Kelompok : F3
Jurusan : S1 Teknik Elektro
Tanggal praktikum : 14 Oktober 2021
Asisten : A. Sri Astuti Kusuma Putri
BAB II
TEORI DASAR
Kondisi resonansi dapat terjadi bila frekuensi resonansi (fr) yang diberikan membuatrangkaian
memiliki Reaktansi = 0, dalam arti Z = R (impedansi mencapai harga minimum karena XC = XL
sehingga saling menghilangkan); Bila tidak terjadi resonansi, maka Reaktansi ≠ 0, Z >R; Bila f <
fr (sebelah kiri harga fr) reaktansi bersifat kapasitif dan arus mendahului tegangan. Bila f > fr
(sebelah kanan fr) reaktansi bersifat induktif dan arus ketinggalan terhadap tegangan.
Kualitas dari pada sebuah rangkaian resonsi tergantung dari besarnya Banwidh perubahan
frekuensi untuk mencapai Arus maksimum sebuah rangkaian. Semakin kecil banwithnya, semakin
bagus pula rangkaiannya, tetapi hal ini juga tergantung kebutuhan. Untuk mencari Banwidh, dapat
dilakukan dengan melihat frekuensi -3db (seperti tampak pada gambar 3), dimana 𝐵𝑊 = 𝑓𝐻 − 𝑓𝐿.
1 𝐿
Sedangkan faktor kualitas (Q) sebuah rangkaian dapat dihitung dengan rumus 𝑅 √𝐶.
Jika pada rangkaian tersebut diberikan arus sinusoidal, maka akan terjadi disipasi daya pada
R, dan penyimpanan energi magnetik pada Ldan energi listrik pada C.
Dalam rangkaian RLC seri terdapat titik frekuensi di mana reaktansi induktif induktor menjadi
sama nilainya dengan reaktansi kapasitif kapasitor. Dengan kata lain, XL = XC. Titik di mana hal
ini terjadi disebut titik Frekuensi Resonansi, ( ƒr ) dari rangkaian, dan ketika kami menganalisis
rangkaian RLC seri, frekuensi resonansi ini menghasilkan Resonansi Seri.
Rangkaian Resonansi Seri adalah salah satu rangkaian terpenting yang digunakan dalam
rangkaian listrik dan elektronik. Dapat ditemukan dalam berbagai bentuk seperti pada filter listrik
AC, filter kebisingan dan juga di rangkaian penyetelan radio dan televisi menghasilkan rangkaian
penyetelan yang sangat selektif untuk menerima saluran frekuensi yang berbeda.
Karena arus yang mengalir melalui rangkaian resonansi seri adalah hasil tegangan dibagi
dengan impedansi, pada resonansi impedansi, Z adalah pada nilai minimumnya, (R). Oleh karena
itu, arus rangkaian pada frekuensi ini akan berada pada nilai maksimum V/R seperti yang
ditunjukkan di bawah ini.
Kurva respons frekuensi dari rangkaian resonansi seri menunjukkan bahwa besarnya arus
adalah fungsi frekuensi dan memplotnya ke grafik menunjukkan kepada kita bahwa respons
Laboratorium Sistem Telekomunikasi
Institut Teknologi PLN
KELOMPOK F3
dimulai dari mendekati nol, mencapai nilai maksimum pada frekuensi resonansi ketika IMAX =
IR dan kemudian turun lagi ke hampir nol ketika ƒ menjadi tidak terbatas.
Hasil dari ini adalah bahwa besarnya tegangan melintasi induktor, L dan kapasitor, C dapat
menjadi berkali-kali lebih besar dari tegangan supply, bahkan pada resonansi tetapi karena mereka
sama dan pada perlawanan mereka membatalkan satu sama lain.
Karena rangkaian resonansi seri hanya berfungsi pada frekuensi resonansi, rangkaian jenis ini
juga dikenal sebagai Rangkaian Akseptor karena pada resonansi, impedansi rangkaian minimum,
sehingga dengan mudah menerima arus yang frekuensinya sama dengan frekuensi resonansinya.
Arus maksimum melalui rangkaian pada resonansi hanya dibatasi oleh nilai resistansi (nilai murni
dan nyata), maka tegangan sumber dan arus rangkaian harus dalam-fasa satu sama lain pada
frekuensi ini.
Kemudian sudut-fasa antara tegangan dan arus rangkaian resonansi seri juga merupakan
fungsi frekuensi untuk supply tegangan tetap dan yang nol pada titik frekuensi resonansi ketika:
V, I dan VR semuanya dalam-fasa satu sama lain seperti ditunjukkan di bawah ini. Akibatnya, jika
sudut fasa adalah nol maka faktor daya karena itu harus bersatu.
• Bandwidth dari Rangkaian Resonansi Seri
Respons frekuensi dari besaran arus rangkaian di atas, berhubungan dengan “ketajaman”
resonansi dalam rangkaian resonansi seri. Ketajaman puncak diukur secara kuantitatif dan disebut
faktor Kualitas, Q dari rangkaian.
Faktor kualitas menghubungkan energi maksimum atau puncak yang disimpan dalam
rangkaian (reaktansi) dengan energi yang dihamburkan (resistansi) selama setiap siklus osilasi
yang berarti bahwa itu adalah rasio frekuensi resonansi terhadap bandwidth dan semakin tinggi
rangkaian Q, semakin kecil bandwidth, Q = ƒr/BW.
Karena bandwidth diambil antara dua -3dB poin, selektivitas rangkaian adalah ukuran
kemampuannya untuk menolak frekuensi di kedua sisi dari titik-titik ini. Rangkaian yang lebih
selektif akan memiliki bandwidth yang lebih sempit sedangkan rangkaian yang kurang selektif
akan memiliki bandwidth yang lebih luas.
Selektivitas dari rangkaian resonansi seri dapat dikendalikan dengan menyesuaikan nilai
resistansi saja, menjaga semua komponen lain yang sama, karena Q = (XL atau XC) / R .
Perhatikan juga, bahwa sudut fasa positif untuk frekuensi di atas ƒr dan negatif untuk
frekuensi di bawah ƒr dan ini dapat dibuktikan dengan,
BAB III
METOLOGI PERCOBAAN
3. Variasikan besarnya Frekuensi pada VSM Signal Generator mulai dari 0 Hz hingga 120Hz.
Catat variasi frekuensi yang diberikan sehingga output tegangan pada Kapasitor
memebrikan nilai maksimum. Catat frekuensi pentingnya saja agar tidak terlalu banyak.
Frekuensi hasil Amplitudo Tegangan Arus (mAmpere)
praktikum Kapasitor (Volt)
(Heartz)
0
…
…
120
1. Ubah Resistor menjadi 50 Ω dengan Induktor dan Kapasitor tetap seperti padarangkaian.
Catat Frekuensi Resosnansinya.
2. Ubah Induktor menjadi menjadi 1 H dengan Resistor dan Kapasitor tetap seperti pada
rangkaian. Catat Frekuensi Resosnansinya. (R = 30 Ω, C = 20 uF )
3. Ubah Kapasitor menjadi menjadi 40 uF dengan Resistor dan Induktor tetap seperti pada
rangkaian. Catat Frekuensi Resosnansinya. (R = 30 Ω, L = 0.5 H )
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan
Frekuensi Hasil Praktikum Amplitudo Tegangan Kapasitor Arus (mAmpere)
(Volt)
(Heartz)
0 0 0
20 0,316 5,37
40 2,82 23,7
50 8,63 57,7
60 4,72 26
1. Frekuensi 0 Hz
2. Frekuensi 20 Hz
3. Frekuensi 40 Hz
4. Frekuensi 50 Hz
5. Frekuensi 60 Hz
6. Frekuensi 100
7. Frekuensi 120 Hz
Jawaban :
1
1. fr = 2𝜋√𝐿𝐶
1
= = 50, 354 Hz
2×3,14√0,5×20×10−6
Dari data ini kita dapat mengetahui bahwa nilai yang di peroleh dari percobaan mendekati
nilai menggunakan perhitungan teori. Ini di sebabkan karena ketepatan dan ketelitian pada
alat percobaan terutama osiloskop dan Vsm generator tidak sepenuhnya menunjukan nilai
aslinya.
2.
60
50
Kuat Arus (mA)
40
30
20
10
0
0 20 40 50 60 100 120
Frekuensi (Hz)
1 0,5
= 30 √20×10−6 = 5,27
5. Berubahnya nilai dari resistor tidak memengaruhi frekuensi resonansinya hanya saja arus
yang mengalir apabila semakin besar resistor yang diberikan maka arus yang mengalir
semakin kecil. Dan apabila semakin besar nilai induktor ataupun kapasitor maka semakin
kecil frekuensi resonansinya dan arus yang terukur pada amperemeter semakin besar.
4.4 Analisa
disebabkan oleh praktikan, seperti salah menenpatkan kursor untuk menetukan tegangan pada
puncak tertinggi, salah dalam mengambil data, salah dalam melakukan perhitungan (melakukan
pembulatan saat perhitungan), dan ketidaktelitian dalam merangkai komponen.
• M. Fathan Ramayani
Pada praktikum kali ini kita akan membahas modul 4 sistem telekomunikasi ini kita akan
membahas berkaitan dengan rangkian resonansi, dimana rangkaian resonansi ini dapat terjadi jika
Kondisi resonansi dapat terjadi bila frekuensi resonansi (fr) yang diberikan membuat rangkaian
memiliki Reaktansi ( j(XL – XC ) ) = 0. Ini juga berarti Impedansi (Z) = R + j(XL – XC ) = R + 0
= R (impedansi mencapai harga minimum karena XC(Reaktansi Kapasitf) = XL (Reaktansi
Induktif) sehingga saling menghilangkan). Dimana ada 2 percobaan RLC seri dan RLC pararel,
dimana Tujuan dari praktikum RLC seri ini adalah 1).Mendemonstrasikan fenomena resonansi di
sirkuit RLC Seri. 2) Memahami karkteristik Rangkaian Resonansi Seri. 3) Membandingkan hasil
perhitungan dengan hasil praktikum. 4) Memahami pengaruh perubahan RLC terhadap nilai
frekuensi resonansi. Rangkianan resonansi yang kita akan bahas pada praktikum ini menggunakan
resistor, kapasitor dan induktor oleh karena itu kita menyebutkan rangkaian RLC. Dimana
percobaan yang akan dilakukan disini adalah rangkaian RLC seri dan rangkaian RLC pararel.
Resonansi sendiri adalah kondisi resonansi dapat terjadi bila frekuensi resonansi (fr) yang
diberikan membuat rangkaian memiliki Reaktansi ( j(XL – XC ) ) = 0. Ini juga berarti Impedansi
(Z) = R + j(XL – XC ) = R + 0 = R (impedansi mencapai harga minimum karena XC (Reaktansi
Kapasitf) = XL (Reaktansi Induktif) sehingga saling menghilangkan). Atau pada saat di diagram
fasor nya frekuensi tegangan sefasa dengan arusya. Bila tidak terjadi resonansi, maka Reaktansi ≠
0, Z >R; Bila f < fr (sebelah kiri harga fr) reaktansi bersifat kapasitif dan arus mendahului tegangan
(lagging). Bila f > fr (sebelah kanan fr) reaktansi bersifat induktif dan arus ketinggalan terhadap
tegangan(leading). Alat dan percobaan pada RLC seri ini adalah generator signal, lalu ada AC
AMMeter, lalu ada capacitor analog primitive= 20uF, inductor yang generic inductor= 0,5 H, dan
resistor yang analog primitive= 30 Ω. Osiloskop, dan kabel. Rangkai sesuai dimodul. Lalu atur
pada AC ammeter diubah ke milliampere, dan ubah pada generator signal dimana atur frekuensi
nya 10 hz,dan amplitude nya 5. Dan juga atur osiloskopnya dimana pada channel A = V nya adalah
0,7 , position nya 0 . lalu untuk bagian horizontalnya atur 2,77 m, untuk channel B,C,D nya di off
kan karena kita hanya menggunakan 1 masukan yaitu pada channel A. lalu hitung dulu frekuensi
resonansi nya menggunakan rumus, dimana nanti temukan hasilnya 50,3 Hz. Disini dapat kita
jadikan acuan . sehingga nanti pada percobaan nya mulai dari 0 Hz, 10 hz,30 Hz, 50 Hz, 70 Hz,
100 Hz, dan 120 Hz. Lalu di run. Dimana nilai 0 Hz , amplitude teg kapasitor = 0 V dan arus = 0
mA. Dimana nilai 10 Hz , amplitude teg kapasitor = 70,42 mV dan arus = 2,28 mA. Dimana nilai
30 Hz , amplitude teg kapasitor = 950,63 mV dan arus = 10,5 mA. Dimana nilai 50 Hz , amplitude
teg kapasitor = 8,66 V dan arus = 57,0 mA. Dimana nilai 70 Hz , Kelompok C9108 Laboratorium
Sistem Telekomunikasi Institut Teknologi PLN amplitude teg kapasitor = 3,20 V dan arus = 15,4
mA. Dimana nilai 100 Hz , amplitude teg kapasitor = 2,18 V dan arus = 7,30 mA. Dimana nilai
120 Hz , amplitude teg kapasitor = 2,01 V dan arus = 5,55 mA. Dimana disini dapat membuktikan
bahwa nilai pada frekuensi resonansi perhitungan sesuai karena pada saat 50 Hz tegangan yang
dihasilkan paling besar. Sesuai dengan teori bahwa Rangkaian resosnansi memiliki karakteristik
yang apabila rangkaian diberikan masukan tegangan AC dengan frekuensi tertentu, maka akan
memberi keluaran dengan frekuensi sama namun besarnya amplitudo tegangan tergantung dari
besarnya frekuensi yang diberikan. Jika frekuensi tepat diberikan, maka akan mengeluarkan
amplitudomaksimum sehingga keluaran dikatakan memberikan arus maksimum
Coil merupakan Komponen Elektronika Pasif yang terdiri dari susunan lilitan Kawat yang
membentuk suatu Kumparan. Pada dasarnya, Induktor bisa memunculkan Medan Magnet bila
dialiri oleh Arus Listrik. Medan Magnet yang ditimbulkan tersebut dapat menyimpan energi dalam
waktu yang relatif singkat. Dasar dari sebuah Induktor adalah berdasarkan Hukum Induksi
Faraday. Ampere meter 1 buah, Ampere meter merupakan salah satu alat ukur yang biasa
digunakan untuk mengukur seberapa besar kuat arus listrik yang ada pada suatu rangkaian .
Function Generator,Kabel Penghubung.
Pada modul ini kita membuat rangkaian di aplikasi proteus sesuai petunjuk modul dan
membuat variasi frekuensi pada pengaturan sinyal generator, dengan rangkaian 30 ohm , induktor
0.5 hendri, dan kapasitor 20 mikro farad, untuk melihat perubahan amplitudo tegangan kapasitor
dan arus, dimana dapat kita simpulkan bahwa grafik rangkaian resonansi seri , pada frekuensi awal
semakin besar frekuensi maka semakin besar juga arus dan amplitudonya namun setelah sampai
pada titik maksimal atau amplitudo tertinggi saat frekuensi semakin tinggi, amplitudo dan arus
semakin kecil , seperti pada modul ini dapat kita lihat di data pengamatan saat puncak grafik
tertinggi ada di 50 Hz , namun setelah 50 Hz arus dan amplitudo semakin kecil. Jadi pada 50 Hz
terjadi resonansi karena pada saat 50 Hz amplitudo atau simpangan terjauh pada gelombang itu
saat berada di 50 Hz.
Pada pengolahan data modul 4 ini yaitu “Rangkaian Resonansi Seri” mencari frekuensi
resonansi saat resistor berubah, induktor berubah, dan resonansinya berubah memiliki angka yang
angka yang sama hanya sedikit berbeda di angka belakang koma , ini disebabkan karena adanya
kesalahan kesalaha pada praktikum. Kesalahan – kesalahan pada praktikum modul 4 yang
memungkinkan sehingga dapat mengakibatkan hasil yang sedikit berbeda yaitu kurang telitinya
praktikan dalam mengolah data pada tabel, kurang telitinya praktikan dalam menghitung data, saat
mengambil data hanya tida angka di belakang koma yang tercatat tidak seluruhnya jadi dapat
mempengaruhi hasil akhir, praktikan yang kurang teliti dalam melihat gelombabg pada osiloskop
sehingga gelombang sedikit kurang mencapai titik maksimal, aplikasi proteus mengalami eror
sehingga sensor kurang sensitif dan menunjukkan nilai yang kurang akurat, pembukaan aplikasi
proteus yang tidak melalui “run as administrator” sehingga saat memilih komponen yang akan di
rangkai tidak terdapat komponen pada library, kesalahan yang mungkin terjadi seperti rangkaian
yang di rakit atau di buat tidak sesuai dengan rangkaian yang ada dimodul seperti kesalahan dalam
pembuatan cabang di kabel penghubung atau input an muatan di kapasitor atau di resistor tidak
sesuai dengan modul.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
− Karkteristik Rangkaian Resonansi Seri yaitu apabila rangkaian diberikan masukan
tegangan AC dengan frekuensi tertentu, maka akan memberi keluaran dengan frekuensi
sama namun besarnya amplitudo tegangan tergantung dari besarnya frekuensi yang
diberikan. Jika frekuensi tepat diberikan, maka akan mengeluarkan amplitudo maksimum
sehingga keluaran dikatakan memberikan arus maksimum.
− Hasil perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan rumus dan hasil dari pengambilan
data dari percobaan ini menyatakan bahwa hasilnya hampir sama yaitu data yang diperoleh
dan hasil perhitungan yang diperoleh frekuensinya yaitu 50 Heartz.
− Pengaruh perubahan RLC terhadap nilai frekuensi resonansi yaitu apabila nilai induktansi
semakin besar maka frekuensi resonansinya akan semakin besar juga. Dan berbanding
terbalik dengan resistansi dan kapasitansinya, dimana jika resistansi dan kapasitansi
semakin besar maka nilai frekuensi resonansinya semakin kecil.
5.2 Saran
− Agar lebih teliti lagi dalam merangkai rangkaian agar hasil outputannya sesuai dengan
yang asisten laboratorium ajarkan, karna jika ada komponen
− Komponen yang tidak sesuai atau ada jumper yang belum terhubung maka akan
mempengaruhi hasil dari outputannya. - Sinyal yang kurang bagus sehingga kami praktikan
sedikit susah mengerti akan materi yang disampaikan asisten
− Penjelasan dari asisten sudah cukup baik tetapi terkadang ditertawakan padahal disini juga
kita sedang belajar