Kelompok 3 :
1. Ghaaitsa Dwi Rahmawati (09)
2. Livia Binuuriza Audrea (13)
3. Nia Nur Aeni (19)
4. Salwa (26)
5. Maulana Yusuf (15)
6. Regy Prima Dana (24)
1) Write Title
Kami memilih judul "Sisters Trouble" karena berkaitan dengan short movie kami.
Karena short movie kami menceritakan tentang permasalahan yang terjadi antara kakak
dan adik. Mempunyai kepribadian yang berbeda, membuat mereka sering dibanding –
bandingkan. Lalu bagaimana jika salah satu dari mereka mengalah, dan pergi untuk
selamanya.
2) Research
Di sini kami melakukan beberapa riset tentang hal-hal yang berkaitan dengan short
movie kami, seperti yang terdapat pada beberapa hal di bawah.
Dikutip dari idntimes.com terdapat lima alasan mengapa seorang kakak tidak
mengungkapkan rasa sayang kepada adiknya secara langsung. Alasan-alasan tersebut
adalah :
1) Tidak mau membuat sang adik menjadi besar kepala.
2) Lebih senang menunjukkannya secara diam-diam.
3) Merasa takut kasih sayangnya tak seimbang.
4) Ada rasa ingin dihormati dan diberi perlakuan lebih.
5) Menanggung tanggung jawab untuk membentuk karakter adiknya.
Selain itu kami juga melakukan riset tentang lima cara kakak menunjukan rasa kepada
adiknya tanpa memanjakan, seperti yang dikutip dari idntimes.com. Cara-cara tersebut
adalah :
Kami juga membuat rancangan script bahwa salah satu tokoh mengidap penyakit lemah
jantung, sehingga kami melakukan riset sederhana mengenai penyakit tersebut.
Dikutip dari halodoc.com, terdapat delapan gejala penyakit lemah jantung. Gejala
gejalanya adalah sebagai berikut :
Lalu juga terdapat seorang tokoh yang sedang mengalami kondisi cinta dalam diam.
Kami mencari beberapa alasan mengapa seseorang lebih memilih cinta dalam diam.
Seperti yang dikutip dari idntimes.com :
3) Dia tahu kalau tipe pasangan yang kamu suka bukan seperti dirinya.
Seseorang bisa memilih untuk mencintai dalam diam karena dia tahu bahwa tipe
pasangan orang yang kamu sukai bukan orang seperti dirinya. Biasanya, hal ini bisa
terjadi jika kalian merupakan sepasang sahabat atau teman lama.
5) Sudah cukup bahagia hanya dengan mengagumi dan menyukai dari jauh.
Sebab, mencintai seseorang bukan berarti orang tersebut harus dijadikan pasangan.
Cukup dengan mengagumi dan menjadikannya idola saja sudah bikin semangat
menjalani hari.
3) Brainstorm
Sinopsis
Jihan dan Zora adalah adik kaka yang mempunyai banyak perbedaan sifat. Perbedaan
sifat tersebut yang kadang membuat ada sedikit perdebatan diantara mereka. Jihan terlalu
gengsi menunjukkan rasa sayang nya terhadap adik nya. Gengsi bukan berarti tidak
perduli, tetapi jihan punya caranya sendiri. Zora terkadang salah paham, dan sulit
melihat sisi baik kakak nya.
Tokoh
Ghaaitsa Dwi Rahmawati As Zora
Livia Binuuriza Audrea As Jihan
Maulana Yusuf As Dito
Regy Prima Dana As Devan
Watak Tokoh
Zora : Tidak terlalu memikirkan masa depan, hanya menikmati hari – hari yang sedang
ia jalani saat ini. Acuh tak acuh, dan keras kepala.
Jihan : Selalu ingin yang terbaik untuk dirinya, pandai dalam segala hal, senang
membaca buku, sedikit pemalu dan tidak suka keramaian.
Dito : Orang yang serius, sangat perduli terhadap Zora, lebih mementingkan semua
tentang Zora dibandingkan diri nya sendiri.
4) Build A-Plot
Kami merancang Plot yang berasal dari diskusi kelompok kami. Tetapi kami perjelas
dengan menyusun ide dimulai dari awal cerita hingga akhir cerita. Hingga kami
merangkai sebuah sinopsis.
1) Asal sebab Zora menjadi pemberontak adalah karena dirinya selalu dibandingkan
dengan kakaknya, yaitu Jihan.
2) Asal sebab Jihan selalu mengatur Zora karena ingin Zora menjadi lebih baik, sesuai
dengan amanat dari orang tua mereka.
3) Alasan Zora dan Jihan tidak selalu akur karena mereka iri satu sama lain.
4) Penyebab Dito menyukai Zora karena mereka berteman baik sejak lama, dan sering
menghabiskan waktu bersama.
5) Penyebab Jihan menyukai Dito karena Jihan melihat sikap peduli ke Zora. Sehingga
ia merasa bahwa Dito adalah laki-laki yang baik.
6) Penyebab Dito menjauh dari Jihan karena ia menyukai Zora.
7) Akibat perlakuan Jihan yang kadang kurang baik terhadap Zora, sehingga Jihan
menyesal pada akhirnya.
8) Akibat Zora meninggal, hubungan Jihan dan Dito semakin dekat.
5) Outline
Setelah selesai merangkai sinopsis, kami melanjutkan diskusi untuk membuat garis besar
untuk keseluruhan cerita.
1) Zora dan Jihan adalah adik dan kakak yang mempunyai sikap yang sangat bertolak
belakang.
2) Zora mempunyai teman dekat bernama Dito dan Devan.
3) Seiring berjalannya waktu muncul perasaan antara Dito dan Zora. Namun mereka
memilih untuk memendam satu sama lain. Dan ternyata diam-diam Jihan juga merasa
tertarik dengan Dito.
4) Jihan yang selalu merasa kesepian, pada akhirnya timbul perasaan iri karena Zora
memiliki orang-orang terdekat yang selalu ada untuk Zora.
5) Zora merasa iri kepada Jihan karena Jihan selalu dibanggakan oleh orang-orang
sekitarnya dan Zora merasa Jihan bisa mencapai segala sesuatu yang Jihan inginkan.
6) Dibalik sifat pemberontak Zora, tanpa sepengetahuan orang-orang disekitarnya
ternyata Zora menyembunyikan sesuatu yang sangat penting.
7) Selama ini Zora mengidap penyakit lemah jantung dan tidak ada satu orangpun yang
mengetahuinya. Sehingga seiring berjalannya waktu penyakitnya itu mulai
memburuk.
8) Jihan merasa sikap Zora terlalu mengabaikan masa depannya. Sebagai kakak Jihan
berusaha untuk mengingatkan, tetapi Zora tidak pernah mendengarkan ucapan
kakaknya.
9) Terjadilah pertengkaran antara mereka berdua. Hingga akhirnya mereka mengetahui
penyebab kerenggangan hubungan mereka selama ini.
10) Saat mereka mencoba memperbaiki hubungan, ternyata sesuatu terjadi kepada Zora
yang membuat jihan menyesal.
11) Zora memiliki pesan untuk orang-orang terdekatnya melalui sebuah surat.
12) Seiring berjalannya waktu perlakuan Dito kepada Jihan berubah.
6) Treatment
Setelah mengetahui garis besar short movie kami, akhirnya kami memberikan treatment
yang tentu saja berasal dari hasil bertukar pikiran kami. Kami memberikan saran dialog
setiap karakter, waktu, dan latar.
7) First Draft
Zora sudah sampai di depan gerbang, namun tidak langsung masuk ke dalam sekolah.
Langkah nya terhenti, ia hanya berdiam diri sambil membuat suatu rencana di dalam
otak nya.
Zora
(Memainkan ponsel nya dan matanya sesekali memantau ke arah
pintu gerbang)
Daripada gue masuk ujung ujung nya juga pasti bakal dapet hukuman
(Tersenyum mencurigakan)
Dito
(Mempercepat langkah dan mensejajarkan
langkah nya dengan Jihan)
Jihan!
Jihan
(Menoleh ke samping)
Hanya menoleh. Tidak ada satu kata pun keluar dari mulut Jihan. Dito
kembali membuka suara nya.
Dito
Gue mau tanya keadaan Zora. Dia lagi sakit?
Jihan
Kenapa tanya gue? Lo kan satu kelas sama dia
Dito
Dia gak masuk sekolah hari ini, dia chat gue tadi pagi kata nya sakit.
Tapi pas gue tanya balik, Hp nya malah gak aktif. Lo beneran gak
tau?
Jihan
(Menggeleng kepala)
Setelah itu Jihan berjalan mendahului Dito.
Jihan sedang duduk bersantai sambil melakukan hobi nya, yaitu belajar. Pikirannya
sedang tidak hanya memikirkan rumus rumus yang ada di depannya. Ia juga
memikirkan kemana adik nya pergi. Tidak masuk sekolah dan berasalan sakit, ulah
apalagi yang Zora perbuat.
Jika benar dirinya sakit, seharusnya Zora berada di rumah. Jihan memikirkan sambil
meremas jari jari tangannya sendiri.
Selang beberapa menit, pintu rumah terbuka, dan yang di tunggu – tunggu akhirnya
datang. Zora sudah pulang.
Mereka saling melempar pandangan, sampai akhirnya Jihan membuka obrolan.
Jihan
Abis darimana lo?
Zora
Jangan ajak gue berantem dulu,
Gue cape
(Langsung pergi meninggalkan Jihan)
Jihan sedikit geram dengan kelakuan adik nya, tetapi ia harus bisa mengontrol diri nya
agar tetap bersikap tenang. Tidak ada guna nya juga jika Jihan mengeluarkan isi kepala
nya sekarang, tidak ada yang mendengerkannya.
Jihan melempar buku yang sedang ia pegang.
Devan
Jihan! Han! Woi!
Tunggu dong!
Devan
(Devan mengernyitkan dahi sembari melihat Jihan)
Nanti lo rugi kalo satu hari gak liat muka ganteng gue
Jihan
Percaya diri lo di atas rata – rata banget ya Van . . .
To the point aja deh, lo mau apa?
Devan
Question of the day dong Jihan . . .
Jihan
Apa lagi yang mau lo kepo in?
Devan
Kenapa lo selalu sendiri? lo sama adik lo kan satu sekolah. Tapi
kenapa gue gak pernah liat kalian barengan?
Jihan
Ini pertanyaan lo gak berubah dari kemarin?
Devan
Selama lo belum jawab pertanyaan gue yang ini,
gue gak mau ganti pertanyaannya
Jihan
(Jihan menatap Devan dengan tatapan tajam)
Tapi lo gak akan pernah dapet jawabannya
Setelah itu Jihan pergi meninggalkan Devan yang masih mencerna kata – kata yang
keluar dari mulut Jihan. Di sepanjang jalan Jihan juga memikirkan pertanyaan yang
diberikan Devan. Jihan yang cerdas tidak bisa menjawab pertanyaan seperti itu.
Jam istirahat sekolah biasanya dipakai murid – murid untuk pergi ke kantin. Mengisi
kembali tenaga mereka untuk mencerna materi yang diberikan oleh para guru. Tetapi
seperti nya Zora tidak termasuk ke dalam golongan murid yang seperti itu. Ia hanya
duduk manis dan sibuk dengan ponselnya.
kepada Zora. Seseorang itu bernama Dito. Manusia yang selalu berada di samping Zora.
Dito
(Memberikan bekal makanan kepada Zora)
Nih makanan buat tuan putri
Zora
Wihh, apa nih. Tumben baik . . .
Dito
(Dito duduk di samping Zora)
Hah? Tumben? Biasanya juga gue kaya gini
Zora
Iyaa deh, thank you Dito!
(Zora tersenyum menatap Dito)
Dito
Sama – sama!
(Dito mengelus kepala Zora)
Dito tidak bisa menahan diri untuk tidak melakukan itu, ia terlalu gemas dengan
perempuan di hadapannya.
7. EXT. PULANG SEKOLAH - SIANG
Bunyi suara bel sekolah menggema disetiap penjuru sekolah. Dito dan Zora sedang
berjalan bersama menuju parkiran sekolah. Mereka tampak sangat akrab sehingga tidak
jarang orang yang menganggap bahwa hubungan mereka lebih dari seorang teman.
Sampai lah mereka di parkiran sekolah, Dito segera menyalakan kendaraan milik nya.
Dito memberi isyarat kepada Zora untuk naik ke atas motor. Zora pun mengerti dan
langsung naik ke atas motor, mengisi bagian kosong di belakang Dito.
Setelah itu Dito melajukan motor nya keluar dari gerbang sekolah.
Suara motor yang sudah tidak asing lagi berhenti di depan rumah seseorang, Jihan
menyadari siapa yang datang, tetapi Jihan tampak tidak peduli, ia hanya melihat dari
jendela rumahnya.
Zora
Masuk dulu gak?
Dito
Engga dulu deh, gue sibuk lagi banyak urusan
Zora
Yeee so sibuk lo!
Dito
(Tertawa kecil)
Udah sana masuk
Zora
Ya udah gue masuk dulu, bye . . .
Setelah memastikan Zora sudah masuk ke dalam rumah, Dito pun pergi melajukan
motornya meninggalkan halaman rumah Zora.
Jihan
(Mengambil sesuatu di dekat Zora)
Balik sama siapa lo?
Zora
Sama Dito, kenapa?
Jihan
Ohh, gapapa nanya aja
Koridor sekolah sedang sepi, karena pelajaran sedang berlangsung. Sementara itu Jihan
dan Devan baru saja keluar dari perpustakaan. Tidak sengaja mereka bertemu dengan
Dito. Devan yang mempunyai sifat mudah berbaur, ia mengenal siapa saja murid di
sekolah ini termasuk Dito, adik kelasnya.
Devan
Woi, Dit!
Dito
(menoleh ke arah Devan)
Eh lo, Van
Devan dan Dito berjalan mendahului Jihan. Devan dan Dito larut dalam percakapan
mereka, sementara Jihan tidak sengaja mendengarkan percakapan keduanya.
Devan
Lo deket ya sama Zora?
Banyak yang bilang lo berdua pacaran
Dito
(Tertawa kecil)
Ngarang lo!
Devan
Yaelah ngaku aja kali . . .
Dito
Gue gak seberani itu buat ngungkapin perasaan gue . . .
Devan
Berarti lo beneran suka dong?
Dito
Menurut lo aja deh Van . . .
Emang ada yang ga mau sama Zora?
Devan
Gue si mau . . .
Jangan kelamaan deh Dit, takut gue khilaf
Dito
(Menyenggol badan Devan pelan)
Yaudah lah . . . gue duluan ya
Setelah itu Dito berjalan mendahului Devan. Devan kembali mengingat kalau ia sedang
bersama Jihan tadi, setelah itu ia kembali mengganggu Jihan yang sekarang berada di
belakangnya.
Devan
Diem mulu, kesambet lo
Jihan
Berisik
Devan
Bener kan dugaan gue, Dito tuh pasti suka sama Zora
Kalo mereka sampai beneran jadian, lo seneng?
Jihan
Kenapa lo tanya gue
Bukan urusan lo juga gue mau seneng atau gak
Devan
Yang namanya Jihan gak pernah bisa santai sedikit ya
Jihan hanya memfokuskan pandangannya ke buku yang sedang ia baca, Devan terus
berbicara seolah – olah Jihan mendengarkan ucapannya.
Zora
Ngapain lo di sini?
Jihan
Sejak kapan lo kaya gini?
Zora
Bukan urusan lo, sejak kapan lo peduli sama gue?
Jihan
Lo sadar gak?
Yang lo lakuin itu gak baik buat diri lo sendiri
Jihan
Lo masih tanya soal pedulinya gue ke lo? Selama ini aja lo selalu
tutup mata. Gak pernah mau dengerin omongan gue, sekali aja lo
pikirin hidup lo, masa depan lo, gue minta lo berhenti kayak gini!
Zora hanya memandang Jihan dengan tatapan datar, baru kali ini ia benar – benar
melihat sisi berbeda dari kakak nya.
Lalu Dito datang dari arah belakang, ia bingung apa yang sedang terjadi antara Jihan
dan Zora.
Setelah puas mengungkapkan perasaannya, Jihan berjalan melewati Dito dan Zora
begitu saja tanpa sepatah katapun.
Dito
Berantem lagi?
(Melihat puntung rokok yang sepertinya sengaja dimatikan)
Jihan tau lo ngerokok?
Zora hanya membalas dengan anggukan kepala. Tiba – tiba badan nya terasa lemas, lalu ia
duduk di bangku yang berada di dekat nya.
Dito
(Duduk di samping Zora))
Makanya dari dulu gue bilang stop
Tapi lo gak pernah denger omongan gue
Zora
(Memegang kepala merasa sedikit pening)
Dit, kalo mau ngomel jangan sekarang ya
Gue pusing
Dito
(Memberikan minuman)
Minum dulu nih
Zora menerima minuman yang di berikan oleh Dito, setelah itu ia meneguk nya sedikit.
Dito
(Melihat wajah Zora, menaruh tangannya di depan dahi Zora)
Lo sakit?
Zora
(Mengernyitkan dahi)
Gue gapapa Dito . . .
Masih nafas juga nih
Dito
Ra . . .
Tadi Jihan marah nya serius banget, wajar sih seorang kakak pasti gak
mau liat adik nya ngelakuin sesuatu yang bikin nyesel nanti nya
Zora hanya terdiam, seperti sedang memikirkan sesuatu. Hanya ia dan diri nya yang
mengetahui sesuatu mengganjal seperti apa yang sedang mengganggu pikiran Zora saat
ini.
Jihan baru selesai dengan semua urusannya. Sesampai nya di rumah saat ia membuka
pintu, Jihan melihat Zora sedang memasukan sesuatu ke dalam mulut dengan tergesa –
gesa. Lalu Jihan menanyakan hal yang sedang Zora lakukan.
Jihan
Minum apa lo?
Zora
Cuma obat biasa, lagi gak enak badan aja
Jihan
(Menghampiri Zora, memastikan benar atau tidak nya yang dikatakan
Zora)
Jangan sembunyiin apapun dari gue
Zora
Sini balikin, bukan apa – apa juga
Zora langsung merebut kembali obat tersebut dari tangan Jihan, menyisakan Jihan
sendiri di ruang tengah dengan sedikit kejanggalan.
Dito
Kenapa sih diem aja?
Gak biasanya lo kayak gini, biasanya seneng banget dateng ke sini
Zora
Sekarang juga seneng
Lagian kenapa sih kalo gue diem, namanya lagi menikmati suasana
tau
Dito
Muka lo gak bisa bohong Zora
Sebentar, jangan kemana – mana
Dito pergi sebentar untuk membeli sesuatu, setelah itu ia kembali dan memberikan
sesuatu kepada Zora berharap perempuan di depannya senang dengan apa yang ia bawa.
Akhir – akhir ini Zora terlihat berbeda, Zora tampak lebih pendiam tidak seperti
biasanya.
Dito
(Memberikan makanan favorit kepada Zora)
Nih buat loh, biar ga diem terus
Zora
Makasih Dito yang baik hati,
tau darimana lo gue lagi mau ini . . .
(Ekspresi datar nya berubah menjadi ceria)
Dito
Kan udah seneng nih,
Sekarang udah mau cerita dong?
Zora
(Fokusnya terhadap makanannya terpecah,
kini ia beralih melihat Dito)
Gue lagi ngerasa gak berguna aja . . .
Kalo orang tua gue ngeliat gue sekarang, mereka pasti kecewa
Mereka pasti cuma bangga sama kakak gue
Nada bicara nya mulai melemah, Dito pun mnecoba menenangkan dan memberi
pengertian kepada Zora.
Dito
Gak boleh ngomong kayak gitu,
Percaya sama gue, orang tua lo juga pasti bangga sama lo
(Menatap Zora dan menghela nafas)
Dito kemudian berdiri dan memegang tangan Zora yang masih duduk
di bangku taman. Ia tidak bisa melihat Zora yang seperti ini.
Zora
Mau kemana sih Dit?
Dito
Mau buat lo sadar
Zora
Apa sih, gue masih mau di sini Dito . . .
Dito
Lo masih inget sama anak – anak yang kita temuin di pinggir rel
kereta?
Setelah lo tau mereka gak dapet pendidikan, lo yang paksa gue buat
temenin lo dateng ke tempat mereka, dan ngajarin mereka sampe
mereka bisa, belum lama gue sempet ngunjungin mereka lagi,
sekarang mereka udah bisa ngerasain tempat yang di sebut sekolah
Zora
(Bangun dari tidur, sambil memegang dadanya)
Haduh kok tumben sakit banget ya
Udah ah biarin aja
Sehabis mandi Zora masih terus merasa kesakitan pada dadanya. Ia pun mencari obat
yang berada di laci meja.
Zora
(mencari obat dengan nafas yang mulai tidak teratur)
Aduh obatnya di mana sih? Kok ga ada ya
jihan
Ra . . . Zora . . .
(Jihan meneriaki Zora)
Cepetan woy, nanti kita telat
Lalu Jihan mendekati Zora yang sudah tidak sadarkan diri, Jihan
berusaha tenang dan memeriksa keadaan Zora.
Jihan
Ra . . .
Jangan tinggalin gue ra
Ra . . .
Ayo kita baik - baik lagi
Gue sayang banget sama lo, Ra . . .
Jihan terus berteriak memanggil Zora dan memastikan Zora baik-baik
saja. Namun takdir berkata lain. Zora sudah meninggalkan Jihan
untuk selama-lamanya.
Arni
Han . . . yang sabar ya
Adik lo sekarang udah tenang, udah ga sakit lagi
Jihan
Makasih ya Ni, lo udah bantu banyak banget
Makasih juga ya Dit, Van
Gue ga tau gimana jadinya kalau ga ada kalian
Devan
Sama-sama Han
Kayak sama siapa aja lu
Gue juga udah anggap Zora kayak adik gue sendiri kok
Saat itu Dito masih termenung, belum bisa menerima takdir bahwa
Zora sudah pergi untuk selama-lamanya.
Devan
Dit? Lo kenapa?
Dito
Engga, gapapa kok
Hm . . . sama sama Han
Kalau butuh bantuan jangan sungkan ya
Devan
Gue pulang duluan ya
Nanti gue ke sini lagi
Arni
Loh kok pada pulang duluan?
Jihan
Gapapa kok, Ni
Lo juga pulang aja
Gue gapapa kok
Arni
Engga, gue di sini aja
Jihan
Udah kalian semua pulang aja ya
Kasian kalian pasti capek
Dito
Ya udah ya, bye
Mereka pun bergegas pulang menuju rumah mereka masing masing.
Dito masih tidak percaya bahwa ia kehilangan orang yang ia cintai
untuk selama-lamanya. Ia merasa bersalah karena tidak sempat
mengutarakan perasaannya,
Jihan
(Berjalan ke kamar Zora. Sambil melihat barang-barang peninggalan Zora yang masih
tertata rapi ditempat nya, untuk menghapus rasa rindu nya kepada sang adik)
Ra . . .
Lo lagi apa di sana?
Gue kangen banget sama lo
Saat sedang melihat sekelilingnya, ia menemukan dua buah surat di dalam laci. Lalu
Jihan membuka salah satu surat yang ditujukan untuknya, satu surat lagi ditujukan
untuk Dito. Surat itu berisi permintaan maaf dari Zora untuk kakaknya. Betapa
terkejutnya Jihan setelah membaca surat itu. Jihan semakin merasa bersalah setelah apa
yang ia lakukan.
Jihan
Ra . . . Maafin gue
Kenapa lo tinggalin gue sendirian
Gue butuh lo di sini . . .
Zora . . .
Ini cuma mimpi kan Ra ?
EXT. KORIDOR SEKOLAH
Sepulang sekolah, Jihan bergegas menemui Dito untuk memberikan surat yang ditulis
Zora.
Dito
Lo mau ngasih apaan si? Kayaknya penting banget?
Jihan
(memberikan sebuah surat)
Udah lo baca aja sendiri
Ditopun membaca surat itu. Ia bingung dengan isi surat itu yang tertulis bahwa Zora
memohon Dito untuk terus menjaga Jihan.
Dito
Ini beneran Zora yang nulis?
Jihan
(terlihat kesal)
Ya iya, lo nuduh gue yang nulis gitu?
Dito
Ga gitu maksud gue
Jihan
Gue bingung kenapa dia nitipin gue ke lo ya?
Dito
Gue kan temen baiknya Zora mungkin dia takut lo kenapa-kenapa
Jadi dia nitipin lo ke gue
Lo ga usah khawatir Han . . .
Gue, Devan, sama yang lain bakal ada terus kok buat lo
Jihan
Yaudah iya
tapi sayangnya gue ga percaya sama lo
Dito
Loh kok gitu?
Jihan
(bergegas pergi) Percaya tuh sama Tuhan, percaya sama lu ya musyrik
Dito
Eh lo mau ke mana?
Jihan
Ada deh
Akhirnya Jihan dan Dito pergi bersama. Dito lega melihat kembali senyum dari Jihan.
Karena setelah kepergian Zora, Jihan selalu muram dan tak pernah senyum. Namun
sekarang ia sudah melihat senyum itu kembali. Dito berharap ia akan bisa menepati
janjinya pada Zora