Anda di halaman 1dari 7

Vol. 6 No.

2 (2021), 999-999

Stereotipe Gender dalam Novel Side by Side karya Sofi Meloni

Untung Nurhidayat
FSBK/ Sastra Indonesia/ UAD
Untung2100025016@webmail.uad.ac.id

DOI: https://doi.org/10.32528/bb.v6i2. Diisi oleh editor

First received: ________ Final proof received: ________

ABSTRAK
Mencari cinta dalam belenggu stereotip gender. Novel Side by Side karya
Sofi Melodi menghadirkan kisah Rama dan Ditta, dua mahasiswa yang
bergelut dengan prasangka tradisional tentang peran ideal laki-laki dan
perempuan. Melalui perjalanan mereka, cerita ini mendekonstruksi
stereotip gender, menampilkan perempuan yang kuat, mandiri, dan
ambisius, serta laki-laki yang belajar menerima dan mendukung. Novel
ini tidak hanya menghibur, tapi juga mengajak pembaca melawan
batasan budaya, merayakan keberagaman, dan membuktikan bahwa cinta
sejati mampu menerobos tembok prasangka. Pada jurnal ini peneliti
menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan berdasar data dari
novel Side by Side karya Sofi Meloni. Data kemudian dianalisis untuk
mengekslorasi tema stereotip gender dalam novel.
Kata kunci: Perempuan; Stereotipe gender; remaja

ABSTRACT
Searching for love in the shackles of gender stereotypes. The novel Side
by Side by Sofi Melodi tells the story of Rama and Ditta, two university
students who struggle with traditional prejudices about the ideal roles of
men and women. Through their journey, this story deconstructs gender
stereotypes, featuring strong, independent, and ambitious women, as well
as men who learn to accept and support. This novel is not only
entertaining, but it also invites readers to challenge cultural boundaries,
celebrate diversity, and prove that true love can break through the walls
of prejudice. In this journal, the researcher uses a descriptive qualitative
method based on data from the novel Side by Side by Sofi Melodi. The
data was then analyzed to explore the theme of gender stereotypes in the
novel.
Keywords: Woman; Gender stereotypes; teenager

1
Nama Penulis. Judul ...

1. PENDAHULUAN
Gender adalah konsep sosial yang mengacu pada peran, perilaku, dan karakteristik
yang dikaitkan dengan laki-laki dan perempuan. Gender merupakan konstruksi sosial,
bukan sesuatu yang alami. Stereotip gender adalah keyakinan tentang apa yang
seharusnya dilakukan oleh laki-laki dan perempuan. Stereotip gender dapat membatasi
kesempatan perempuan untuk berkembang dan meraih impian mereka.

Novel Side by Side karya Sofi Melodi merupakan novel romansa Indonesia yang
bercerita tentang Rama, seorang mahasiswa yang bertaruh untuk menaklukkan Ditta,
sosok misterius yang cuek. Namun, taruhan tersebut menjadi rumit ketika Ditta
mengetahui dan malah meminta Rama untuk berpura-pura pacaran dengannya. Seiring
berjalannya waktu, perasaan mereka berkembang lebih dari sekadar pura-pura.

Novel ini mengangkat berbagai permasalahan gender, baik secara langsung


maupun tidak langsung. Salah satu permasalahan gender yang diangkat oleh novel ini
adalah stereotip gender. Novel ini menunjukkan bahwa stereotip gender tidak selalu
benar. Misalnya, Ditta adalah seorang perempuan yang kuat dan mandiri. Dia tidak
takut untuk menyatakan pendapatnya dan mengejar impiannya. Hal ini menunjukkan
bahwa perempuan juga bisa menjadi sosok yang kuat dan tangguh, tidak hanya lemah
dan pasif.

Novel ini juga mengeksplorasi peran gender dalam masyarakat. Misalnya, Rama
awalnya digambarkan sebagai sosok laki-laki yang maskulin, yang dituntut untuk selalu
kuat dan tangguh. Namun, seiring berjalannya waktu, Rama menyadari bahwa dia tidak
harus selalu memenuhi stereotip gender. Dia bisa menjadi dirinya sendiri, baik sebagai
laki-laki maupun sebagai pasangan Ditta.

Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis


permasalahan gender dalam novel Side by Side karya Sofi Melodi. Penelitian ini akan
menggunakan pendekatan kualitatif untuk menganalisis dialog-dialog dan karakter
dalam novel tersebut.

2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan sumber data
berasal dari novel Side by Side karya Sofi Melodi. Metode deskriptif kualitatif adalah
metode penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena yang terjadi secara
alamiah dengan cara mengumpulkan data berupa kata-kata dan gambar. Metode ini
digunakan untuk memahami suatu fenomena dari sudut pandang subjek penelitian,
sehingga dapat memberikan gambaran yang mendalam dan menyeluruh mengenai
fenomena tersebut.

3. PEMBAHASAN

Belajar Bahasa: Jurnal Ilmiah Program Studi


Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia
2 Vol. 7 No. 1 (2022), 0-00
Nama Penulis. Judul ...

Stereotip gender adalah keyakinan tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh
laki-laki dan perempuan. Stereotip gender dapat membatasi kesempatan perempuan
untuk berkembang dan meraih impian mereka.

Novel Side by Side karya Sofi Melodi mengangkat berbagai permasalahan


gender, salah satunya adalah stereotip gender. Novel ini menunjukkan bahwa stereotip
gender tidak selalu benar. Misalnya, Ditta adalah seorang perempuan yang kuat dan
mandiri. Dia tidak takut untuk menyatakan pendapatnya dan mengejar impiannya. Hal
ini menunjukkan bahwa perempuan juga bisa menjadi sosok yang kuat dan tangguh,
tidak hanya lemah dan pasif.

Berikut adalah beberapa bentuk stereotip gender yang digambarkan dalam novel
Side by Side:

Ditta diharapkan menjadi perempuan yang feminin dan pasif.

Teman 1: “Ditta, kok kamu nggak dandan? Hari ini kan ada presentasi penting.”

Ditta: “Aku lebih nyaman natural. Lagipula, presentasi bukan ajang beauty
contest.”

Teman 2: “Tapi cowok suka cewek yang pakai makeup, Dit. Biar kelihatan
cantik.”

Ditta: “Cantik kan nggak melulu soal makeup. Kepercayaan diri dan
intelektualitas juga menarik, lho.”

Dialog ini menunjukkan bahwa Ditta tidak sesuai dengan stereotip gender yang
menganggap bahwa perempuan harus feminin dan pasif. Ditta tidak suka berdandan dan
lebih suka tampil natural. Dia juga tidak takut untuk menyatakan pendapatnya, bahkan
jika pendapatnya itu berbeda dengan pendapat teman-temannya.
Teman-teman Ditta menganggap bahwa Ditta tidak cantik karena tidak berdandan.
Mereka juga menganggap bahwa Ditta akan sulit mendapatkan pasangan karena tidak
feminin. Hal ini menunjukkan bahwa stereotip gender masih berpengaruh kuat dalam
masyarakat..

Rama diharapkan menjadi laki-laki yang maskulin dan kuat.


Pada awal novel, Rama digambarkan sebagai sosok laki-laki yang maskulin. Dia
suka olahraga dan bermain game. Dia juga sering merasa harus melindungi Ditta. Hal
ini menunjukkan bahwa Rama merasa harus memenuhi stereotip gender sebagai laki-
laki yang kuat dan tangguh.

Perempuan diharapkan menikah dan menjadi ibu.

Belajar Bahasa: Jurnal Ilmiah Program Studi


Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia 3
Vol. 7 No. 1 (2022), 0-00
Nama Penulis. Judul ...

Ibu Ditta sering mendesak Ditta untuk segera menikah. Dia menganggap bahwa
perempuan yang belum menikah adalah perempuan yang gagal. Hal ini menunjukkan
bahwa masyarakat masih memiliki stereotip gender yang menganggap bahwa
perempuan harus menikah dan menjadi ibu.
Ibu Ditta: “Ditta, kamu udah 25 tahun, Dik. Umur segini udah waktunya nikah.
Nggak mau ngasih cucu ke Ibu?”

Ditta: “Bu, aku masih punya mimpi yang mau dikejar. Karierku belum mapan.
Lagipula, nikah bukan keharusan, kan?”

Ibu Ditta: “Tapi perempuan tugasnya mengurus keluarga, Dik. Nanti kalau
umurmu tua, nggak ada lagi yang mau sama kamu.”

Ditta: “Kasih Ibu itu nggak harus lewat anak dan suami, Bu. Aku bisa
menunjukkan kasih dengan cara lain. Soal jodoh, biarkan mengalir natural.”
Dialog ini menunjukkan bahwa Ibu Ditta memiliki stereotip gender yang
menganggap bahwa perempuan harus menikah dan menjadi ibu. Dia menganggap
bahwa pernikahan adalah suatu keharusan bagi perempuan dan bahwa perempuan yang
belum menikah adalah perempuan yang gagal.
Ibu Ditta juga khawatir bahwa Ditta akan kesulitan mendapatkan pasangan jika
tidak segera menikah. Hal ini menunjukkan bahwa stereotip gender masih berpengaruh
kuat dalam masyarakat.

Rama: “Udah, biar aku aja yang ngomong sama mereka. Kamu diem di sini aja,
nanti kena marah.”

Ditta: “Kenapa aku harus diem? Ini masalah kita berdua, Rama. Aku bisa
ngomong sendiri, kok.”

Rama: “Tapi kan kamu cewek, nggak seharusnya kamu yang berantem.”

Ditta: “Cowok nggak selamanya harus jadi pahlawan, Rama. Kita bisa sama-sama
menghadapi masalah.”

Dialog ini menunjukkan bahwa Rama masih memiliki stereotip gender yang
menganggap bahwa perempuan harus lemah dan pasif. Dia merasa harus melindungi
Ditta dan tidak ingin Ditta terlibat dalam pertengkaran.

Ditta, di sisi lain, tidak setuju dengan stereotip gender tersebut. Dia percaya
bahwa perempuan juga bisa kuat dan mandiri. Dia juga ingin diperlakukan setara
dengan Rama.
Pembahasan tentang hasil penelitian Anda adalah suatu keharusan dan sangat
penting untuk naskah Anda. Bagian diskusi menyajikan hasil pengolahan data,

Belajar Bahasa: Jurnal Ilmiah Program Studi


Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia
4 Vol. 7 No. 1 (2022), 0-00
Nama Penulis. Judul ...

menginterpretasikan temuan secara logis, berhubungan dengan sumber referensi yang


relevan dan terkini
Rama: “Aku nggak peduli kamu cewek atau cowok. Yang aku lihat, kamu sosok
yang kuat, mandiri, dan apa adanya. Dan aku cinta sama kamu.”

Ditta: “Aku juga, Rama. Kamu nggak perlu jadi pahlawan atau selalu kuat.
Terima aja apa adanya aku.”

Dialog ini menunjukkan bahwa Rama telah belajar untuk menerima Ditta apa
adanya, tanpa mempertimbangkan stereotip gender. Dia mencintai Ditta karena
kepribadiannya, bukan karena gendernya.

Ditta juga merasa lega karena Rama menerimanya apa adanya. Dia tidak perlu
lagi merasa harus memenuhi stereotip gender untuk mendapatkan cinta Rama.
Ditta: "Rama, aku mau jadi insinyur software. Bagaimana menurutmu?"

Rama: "Wah, bagus dong. Aku mendukungmu."

Ditta: "Tapi, apa kamu nggak khawatir? Aku cewek, lho. Nanti kalau jadi
insinyur, aku nggak bisa kerja sama dengan teman-teman cowok."

Rama: "Kenapa nggak bisa? Cewek juga bisa jadi insinyur. Banyak kok insinyur
software cewek yang sukses."

Ditta: "Iya, tapi aku takut direndahkan atau diremehkan."

Rama: "Kalau kamu punya kemampuan, kamu nggak perlu takut. Kamu bisa
membuktikan diri bahwa kamu bisa."

Ditta: "Iya, aku akan berusaha. Aku ingin jadi insinyur software yang sukses dan
bisa membanggakan keluarga."

Dialog ini menunjukkan bahwa Ditta masih memiliki stereotip gender yang
menganggap bahwa perempuan tidak bisa bekerja di bidang teknis. Dia khawatir bahwa
dia akan direndahkan atau diremehkan jika menjadi insinyur software.
Rama, di sisi lain, tidak memiliki stereotip gender tersebut. Dia percaya bahwa
perempuan juga bisa sukses di bidang teknis. Dia mendukung Ditta untuk mengejar
impiannya.

Rama: "Wah, ada pertandingan sepak bola nih. Kita nonton, yuk."

Ditta: "Iya, boleh. Tapi aku nggak tau apa-apa soal sepak bola."

Belajar Bahasa: Jurnal Ilmiah Program Studi


Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia 5
Vol. 7 No. 1 (2022), 0-00
Nama Penulis. Judul ...

Rama: "Nggak apa-apa. Aku bisa jelaskan."

Ditta: "Tapi, aku nggak yakin aku bisa menikmatinya. Cewek kan biasanya nggak
suka sepak bola."

Rama: "Itu stereotip. Cewek juga bisa suka sepak bola."

Ditta: "Iya, sih. Tapi, aku nggak yakin aku bisa mengikuti jalan ceritanya."

Rama: "Ya, kita coba dulu yuk. Siapa tahu kamu suka."

Ditta: "Iya, boleh. Tapi, kalau aku nggak suka, jangan marah, ya."

Rama: "Iya, nggak apa-apa."

Dialog ini menunjukkan bahwa Ditta masih memiliki stereotip gender yang
menganggap bahwa perempuan tidak suka sepak bola. Dia khawatir bahwa dia tidak
akan bisa menikmati pertandingan sepak bola.
Rama, di sisi lain, tidak memiliki stereotip gender tersebut. Dia percaya bahwa
perempuan juga bisa suka sepak bola. Dia mengajak Ditta untuk mencoba menonton
pertandingan sepak bola untuk melihat apakah dia akan menyukainya.

4. SIMPULAN

Stereotip gender adalah asumsi atau kepercayaan yang berlaku tentang peran dan
perilaku yang sesuai untuk laki-laki dan perempuan. Stereotip gender dapat berdampak
negatif pada perempuan, karena dapat membatasi kesempatan mereka untuk
berkembang dan meraih impian mereka.

Berdasarkan data-data yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa stereotip


gender masih sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Stereotip gender ini dapat
muncul dari berbagai sumber, seperti keluarga, sekolah, media massa, dan budaya.

Stereotip gender dapat membatasi kesempatan perempuan untuk berkembang dan


meraih impian mereka dalam berbagai bidang, seperti pendidikan, karier, dan kehidupan
sosial. Perempuan yang terperangkap dalam stereotip gender dapat merasa tidak percaya
diri, tidak memiliki motivasi, dan tidak berani untuk mengambil risiko.

Novel Side by Side karya Sofi Melodi mengisahkan tentang dua mahasiswa,
Rama dan Ditta, yang menjalin hubungan karena sebuah taruhan. Rama yang awalnya
hanya ingin menang taruhan, akhirnya jatuh cinta pada Ditta yang mandiri dan kuat.
Ditta pun akhirnya membalas cinta Rama.

Selama menjalin hubungan, Rama dan Ditta menghadapi berbagai tantangan,


termasuk stereotip gender. Rama awalnya memiliki stereotip gender yang menganggap

Belajar Bahasa: Jurnal Ilmiah Program Studi


Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia
6 Vol. 7 No. 1 (2022), 0-00
Nama Penulis. Judul ...

bahwa perempuan harus lemah dan pasif. Dia merasa harus melindungi Ditta dan tidak
ingin Ditta terlibat dalam pertengkaran.

Namun, seiring berjalannya waktu, Rama belajar untuk menerima Ditta apa
adanya. Dia menyadari bahwa Ditta adalah sosok yang kuat dan mandiri, dan dia tidak
perlu melindunginya.

Ditta pun juga belajar untuk melawan stereotip gender. Dia tidak ingin dibatasi
oleh stereotip gender, dan dia ingin mengejar impiannya sendiri.

Pada akhirnya, Rama dan Ditta berhasil melewati berbagai tantangan dan
menemukan kebahagiaan bersama. Mereka membuktikan bahwa cinta bisa
mengalahkan stereotip gender.

Novel Side by Side berperan penting dalam melawan stereotip gender. Novel ini
menyajikan kisah cinta yang realistis dan relatable, dan menunjukkan bahwa perempuan
juga bisa kuat, mandiri, dan sukses.
Novel ini juga dapat meningkatkan kesadaran tentang stereotip gender. Novel ini
menunjukkan bahwa stereotip gender dapat berdampak negatif pada perempuan, dan
pentingnya melawan stereotip gender untuk menciptakan masyarakat yang lebih inklusif
dan setara..

5. REFERENSI
Suparno (2019). MODEL & PARADIGMA TEORI SOSIOLOGI SASTRA.
Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR.
Wahono, D. Y. C, dkk. (2015). PENGARUH KEKUASAAN LAKI-LAKI TERHADAP
PEREMPUAN DALAM NOVEL THE CHRONICLE of KARTINI KARYA WIWID
PRASETYO. Jurnal Sastra Indonesia, 1-9.
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jsi/article/view/7385

Windasari, R. Dkk.(2023). Analisis Gender dalam Novel Geni Joradan KartiniKarya


Abidah El Khalieqy: Kajian Kritik Sastra Feminisme. Jurnal Onoma: Pendidikan,
Bahasa dan Sastra, vol.9, No. 2. 795-807.
https://e-journal.my.id/onoma/article/view/2687/1900
Dewanty, M. S. P. (2021). Ketidakadilan gender dalam budaya Jawa dan Papua yang
tercermin lewat novel Gadis Pantai dan novel Tanah Tabu: Kajian sastra bandingan.
Jurnal Bahasa dan Sastra 22:2, 272 – 286.
https://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?
article=2921871&val=25730&title=Ketidakadilan%20gender%20dalam%20budaya
%20Jawa%20dan%20Papua%20yang%20tercermin%20lewat%20novel%20Gadis
%20Pantai%20dan%20novel%20Tanah%20Tabu%20Kajian%20sastra%20bandingan

Belajar Bahasa: Jurnal Ilmiah Program Studi


Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia 7
Vol. 7 No. 1 (2022), 0-00

Anda mungkin juga menyukai