Anda di halaman 1dari 13

SEVEN TOOLS

Alya Ulfa Rahmastuti – 21070118130130


Departemen Teknik Industri, Universitas Diponegoro
Email: alyaulfar@gmail.com

ABSTRAK
Ilmu statistika selalu berhubungan dengan data yang merupakan kunci utama dalam melakukan
analisis statistik. Data tersebut dapat diperoleh dengan melakukan penarikan beberapa sampel
dari suatu populasi. Populasi merupakan sekelompok objek penelitian, sedangkan sampel
adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan prosedur tertentu. Dalam dunia industri,
sampel dapat digunakan untuk mengecek kualitas suatu lot produksi yang dihasilkan. Untuk
menjamin proses produksi dalam kondisi baik dan stabil atau produk yang dihasilkan selalu
dalam daerah standar, perlu dilakukan pemeriksaan terhadap titik origin dan hal–hal yang
berhubungan, dalam rangka menjaga dan memperbaiki kualitas produk sesuai dengan harapan.
Hal ini disebut Statistical Process Control (SPC). SPC digunakan 7 alat bantu yang namanya
“seven tools” terdiri dari flowchart, diagram pareto, cheet sheet, histogram, peta kendali,
scatter diagram, dan fishbone diagram, dimana tiap tools memiliki fungsi yang berbeda dalam
membantu proses SPC.
Kata Kunci: Seven Tools, Statistical Process Control

1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Statistika merupakan ilmu yang biasa digunakan sehari-hari untuk membantu mengolah,
menyajikan data atau menganalisa data seperti mengolah data sensus penduduk atau mengolah
data hasil nilai ujian semester mahasiswa di suatu jurusan. Sedangkan dalam industri, statistika
dapat membantu sebuah perusahaan untuk mengontrol hasil produksi dari segi kuantitas maupun
kualitas.
Pada saat sekarang ini di dunia industri, kualitas memainkan peranan yang sangat penting
apabila produk yang dihasilkan ingin tetap berada dipasaran, karena dengan adanya kualitas yang
baik maka produk yang dihasilkan dapat bersaing dengan produk sejenis. Kualitas produk yang
dihasilkan harus memiliki kualitas yang baik, tetapi dalam proses produksinya masih banyak
terjadi cacat. Untuk menjamin proses produksi dalam kondisi baik dan stabil atau produk yang
dihasilkan selalu dalam daerah standar, perlu dilakukan pemeriksaan terhadap titik origin dan
hal–hal yang berhubungan, dalam rangka menjaga dan memperbaiki kualitas produk sesuai
dengan harapan. Hal ini disebut Statistical Process Control (SPC).
Seven tools merupakan salah satu alat statistik untuk mencari akar permasalahan kualitas,
sehingga manajemen kualitas dapat menggunakan seven tools tersebut untuk mengetahui akar
permasalahan terhadap produk yang mengalami cacat, serta dapat mengetahui penyebab-
penyebab terjadinya cacat.

1.2 Rumusan Masalah


Berikut merupakan rumusan masalah dari paper Seven Tools:
1. Apa yang dimaksud dengan Statistical Process Control?
2. Apa saja yang termasuk dalam Seven Tools?

1.3 Tujuan Penulisan


Berikut merupakan tujuan penulisan dari paper Seven Tools:
1. Mampu mengetahui mengenai Statistical Process Control
2. Mampu mengetahui mengenai Seven Tools

2. Kajian Pustaka
2.1 Statistical Process Control (SPC)
Statistical Process Control (SPC) merupakan teknik penyelesaian masalah yang digunakan
sebagai pemonitor, pengendali, penganalisis, pengelola, dan memperbaiki proses menggunakan
metode – metode statistik. Filosofi pada konsep pengendalian kualitas proses statistik atau yang
lebih dikenal dengan pengendalian proses statistik (Statistical Process Control) adalah output
pada proses atau pelayanan dapat dikemukakan ke dalam pengendalian statistik melalui alat-alat
manajemen dan tindakan perancangan. Pengendalian proses statistik merupakan penerapan
metode-metode statistik untuk pengukuran dan analisis variasi proses. Teknik ini merupakan
parameter-parameter pada proses dan analisis proses. Dengan menggunakan pengendalian proses
statistik ini maka dapat dilakukan anlisis dan minimasi penyimpangan atau kesalahan,
mengkuantifikasikan kemampuan proses, menggunakan pendekatan statistik dengan dasar six –
sigma, dan membuat hubungan antara konsep dan teknik yang ada untuk mengadakan perbaikan
proses.
Sasaran pengendalian proses statistik terutama adalah mengadakan pengurangan terhadap
variasi atau kesalahan – kesalahan proses. Selain itu, tujuan utama dalam pengendalian proses
statistik adalah mendeteksi adanya penyebab khusus (assignable cause atau special cause) dalam
variasi atau kesalahan proses melalui analisis data dari masa lalu maupun masa mendatang.
Variasi proses terdiri dari dua macam penyebab, yaitu penyebab umum (random cause atau
chance cause atau common cause) yang sudah melekat pada proses, dan penyebab khusus yang
merupakan kesalahan yang berlebihan. Idealnya, hanya penyebab umum yang ditunjukkan atau
yang tampak dalam proses, karena hal tersebut menunjukkan bahwa proses berada dalam kondisi
stabil dan dapat diprediksi. Kondisi ini menunjukkan variasi yang minimum (Ariani, 2004).
Dalam setiap proses produksi, hal yang perlu dipahami adalah setiap produk ataupun jasa
yang dihasilkan tidak akan 100% sama. Hal ini karena adanya variasi selama proses produksi
berlangsung. Adanya variasi merupakan hal yang normal dan wajar, namun akan berpengaruh
pada kualitas produk sehingga perlu dikendalikan. Umumnya, metode statistik banyak digunakan
dalam upaya pengendalian proses produksi. Pendekatan yang paling umum digunakan dalam
dunia industri adalah melalui metode SPC.
Statistical Process Control merupakan metode pengambilan keputusan secara analitis
yang memperlihatkan suatu proses berjalan dengan baik atau tidak. SPC digunakan untuk
memantau konsistensi proses yang digunakan untuk pembuatan produk yang dirancang dengan
tujuan mendapatkan proses yang terkontrol (Yuri, 2013).

2.2 Tujuan SPC


Ada beberapa manfaat dari pengendalian proses statistik bagi organisasi yang
menerapkannya. Ada beberapa manfaat dari pengendalian proses statistik, antara lain (Suci,
2011):
1. Tersedianya informasi bagi karyawan apabila akan memperbaiki proses.
2. Membantu karyawan memisahkan sebab umum dan sebab khusus terjadinya kesalahan.
3. Tersedianya bahasa yang umum dalam kinerja proses untuk berbagai pihak.
4. Menghilangkan penyimpangan karena sebab khusus untuk mencapai konsistensi dan
kinerja yang lebih baik.
5. Pengertian yang lebih baik mengenai proses.
6. Pengurangan waktu yang berarti dalam masalah penyelesaian masalah kualitas.
7. Pengurangan biaya pembuangan produk cacat, pengerjaan ulang terhadap produk cacat,
inspeksi ulang dan sebagainya.
8. Komunikasi yang lebih baik dengan pelanggan tentang kemampuan produk dalam
memenuhi spesifikasi pelanggan.
9. Membuat organisasi lebih berorientasi pada data statistik daripada hanya berupa asumsi
saja.
10. Perbaikan proses, sehingga kualitas produk menjadi lebih baik, biaya lebih rendah dan
produktivitas meningkat.

2.3 Seven Tools


Dalam pengendalian proses statistik dikenal adanya “seven tools”. Seven tools dari
pengendalian proses statistik ini adalah metode grafik paling sederhana untuk menyelesaikan
masalah.

2.3.1 Check Sheet (Lembar Pengamatan)


Suatu tipe khusus dari isian untuk pengumpulan data. Lembar pengecekan mempermudah
mengumpulkan data, cenderung membuat usaha pengumpulan data lebih akurat, dan secara
otomatis menghasilkan semacam ringkasan data yang sering sangat efektif untuk analisis cepat.
Isian lembar pengecekan dibuat masing-masing untuk situasi yang berbeda. Lembar pengecekan
digunakan untuk mengumpulkan data, bentuknya dapat berupa apa saja. Lembar pengecekan
menjabarkan satu persatu item yang akan dicek secara rutin ataupun acak, lalu hasil pengecekan
tersebut dicatat dalam bentuk data angka (numerik) atau berupa tanda (Edward, 2010).
Kegunaan utama dari Check Sheet:
 Untuk manajemen sehari-hari (menghindari kelupaan, mentaati aturan-aturan
operasional). Contoh: equipment check list, check list pekerjaan, 6S check list, check list
untuk diagnosis dokter, berbagai macam check list, tabel statistik, check list penilaian,
dan lain-lain.
 Pemeriksaan khusus (pemeriksaan untuk permasalahan yang spesifik). Contoh: accident
check list, special case analysis, questioner, dan lain-lain.
 Membuat catatan (mengumpulkan data/angka yang dibutuhkan untuk
pencatatan/pendataan). Contoh: laporan harian produksi, quality check list, laporan
barang jadi masuk gudang, laporan catatan pengambilan material, dan lain-lain.
Prosedur membuat lembar pengecekan:
1. Tentukan kejadian atau masalah apa yang akan diamati. Kembangkan definisi
operasional.
2. Tentukan kapan data akan dikumpulkan dan untuk berapa lama.
3. Rancang isiannya. Buatlah supaya data dapat direkam dengan semudah membuat tanda
centang atau X atau simbol yang mirip juga sehingga data tidak perlu disalin ulang
untuk analisis.
4. Tandai semua tempat di isian.
5. Tes lembar pengecekan untuk periode percobaan singkat untuk memastikan itu
mengumpulkan data yang tepat dan mudah digunakan.
6. Tiap kali kejadian dan masalah yang disasar terjadi, rekam data di lembar pengecekan.
Berikut merupakan contoh dari lembar pengamatan.

2.3.2 Run Chart (Stratifikasi)


Stratifikasi adalah teknik yang digunakan dengan kombinasi alat analisis data lainnya.
Ketika data dari berbagai sumber atau kategori telah dikumpulkan, arti dari data bisa tidak dapat
dilihat. Teknik ini memisahkan data sehingga polanya dapat dilihat (Edward, 2010).
Penggunaan stratifikasi:
 Sebelum mengumpulkan data
 Ketika data berasal dari beberapa sumber atau kondisi, misalnya sif, hari-hari dalam
satu minggu, pemasok atau grup populasi
 Ketika analisis data mungkin memerlukan pemisahan sumber atau kondisi berbeda
Prosedur Stratifikasi:
1. Sebelum mengumpulkan data, pertimbangkan informasi mana mengenai sumber data
yang mungkin berdampak pada hasil. Siapkan pengumpulan data sehingga anda dapat
mengumpulkan informasi juga.
2. Ketika menggambar data yang terkumpul dalam diagram penyebaran, diagram kendali,
histogram atau alat lainnya, gunakan tanda atau warna yang berbeda untuk membedakan
data dari berbagai sumber. Data yang dibedakan dengan cara ini yang disebut
'distratifikasi'.
3. Analisis set lainnya dari data yang terstratifikasi secara terpisah. Misalnya pada diagram
penyebaran di mana data distratifikasi menjadi data dari sumber 1 dan sumber 2,
gambar kuadran, hitung titik dan tentukan nilai kritis hanya dari data sumber 1, lalu
hanya untuk data sumber 2.

2.3.3 Histogram
Histogram adalah alat untuk menggambarkan secara grafis distribusi frekuensi. Histogram
membuat pengguna mendapatkan informasi yang berguna mengenai bentuk dan penyebaran dari
suatu set data. Yang paling penting, histogram membuat penggambaran informasi sangat ringkas
dalam format diagram batang (Edward, 2010).
Fungsi dari histogram yaitu sebagai berikut :
 Menunjukkan data dalam jumlah besar yang susah diinterpretasikan dalam bentuk
tabular
 Menampilkan frekuensi relatif terhadap kejadian berbagai nilai data
 Menunjukkan pemusatan, variasi, dan bentuk data
 Menggambarkan secara cepat distribusi data
 Menyediakan informasi yang berguna untuk memprediksi performa masa depan dari
suatu proses
 Membantu mengindikasi jika ada terjadi perubahan dalam proses
 Membantu menjawab pertanyaan 'apakah proses mampu memenuhi persyaratan?'
Langkah menyusun histogram:
1. Menentukan batas-batas observasi, misalnya perbedaan antara nilai terbesar dan terkecil
2. Memilih kelas-kelas atau sel-sel. Biasanya, dalam menentukan banyaknya kelas, apabila
n menunjukkan banyaknya data, maka banyaknya kelas ditunjukkan dengan √n.
3. Menentukan lebar kelas-kelas tersebut. Biasanya, semua kelas mempunyai lebar yang
sama. Lebar kelas ditentukan dengan membagi range dengan banyaknya kelas.
4. Menentukan Batas-Batas kelas. Tentukan banyaknya observasi pada masing-masing
kelas dan yakinkan bahwa kelas-kelas tersebut tidak saling tumpang tindih.
5. Menggambar frekuensi histogram dan menyusun diagram batangnya.
Berikut adalah 5 bentuk kurva histogram:
2.3.4 Scatter Diagram (Diagram Sebar)
Diagram penyebaran merupakan cara yang paling sederhana untuk menentukan hubungan
antara sebab dan akibat dalam dua variabel. Langkah-langkah yang diambil pun sederhana. Data
dikumpulkan dalam bentuk pasangan titik (x, y).  Jika variabelnya berhubungan, titik-titik akan
membentuk sebuah garis atau kurva. Semakin baik hubungannya, semakin rapat titik mendekati
garis (Edward, 2010).
Diagram sebar digunakan apabila :
 Ketika memiliki pasangan data numerik
 Ketika variabel terikat mungkin memiliki beberapa nilai untuk setiap nilai variabel
bebas
 Ketika ingin menetpakan apakah kedua variabel berhubungan, seperti:
a. Mencoba mengidentifikasi kemungkinan penyebab utama masalah
b. Setelah brainstorm sebab-akibat dengan diagram tulang ikan, untuk menetapkan
secara objektif apakah ada hubungan antara penyebab tertentu dan hasil
c. Ketika menentukan apakah dua hasil yang terlihat berhubungan keduanya terjadi
dengan penyebab yang sama
d. Ketika menguji untuk korelasi otomatis sebelum menyusun peta kendali
Prosedur membuat diagram penyebaran:
1. Kumpulkan pasangan data di mana diduga memiliki hubungan 
2. Gambar grafik dengan variabel bebas pada sumbu horizontal dan variabel terikat apda
sumbu vertikal. Untuk tiap pasang data, beri titik atau simbol di mana nilai sumbu x
memotong sumbu y. (Jika dua titik terletak sama, letakkan keduanya bersebelahan,
bersentuhan, sehingga keduanya bisa terlihat)
3. Cari pola titik untuk melihat apakah hubungannya jelas. Jika data dengan jelas
membentuk garis atau kurva, anda boleh berhenti. Variabelnya berkorelasi. Anda
mungkin ingin menggunakan regresi atau analisis korelasi sekarang. Jika tidak,
lanjutkan langkah 4 hingga 7.
4. Bagi titik-titik pada grafik menjadi 4 kuadran. Jika ada titik sebanyak X pada grafik
o Hitung X/2 titik dari atas ke bawah dan gambar garis horizontal
o Hitung X/2 titik dari kiri ke kanan dan gambar garis vertikal
o Jika jumlah titiknya ganjil, gambar garis melalui titik tengah
5. Hitung titik di tiap kuadran. Jangan hitung titik yang terletak di garis.
6. Jumlahkan kuadran yang berseberangan secara diagonal. Temukan jumlah yang lebih
sedikit dan total titik di seluruh kuadran.
o A = Titik di kiri atas + titik di kanan bawah
o B = Titik di kanan atas + titik di kiri bawah
o Q = Yang lebih kecil antara A dan B
o N=A+B
7. Cari batas N pada tabel uji kecenderungan
o Jika Q kurang dari batas, kedua variabel berhubungan
o Jika Q sama atau lebih besar daripada batas, polanya mungkin terjadi dari
kemungkinan acak.

2.3.5 Control Chart (Grafik Kendali)


Control chart atau peta kendali adalah peta yang digunakan untuk mempelajari bagaimana
proses perubahan dari waktu ke waktu. Data di-plot dalam urutan waktu. Control chart selalu
terdiri dari tiga garis horisontal, yaitu:
 Garis pusat (center line), garis yang menunjukkan nilai tengah (mean) atau nilai rata-rata
dari karakteristik kualitas yang di-plot-kan pada peta kendali.
 Upper control limit (UCL), garis di atas garis pusat yang menunjukkan batas kendali atas.
 Lower control limit (LCL), garis di bawah garis pusat yang menunjukkan batas kendali
bawah.
Garis-garis tersebut ditentukan dari data historis, terkadang besarnya UCL dan LCL
ditentukan oleh confidence interval dari kurva normal. Dengan control chart,  kita dapat menarik
kesimpulan tentang apakah variasi proses konsisten (dalam batas kendali) atau tidak dapat
diprediksi (di luar batas kendali karena dipengaruhi oleh special cause of variation, yaitu variasi
yang terjadi karena faktor dari luar sistem).
2.3.6 Diagram Pareto
Diagram Pareto disebut juga gambaran pemisah unsur penyebab yang paling dominan dari
unsur-unsur penyebab lainnya dari suatu masalah. Diagram Pareto diperkenalkan oleh seorang
ahli yaitu Alfredo Pareto. Diagram Pareto ini merupakan suatu gambar yang mengurutkan
klasifikasi data dari kiri ke kanan menurut urutan ranking tertinggi hingga terendah. Hal ini dapat
membantu menemukan permasalahan yang terpenting untuk segera diselesaikan (ranking
tertinggi) sampai dengan yang tidak harus segera diselesaikan (ranking terendah). Selain itu,
diagram Pareto juga dapat digunakan untuk membandingkan kondisi proses, misalnya
ketidaksesuaian proses, sebelum dan setelah diambil tindakan perbaikan terhadap proses.
Prinsip Pareto juga dikenal sebagai aturan 80/20 dengan melakukan 20% dari pekerjaan
bisa menghasilkan 80% manfaat dari pekerjaan itu. Aturan 80/20 dapat diterapkan pada hampir
semua hal, seperti: 80% dari keluhan pelanggan timbul 20% dari produk atau jasa, 80% dari
keterlambatan jadwal timbul 20% dari kemungkinan penyebab penundaan, 20% dari produk atau
account untuk layanan, 80% dari keuntungan Anda, 20% dari tenaga penjualan menghasilkan
80% dari pendapatan perusahaan Anda, atau 20% dari cacat sistem penyebab 80% masalah nya.
Prinsip Pareto untuk seorang manajer proyek adalah mengingatkan untuk fokus pada 20% hal-
hal yang materi, tetapi tidak mengabaikan 80% masalah. Berikut Hukum Pareto dalam bentuk
visual (Edward, 2010):
Adapun Penyusunan Diagram Pareto meliputi 7 (enam) langkah, yaitu:
1. Menentukan metode atau arti dari pengklasifikasian data, misalnya berdasarkan
masalah, penyebab jenis ketidaksesuaian, dan sebagainya.
2. Menentukan satuan yang digunakan untuk membuat urutan karakteristik- karakteristik
tersebut, misalnya rupiah, frekuensi, unit, dan sebagainya.
3. Mengumpulkan data sesuai dengan interval waktu yang telah ditentukan.
4. Merangkum data dan membuat rangking kategori data tersebut dari yaang terbesar
hingga yang terkecil.
5. Menghitung frekuensi kumulatif atau persentase kumulatif yang digunakan.
6. Menggambar diagram batang, menunjukkan tingkat kepentingan relatif masing- masing
masalah.
7. Mengidentifikasi beberapa hal yang penting untuk mendapat perhatian.
Berikut adalah contoh Diagram Pareto:
2.3.7 Cause-and-Effect Diagram (Diagram Sebab Akibat)
Istilah lain dari diagram sebab akibat adalah Diagram Ishikawa, dikembangkan oleh Kaoru
Ishikawa seorang pakar kendali mutu. Sering kali disebut sebagai fishbone diagram dikarenakan
bentuknya yang menyerupai tulang ikan. Diagram sebab-akibat menggambarkan garis dan
simbol-simbol yang menunjukkan hubungan antara akibat dan penyebab suatu masalah. Diagram
tersebut memang digunakan untuk mengetahui akibat dari suatu masalah untuk selanjutnya
diambil tindakan perbaikan. Dari akibat tersebut kemudian dicari beberapa kemungkinan
penyebabnya. Penyebab masalah ini pun dapat berasal dari berbagai sumber utama, misalnya
metode kerja, bahan, pengukuran, karyawan, lingkungan, dan seterusnya. Selanjutnya, dari
sumber-sumber utama tersebut diturunkan menjadi beberapa sumber yang lebih kecil dan
mendetail, misalnya dari metode kerja dapat diturunkan menjadi pelatihan, pengetahuan,
kemampuan, karakteristik fisik, dan sebagainya. Untuk mencari berbagai penyebab tersebut
dapat digunakan teknik brainstorming dari seluruh personel yang terlibat dalam proses yang
sedang dianalisis.
Penggunaan diagram tulang ikan ini ternyata memiliki manfaat yang lain yaitu bermanfaat
sebagai perangkat proses belajar diri, pedoman untuk diskusi, pencarian penyebab permasalahan,
pengumpulan data, penentuan taraf teknologi, penggunaan dalam berbagai hal dan penanganan
yang kompleks (Edward, 2010).
Langkah menerapkan diagram sebab-akibat:
1. Menyiapkan sesi sebab-akibat
2. Mengidentifikasi akibat
3. Mengidentifikasi berbagai kategori
4. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran
5. Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama
6. Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin
Manfaat diagram sebab-akibat:
 Dapat menggunakan kondisi yang sesungguhnya untuk tujuan perbaikan kualitas
produk atau jasa, lebih efisien dalam penggunaan sumber daya, dan dapat mengurangi
biaya
 Dapat mengurangi dan menghilangkan kondisi yang menyebabkan ketidaksesuaian
produk atau jasa dan keluhan pelanggan
 Dapat membuat suatu standardisasi operasi yang ada maupun yang direncanakan
 Dapat memberikan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan dalam kegiatan pembuatan
keputusan dan melakukan tindakan perbaikan
Contoh diagram sebab-akibat:

3. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan paper yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan
bahwa:
1. Statistical Process Control (SPC) merupakan teknik penyelesaian masalah yang digunakan
sebagai pemonitor, pengendali, penganalisis, pengelola, dan memperbaiki proses
menggunakan metode – metode statistik. Sasaran pengendalian proses statistik terutama
adalah mengadakan pengurangan terhadap variasi atau kesalahan – kesalahan proses.
Selain itu, tujuan utama dalam pengendalian proses statistik adalah mendeteksi adanya
penyebab khusus (assignable cause atau special cause) dalam variasi atau kesalahan proses
melalui analisis data dari masa lalu maupun masa mendatang.
2. Seven tools merupakan 7 alat pengendalian kualitas (Quality Control) yang biasa
digunakan dalam SPC. Seven tools meliputi checksheet, stratifikasi, scatter diagram,
histogram, diagram pareto, peta kendali, dan diagram sebab-akibat.

Anda mungkin juga menyukai