PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Membahas tentang teori belajar, ada teori yang diharapkan mampu membawa
siswa berkembang menjadi lebih aktif, kontributif dan adaptif. Teori belajar yang
dimaksud yaitu teori belajar konstruktivisme. Ada apa dengan teori ini sehingga
mampu membuat siswa berkembang? Mengapa teori ini sangat menarik untuk
dipelajari?
A. Rumusan Masalah
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan mengenal biografi dari John Dewey.
PEMBAHASAN
Pada tahun 1894 John Dewey dipercaya untuk menjadi pemimpin divisi
filsafat di universitas chicago, ia juga mendirikan laboratorium school di tahun 1896
(Frederick Copleston S.J:1966). Ide-ide John Dewey sangat dipengaruhi oleh
kenyataan hidupnya sehingga membuatnya mempunyai berbagai esensi dari beberapa
bidang (Siti Sarah:2018). Karena perkembangan ide nya yang primer maka Ia tidak
hanya menjadi bagian dari filsafat profesional, namun juga terlibat dalam bidang
ekonomi, psikologi, antropologi, dan hukum.
John Dewey meninggal pada 1 Juli 1952 di New York (William D. Halse,
dkk:1987). Semasa hidupnya John Dewey mampu membuat karya berupa 40 buku
dan 700 an artikel (John Dewey:1955). Karya-karya tersebut berpengaruh pada ragam
pemikiran Amerika. Karya tersebut ia buat berdasarkan pengalaman dalam hidupnya
mulai dari bagaimana orang tua nya membimbingnya serta kenyataan yang ia jalani
semasa hidupnya.
Salah satu tokoh yang terkenal dalam teori Konstruktivisme adalah John
Dewey. Beliau mengatakan bahwa belajar terikat pada pengalaman dan minat diri
sendiri karena belajar memerlukan strategi pengajaran yang aktif, langsung dan
berpusat pada siswa. Teori konstruktivisme adalah salah satu teori yang cukup
terkenal di dunia pendidikan. Teori ini memiliki pandangan bahwa siswa harus
mampu membangun kebenaran dan pengetahuan yang ia dapatkan. Namun
pengetahuan tidak akan bisa didapatkan jika siswa hanya diam tanpa menggali
berbagai informasi. Konstruktivisme berpusat pada interaksi sosial dimana terjalin
hubungan sosial yang mampu melibatkan siswa satu dengan yang lainnya. Gagasan
konstruktivisme adalah bahwa peserta didik adalah pelajar yang berperan aktif dalam
menciptakan dan mengembangkan pengetahuan yang didapatkan. Melalui bimbingan,
eksperimen, dan diskusi dengan teman, dengan cara itulah siswa akan memiliki
kesempatan untuk memperdalam pengetahuan yang telah diperoleh.
Pendidikan adalah segalanya, menurut John Dewey apa yang tumbuh tidak
ada akhir dalam dirinya sendirisendiri, sehingga tidak akan ada selamanya teapi akan
ada perubahan secara bertahap. Pendidikan progesifprogesifisme merupakan
pendidikan yang demokratis. Pada praktisnya l, dalam implementasi pendidikan
disekolah siswa harus bersifat aktif dalam proses pembelajaran (Zulkarnain el
Lomboky:2011). Pemikiran John Dewey mengenai pendidikan searah dengan konsep
instrumental, dimana konsep dasarnya dilihat dari sisi pengalaman, eksperimen, dan
kesepakatan yang memiliki koperasi sangat dekat, oleh karena itu John Dewey
menjelaskan filosofif menjadi teori umum pendidikan. Mendeskripsikan hal tersebut
menjadi suatu metode pengulangan yang berkelanjutan dari pengalaman, democracy,
dan education. John Dewey mendefinisikan pendidikan sebagai panduan intelektual
untuk mengembangkan potensi yang melekat dalam pengalaman kebiasaan.
pengalaman adalah sebuah proses bergerak terus-menerus dari langkah ke langkah
pengulangan ketika masalah baru mendorong Kecerdasan untuk merumuskantindakan
baru.
Sebagai sudut pandang guru antara lain (Urfany, Afifah, Nuryani, 2020) :
Guru sebagai fasilisator yaitu guru mampu mengkoordinir kelas menjadi kondusif
dan aktif. Selain itu juga memberikan ruang untuk siswa berpendapat,
berinteraksi, berdiskusi.
Guru sebagai motivator. Motivasi terbesar berada di dalam diri siswa, jadi guru
menambah motivasi pada siswa dengan memberikan dukungan penuh kepada
siswa.
Guru sebagai mediator. Dimana saat siswa mengalami kendala saat proses
belajarnya, guru menjadi mediator untuk menyampaikan informasi terkait pokok
permasalahan.
1. Siswa mampu memahami setiap permasalahan. Masalah tersebut berasal dari luar
diri siswa. Dalam hal ini, Minat siswa atau ketertarikan terhadap kegiatan
pembelajaran harus besar.
3. Siswa harus mengumpulkan data yang signifikan yang diperoleh melalui ingatan,
pemikiran dan pengalaman pribadi guna memecahkan masalah.
5.Siswa kemudian akan mempraktekkan salah satu jawaban terbaik dan hasilnya akan
membuktikan apakah pemecahan masalah itu benar. (Triano, 2008).
Dalam proses pembelajaran ini, siswa harus fokus pada masalah yang dihadapi
agar segera terpecahkan. Siswa harus selalu terbuka dan menerima semua sumber
informasi dan saran yang tersedia. Siswa juga harus menunjukkan rasa
ketertarikannya terhadap masalah yang dibahas, berfikir terbuka dan mencari solusi
dari permasalahan yang ada. Dewey pun juga menganjurkan bahwa dalam proses
pembelajaran harus dimulai dari pengalaman mahasiwa dan berakhir pada pola
struktur mata kuliah (Trianto, 2008).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Kami selaku penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dari makalah ini. Kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca untuk
kesempurnaan makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat menambah wawasan
pembaca mengenai teori belajar Konstruktivisme menurut John Dewey