Anda di halaman 1dari 32

PAPER PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK 2

“RESONANSI DAN FILTER”

DISUSUN OLEH:

KELAS 2C

CATUR RAHMAWAN 0931100059

DIKY TRI WAHYONO 0931110064

GERRY ASHAR P. 0931110096

HENDRA SETYAWAN 0931110120

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


PROGRAM STUDI ELEKTRONIKA
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2011
I. TUJUAN
a. Mengetahui karakteristik rangkaian resonansi seri dan resonansi parallel
b. Mengetahui karakteristik rangkaian filter
c. Memahami prinsip kerja dan macam dari rangkaian resonansi dan
rangkaian filter
d. Mengetahui frekuensi resonansi pada sebuah rangkaian resonansi

II. ALAT DAN KOMPONEN YANG DIGUNAKAN


a. Osiloskop
b. Generator Fungsi
c. Multimeter
d. Protoboard
e. Kabel Probe
f. Kabel BNC to BNC
g. Resistor 100Ω, 1k Ω, dan 10 k Ω
h. Induktor 2,5 mH
i. Kapasitor 0,01µF

III. DASAR TEORI


A. Resonansi
Resonansi pada rangkaian AC merupakan keadaan dimana reaktansi
induktif dan reaktansi kapasitif memiliki nilai yang sama satu sama lain (XL =
XC ). Ketika rangkaian AC dalam keadaan resonansi maka reaktansi akan
sama dengan ‘0’ (Nol), (X = XL - XC = 0). Frekuensi resonansi (Fr)
merupakan frekuensi dimana keadaan resonansi tercapai, dimana phasa
tegangan AC dan arus AC berbeda 90° satu sama lain.
Frekuensi resonansi dapat dihitung menggunakan persamaan matematika
berikut ini.
Dimana :
Fr = Frekuensi Resonansi (Hertz / Hz)
π= 3,14
L = Induktansi (Henry / H)
C = Kapasitansi (Farad / F)

Catatan : Persamaan frekuensi resonansi di atas digunakan pada rangkaian AC


ideal dimana pada rangkaian tersebut tidak memiliki nilai resistansi

1. Rangkaian Resonansi Paralel (Tank Circuit)

Kombinasi rangkaian induktor dan kapasitor yang dapat menghasilkan


keadaan resonansi salah satu-nya adalah dengan merangkai induktor dan
kapasitor secara paralel atau disebut juga sebagai ‘Tank Circuit’. Reaktansi
induktif akan meningkat seiring meningkat-nya frekuensi sedangkan reaktansi
kapasitif justru sebaliknya, akan menurun jika frekuensi meningkat. Jadi
hanya akan ada satu nilai frekuensi dimana keadaan kedua reaktansi tersebut
bernilai sama.

Pada rangkaian di atas kapasitor C1 memiliki nilai kapasitansi 10uF dan


induktor L1 memiliki nilai induktansi 120mH. Berapakah frekuensi resonansi
(Fr) pada rangkaian resonansi paralel (Tank Circuit) di atas?
Jawab :
Fr = 1 / (2π √(LC))
Fr = 1 / (2 · 3,14 √(0,12 · 10-5))
Fr = 1 / 0,006879
Fr = 145,36 Hzatau R = 0
Jika disimulasikan menggunakan software simulasi dan kita plot nilai arus
terhadap frekuensi, rangkaian resonansi paralel (Tank Circuit) akan
menghasilkan bentuk kurva seperti terlihat berikut ini.

Berdasarkan pada kurva di atas, pada keadaan resonansi, arus yang


mengalir pada rangkaian mencapai nilai minimum-nya bahkan hampir
mendekati ‘0’ (Nol). Ini menandakan bahwa impedansi rangkaian sangat
tinggi bahkan pada kondisi ideal impedansi rangkaian memiliki nilai yang tak
terhingga.

2. Rangkaian Resonansi Seri

Rangkaian resonansi seri merupakan kombinasi rangkaian induktor dan


kapasitor yang disusun secara seri. Untuk menghitung nilai frekuensi referensi
menggunakan cara yang sama seperti menghitung frekuensi referensi pada
rangkaian resonansi paralel.

Bentuk kurva yang dihasilkan oleh rangkaian resonansi seri melalui


simulasi elektronika diperlihatkan pada gambar berikut ini.

Bentuk kurva untuk rangkaian resonansi seri pada saat keadaan resonansi,
arus yang mengalir pada rangkaian mencapai nilai maksimum-nya. Ini
merupakan kebalikan dari bentuk kurva pada rangkaian resonansi paralel,
dimana pada kondisi resonansi nilai arus yang mengalir merupakan nilai
minimum-nya. Ini menandakan bahwa rangkaian resonansi seri memiliki
impedansi yang sangat rendah pada kondisi resonansi, bahkan pada rangkaian
ideal nilai impedansi rangkaian akan sama dengan ‘0’ (Nol).

3. Anti Resonansi

Pada suatu rangkaian resonansi paralel yang hanya terdiri dari induktor (L)
dan kapasitor (C) jika ditambahkan resistor (R) secara seri pada salah satu-nya
akan mengakibatkan bergeser-nya frekuensi resonansi. Hal ini juga berimbas
menjadi tidak relevan-nya persamaan frekuensi resonansi (Fr) yang telah
dijelaskan sebelumnya.
Pada rangkaian resonansi paralel di atas ditambahkan RL (100Ω) yang
disusun secara seri dengan induktor L1. Hasilnya frekuensi resonansi bergeser
ke bawah dari 145,36 Hz menjadi 131,83 Hz.

Jika resistor di tambahkan secara seri pada C1 yakni RC (100 Ω), hasilnya
frekuensi resonansi bergeser ke atas dari 145,36 Hz menjadi 165,96 Hz.
Pergeseran nilai frekuensi resonansi (Fr) ketika suatu rangkaian resonansi
paralel yang terdiri dari L dan C ditambahkan pada salah satu-nya sebuah R
dengan nilai yang cukup besar, dinamakan sebagai Anti Resonansi.
Kemudian bagaimana dengan rangkaian resonansi seri yang hanya terdiri
dari induktor (L) dan kapasitor (C) jika ditambahkan resistor (R) secara seri?

Ternyata pergeseran frekuensi resonansi tidak terlalu signifikan jika


dibandingkan dengan hasil perhitungan menggunakan persamaan Fr. Pada
hasil perhitungan Fr = 145,36 Hz sedangkan jika ditambahkan R1 (100 Ω), Fr
= 144,54 Hz dan hal ini masih bisa di toleransi. Berdasarkan pada hal tersebut,
dapat disimpulkan bahwa Anti Resonansi tidak terjadi pada rangkaian
resonansi seri.

4. Faktor Q dan Bandwidth

Faktor Q (Faktor Kualitas) pada suatu rangkaian resonansi merupakan


ukuran dari seberapa baiknya rangkaian resonansi tersebut. Nilai faktor Q
yang tinggi berarti rangkaian resonansi memiliki bandwidth atau lebar
frekuensi yang sempit, sedangkan jika nilai faktor Q rendah maka rangkaian
resonansi memiliki bandwidth yang lebar. Hubungan antara faktor Q dan
bandwidth pada suatu rangkaian resonansi ditulis dalam persamaan
matematika berikut ini.

BW =Fr / Q
Q =Fr / BW
Dimana:
BW = Bandwidth (Hz)
Fr = Frekuensi resonansi (Hz)
Q = Faktor Q

Bandwidth atau lebar frekuensi didapat dengan cara menghitung selisih


antara F2 (frekuensi tinggi) dengan F1 (frekuensi rendah).

BW = ∆F = F2 – F1

∆F merupakan 0,707 (70,7%) dari amplitudo frekuensi resonansi (Fr)

Pada contoh kurva rangkaian resonansi seri di atas, diketahui Fr = 502,38


Hz dengan amplitudo arus 993,44 mA, sehingga 0,707 (70,7%) dari 993,44
mA (Fr) adalah 702,36 mA. Jika ditarik garis horizontal pada amplitudo
702,36 mA sehingga memotong kurva frekuensi resonansi didapatkan nilai F1
dan F2 yakni F1 = 492 Hz dan F2 = 512 Hz. Jadi rangkaian resonansi seri
memiliki bandwidth: BW = F2 – F1 = 512 – 492 = 20 Hz.
Dengan nilai faktor Q :

Q = Fr / BW = 502,38 / 20
Q = 25

Kurva di atas merupakan gambaran dari variasi nilai faktor Q dengan besar
bandwidth yang dihasilkan. Pada kurva tersebut terbukti seperti yang
dijelaskan sebelumnya bahwa, nilai faktor Q yang tinggi berarti rangkaian
resonansi memiliki bandwidth yang sempit, sedangkan jika nilai faktor Q
rendah maka rangkaian resonansi memiliki bandwidth yang lebar.

B. Filter

Rangkaian filter (rangkaian penyaring) merupakan rangkaian yang di


desain hanya untuk memperbolehkan suatu frekuensi pada rentang tertentu
memiliki nilai redaman (atenuasi) yang kecil (disebut sebagai ’Pass Band’),
sedangkan pada rentang frekuensi lainnya memiliki nilai redaman yang sangat
besar (disebut sebagai ’Attenuation Band’ atau ’Stop Band’).

Sebuah rangkaian filter bisa terdiri hanya dari komponen-komponen pasif


dan biasa disebut sebagai rangkaian filter pasif (Passive Filter Network). Ada
juga rangkaian filter yang menggunakan komponen-komponen aktif dan biasa
disebut sebagai rangkaian filter aktif (Active Filter Network). Pada artikel ini
hanya akan dibahas rangkaian filter pasif saja, sedangkan rangkaian filter aktif
akan dibahas pada artikel tersendiri.

1. Rangkaian Low Pass Filter

Low pass filter merupakan rangkaian filter yang memberikan redaman


sangat kecil pada frekuensi di bawah frekuensi cut-off (-3dB ) yang telah
ditentukan, sedangkan frekuensi di atas frekuensi cut-off akan mendapatkan
redaman yang sangat besar. Lebih sederhana-nya, hanya frekuensi rendah saja
yang dapat melewati rangkaian filter ini.

Frekuensi Cut-Off adalah frekuensi keluaran yang amplitudo-nya turun 70,7% (-3dB) terhadap am

Rangkaian low pass filter dapat dibangun menggunakan dua jenis


rangkaian dasar, yakni rangkaian low pass filter induktif dan rangkaian low
pass filter kapasitif. Untuk rangkaian low pass filter induktif, rangkaian terdiri
dari induktor (L1) dan beban (R1), seperti diperlihatkan pada gambar berikut
ini.

Kurva keluaran hasil simulasi elektronika dari rangkaian low pass filter
induktif di atas diketahui bahwa frekuensi di atas frekuensi cut-off (-3dB)
yakni di atas 32,94 Hz, mengalami atenuasi (redaman) yang sangat besar.
Perlu diketahui bahwa reaktansi induktor meningkat seiring meningkat-nya
frekuensi. Reaktansi yang semakin besar menyebabkan frekuensi tinggi tidak
dapat melewati induktor untuk dapat mengalir ke beban.
Persamaan untuk menghitung frekuensi cut-off pada rangkaian low pass
filter induktif adalah sebagai berikut:

Keterangan:
Fc = Frekuensi cut-off (Hz)
RLoad = Resistansi (tahanan) beban (Ohm)
L = Induktansi (Henry/H)
p = 3,14

Contoh, diketahui R = 1k dan L = 5H, tentukan fc?

Jawab :

fc = RLoad / (2 . 3,14 . 5 ) fc = 1000 / 31,4


fc = 31.85 Hz

Jika rangkaian low pass filter induktif dibangun menggunakan sebuah


induktor dan beban, lain hal-nya dengan rangkaian low pass filter kapasitif.
Rangkaian low pass filter kapasitif dibangun menggunakan dua komponen
utama yakni resistor (R1) dan kapasitor (C1). Berikut ini diperlihatkan gambar
rangkaian dan kurva keluaran low pass filter kapasitif hasil simulasi
elektronika.
Kapasitor (C1) pada rangkaian low pass filter akan memiliki reaktansi
yang semakin rendah ketika frekuensi meninggi. Hal ini menyebabkan
frekuensi yang berada di atas frekuensi cut-off langsung mengalir (bypass) ke
ground, sedangkan frekuensi yang berada di bawah frekuensi cut-off akan
mengalir ke beban (RLoad).

Persamaan untuk menghitung frekuensi cut-off pada rangkaian low pass


filter kapasitif adalah sebagai berikut:

Keterangan:
Fc = Frekuensi cut-off (Hz)
R1 = Resistansi (Ohm)
C1 = Kapasitansi (Farad/F)
p = 3,14
Contoh, diketahui R1 = 1k dan C1 = 1uF, tentukan fc?

Jawab :

fc = 1 / (2 . 3,14 . 1000 . 1x10-6 )


fc = 1 / 0.00628 fc = 159.23 Hz

Dari hasil perhitungan di atas diperoleh fc = 159,23 Hz mendekati dengan


apa yang dihasilkan oleh hasil simulasi elektronika yakni fc = 160,88 Hz.
Perlu diingat bahwa perhitungan di atas merupakan kondisi ideal suatu
rangkaian low pass filter kapasitif (tanpa ada faktor eksternal), sedangkan
hasil simulasi merupakan hasil yang mendekati kondisi sebenarnya.

2. Rangkaian High Pass Filter

High pass filter merupakan kebalikan dari low pass filter yakni rangkaian
filter yang memberikan redaman sangat kecil pada frekuensi di atas frekuensi
cut-off (-3dB ) yang telah ditentukan, sedangkan frekuensi di bawah frekuensi
cut-off akan mendapatkan redaman yang sangat besar. Lebih sederhana-nya,
hanya frekuensi tinggi saja yang dapat melewati rangkaian filter ini.

Seperti rangkaian low pass filter, high pass filter juga dapat dibangun
menggunakan dua jenis rangkaian dasar, yakni rangkaian high pass filter
induktif dan kapasitif. Untuk rangkaian high pass filter induktif, rangkaian
terdiri dari resistor (R1), induktor (L1) dan beban, seperti diperlihatkan pada
gambar berikut ini.
Induktor akan memiliki reaktansi yang rendah ketika frekuensi juga
rendah. Hal ini menyebabkan frekuensi rendah (di bawah frekuensi cut-off)
akan mengalir (bypass) ke ground melalui induktor, sedangkan frekuensi
tinggi (di atas frekuensi cut-off) akan terus mengalir ke beban.

Persamaan untuk menghitung frekuensi cut-off pada rangkaian high pass


filter induktif adalah sebagai berikut:

Untuk rangkaian high pass filter kapasitif dibangun oleh sebuah kapasitor
yang disusun seri terhadap beban.

Persamaan untuk menghitung frekuensi cut-off pada rangkaian high pass


filter kapasitif sama seperti yang digunakan pada rangkaian low pass filter
kapasitif yakni:
3. Rangkaian Band Pass Filter

Band pass filter merupakan rangkaian filter yang hanya memperbolehkan


frekuensi dengan rentang (band) tertentu untuk dapat melewati-nya, dengan
memberi redaman yang sangat besar pada frekuensi yang terlalu tinggi dan
terlalu rendah. Pada dasarnya rangkaian band pass filter dibangun oleh low
pass filter dan high pass filter yang disusun secara seri, sehingga rangkaian
band pass filter memiliki dua frekuensi cut-off (fcH dan fcL).

Pada rangkaian band pass filter di atas, R1 dan C1 bertindak sebagai low
pass filter. C2 dan RLoad bertindak sebagai high pass filter. Hasil simulasi
elektronika memperlihatkan kurva keluaran dari rangkaian band pass filter,
dimana fcH = 194,19 Hz dan fcL = 13,02 Hz, sehingga bandwidth rangkaian
adalah:

 Bw = fcH – fcL

 Bw = 194,19 – 13,02

 Bw = 181,17 Hz.

Sama hal-nya seperti low pass dan high pass filter, band pass filter dapat
dibangun menggunakan induktor.
Walau pada rangkaian di atas urutan penempatan high pass filter (R1 dan
L1) di urutan pertama dan diikuti oleh low pass filter (L2 dan R2), hal ini
tidak mempengaruhi performa rangkaian.

Pada rangkaian band pass filter terdapat ‘frekuensi tengah’ atau ‘frekuensi
resonansi’, dimana frekuensi tengah ini merupakan titik puncak penguatan
(gain) keluaran diantara fcL dan fcH. Frekuensi tengah ini dapat dihitung
menggunakan persamaan berikut:

Dimana:
fr = Frekuensi tengah (Hz)
fcH = frekuensi cut-off tinggi (Hz)
fcL = frekuensi cut-off rendah (Hz)

Contoh aplikasi penggunaan rangkaian pasif low pass, high pass dan band
pass filter adalah pada rangkaian crossover sistem audio.
Penggunaan rangkaian filter pada crossover adalah untuk mendistribusikan
daya sinyal audio secara efisien kepada masing-masing loudspeaker sesuai
alokasi frekuensi-nya.

4. Rangkaian Band Stop Filter

Biasa dikenal juga sebagai rangkaian Band-Elimination, Band-Reject, atau


Notch Filter. Rangkaian filter ini merupakan kebalikan dari band pass filter,
dimana frekuensi pada rentang tertentu diberikan redaman yang sangat besar
(blocking) dan memperbolehkan frekuensi di bawah dan di atas rentang
tersebut untuk melewati-nya.

Rangkaian band stop filter juga disusun dari rangkaian low pass dan high
pass filter, tetapi penyusunan-nya disusun secara paralel seperti tampak pada
gambar berikut.

Rangkaian band stop filter di atas juga dikenal sebagai “Twin-T” band
stop filter, karena bentuk rangkaian-nya yang membentuk dua huruf ‘T”. Pada
rangkaian di atas memiliki rasio perbandingan untuk menetapkan nilai pada
masing-masing komponen-nya.

R1 = R2 = 2(R3)
C2 = C3 = 0,5(C1)
Berdasarkan pada rasio nilai komponen di atas, frekuensi stop (fstop
merupakan frekuensi yang mendapatkan redaman maksimum) dari rangkaian
Twin-T filter dapat dihitung menggunakan persamaan berikut:

Contoh: Diketahui rangkaian Twin-T filter memiliki R3 = 100 Ohm dan


C3 = 2uF tentukan frekuensi stop?

Jawab:

 fstop = 1 / (4 . 3,14 . 100 . 2x10-6)

 fstop = 1 / 2,5x10-3

 fstop = 398,01 Hz

dan berikut kurva keluaran hasil simulasi rangkaian band stop filter (Twin-
T filter).

Kurva keluaran di atas memperlihatkan karakteristik dari rangkaian band


stop filter, dimana antara titik frekuensi cut-off low (fcL) dan frekuensi cut-off
high (fcH) mengalami redaman yang sangat besar, sehingga frekuensi dalam
rentang tersebut tidak dapat melewati rangkaian. Sama hal-nya seperti band
pass filter, band stop filter juga memiliki bandwidth (Bw = fcH – fcL).
IV. LANGKAH PERCOBAAN

A. RESONANSI

1. Menyiapkan alat dan komponen

2. Menyusun rangkaian seperti gambar dibawah ini

a. Resonansi Seri tanpa R

b. Resonansi Seri dengan R

c. Resonansi Paralel

3. Memberi sumber tegangan sebesar 10Vpp

4. Mengatur output tegangan generator fungsi antara 200Hz-10kHz,


tegangan output harus tetap dijaga sehingga diperoleh tegangan
maksimum pada Capasitor (Vc max)

5. Mengatur tegangan pada R untuk rangkaian parallel dan tegangan pada C


untuk rangkaian seri

6. Mencatat dan menganalisis hasil percobaan


B. FILTER

1. Merangkai rangkaian seperti gambar dibawah ini

a. Rangkaian Filter menggunkan dan tanpa inductor

b. Rangkaian Filter menggunkan dan tanpa kapasitor

2. Mengatur generator fungsi dengan mengeset tegangan sumber 10Vpp

3. Memasukkan tegangan sumber ke rangkaian

4. Mengukur dan selalu menjaga tegangan sumber AC agar tetap stabil

5. Mengatur frekuensi generator fungsi pada posisi yang telah ditentukan

6. Mengukur tegangan di Resistor dengan menggunkan dan tanpa induktor


pada gambar a

7. Mengukur tegangan di Resistor dengan menggunkan dan tanpa kapasitor


pada gambar b

8. Mencatat hasil percobaan ke dalam table yang telah dibuat


V. DATA HASIL PERCOBAAN

A. RESONANSI

a. Resonansi Seri tanpa R

Frekuensi ( KHz) Vc ( Volt ) Vl ( Volt )


41,63 2,64 5,56
36,63 3,22 6,1
37,63 4,35 7,13
35,63 5,95 8,37
33,63 8,08 10,3
31,63 11,04 11,33
29,63 12,61 12,27
27,63 11,07 9,44
25,63 8,73 6,28
23,63 7,04 4,27
21,63 5,95 2,97
19,63 5,13 2,1
17,63 4,58 1,45
b. Resonansi Seri dengan R

Frekuensi ( KHz) Vc ( Volt ) Vl ( Volt ) Vr ( Volt )


40,8 2,63 5,08 0,36
38,8 3,32 5,59 0,49
36,8 4,41 6,08 0,6
34,8 4,99 6,12 0,77
32,8 5,94 6,128 0,89
30,8 6,68 6,43 0,91
28,8 7,26 6,56 1
26,8 6,97 5,39 0,88
24,8 6,34 4,15 0,72
22,8 5,69 3,1 0,58
20,8 5,06 2,35 0,47
18,8 4,62 1,66 0,37
16,8 4,24 1,20 0,3

c. Resonansi Paralel

Frekuensi ( KHz) Vr ( Volt ) Vl ( Volt ) I ( mA)


42,7 2,48 102,8 mV 0,04
40,7 2,47 108,8 mV 0,04
38,7 2,45 0,2 0,04
36,7 2,43 0,26 0,04
34,7 2,38 0,35 0,04
32,7 2,18 0,47 0,04
30,7 1,91 0,53 0,04
28,7 2,09 0,39 0,04
26,7 2,43 0,18 0,04
24,7 2,63 0,08 0,04
22,7 2,76 0,04 0,04
20,7 2,84 29,8 mV 0,04
18,7 2,9 11.1 mV 0,04
B. FILTER

a. Filter menggunkan dan tanpa inductor

Vo
Frekuensi ( Hz )
- L ( Volt ) +L

60 125 mV 4,7 mV

120 249,6 mV 5,2 mV

180 371,5 mV 5,8 mV

240 488 mV 6,3 mV

360 719 mV 7,9 mV

540 1,048 10,2 mV

780 1,43 13,6 mV

1140 1,88 18,7 mV

1680 2,332 27,5 mV

2460 2,625 41,5 mV

3600 2,705 64,6 mV


b. Filter menggunkan dan tanpa kapasitor

Vo
Frekuensi ( Hz )
- C ( Volt ) + C ( Volt )

20 3,3 3,29

40 3,3 3,29

80 3,3 3,29

120 3,29 3,29

200 3,29 3,29

320 3,29 3,29

520 3,29 3,29

840 3,29 3,29

1260 3,27 3,28

1800 3,26 3,27

2640 3,24 3,26

3280 3,23 3,26


VI. ANALISA
A. RESONANSI
1. Analisa Resonansi Seri tanpa R

Grafik Resonansi Seri Tanpa R

14
12
10
8
Vc
Tegangan

6
4 VL
2
0

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Frekuensi (kHz)

Pada saat frekuensi yang rendah, reaktansi kapasitif jauh lebih besar
daripada reaktansi induktif. Oleh karena itu, arus didalam rangkaian
sangatlah kecil karena tingginya impedansi.
Pada saat itu, karena rangkaian lebih bersifat kapasitif, maka arus
mendahului tegangan hamper 90o. Saat frekuensi semakin tinggi, Xc
menurun sehingga XL makin besar.
Pada saat Xc=XL keduanya saling menghilangkan dan impedansi
rangkaian menjadi sebesar nilai resistansinya, arus menjadi maksimum.
Saat Frekuensi terus makin besar dan arus semakin kecil.
Untuk Rangkaian tersusun seri (impedansi)
Z = R + jX
Z = R + jwL + 1/(jwC)

Z = R + j (wL- 1/wC)

X = wL- 1/(wC)
2. Analisa Resonansi Seri dengan R

Grafik Resonansi Seri Dengan R

8
7
6
5
Tegangan Vc
4 VL
3 Vr
2
1
0

051015202530354045
Frekuensi (kHz)

Pada resonansi nilai R sangat menentukan arus dan tegangan.


Nilai Resistansi R disini adalah nilai R total dalam hubungan seri dengan
L dan C.
Daerah Frekuensi sempit dimana arus pada rangkaian adalah yang terbesar
disebut Bandwitch
Bw = f2 - f1 atau BW =Fr / Q
Diamana :
Fr = factor Frekuensi
Q = factor kualitas
Dari perhitungan factor qualitas(Q), tegangan maksimum mengalami
pembesaran tegangan hingga 5 Volt.
Lebar Bandwitch untuk rangkaian kedua sebesar 5,76 . Hal ini berarti
relaktifitas kumparan tuningnya tinggi dengan panjang lebar frekuensi
antara f1 dan f2 yaitu frekuensi tertinggi dan terendah pada daerah frekuensi
resonansinya sebesar 2
Pengaruh Resistansi, semakin besar nilai frekuensinya maka puncak dan
resonansinya semakin kecil.
3. Analisa Resonansi Paralel

Grafik Resonansi Paralel

3,5
3
2,5
Tegangan 2 Vr
1,5 VL=Vc
1
0,5
0

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Frekuensi (kHz)

Resonansi parallel terjadi pada saat y (admintansi) minimum sehingga I


maksimum
Besar Vr pada frekuensi, selain frekuensi resonansi lebih besar dari pada
tegangan resistor yang di frekuensi resonansi.
Dari perhitungan secara teori didapat nilai factor Qualitas (Q) sebesar 0,05
dan lebar Bandwitch 6.14K
Reaktansi induktif akan meningkat seiring meningkat-nya frekuensi
sedangkan reaktansi kapasitif justru sebaliknya, akan menurun jika
frekuensi meningkat. Jadi hanya akan ada satu nilai frekuensi dimana
keadaan kedua reaktansi tersebut bernilai sama.
Pada keadaan resonansi, arus yang mengalir pada rangkaian mencapai
nilai minimum-nya bahkan hampir mendekati ‘0’ (Nol). Ini menandakan
bahwa impedansi rangkaian sangat tinggi bahkan pada kondisi ideal
impedansi rangkaian memiliki nilai yang tak terhingga.
B. FILTER
1. Filter menggunkan dan tanpa inductor

Grafik Filter tanpa Induktor

3000

2500
2000
Tegangan Output

1500
1000 Vo
500
0

0 500 1000150020002500300035004000
Frekuensi (kHz)

Grafik Filter dengan Induktor

70
60
50
Tegangan Output

40
30
20 Vo
10
0

0 500 10001500 2000 2500300035004000


Frekuensi (kHz)

Low pass filter merupakan rangkaian filter yang memberikan redaman


sangat kecil pada frekuensi di bawah frekuensi cut-off (-3dB ) yang telah
ditentukan, sedangkan frekuensi di atas frekuensi cut-off akan mendapatkan
redaman yang sangat besar. Lebih sederhana-nya, hanya frekuensi rendah saja
yang dapat melewati rangkaian filter ini.

Rangkaian low pass filter dapat dibangun menggunakan dua jenis


rangkaian dasar, yakni rangkaian low pass filter induktif dan rangkaian low
pass filter kapasitif. Untuk rangkaian low pass filter induktif, rangkaian terdiri
dari induktor (L1) dan beban (R1), seperti diperlihatkan pada gambar berikut
ini.

Kurva keluaran hasil simulasi elektronika dari rangkaian low pass filter
induktif di atas diketahui bahwa frekuensi di atas frekuensi cut-off (-3dB)
yakni di atas 32,94 Hz, mengalami atenuasi (redaman) yang sangat besar.
Perlu diketahui bahwa reaktansi induktor meningkat seiring meningkat-nya
frekuensi. Reaktansi yang semakin besar menyebabkan frekuensi tinggi tidak
dapat melewati induktor untuk dapat mengalir ke beban.

Persamaan untuk menghitung frekuensi cut-off pada rangkaian low pass


filter induktif adalah sebagai berikut:

Keterangan:
Fc = Frekuensi cut-off (Hz)
RLoad = Resistansi (tahanan) beban (Ohm)
L = Induktansi (Henry/H)
p = 3,14

2. Filter menggunkan dan tanpa kapasitor

Grafik Filter tanpa Kapasitor

3,31
3,3
3,29
Tegangan Output

3,28
3,27
3,26 Vo
3,25
3,24
3,23
3,22

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500


Frekuensi (kHz)

Grafik Filter dengan Kapasitor

3,295
3,29
3,285
Teganagan Output

3,28
3,275
3,27 Vo
3,265
3,26
3,255

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500


Frekuensi (kHz)
High pass filter merupakan kebalikan dari low pass filter yakni rangkaian
filter yang memberikan redaman sangat kecil pada frekuensi di atas frekuensi
cut-off (-3dB ) yang telah ditentukan, sedangkan frekuensi di bawah frekuensi
cut-off akan mendapatkan redaman yang sangat besar. Lebih sederhana-nya,
hanya frekuensi tinggi saja yang dapat melewati rangkaian filter ini.

Seperti rangkaian low pass filter, high pass filter juga dapat dibangun
menggunakan dua jenis rangkaian dasar, yakni rangkaian high pass filter
induktif dan kapasitif. Untuk rangkaian high pass filter induktif, rangkaian
terdiri dari resistor (R1), induktor (L1) dan beban, seperti diperlihatkan pada
gambar berikut ini.

Induktor akan memiliki reaktansi yang rendah ketika frekuensi juga


rendah. Hal ini menyebabkan frekuensi rendah (di bawah frekuensi cut-off)
akan mengalir (bypass) ke ground melalui induktor, sedangkan frekuensi
tinggi (di atas frekuensi cut-off) akan terus mengalir ke beban.

Persamaan untuk menghitung frekuensi cut-off pada rangkaian high pass


filter induktif adalah sebagai berikut:

Untuk rangkaian high pass filter kapasitif dibangun oleh sebuah kapasitor
yang disusun seri terhadap beban.

Persamaan untuk menghitung frekuensi cut-off pada rangkaian high pass


filter kapasitif sama seperti yang digunakan pada rangkaian low pass filter
kapasitif yakni:
VII. KESIMPULAN

A. RESONANSI

 Pada rangkaian seri Resonansi, Resonansi terjadi disaat tegangan


kapasitor terbesar

 Pada rangkaian parallel, frekuensi resonansi terjadi disaat tegangan


resistor terkecil

 Semakin tinggi nilai factor Qualitas Q, semakin tinggi pula


pembesaran tegangannya sehingga relativitas kumparannya semakin
tinggi

 Bila f<fr (sebelah kiri harga fr) reaktansi bersifat induktif dan arus
ketinggalan terhadap tegangan

 Nilai Z sama dengan R pada saat impedansi mencapai harga


maksimum

B. FILTER

 Rangkaian Low Pass Filter :

1. Rangkaian Low Pass Filter Induktif

2. Rangkaian Low Pass Filter Kapasitif

 Kapasitor pada rangkaian Low Pass Filter akan memiliki reaktansi


yang semakin rendah ketika frekuensi meninggi menyebabkan
frekuensi yang diatas cut off langsung mengalir (by pass) ke ground.
Sedangkan frekuensi yang ada dibawah frekuensi cut off akan
mengalir ke beban.

 Untuk rangkaian kapasitif, semakin besar nilai frekuensi maka akan


semakin besar nilai tegangan outputnya.

 Semakin curam kemiringan respon frekuensi LPF berarti semakin


baik.
 Untuk rangkaian yang kedua, tegangan output dikatakan tetap untuk
bermacam-macam frekuensi yang telah ditentukan baik yang memakai
kapasitor ataupun tanpa kapasitor.

Anda mungkin juga menyukai