas sehingga umumnya digunakan untuk memisahakn fluida produksi
dengan GLR kecil sampai sedang, namun separator ini dapat bekerja pada
tekanan tinggi.

Gambar 2.8 Separator Bulat


Sumber: PT. Pertamina EP Asset 1 Field Jambi, 2017

Kelebihannya :
 Termurah dari kedua tipe di atas.
 Lebih mudah mengeringkan dan membersihkannya.
Kekurangannya :
 Pengontrolan cairan rumit.
 Mempunyai ruang pemisah dan kapasitas surge yang lebih kecil.

2. Berdasarkan Fasa Hasil Pemisahannya


a. Separator dua fasa, memisahkan fluida formasi menjadi cairan dan gas, gas
keluar dari atas sedangkan cairan keluar dari bawah.
b. Separator tiga fasa, memisahkan fluida formasi menjadi minyak, air, dan gas.
Gas keluar dari bagian atas, minyak dari tengah dan air dari bawah.
21

Separator yang digunakan di SP I KTT terbagi menjadi dua, yaitu:


1. Separator Test
Separator test berfungsi untuk melakukan pengujian laju produksi fluida
(minyak, air dan gas) dari suatu sumur yang biasanya dilambangkan dengan Qo,
Qw, dan Qg. Qo dan Qw diperoleh dari barel meter, sedangkan Qg diperoleh dari
orifice flow meter atau pencatat aliran gas lainnya.
2. Separator Horizontal (FWKO)
Separator ini dipilih karena fluida produksi yang dihasilkan mempunyai kadar
padatan yang tinggi dan cairan yang berbusa, dan mempunyai ruang yang lebih luas
untuk setling. Separator yang digunakan memiliki cara kerja di mana fluida
dipompakan dari sumur ke separator tiga fasa (fwko) melalui aliran header, di mana
fwko ini berfungsi untuk memisahkan antara minyak, air, dan gas.

2.2.5 Free Water Knock Out (FWKO)


FWKO (Free Water Knock Out) (Gambar 2.9) adalah suatu bejana bertekanan
dan bertemperatur untuk memisahkan fluida menjadi gas, minyak, dan air,
berdasarkan tekanannya (Low Pressure Separator 0,68–15,31 atm). FWKO
merupakan salah satu jenis separator tiga fasa. Pada FWKO di SP 1 KTT, Pemisahan
fluida berlangsung pada temperatur 86 ºF dan diberi tekanan sebesar 70 psig.
Fluida yang mengalir dari sumur masuk ke dalam vessel melalui inlet FWKO
akan langsung membentur inlet diverter yang menyebabkan terjadinya perubahan
momentum yang mendadak, gaya gravitasi menyebabkan droplets (cairan keluar dari
aliran gas berjalan dengan cepat) dan terjadilah proses primary separation (pemisahan
pertama), gas yang masih banyak mengandung butiran-butiran cairan akan mengalir
melalui straightening vanes yang berfungsi untuk menghilangkan aliran gas yang
turbulen. Butiran cairan yang terikut oleh gas akan menempel atau melekat pada
straightening vanes yang lama kelamaan cairan tersebut akan menyatu kemudian
jatuh ke bagian akumulasi cairan (liquid collecting section) dan butiran cairan yang
tidak melekat pada straghtening vanes terbawa oleh arus gas, kemudian akan
mengendap di ruang pemisahan yaitu gravity settling section. Gas dari gravity settling
section masih banyak mengandung butiran cairan kemudian mengalir menuju bagian
mist exstractor (bagian penyerap kabut). Gas akan keluar dari outlet gas dan cairan-
cairan yang jatuh kebawah akan jatuh kebawah akan terkumpul diruang akumulasi
cairan (liquid collecting section) sehingga terjadi pemisahan antara minyak dengan air
22

dikarenakan adanya perbedaan berat densitas dan waktu tinggal di dalam FWKO.
Ketinggian permukaan antara minyak dan air diatur oleh rangkaian liqiud level
conroller yaitu dengan mengatur aliran keluar dari minyak dan air melalui control
valve dan dialirkan keluar mealuli outlet minyak dan air.

Gambar 2.9 Free Water Knock Out (FWKO)


Sumber: PT. Pertamina EP Asset 1 Field Jambi, 2017

1. Fasa gas, di mana gas ini dialirkan ke scrubber lalu dibakar menuju flare.
2. Fasa minyak, dimana minyak ini ditampung di oil storage tank dan dipompakan
ke heater treater.
3. Fasa air, dimana air dialirkan menuju water treatment dan kemudian diinjeksikan
lagi ke dalam sumur sebagai air injeksi (water injection).
23

2.2.5.1 Peralatan FWKO


Peralatan FWKO ditunjukkan oleh Gambar 2.10. Agar FWKO dapat bekerja
dengan baik sebagai bejana pemisahan fluida produksi maka FWKO pada umumnya
dilengkapi dengan beberapa peralatan penunjang, yaitu:

Gambar 2.10 Peralatan FWKO


Sumber: Protelium Production Engineering Data, 2017

1. Peralatan Bagian Luar FWKO


FWKO dilengkapi dengan peralatan-peralatan pendukung yang terpasang di
bagian luar, seperti :
a. Pressure Gauge
Alat ini dipasang pada bagian luar FWKO dan berfungsi untuk
mengetahui besarnya tekanan yang bekerja pada FWKO.
b. Temperature Indicator
Alat ini berupa temperature gauge yang digunakan untuk mengetahui atau
menunjukkan besarnya temperatur kerja FWKO.
c. Sight Glass (Gelas Penduga)
Di dalam FWKO terdapat permukaan cairan yang terbagi menjadi dua
bagian berdasarkan fasanya, yaitu minyak dan air, dengan adanya gelas
penduga maka dapat dilihat posisi permukaan cairan di dalam FWKO tersebut.
24

d. Level Controller
Alat ini sebagai pengontrol permukaan cairan (liquid level controller),
tinggi permukaan cairan di dalam FWKO diatur sedemikian rupa agar FWKO
dapat berkerja dengan optimum. Alat pengatur permukaan cairan yang
dipasang pada liquid outlet dan dihubungkan dengan pelampung (float) dan
control valve sehingga dapat mengatur tinggi rendahnya permukaan cairan
dalam FWKO.
e. Pressure Controller
Alat ini dihubungkan dengan control valve yang berfungsi untuk menjaga
atau mengontrol tekanan di dalam FWKO agar bisa bertahan sesuai dengan
tekanan yang sudah ditentukan. Pada gas outlet FWKO dipasang alat untuk
mengontrol tekanan gas yang keluar dari FWKO.
f. Relief Valve (Pressure Safety Valve)
Alat ini akan bekerja apabila pada FWKO terjadi kenaikan tekanan secara
tiba-tiba dan tidak terkontrol, maka relief valve ini akan bekerja dengan cara
membuang tekanan berlebih yang ada di dalam FWKO secara otomatis. Jika
tekanan di dalam FWKO kembali normal, yaitu lebih rendah dari setting
pressure pada relief valve, maka relief valve akan menutup kembali secara
otomatis.
g. Refture Disc
Untuk melindungi FWKO jika tekanan terlalu tinggi dan relief valve tidak
berfungsi atau gagal dalam bekerja, tekanan FWKO akan memecah plate di
dalam repture disc.
h. Man Hole
Bagian ini akan berguna bila suatu saat FWKO perlu dibersihkan atau
akan dilakukan perbaikan peralatan di dalam FWKO, maka orang yang akan
membersihkan atau melakukan perbaikan bagian dalam FWKO akan masuk
melalui man hole.

2. Peralatan Bagian Dalam FWKO


FWKO dilengkapi dengan peralatan-peralatan pendukung yang terpasang di
bagian dalam, seperti :
25

a. Deflector Plate/ Inlet Diverter


Deflector Plate berfungsi untuk memecahkan aliran yang datang dari
sumur, mengubah arah aliran, dan awal dari proses pemisahan.
b. Mist Extractor
Mist extractor adalah alat yang berfungsi untuk memisahkan cairan yang
masih terikut dalam aliran gas sebelum gas keluar dari FWKO. Gas yang
terpisah dari minyak masih mengandung butiran-butiran minyak yang akan
menggumpal dan jatuh bila ukurannya lebih besar dan berat.
c. Weir
Weir adalah dinding yang dipasang tegak lurus di dalam FWKO, berfungsi
untuk meningkatkan retention time bagi fluida untuk terjadi pengendapan,
sehingga cairan melewati weir sebelum keluar melalui outlet minyak.
d. Sand Jet
Pipa yang dipasang di dasar tangki FWKO yang dirancang untuk
membersihkan/mencuci dasar tangki dari pasir atau padatan lainnya yang dapat
mengganggu efisiensi proses pemisahan.

2.2.5.2 Pengoperasian FWKO


Dalam mengoperasikan FWKO harus mengikuti Standar Operasi Prosedur
(SOP).
1. Prosedur Start Up
Langkah-langkah yang dilakukan untuk proses start up FWKO yaitu :
a. Jika bejana kosong, tutup valve pada saluran outlet cairan untuk mencegah
kebocoran pada control valve pada saluran cairan.
b. Jika bejana mempunyai suatu pengontrol tekanan (pressure controller) maka,
pengontrol tekanan harus di-setting 75% dari tekanan control normal,
kemudian tekanan pelan-pelan dinaikkan sampai suatu tekanan kerja. Hal ini
mencegah pressure relief valve membuka dan agar tekanan tidak memecah
repture disc.
c. Jika bejana mempunyai low level shut down device, maka harus di non
aktifkan atau cairan ditambahkan dalam bejana supaya mencapai suatu titik di
atas low level device.
d. Cek saluran keluar bejana (gas outlet dan liquid outlet), apakah arah aliran
sudah sesuai atau benar.
26

e. Buka inlet stream perlahan-lahan.


f. Ketika liquid level telah mencapai range of level controller, atau level control
dalam keadaan normal maka buka ball valve yang ditutup pada langkah
pertama.
g. Atur level dan pressure controller untuk mendapatkan operasi yang stabil.

2. Prosedur Shut Down


Langkah-langkah yang dilakukan untuk proses shut down FWKO yaitu:
a. Tutup valve pada inlet stream.
b. Tutup valve pada pipa outlet cairan, untuk mencegah cairan bocor keluar.
c. Jika bejana harus dikosongkan, buka bypass pada level control valve, atau
mengatur level controller sehingga level control valve tetap membuka sampai
bejana kosong. Tutup ball valve pada saluran cairan keluar setelah cairan
dalam bejana habis.
d. Jika tekanan di dalam bejana perlu dibuang, maka tutup valve pada pipa outlet
gas.
e. Kurangi tekanan bejana dengan membuka valve dari bejana ke vent atau
blowdown system.
f. Jika memungkinkan, sisakan sedikit tekanan di dalam bejana, sehingga jika
start up tidak perlu melakukan purging.

3. Pengoperasian Rutin
a. Pengoperasian rutin adalah mengamati level cairan, tekanan, temperatur, dan
instrumen yang mengontrol aliran sehingga dapat dipastikan peralatan bekerja
sesuai fungsinya dengan baik.
b. Control valve kadang-kadang sebaiknya digerakkan agar dapat dilihat
posisinya dapat terbuka atau tertutup secara penuh tanpa ada gangguan.
c. Gelas penduga (Sight Glass) sebaiknya dibersihkan secara berkala untuk
mencegah penumpukan scale dan padatan yang akan mengganggu pembacaan
pada gelas penduga.
d. Apabila vessel memiliki saringan (filter), perubahan tekanan yang melaluinya
harus diamati untuk kenaikkan tekanan yang menunjukkan adanya partikel
padatan. Hal ini menandakan FWKO harus dibersihkan.
27

2.2.5.3 Permasalahan dan Solusi (Trouble Shooting)


Permasalahan yang sering terjadi pada pengoperasian FWKO di SP KTT
seperti :
1. Minyak berbuih
Timbulnya buih di dalam minyak adalah pengotoran dan air di dalam minyak.
Masalah yang ditimbulkan :
 Mengganggu mekanisme pengontrolan cairan tinggi.
 Mengambil banyak tempat dalam separator.
 Menghalangi terpisahnya gas dalam cairan.
Solusi penanganan minyak yang berbuih dapat diatasi bila dalam perencanaan
separator memberikan waktu yang cukup agar buih tersebut pecah.

2. High Liquid Level / Liquid Over Flow


Suatu keadaan di mana level cairan melebihi dari level maksimal normal
operasi FWKO atau cairan keluar melalui outlet gas. Penyebab high liquid level
antara lain :
 Cairan yang masuk lebih besar dari cairan yang keluar.
 Control level pada liquid outlet tidak bekerja (close)
 Valve outlet sebelum control valve tertutup
 Terjadi penyumbatan di pipa liquid outlet
Langkah – langkah penanganan high liquid level antara lain:
 Buka by pass air dan minyak.
 Buka drain di scrubber.
 Tunggu sampai tekanan normal kembali.
 Kalau sudah normal tutup kembali by pass dan drain di scrubber.
 Reset kembali alarm kontrol.
3. Low Liquid level / Gas Blow-by
Suatu keadaan di mana level cairan berada di bawah level minimum normal
operasi FWKO atau gas keluar dari FWKO melalui liquid outlet lebih besar.
Penyebab low liquid level antara lain :
 Berkurang atau tidak adanya cairan yang masuk.
 Cairan yang keluar lebih besar dari yang masuk.
 Controll valve di liquid outlet terbuka terlalu besar.
28

 Bypass valve pada liquid outlet terbuka.


 Drain valve terbuka.
 Control valve di outlet gas tidak bekerja (close).
Langkah – langkah penanganan low liquid level antara lain:
 Tutup by pass dan valve yang terbuka.
 Lakukan setting control valve.

4. Pasir
Pasir dapat menjadi masalah pada FWKO karena dapat merusak katup,
menyumbat ruang dalam FWKO dan terkumpul di dasar FWKO. Penyumbatan
bagian dalam FWKO dan terkumpul di dasar FWKO. Penyumbatan dalam FWKO
harus dipertimbangkan dalam perencanaan FWKO karena harus tersedianya
ruangan tempat untuk pasir.

5. Emulsi
Emulsi dapat menimbulkan masalah pada FWKO. Dalam selang waktu
tertentu akumulasi emulsi dan pengotoran akan terbentuk di bidang batas minyak-
air. Akumulasi emulsi ini dapat mempengaruhi mekanisme kerja pengontrolan
tinggi permukaan cairan, juga bisa menurunkan retention time minyak dan air
berkurang. Masalah ini dapat ditanggulangi dengan penambahan zat kimia
(demulsifier) atau pemanasan.

2.2.5.4 Pemeliharaan FWKO


Di dalam pengoperasian FWKO di SP 1 KTT, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh Operator supaya FWKO dapat bekerja dengan baik. Adapun hal-hal
yang perlu diperhatikan :
 Periksa dan perhatikan keadaan permukaan liquid level (air dan minyak) yang
dapat dilihat pada sight glass dari FWKO tersebut, apakah masih dalam batas-
batas yang dikehendaki.
 Bersihkan sight glass dari kotoran-kotoran yang mungkin ada dengan cara
membuka valve tersebut.
 Periksa atau ganti sesegera mungkin apabila ada pressure gauge yang dicurigai
telah rusak atau tidak bekerja sebagaimana mestinya.
29

 Pastikan control valve bekerja dengan baik, tidak ada kebocoran dan apabila ada
kerusakan segera diperbaiki.
 Lakukan pengoperasian sand jet untuk membersihkan endapan pasir dan padatan
lainnya dalam FWKO tanpa mengganggu operasi FWKO tersebut.
 Inspeksi secara periodik, baik bejana maupun pipa – pipanya terhadap korosif,
scale, dan parafin.
 Pemasangan peralatan keselamatan,semua peralatan dihubungkan secara langsung
dengan bejana.Dalam pemasangan safety valve harus diarahkan ke tempat penjaga
(yang mudah didengar).
 Pemasangan safety head langsung pada bejana, lubang harus terbuka penuh dan
tidak boleh ada hambatan, untuk FWKO horizontal arahnya tegak lurus badan.
 Benda-benda yang biasanya mengendap pada mist extractor (misalnya parafin dan
scale) harus dibersihkan karena dapat mengurangi efisiensi dari mist extractor.
 Kalau cairan bersifat korosif, maka harus diadakan inspeksi visual secara periodik
yakni meneliti bagian-bagian dari luar pada sambungan-sambungan yang
memungkinkan terjadi kebocoran.
 Setiap enam bulan sekali manhole harus dibuka agar dapat dibersihkan bagian
dalam FWKO dari pasir, scale dan parafin. Endapan pasir, lumpur atau padatan-
padatan padatan lainnya biasanya mengendap di bagian bawah, untuk itu bejana
harus di-drain.

2.2.6 Heater Treater


Minyak mentah seluruh manifold yang telah mengalami proses pemisahan di
FWKO dipompakan ke heater treater. Alat ini digunkan untuk memanaskan minyak
yang mengakibatkan air yang tersisa dalam minyak akan menguap dan minyaknya
akan terpisah dari air. Heater treater ini dapat dimanfaatkan bagi minyak yang berasal
dari sumur yang bertemperatur rendah agar minyak tidak akan menjadi kental ataupun
membeku sebelum dialirkan ke tangki penampungan, kemudian air yang terpisah
dialirkan ke dalam water tank sedangkan minyak dialirkan ke crude oil tank.
Pemisahan dilakukan dengan cara menginjeksikan uap panas dari kompresor. Suhu
pada heater treater berkisar antara 140°F. Jenis heater dibagi menjadi 2 :
1. Heater vertikal berfungsi sebagai pentaransfer panas
30

2. Heater horizontal berfungsi sebagai media yang dilalui oleh minyak sehingga dapat
menurunkan viskositas minyak tersebut. Gambar 2.11 merupakan bentuk heater
treater di SP I KTT.

Gambar 2.11 Heater Treater


Sumber: PT.Pertamina EP Asset 1 Field Jambi, 2017

2.2.7 Skimer Tank


Skimer tank adalah tempat pengumpulan air yang di dalamnya terdapat proses
pengikatan kembali minyak-minyak dengan bantuan biocide dan menghilangkan zat padat
dalam bentuk suspensi dengan bantuan water clarifier. Skimer tank juga dapat
didefinisikan sebagai tahapan awal proses pengolahan air, untuk mengurangi
kandungan minyak dan kekeruhan dengan metode gravitasi.
Skimer tank ini berfungsi untuk menampung air terproduksi sementara, dan
memisahkan butiran-butiran minyak yang masih terikut di dalam air sebelum air
dipompakan ke water tank. Gambar 2.12 merupakan skimer tank di SP 1 KTT.

Gambar 2.12 Skimer Tank


Sumber: PT. Pertamina EP Asset 1 Field Jambi, 2017
31

2.2.8 Sand Filter


Outlet dari skim tank kemudian dialirkan ke sand filter yang berfungsi untuk
menyaring partikel-partikel kotoran yang terdapat didalam air. Kapasitas proses
pada sand filter di SP 1 KTT sebesar 10.000 barrel, dengan tekanan sebesar 35
kg3/cm3.

Gambar 2.13 Sand Filter


Sumber: PT. Pertamina EP Asset 1 Field Jambi, 2017

2.2.9 Water Tank


Water tank adalah tempat penampungan air hasil water treatment di sand filter
untuk diinjeksikan ke sumur-sumur lapangan. Water tank ini berkapasitas 5000
barrel.

Gambar 2.14 Water Tank


Sumber: PT. Pertamina EP Asset 1 Field Jambi, 2017
32

2.2.10 Scrubber
Scrubber dipakai untuk memisahkan cairan yang terikut bersama gas dari
outlet FWKO (oil carry over). Biasanya vertical dengan diameter yang besar agar
kecepatan alirannya pelan, sehingga banyak cairan yang tertangkap. Sama hal nya
dengan separator, Scrubber juga memiliki prinsip kerja yang sama, yaitu pemisahan
berdasarkan perbedaan berat densitas dan gaya gravitasi.

Gambar 2.15 Gas Flare


Sumber: PT. Pertamina EP Asset 1 Field Jambi, 2017

2.2.10 Gas Flare


Gas flare adalah menara pembuangan gas yang dihasilkan dari produksi
minyak bumi. Gas buang dihasilkan dari proses pemisahan cairan yang terikut
bersama gas outlet scrubber.

Gambar 2.16 Gas Flare


Sumber: PT. Pertamina EP Asset 1 Field Jambi, 2017
33

2.2.11 Crude Oil Tank


Crude oil tank adalah tangki penampungan minyak mentah. Minyak yang
telah ditampung diendapkan dengan menggunakan prinsip gravitasi didalam tangki,
kemudian minyak dipompakan ke Stasiun Pengumpul Utama Kenali Asam (SPU
KAS).

Gambar 2.17 Crude oil Tank


Sumber: PT. Pertamina EP Asset 1 Field Jambi, 2017

Anda mungkin juga menyukai