Pendahuluan
Jumlah unit produk cacat ditahun 2013 yaitu 21322 unit dan tahun 2014 sebanyak
23272 unit di PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk mengindikasikan bahwa
adanya peningkatan unit cacat dan terjadi kesalahan dalam kegiatan produksi.
Jenis cacat pada produksi sepatu sangatlah beragam diantaranya lasting miring,
velcro miring, keriput, cacat upper, out sole dan lain-lain. Berdasarkan jumlah
unit cacat yang tinggi perusahaan harus bisa bertindak dalam perbaikan akan hal
tersebut. Penggunaan metode yang tepat dalam menentukan teknik perbaikan
sangatlah membantu, diantaranya yaitu metode Statistical Quality Control (SQC)
dan House Of Quality (HOQ).
1
2
Berdasarkan dengan latar belakang masalah diatas maka dalam laporan tugas
akhir ini peneliti mengambil judul “USULAN PERBAIKAN KUALITAS
SEPATU TOMKINS DENGAN MENGGUNAKAN METODE HOUSE OF
QUALITY (HOQ) DI PT. PRIMARINDO ASIA INFRASTRUCTURE TBK”.
1.4. Asumsi
Adapun asumsi yang diguanakan antara lain:
1. Tingkat kemampuan operator diasumsikan sama.
2. Beban kerja operator sama
Bab 5 Analisis
Berisikan mengenai analisis data hasil perhitungan pada tahap pengolahan data,
yang nantinya menghasilkan kesimpulan untuk penelitian yang dilakukan.
Daftar Pustaka
Lampiran
Bab 2
Tinjauan Pustaka
5
6
Konsep penting lain adalah variasi atau penyimpangan yang membahas mengenai
tidak adanya dua hal yang sama secara sempurna. Variasi merupakan kenyataan
baik dalam dunia nyata maupun dalam industri. Seperti halnya kaleng yang
tampak serupa akan ada perbedaan walaupun tipis dalam tinggi, diameter, berat
dan seterusnya. Apabila tidak memperhatikan variasi atau penyimpangan tersebut,
maka hal ini akan menyebabkan kesalahan dalam pengambilan keputusan untuk
menyelesaikan masalah utama dalam perusahaan atau organisasi. Ilmu statistik
akan membantu menganalisis dta dengan tepat dan menggambarkan
penyelesaiannya, dengan memperkecil keberadaan variasi tersebut. Variasi terjadi
secara acak, yang biasanya lebih besar darpada yang diperkirakan orang.
Seringkali keputusan yang diambil menentukan tindakan apakah yang adanya data
historis. Data seringkali ditampilkan baik secara ringkas maupun secara lengkap
dalam bentuk tabel, grafik atau angka-angka.
Penyelesaian masalah dengan statistik mencakup dua hal, seperti melebihi batas
pengendalian bila proses dalam kondisi terkendali atau tidak melebihi batas
pengendalian bila proses dalam kondisi diluar kendali. Secara statistik, kedua hal
tersebut digolongkan kedalam kesalahan tipe I dan tipe II atau dalam acceptance
sampling dikenal dengan resiko produsen (menolak produk baik) dan resiko
konsumen (menerima produk cacat). Prosedur pengendalian kualitas statistik
umumnya dirancang untuk meminimalkan kesalahan tipe I. Karena itu, peta
pengendalian (control chart) mengasumsikan bahwa proses berada dalam batas
pengendalian dan acceptance sampling mengasumsikan bahwa produk dapat
diterima tanpa kontradiksi dengan tingkat kepastian yang tinggi. Kesalahan tipe I
dan tipe II ini digambarkan dengan kurva karakteristik operasi (operating
characteristic curve). Kurva karakteristik operasi menunjukan probabilitas
penerimaan sebagai fungsi dari berbagai tingkatan kualitas. Kesalahan tipe I
adalah 1-probabilitas penerimaan bila kualitas dapat diterima, sedangkan
kesalahan tipe II adalah probabilitas penerimaan bila kualitas dapat diterima.
Perusahaan mengadakan inspeksi pada saat bahan baku atau penerimaan bahan
baku, proses dan produk akhir. Inspeksi tersebut dapat dilaksanakan di beberapa
waktu, antara lain:
1. Pada waktu bahan baku masih ada ditangan pemasok
2. Pada waktu bahan baku sampai ditangan perusahaan tersebut
3. Sebelum proses dimulai
4. Selama proses produksi berlangsung
5. Setelah proses produksi
6. Sebelum dikirimkan kepada pelanggan
Selain itu, perusahaan mempunyai dua pilihan inspeksi, yaitu inspeksi 100% yang
berarti perusahaan menguji semua bahan baku yang datang, seluruh produk
9
selama masih ada dalam proses, atau seluruh produk jadi yang telah diselesaikan.
Atau dengan mengadakan teknik sampling, yaitu menguji hanya pada produk
yang diambil sebagai sampel dalam pengujian. Kedua macam cara pengujian ini
masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahan, misalnya untuk inspeksi
100%, kelebihannya adalah tingkat ketelitiannya tinggi karena seluruh produk
diuji. Tetapi kelemahannya, seringkali produk justru rusak selama dalam
pengujian. Selain itu, pengujian dengan cara ini membutuhkan biaya, waktu , dan
tenaga yang tidak sedikit. Sementara itu, pengujian dengan pengambin sampel,
kelebihannya adalah lebih menghemat biaya, waktu dan tenaga dibandingkan
dengan cara inspeksi 100%. Namun teknik ini mempunyai kelemahan dalam
tingkat ketelitian, atau dapat kita katakan tingkat ketelitiannya rendah, sehingga
seringkali menimbulkan resiko baik dari pihak produsen (producer’s risk) atau
dari pihak konsumen (consumer’s risk).
Pengendalian Kualitas
Statistik
Dari gambar tersebut tampak bahwa pengendalian kualitas proses dan produk juga
dapat dibagi menjadi dua golongan menurut jenis datanya, yaitu data variabel dan
10
data atribut. Data variabel memberikan lebih banyak informasi daripada data
atribut, namun demikian, data varibel tidak dapat digunakan untuk mengetahui
karakteristik kualitas seperti banyaknya kesalahan atau persentase suatu proses.
Data variabel dapat menunjukan seberapa jauh penyimpangan dari standar proses,
sementara data atribut tidak dapat menunjukan informasi tersebut
produk
Gambaran Pengendalian Pengendalian Pengenalian seluruh
penerapan karakteristik inividu seluruh bagian kesalahan tiap unit
secara umum kesalahan proses produk
Manfaat yang Penggunaan secara Data yang Data yang
penting maksimum dibutuhkan dibutuhkan
informasi yang seringkali sudah seringkali telah
teredia dari data tersedia dari tersedia dari
Penyediaan laporan inspeksi laporan
informasi secara Mudah dipahami inspeksi
menditail pada seluruh personil
data-data proses
dan penyimpangan Menyediakan Mudah
dari pengendalian seluruh dipahami
dimensi-dimensi gambaran seluruh personil
individu kualitas Menyediakan
seluruh
gambaran
kualitas
Kelemahan Tidak dapat Tidak Tidak
yang perlu dipahami tanpa menyediakan Menyediakan
diingat pelatihan informasi secara informasi
Dapat menditail untuk secara
menyebabkan pengendalian menditail untuk
kebingungan untuk karakteristik pengendalian
membedakan individu karakteristik
antara batas-batas Tidak mengenal individu
pengendalian tingkat kesalahan
dengan batas-batas yang berbeda
toleransi pada unit-unit
Tidak dapat produk tersebut
digunakan pada
tipe data cacat atau
baik
Ukuran sampel Biasanya 4 atau 5 Menggunakan hasil Beberapa unit
unit setiap kali inspeksi tertentu produk yang telat
12
3. Mene
ntukan garis pusat (central line) yang menggunakan rata-rata dari masa
lalu atau rata-rata yang dikehendaki. Garis batas tersebut biasanya berada
pada ± 3σ, tetapi garis batas lain juga dapat dipilih berdasarkan risiko
statistik yang berbeda
4. Pemil
ihan sub kelompok. Tiap titik pada peta pengendali menunjukan sub
kelompok yang berasal dari beberapa unit produk. Untuk tujuan
pengendalian proses, sub kelompok harus dipilih, sehingga unit-unit yang
ada dalam sub-kelompok mempunyai kemungkinan terbesar menjadi
serupa dan unit-unit diatara sub-kelompok memiliki kemungkinan besar
menjadi berbeda
5. Peny
ediaan sistem pengumpulan data. Jika peta pengendali untuk alat
pengendali diwajibkan, maka harus dibuat sederhana dan memenuhi
pemakaian.
6. Perhi
tungan batas pengendali dan penyediaan intruksi-intruksi khusus dalam
interpretasi terhadap hasil dan tindakan para karyawan produksi tersebut
7. Pene
mpatan data dan membuat interpretasi terhadap hasilnya.
Pengendalian kualitas proses statistik untuk data atribut ini digunakan sebagai
pengganti pengendali kualitas proses statistik untuk data variabel. Hal ini dapat
terjadi apabila pengukuran seperti kesalahan warna, adanya bagian yang hilang,
dan seterusnya tidak dapat diukur. Selain itu, dalam peta pengendali kualitas
proses stastistik untuk data variabel harus dihitung semua karakteristik kualitas
14
untuk dapat dibuat peta pengendali rata-rata proses maupun tingkat keakuratan
proses.
Dalam menyusun peta pengendali proses statistik untuk data atribut tersebut
diperlukan beberapa langkah. Menutur Besterfield, langkah tersebut meliputi
1. Mene
ntukan sasaran yang akan dicapai
Sasaran ini akan mempengaruhi jenis peta pengendali kualitas proses
statistik data atribut mana yang harus digunakan. Hal ini tentu saja
dipengarui oleh karakteristik kualitas suatu produk dan proses, apabila
proporsi atau banyaknya ketidaksesuaian dalam sampel atau sub
kelompok, ataukah bagian ketidaksesuaian dari suatu unit setiap kali
mengadakan observas
2. Mene
ntukan banyaknya sampel dan banyaknya observasi
Banyaknya sampel yang diambil adak mempengaruhi jenis peta
pengendali disamping karakteristik kualitasnya
3. Meng
umpulkan data
Data yang dikumpulkan tentu disesuaikan dengan jenis peta pengendali.
Misalnya, suatu perusahaan atau organisasi menggunakan p-chart, maka
data yang dikumpulkan juga harus diatur dalam bentuk proporsi kesalahan
terhadap banyaknya sampel yang diambil
4. Mene
ntukan garis pusat dan batas-batas pengendali
Penentuan garis pusat dan batas-batas pengendali akan ditunjukan secara
rinci pada sub bagian berikut ini, pada masing-masing peta pengendali.
Biasanya, perusahaan menggunakan ± 3σ sebagai batas-batas
pengendaliannya
5. Mere
visi garis pusat dan batas-batas pengendali
15
Perubahan dalam banyaknya sampel yang diambil atau ukuran sub kelompok
tesebut menyebabkan perubahan dalam batas-batas pengendali, meskipun garis
pusatnya tetap. Apabila ukuran sampel atau ukuran sub kelompok yang digunakan
setiap kali observasi naik atau lebih banyak, maka batas-batas pengendali menjadi
lebih rendah. Namun apabila banyaknya sampel atau sub kelompok yang
digunakan setiap kali observasi turun atau berkurang, maka batas-batas
pengendali menajdi lebih tinggi atau meningkat. Kondisi ini dapat mempengaruhi
karakteristik kualitas proses produksi yang dimiliki perusahaan. Hal inilah yang
16
Bila sampel yang diambil untuk setiap kali melakukan observasi jumlahnya sama
maka kita dapat mernggunakan peta pengendali p maupun np. Namun bila sampel
yang diambil bervariasi untuk setip kali melakukan observasi berubah ubah
jumlahnya atau memang perusahaan tersebut akan melakukan 100% inspeksi
maka kita harus menggunakan peta kontrol p. Rumus yang kita gunakan adalah:
Dimana
= proporsi cacat dalam setiap sampel
x = jumlah produk yang cacat dalam setiap sampel
n= jumlah sampel yang diambil dalam inspeksi
Standar deviasi
σ =
.......................................................................................................(2.2)
...........................................................................................(2.4)
1. Diagr
am Alir (Flow Chart)
Diagram alir adalah alat bantu yang memberikan gambaran visual dari urutan
operasi yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu tugas. Diagram alir
merupakan langkah pertama dalam memahami suatu proses, baik administrasi
maupun manufaktur. Dalam diagram alir dapat dilihat unsur-unsur penyusun
suatu pekerjaan dan urutan proses-prosesnya. Setiap proses akan membutuhkan
input untuk menyelesaikan tugas dan akan memberikan output ketika tugas
telah selesai.
2. Lemb
ar Periksa (Check Sheet)
Merupakan alat yang memungkinkan pengumpulan data sebuah proses yang
mudah, sistematis, dan teratur. Alat ini berupa lembar kerja yang telah dicetak
sedemikian rupa sehingga dapat dikumpulkan dengan mudah dan singkat. Data
yang dikumpulkan dapat digunakan sebagai masukan data untuk peralatan
kualitas.
3. Diagr
am Pareto (Pareto Chart)
Merupakan grafik yang digunakan untuk melihat penyebab terbesar suatu
masalah (Rampersad, 2005). Grafik ini menampilkan distribusi variabel data-
data. Biasanya diagram pareto digunakan sebagai identifikasi masalah yang
paling penting. Dalam diagram pareto berlaku aturan 80/90, artinya yaitu 20%
jenis kesalahan/kecacatan dapat menyebabkan 80% proses.
4. Diagr
am Sebab-Akibat (Cause and Effect Diagram)
Merupakan alat yang memungkinkan meletakkan secara sistematis representasi
grafis jalur terkecil (penyebab-penyebab) yang pada akhirnya mengarah pada
akar penyebab suatu masalah kualitas.
18
5. Histo
gram
Merupakan alat bantu statistik yang memberikan gambaran tentang suatu
proses operasi pada satu waktu. Tujuannya adalah menentukan penyebaran
atau variasi suatu himpunan titik data dalam bentuk grafis. Alat ini secara
grafis juga memperkirakan kapasitas suatu proses, beserta hubungannya
terhadap spesifikasi dan target. Selain itu, alat ini juga mengindikasi bentuk
populasi dan dapat melihat jarak antar data
6. Diagr
am Pancar (Scatter Diagram)
Alat ini digunakan untuk mengkaji hubungan (relasi) yang mungkin antara
variabel bebas (x) dengan variabel terikar (y). Diagram ini juga digunakan
untuk mengidentifikasi korelasi yang mungkin ada antara karakteristik kualitas
dan faktor yang mungkin mempengaruhinya
7. Diagr
am Kendali (Control Chart)
Alat ini digunakan untuk menganalisa proses menurut berjalannya waktu (time-
based) atau urutan (order-based). Diagram ini digunakan untuk mencari pola
data dan bersifat siklis. Tujuan dari diagram ini adalah untuk memastikan
bahwa suatu proses dalam kendali dan memonitor variasi proses secara terus
menerus.
Menurut Salam (2008), suatu produk dikatan cacat apabila produk tersebut tidak
aman dalam penggunaannya sertra tidak memenuhi syarat-syarat keamanan
tertentu. Pengertian cacat juga diatur dalam KUH Perdata, yaitu cacat yang
bersifat “sungguh-sungguh” bersifat sedemikian rupa yang menyebabkan barang
itu “ tidak dapat digunakan” dengan sempurna sesuai dengan keperluan yang
semestinya dihayati oleh benda itu, atau cacat itu mengakibatkan ”berkurangnya
manfaat” bernda tersebut dari tujuan semsestinya. Menurut Jiwa (2009) penyebab
suatu produk dikatakan cacat ada tiga kategori yaitu, cacat produk atau cacat
manufaktur, cacat desain, dan cacat peringatan atau intruksi
2.3.2.Korelasi Item
Suatu alat ukur merupakan sekumpulan item yang menanyakan suatu hal yang
ingin diukur atau diketahui. Suatu alat ukur dikatakan berhasil menjalankan fungsi
ukurnya apabila alat ukur tersebut dapat menunjukan hasil ukurannya dengan
cermat dan akurat. Dengan demikian kualitas suatu alat ukur ditentukan oleh
kualitas item-itemnya. Sebuah alat ukur yang berisi item berkualitas tinggi
walaupun dalam jumlah yang sedikit akan jauh lebih berguna daripada sebuah alat
21
ukur yang berisi puluhan item kualitas rendah. Item-item berkualitas rendah tidak
hanya akan menurunkan kualitas dari fungsi alat ukur, tetapi juga akan
memberikan informasi hasil pengukuran yang menyesatkan.
Langkah pertama guna menciptakan alat ukur yang baik yang berisi item –item
berkualitas tinggi yaitu dengan melakukan penyusunan alat ukur berdasarkan pada
suatu spesifikasi yang jelas, dengan penulisan item menggunakan kaidah dan
petunjuk penulisan yang telah digariskan, dan dengan latihan yang disertai
kreativitas serta pengalaman yang baik. Alat ukur yang disusun dengan cara
demikian itulah yang disebut sebagai alat ukur yang theoretical sounds, yaitu alat
ukur yang secara teoritis adalah baik.
Disisi lain, suatu yang telah direncanakan dengan cermat dan baik berdasarkan
teori, masih harus diuji kebenarannya secara cepat. Diuji dalam hal ini adalah
melalui data dari suatu hasil uji coba alat ukur yang sesungguhnya. Dari data hasil
uji coba alat ukur inilah diharapkan diperoleh bukti mengenai kualitas item-item
alat ukur yang bersangkutan. Dan dari hasil analisis mengenai data empiris inilah
dapat dilakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan, Salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk mengetahui korelasi item adalah dengan melihat daya pembeda
item, yaitu konsistensi antara skor item dengan skor keseluruhan yang dapat
dilihat dari bersarnya koefisien korelasi antara setiap item dengan skor
keseluruhan, dengan persamaan Pearson sebagai berikut:
Dimana : r = Korelasi
X = Skor setiap item
Y= Skor total
n = ukuran sampel
22
Setelah koefisien korelasi untuk setiap item telah dihitung, perlu ditentukan angka
terkecil yang dapat dianggap cukup tinggi sebagai indikator adanya konsistensi
antara skor item dan skor keseluruhan. Dalam hal ini tidak ada batasan yang tegas.
Prinsip utama pemilihan item dengan melihat koefisien korelasi adalah mencari
nilai koefisien yang setinggi mungkin dan menyingkirkan setiap item yang
mempunyai korelasi negative atau koefisien yang medekati nilai nol (0,00).
Menurut Kaplan dan Saccuzzoo (1993), item yang baik adalah item yang biasaya
mempunyai nilai koefisien korelasi antara 0,30-0,70. Disamping itu besarnya
koefisien korelasi yang diperoleh dapat ditentukan pula berdasarkan kritersia
Guilford (1956) dalam Marlon (2004) pada tebel berikut:
Reliabilitas merupakan salah satu ciri atau karakter utama instrumen pengukuran
yang baik. Realibitas memberikan gambaran sejauh mana suatu pengukuran
terbebas dari kesalahan pengukuran (measurement error).
Tinggi rendahnya reliabilitas secara empiris ditunjukan oleh suatu angka yang
disebut koefisien reliabilitas. Secara teoritis, besarnya koefisien reliabilitas
berkisaran antara 0 – 1,00. Besarnya koefisien reliabilitas minimal yang harus
dipenuhi oleh suatu alat ukur adalah 0,70 (Kaplan dan Saccuzzo, 1993). Di
samping itu, walaupun koefisien korelasi dapat bertanda positif maupun negatif,
namun dalam hal reliabilitas, koefisien yang besarnya kurang dari nol tidak
mempunyai apa-apa karena interpretasi reliabilitas selalu mengacu pada koefisien
yang positif
QFD mulai digunakan pada tahun 1984 oleh seorang karyawan Xerox
Corporation, Don Clausing yang sangat tertarik pada metode The Robust Design
dari Dr. Genichi Taguchi yang merupakan konsultan perusahaan tersebut.
Sedangkan sofwere QFD baru dikenal pada tahun 1989, namun QFD ditemukan
pertama kali oleh seoreang profesor Jepang yaitu Yoji Akoo pada akhir tahun
1980 dengan percobaan yang dilakukannya pada perusahaan pensil Writesharp
Inc. QFD digunakan berbagai perncanaan, dimana semua anggota tim dapat
mengambil keputusan secara sistematik untuk memprioritaskan berbagai
tanggapan yang mungkin terhadap sekelompok tujuan tertentu.
24
Meningkatkan pendapatan
Dengan pengurangan biaya, maka hasil yang kita terima akan lebih
meningkat. Dengan QFD produk atau jasa yang dihasilkan akan lebih
memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan
Pengurangan waktu produksi
QFD adalah kunci penting dalam pengurangan biaya produksi. QFD akan
membuat tim pengembangan produk atau jasa untuk membuat keputusan
awal dalam proses pengembangan . Ada beberapa cara dimana QFD dapat
mengurangi biaya produksi antaran lain:
QFD membantu mengurangi perubahan-perubahan
QFD membantu mengurangi biaya pelaksanaan produksi karena
pengulangan kegiatan.
Hal tersebut mungkin menambah waktu perencanaan awal (initial planning time)
dalam proyek pengembangan, tetapi waktu desain atau me-redesain dan
membawa produk atau jasa kepasaran (time to market) akan berkurang. HOQ
merupakan suatu organisasi dalam arti inter-departemental atau inter-junction
planning & communication yang berawal dari atribut-atribut pelanggan (Customer
Atributes/Cas) yang menggambarkan produk, proses, dan karakteristik. Gambar
2.2. menunjukan komponen-komponen yang penting dari tabel kualitas atau
diagram QFD-The House Of Quality
Technical
Technical Response
Correlations
Needs Planning
Matrix
Customer
Need
Technical
Relationship
Response
Priorities
Competitif Banchmark
Pembobotan yang dilakukan pada HOQ ini bertujuan untuk melihat sejauh mana
atribut-atribut teknik berkaitan dengan atribut yang diinginkan konsumen. Hal ini
dapat dilihat dari pemberian skor untuk masing-masing atribut berdasarkan
perkalian antara bobot yang diinginkan konsumen dengan tingkat hubungan
atribut teknik dengan atribut konsumen yaitu kuat, sedang dan lemah. Hal ini
dilakukan bersama-sama dengan pihak perusahaan.
Suatu alasan untuk mengisi planning matrix segera setelah customers need and
benefits selesai adalah karena customers needs menjadi prioritas, tim QFD boleh
memilih untuk membatasi analisa hanya untuk tingkat kebutuhan pelanggan yang
28
tinggi. Pertimbangan hal ini adalah mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan proses QFD (Cohen L, 1995)
Jika planning matrix ditunda sampai beberapa waktu, setelah bagian reationship
terisi, maka tim tidak akan membuat batasan analisa, karena tidak mengetahui
customers needs mana yang paling penting bagi mereka. Tetapi, beberapa praktisi
mengajarkan planning matrix. Keuntungan dari cara ini adalah tim akan lebih
familiar dengan kebutuhan pelanggan. (Cohen L, 1995).
Pada proses penentuan karakteristik teknik ini memberikan kebebasan kepada tim
untuk menyusun analisis mereka pada tingkat karakteristik tertinggi atau terendah
dengan detail melalui pemilihan tingkat hierarki primer, sekunder, tesier. Terdapat
beberapa informasi yang didapat dari technical response, yaitu kebutuhan
konsumen terhadap produk atau jasa dan kemampuan atau fungsi produk atau
jasa.
29
2.5.5. Banchmarking
Benchmarking merupakan salah satu alat (tools) peningkatan kualitas. Terdapat
beberapa istilah atau pengertian Benchmarking didefinisikan sebagai suatu standar
atau titik referensi dimana item dapat diukur atau dinilai.
Studi Literatur
Identifikasi Masalah
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Pengumpulan Data
Membuat SQC
Data Berada
Ya
Pada Batas
Kontrol?
Tidak
Penyebaran Kuesioner
Ya
Membuat HOQ
Analisis
Kesimpulan
Selesai
30
31
ada. Agar lebih sesuai kegiatan wawancara sangat mendukung dengan observasi,
sehingga asumsi awal dari seorang peneliti berkesinambungan dengan kondisi
lapangan.
3.2.7. Analisis
Pada tahap ini peneliti melakukan analisis mengenai apa yang telah diolah secara
rinci, baik itu dari jumlah cacat yang maupun model sepatu. Selain daripada itu
dalam tahap ini peneliti memberikan usulan perbaikan kepada perusahaan terkait
pengembangan produk maupun pegurangan jumlah cacat
3.2.8. Kesimpulan
Dalam tahap ini peneliti menyimpulkan mengenai penelitian yang sudah
dilakukan, apakah sudah memenuhui tujuan awal penelitian atau belum, atau
perlukah dilakukan penelitian lanjutan untuk mendapatkan informasi yang lebih
banyak sehingga dari penelitian lanjutan itu dijadikan acuan dalam metode
perbaikan sepatu
USULAN PERBAIKAN KUALITAS SEPATU TOMKINS DENGAN
MENGGUNAKAN METODE HOUSE OF QUALITY (HOQ)
DI PT PRIMARINDO ASIA INFRASTRUCTURE TBK
TUGAS AKHIR
Oleh:
Denden Chaerul FH
NIM: 10311018
6.1. Kesimpulan
6.1.1. Sepatu Jasmine
Sepatu jasmine memiliki unit cacat yang terdiri dari jenis cacat lasting miring
sebanyak 358, Outsole berjumlah 4 unit, keriput sebanyak 29 unit, cacat upper
sebanyak 55 unit dan lain-lain sebanyak 6 unit. Total cacat sepatu jasmine tahun
2014 = 452 buah
86
87
6.2. Saran
Dalam hal ini peneliti menyarankan bahwa perusahaan harus melakukan
perbaikan berdasarkan data survei, sehingga pada saat perbaikan aspek yang harus
diubah atau diperbaiki menjadi spesifik. Karena dengan adanya perbaikan yang
spesifik perusahaan tidak harus menyediakan dana lebih untuk melakukan
perbaikan keseluruhan yang nyatanya menghasilkan kualitas produk yang cacat
juga. Selain daripada itu peneliti menyarankan agar melakukan pelatihan yang
baik kepada karyawan sehingga tidak melakukan kesalahan dalam proses
produksi, percuma saja apabila sebuah sistem produski sudah bagus, namun
operatornya tidak terlatih, hal tersebut sama saja tidak mempengaruhi kepada
pengurangan jumlah unit cacat, bahkan bertambah. Studi banding dengan
perusahaan lain atau mengikuti seminar tentang pengendalian kualitas bisa
memberikan inspirasi dalam perbaikan sistem produksi guna mengurangi jumlah
unit cacat.
Daftar Isi
Lembar Pengesahan i
Lembar Pernyataan ii
Abstrak iii
Lembar Peruntukan iv
Kata Pengantar v
Daftar Isi vii
Daftar Tabel xiii
Daftar Gambar xv
Daftar Lampiran xvii
vii
2.3.3.Uji Reliabilitas (Keandalan Alat Ukur) ................................................ 21
2.4. Quality Fucntion Development (QFD)......................................................... 22
2.5. House Of Quality .................................................................................... 23
2.5.1. Matrik Kebutuhan Pelanggan (Customers Need Matrix) .................. 26
2.5.2.Matrik Perencanaan (Planning Matrix) ................................................ 26
2.5.3.Matrik Karakteristik Teknik (Technical Response Matrix) ............... 27
2.5.4. Matrik Hubungan .................................................................................... 27
2.5.4. Matrik Arah Perbaikan ........................................................................... 28
2.5.5. Banchmarking ......................................................................................... 28
viii
Bab 4 Pengumpulan dan Pengolahan Data ......................................................35
4.1. Pengumpulan Data .......................................................................................... 35
4.1.1. Bagian-Bagian Sepatu ............................................................................ 35
4.1.2. Data Permintaan Sepatu Tomkins 2014 .............................................. 37
4.1.3. Data Produk Cacat Sepatu ..................................................................... 38
4.1.3.1. Data Produk Cacat Sepatu Jasmine ........................................... 39
4.1.3.2. Data Produk Cacat Sepatu Philip............................................... 39
4.1.3.3. Data Produk Cacat Sepatu Pompeii .......................................... 40
4.1.3.4. Data Produk Cacat Sepatu Carter .............................................. 40
4.2. Pengolahan Data ..................................................................................... 41
4.2.1. Menghitung Bagan Kendali .................................................................. 41
4.2.1.1. Menghitung Bagan Kendali Sepatu Jasmine ........................... 41
4.2.1.2. Menghitung Bagan Kendali Sepatu Philip ............................... 42
4.2.1.3. Menghitung Bagan Kendali Sepatu Pompeii ........................... 42
4.2.1.4. Menghitung Bagan Kendali Sepatu Carter ............................... 43
4.2.2. Membuat Diagram Pareto Berdasarkan Jumlah dan Jenis Cacat .......... 44
4.2.3. Pengolahan data Menggunakan HOQ ....................................................... 44
4.2.3.1. Penentuan Jumlah Sampel Kuesioner ............................................... 44
4.2.3.2. Pembuatan Kuesioner dan Penyusunan Kuesioner ......................... 45
4.2.3.3. Penyebaran Kuesioner ........................................................................ 46
4.2.4. Uji Validasi dan Uji Reliabilitas ........................................................... 46
4.2.4.1. Uji Validitas .......................................................................... 46
4.2.4.2. Uji Reabilitas ......................................................................... 49
4.2.5. Membuat House Of Quality (HOQ) ..................................................... 49
4.2.5.1. Menentukan Kebutuhan dan Keinginan Pelanggan ................ 49
4.2.5.1.1. Menentukan Tingkat Kepentingan Pelanggan Sepatu
Jasmine ..................................................................................................... 50
4.2.5.1.2. Menentukan Tingkat Kepentingan Pelanggan Sepatu
Philip ......................................................................................................... 52
4.2.5.1.3. Menentukan Tingkat Kepentingan Pelanggan Sepatu
Pompeii ....................................................................................................... 53
ix
4.2.5.1.4. Menentukan Tingkat Kepentingan Pelanggan Sepatu Carter
...................................................................................................................... 54
4.2.5.2. Membuat Planning Matrik ............................................................ 56
4.2.5.2.1. Membuat Planning Matrik Sepatu Jasmine .......................... 56
4.2.5.2.2. Membuat Planning Matrik Sepatu Philip .............................. 58
4.2.5.2.3. Membuat Planning Matrik Sepatu Pompeii .......................... 60
4.2.5.2.4. Membuat Planning Matrik Sepatu Carter.............................. 62
4.2.5.3. Menentukan Karakteristik Teknik (Technical Response) ......... 63
4.2.5.4. Membentuk Matrik Hubungan (Relationship Matrik) .............. 64
4.2.5.5. Membentuk Matrik Hubungan Karakteristik Teknik (Technical
Correlation Matrix)...................................................................................... 65
4.2.5.6. Menentapkan Target (Absolute Importance) .............................. 67
4.2.5.6.1. Menentapkan Target (Absolute Importance) Sepatu Jasmine
...................................................................................................................... 68
4.2.5.6.2. Menentapkan Target (Absolute Importance) Sepatu Philip 68
4.2.5.6.3. Menentapkan Target (Absolute Importance) Sepatu Pompeii
...................................................................................................................... 69
4.2.5.6.4. Menentapkan Target (Absolute Importance) Sepatu Carter
................................................................................................................... 69
4.2.5.7. House Of Quality ..................................................................... 70
4.2.5.7.1. House Of Quality Sepatu Jasmine .......................................... 70
4.2.5.7.2. House Of Quality Sepatu Philip ............................................. 71
4.2.5.7.3. House Of Quality Sepatu Pompeii ......................................... 72
4.2.5.7.4. House Of Quality Sepatu Carter ............................................. 73
Bab 5 Analisis.......................................................................................................74
5.1.Analisis Statistical Quality Control (SQC) .................................................. 74
5.1.1. Analisis Jenis Cacat ................................................................................ 74
5.1.1.1. Analisis Jenis Cacat Sepatu Jasmine ......................................... 74
5.1.1.2. Analisis Jenis Cacat Sepatu Philip ............................................ 74
5.1.1.3. Analisis Jenis Cacat Sepatu Pompeii ........................................ 74
x
5.1.1.4. Analisis Jenis Cacat Sepatu Carter ............................................ 74
5.1.2. Analisis Peta Kontrol Sepatu ................................................................ 75
5.1.2.1. Analisis Peta Kontrol Sepatu Jasmine ...................................... 75
5.1.2.2. Peta Kontrol Sepatu Philip ......................................................... 75
5.1.2.3. Peta Kontrol Sepatu Pompeii ..................................................... 75
5.1.2.4. Peta Kontrol Sepatu Carter ......................................................... 75
5.1.3. Analisis Histogram Jenis Cacat ............................................................ 76
5.2. Analisis Uji Kuesioner ............................................................................. 76
5.3. Analisis House Of Quality (HOQ) ................................................................ 77
5.3.1. Matrik Kepentingan................................................................................ 77
5.3.1.1. Matrik Kepentingan Pelanggan Sepatu Jasmine ..................... 77
5.3.1.2. Matrik Kepentingan Pelanggan Sepatu Philip ......................... 77
5.3.1.3. Matrik Kepentingan Pelanggan Sepatu Pompeii ..................... 78
5.3.1.4. Matrik Kepentingan Pelanggan Sepatu Carter......................... 78
5.3.2. Planning Matrik ...................................................................................... 78
5.3.2.1. Planning Matrik Sepatu Jasmine ............................................... 78
5.3.2.2. Planning Matrik Sepatu Philip .................................................. 79
5.3.2.3. Planning Matrik Sepatu Pompeii ............................................... 79
5.3.2.4. Planning Matrik Sepatu Carter................................................... 79
5.3.3. Karekteristik Teknik (Technical Response) ........................................ 79
5.3.4. Matrik Hubungan Karakteristik Teknik (Technical Correlation
Matrix)......................................................................................................... 81
5.3.5. Target (Absolute Importance) ............................................................... 82
5.3.5.1. Target (Absolute Importance) Sepatu Jasmine ........................ 82
5.3.5.2. Target (Absolute Importance) Sepatu Philip ............................ 82
5.3.5.3. Target (Absolute Importance) Sepatu Pompeii........................ 82
5.3.5.4. Target (Absolute Importance) Sepatu Carter ........................... 83
5.4. Usulan Perbaikan .................................................................................... 83
5.4.1. Sepatu Jasmine ........................................................................................ 83
5.4.2. Sepatu Philip ........................................................................................... 83
5.4.3. Sepatu Pompeii ....................................................................................... 84
xi
5.4.4. Sepatu Carter ........................................................................................... 84
xii
Daftar Pustaka
1. Buku
Adriana, Iyan. (2012). SPSS 2.0. Bandung
Ariani, Dorothea. Wahyu. (2004). Pengendalian Kualitas Statistik.
Yogyakarta: ANDI
Cohen, Lou. (1995), Quality Function Development: How to Make QFD
Work for You. Massachusset. Addison-Wesley Publishing Company.
Haizer, Jay. & Render, Barry. (2008). Manajemen Operasi. Jakarta:
Salemba Empat
Legawa, Yuda. (2013). Proses Perancangan Celana Pembalut (Nalut).
Tugas Akhir. Bandung: Universitas Komputer Indonesia
Rizky,Abdul. Raza1. 2003. Belajar Microsoft Excel 2003.
Bandung:Yrama Widya
Sukmana, Dudung. (2007). Usulan Perbaikan Kualitas Produk Melalui
Sistem Penerapan GKM dengan Menggunakan Metode PDAC dan HOQ
.Tugas Akhir.Bandung: Universitas Komputer Indonesia
2. Artikel Jurnal
Ajeng, Shenlly., & Wirawan, Christina. (2012) Usulan Perbaikan dan
Peningkatan Kualitas Pelayanan Butik Rocafella Di Mall BTC dengan
Menggunakan Metode QFD. Teknik Industri.20,1-20
Bakar, Yusrizal., Noviyasari.,& Darwis, Yuliza. (2012). Peningkatan
Kualitas Produk Dengan Quality Function Development (QFD) Di
Industri Sepatu Kota Padang.Teknik Industri.11,1-11
Meidasari.Shofi, Dewi. & Bachtiar, Iyan. (2015). Usulan Produk Pantofel
Wanita dengan Pendekatan Quality Function Development (QFD) di CV.
Madas.Teknik Industri.9,1-9.
Kata Pengantar
Puji syukur kepada Allah Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat,
hidayah dan anugrah-Nya kepada kita semua, karena atas berkat, rahmat dan
kerunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan risalah Tugas Akhir yang berjudul
“USULAN PERBAIKAN KUALITAS SEPATU TOMKINS DENGAN
MENGGUNAKAN METODE HOUSE OF QUALITY (HOQ) DI PT.
PRIMARINDO ASIA INFRASTRUCTURE TBK. Tak lupa pula shalawat
serta salam semoga terlimpahcurahkan pada junjunan kita Nabi Muhammad
S.A.W. kepada keluarga, sahabat dan pada kita semua selaku umatnya.
Banyak ucapan terima kasih yang ingin saya sampaikan kepada pihak–pihak yang
telah membantu. Terutama kepada dosen pembimbing penulis yaitu I Made
Aryanta A, ST., M.T. yang telah memberikan waktu dan dedikasinya dalam
membimbing penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. Semoga Allah SWT
membalas kebaikan beliau dengan sebaik-baiknya. Tak lupa juga saya ucapkan
terimakasih kepada:
1. Cep Hikmat S.Pd., M.Pd dan Ida Farida S.Pd selaku Ayah dan Ibunda tercinta
yang telah memberikan dukungan penuh, baik itu materil maupun moril.
Semoga Doa yang selalu terucap dengan ikhlas dari mereka menjadi jalan dan
keberuntungan dalam menghadapi masa depan.
2. Dr. Henny, ST., M.T., sebagai Ketua Program Studi Teknik Industri
Universitas Komputer Indonesia dan selaku wali kelas angkatan 2011 yang
telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menjadi mahasiswa.
3. Ibu Julian Robecca, S.T., M.T selaku kordinator Tugas Akhir.
4. Seluruh dosen Teknik Industri UNIKOM yang memberikan
pengetahahuannya kepada penulis
5. Bapak Mulyadi sebagai pimpinan HRD yang telah menerima dan mengizinkan
penulis untuk melakukan penelitian
6. Bapak Nana Sujana sebagai pembimbing di PT. Primarindo Asia
Infrastructure Tbk,
v
7. Teman-teman seperjuangan angkatan 2011 yang selalu membantu dalam
segala hal, semoga silaturahmi kita dapat terjalin dengan baik
8. Semua pihak yang belum disebutkan diatas karena keterbatasan penulis.
Tugas Akhir ini saya persembahkan kepada Ayah dan Ibu tercinta, karena dengan
ketulusan dan semua doa yang terucap dari mereka menjadi sebuah jalan
kemudahan dalam menyelesaikan risalah ini. Tak lupa Tugas Akhir ini saya
persembahkan juga kepada adik-adik saya Muhammad Chairil Fadil dan Siti Alisa
Rihadatul A. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan Tugas Akhir ini dapat
bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Denden Chaerul FH
NIM 10311018
vi
USULAN PERBAIKAN KUALITAS SEPATU TOMKINS DENGAN
MENGGUNAKAN METODE HOUSE OF QUALITY (HOQ) DI PT
PRIMARINDO ASIA INFRASTRUCTURE TBK
Denden Chaerul FH1 I Made Aryantha A., S.T.,M.T2
Universitas Komputer Indonesia
Jl. Dipatiukur 112-116 Bandung 40132 Telp 022-2504119 - 022-2503371
Choerul999@gmail.com
Abstrak - Jumlah unit cacat dalam sebuah perusahaan merupakan hal yang rumlah terjadi, baik itu perusahaan yang
berskala lokal maupun internasional. Dalam hal ini peneliti melakukan penelitian pada sebuah perusahaan sepatu yang
berlokasi di wilayah industri Gede Bage. Objek penelitan yang digunakan adalah empat model sepatu yang diproduksi
oleh PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk. Model sepatu tersebut adalah Jasmine, Philip, Pompeii dan Carter. Pada
setiap model sepatu memiliki jenis cacat yang berbeda, terutama jenis cacat lasting miring. Statistical Quality Control
(SQC) dan House Of Quality (HOQ) digunakan sebagai metode dalam upaya melakukan perbaikan sistem perusahaan
dalam melakukan kegiatan produksi, dimana unit produk cacat bisa diminimalisir. Dengan penggunaan metode tersebut
bahwa pada sepatu Jasmine aspek yang musti diperbaiki yaitu daya tahan sepatu, tidak ada robokan, lubang tali sepatu,
alas sepatu agar tidak licin dan daya rekat lem pada sepatu. Sepatu Philip yang harus diperbaiki adalah daya tahan sepatu,
tidak ada robekan, lubang tali sepatu tidak mudah rusak, daya rekat lem pada sepatu, dan alas sepatu tidak licin. sepatu
Pompeii yang harus diperbaiki adalah daya tahan sepatu, tidak ada robekan, lubang tali sepatu, jahitan benang rapih, alas
sepatu tidak licin dan daya rekat lem pada sepatu. Sepatu Carter yang harus diperbaiki adalah daya tahan sepatu, tidak
ada robekan, lubang tali sepatu tidak mudah rusak, daya rekat lem pada sepatu dan alas kaki tidak licin.
Abstract-the number of unit handicap in a company is rumlah happen, be it the company's local and international scale.
In this case the researchers doing research on a shoe company that is located in the industrial area of Gede Bage. The
object of the study used are four models of shoes manufactured by PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk. is the shoe
Model Jasmine, Philip, Pompeii and Carter. On each model of the shoe has a different flaw types, especially the kind of
lasting disability. Statistical Quality Control (SQC) and House Of Quality (HOQ) is used as a method in an attempt to
make improvements in the conduct of the company's system of production, where the unit handicap products can be
minimised. With the use of methods that at Jasmine shoes aspect that must be fixed, namely shoe durability, no robokan,
eyelet shoes, shoe trays so that it is not slippery and adhesives glue on shoes. Philip's shoe to be fixed is the durability of
the shoes, no rips, holes not easily broken shoelaces, adhesives glue on shoes, shoe trays and not slippery. shoes Pompeii
to be fixed is the durability of the shoes, no rips, holes, stitching lace threads to mess with, alas not slippery and shoe
adhesives glue on shoes. Carter's shoes are to be fixed is the durability of the shoes, no rips, holes not easily broken
shoelaces, adhesives glue on shoes and footwear are not slippery.
c. Uji Realibitas (Keandalan Alat Ukur) Suatu alasan untuk mengisi planning matrix segera
Realibitas adalah tingkat kepercayaan hasil suatu setelah customers need and benefits selesai adalah
pengukuran, yang mengindikasikan stabilitas dan karena customers needs menjadi prioritas, tim QFD
kekonsistenan alat ukur. Pengukuran yang mempunyai boleh memilih untuk membatasi analisa hanya untuk
realibitas tinggi mempunyai arti bahwa pengukuran tingkat kebutuhan pelanggan yang tinggi. Pertimbangan
mampu memberikan hasil ukur yang konsisten hal ini adalah mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk
(reliable) dan dapat memberikan hasil yang relatif sama menyelesaikan proses QFD (Cohen L, 1995)
jika pengukuran dilakukan lebih dari satu kali pada
waktu yang berbeda. Jika planning matrix ditunda sampai beberapa waktu,
setelah bagian reationship terisi, maka tim tidak akan
Reliabilitas merupakan salah satu ciri atau karakter membuat batasan analisa, karena tidak mengetahui
utama instrumen pengukuran yang baik. Realibitas customers needs mana yang paling penting bagi mereka.
memberikan gambaran sejauh mana suatu pengukuran Tetapi, beberapa praktisi mengajarkan planning matrix.
terbebas dari kesalahan pengukuran (measurement Keuntungan dari cara ini adalah tim akan lebih familiar
error). dengan kebutuhan pelanggan. (Cohen L, 1995).
Tinggi rendahnya reliabilitas secara empiris ditunjukan Rumus yang digunakan (Cohen L, 1995).
oleh suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas.
Jumlah responden yang memilih pada nilai tertentu
Secara teoritis, besarnya koefisien reliabilitas berkisaran Proporsi= x100%
Jumlah seluruh responden
antara 0 – 1,00. Besarnya koefisien reliabilitas minimal
yang harus dipenuhi oleh suatu alat ukur adalah 0,70
c. Matrik Karakteristik Teknik (Technical Response
(Kaplan dan Saccuzzo, 1993). Di samping itu, walaupun
koefisien korelasi dapat bertanda positif maupun Matrix)
negatif, namun dalam hal reliabilitas, koefisien yang Karakteristik teknik ini disebut juga subtitue quality
besarnya kurang dari nol tidak mempunyai apa-apa characteristic. Karakteristik teknik ini menunjukan
karena interpretasi reliabilitas selalu mengacu pada bahasa suara pengembang (voice of developer).
koefisien yang positif Penjabaran teknik ini diperoleh dari informasi
kebutuhan dan keninginan konsumen yang kemudian
informasi tersebut diterjemahkan kedalam bahasa
C. House Of Quality
pengembang. Karakteristik teknik ini merupakan
House Of Quality adalah suatu kerangka kerja atas
gambaran produk atau jasa yang akan dikembangkan.
pendekatan dalam mendisain manajemen yang dikenal
sebagai Quality Fuction Development. (Cohen,L.,1995).
Pada proses penentuan karakteristik teknik ini
HOQ memperlihatkan struktur untuk mendisain dan
memberikan kebebasan kepada tim untuk menyusun
membentuk suatu siklus, dan bentuknya menyerupai
analisis mereka pada tingkat karakteristik tertinggi atau
sebuah rumah. Kunci dalam membangun HOQ adalah
terendah dengan detail melalui pemilihan tingkat
difokuskan kepada kebutuhan pelanggan, sehingga
hierarki primer, sekunder, tesier. Terdapat beberapa
proses desain dan pengembangannya lebih sesuai
informasi yang didapat dari technical response, yaitu
dengan apa yang diinginkan oleh pelanggan daripada
kebutuhan konsumen terhadap produk atau jasa dan
teknologi inovasi. Hal ini dimaksudkan untuk
kemampuan atau fungsi produk atau jasa.
mendapatkan informasi yang lebih penting dari
pelanggan.
d. Matrik Hubungan
Pada matrik ini dikenal dengan matrik prioritas
a. Matrik Kebutuhan Pelanggan (Customers Need
(priorization matrix) yang merupakan bagian terbesar
Matrix)
dari matrik dan pekerjaan perancang. Matrik ini
HOQ merupakan sentral atau dasar dalam membuat
menghubungkan antara kebutuhan dan keinginan
QFD dan merupakan matrik yang sangat komleks
konsumen dengan karakteristik teknik yang
karena terdiri atas beberapa matrik yang terdapat
menunjukan nilai kepuasan pelanggan. Hubungan
didalamnya. Ruang pertama HOQ adalah kebutuhan
keinginan pelanggan (Customers Needs and Benefits)
relationship ini dinyatakan dalam bentuk simbol Bagian terbawah dari sepatu
didalam matrik dan terdapat empat kemungkinan, yaitu: 9 Outsole yang bersentuhan dengan
Not Linked/tidak berhubungan (nilai 0) tanah
Hubungan yang terjadi adalah bahwa pada
karakteristik teknik ini tidak akan berpengaruh Tabel 3. Data Permintaan Sepatu Tomkins Tahun 2014
pada performasi kepuasan konsumen. Performasi Genre dan Model Sepatu
kepuasan konsumen ditentukan oleh pemenuhan
kebutuhan yang berkaitan. Bulan Child Junior Women Man
• Possibly Linked/lemah (nilai 1) Jasmine Philip Pompeii Carter
Hubungan yang terjadi adalah bahwa perubahan
Januari 3000 2004
yang relatif besar pada karakteristik teknik ini akan
memberikan sedikit perubahan pada peformasi Febuari 3000 3000
kepuasan konsumen. Maret 3000 3000 1500
• Moderately Linked/kuat (nilai 3)
April 3000 3000 4008 1500
Hubungan yang terjadi adalah bahwa perubahan
yang relatif besar pada karakteristik teknik akan Mei 3000 4008
memberikan pengaruh yang cukup berarti pada Juni 5004 3000
peformasi kepuasan konsumen.
• Strongly Linked/sangat kuat (nilai 9) Juli 2004 3000
Hubungan yang terjadi adalah bahwa perubahan Agustus 2004 1008
yang relatif kecil pada karakteristik teknik akan September 6000 6000 3000 2016
memberikan pengaruh yang besar pada peformasi
kepuasan konsumen. Oktober
November 3000 3000
e. Matrik Arah Perbaikan Desember 2004 4008
Nilai target memperlihatkan teknik yang diperlihatkan
secara fisik. Nilai target ini adalah sebuah keluaran dari Jumlah 17004 34020 19020 12024
QFD yang merupakan rangkaian keseluruhan proses
untuk memperoleh berbagai informasi, struktur, dan Tabel 4. Data Produk Cacat Sepatu Jasmine
bentuk tingkatan pengembangan desain produk atau jasa
yang melibatkan berbagai fungsi yang ada.
n ∑ XY - ∑ X ∑ Y
r=
√[n ∑ X2 ∑ X 2 ][n ∑ Y2 ∑ Y 2 ]
B. Pengolahan Data
a. Menghitung Bagan Kendali Sepatu Jasmine
Untuk dapat mengetahui proporsi produk sepatu yang Dimana : r = Korelasi
tidak sesuai atau cacat, yang dihasilkan selama satu X = Skor setiap item
tahun (Tahun 2014), peneliti melakukan perhitungan Y= Skor total
bagan kendali untuk sepatu Jasmine yang cacat kualitas n = ukuran sampel
dengan menggunakan peta kontrol np
1. Menghitung Nilai p̅ Angka korelasi produk moment yang diperoleh
Total jumlah yang cacat 452 dibandingkan dengan angka r kritis yang didapat dari
p̅ = = =0,143 tabel angka kritis (lampiran). Dengan jumlah responden
Total Jumlah yang diperiksa 3150
2. Menghitung Batas Kendali 3σ 78 orang, dan tingkat ketelitian 5% maka nilai r kritis =
0,195. Hasil validitas ditampilkan pada tabel sebagai
3σ=3√np̅ 1-p̅ =3√ 315 0,143 1-0,143 =18,639 berikut:
3. Menghitung Batas Kendali Atas dan Bawah Tabel 8. Hasil Uji Validitas Data Tingkat Kepentingan
UCL=np̅ +3√np̅ 1-p̅ =315 x 0,143+18,639=63,684 Sepatu Jasmine
LCL=np̅ -3√np̅ 1-p̅ =315 x 0,143-18,639=26,405 Atribut Kebutuhan
r
No dan Keinginan r Hitung
Kritis
b. Menghitung Bagan Kendali Sepatu Philip Pelanggan
1. Menghitung Nilai p̅ 1 Daya tahan sepatu 0,737 0,195
Total jumlah yang cacat 1133 2 Kenyamanan Sepatu 0,732 0,195
p̅ = = =0,13
Total Jumlah yang diperiksa 3780 3 Aksesoris sepatu 0,300 0,195
2. Menghitung Batas Kendali 3σ 4 Tidak ada robekan pada 0,696 0,195
3√np̅ 1-p̅ =3√ 315 0,3 1-0,3 =24,399 sepatu
3. Menghitung Batas Kendali Atas dan Bawah 5 Lubang Tali Sepatu 0,614 0,195
tidak mudah rusak
UCL=np̅ +3√np̅ 1-p̅ =315 x 0,13+24,399=118,899 6 Jahitan benang sepatu 0,674 0,195
LCL=np̅ -3√np̅ 1-p̅ =315 x 0,13-24,399=70,100 rapih
7 Daya rekat lem pada 0,681 0,195
c. Menghitung Bagan Kendali Sepatu Pompeii sepatu
1. Menghitung Nilai p̅ 8 Outsole (alas) sepatu 0,774 0,195
Total jumlah yang cacat 191 tidak licin
p̅ = = =0,061
Total Jumlah yang diperiksa 3150 9 Kualitas bahan 0,562 0,195
2. Menghitung Batas Kendali 3σ 10 Warna sepatu 0,665 0,195
3√np̅ 1-p̅ =3√ 315 0,061 1-0,061 =12,743 11 Jenis Bahan 0,786 0,195
3. Menghitung Batas Kendali Atas dan Bawah 12 Ukuran sepatu 0,297 0,195
UCL=np̅ +3√np̅ 1-p̅ =315 x 0,061+12,743=31,958 13 Elastisitas sepatu 0,673 0,195
LCL=np̅ -3√np̅ 1-p̅ =315 x 0,061-12,743=6,472
Tabel 9. Hasil Uji Validitas Data Tingkat Kepentingan
Sepatu Philip
d. Menghitung Bagan Kendali Sepatu Carter
Atribut Kebutuhan
1. Menghitung Nilai p̅ r
Total jumlah yang cacat 424 No dan Keinginan r Hitung
Kritis
p̅ = = =0,122 Pelanggan
Total Jumlah yang diperiksa 3465 1 Daya tahan sepatu 0,721 0,195
2. Menghitung Batas Kendali 3σ
2 Kenyamanan Sepatu 0,680 0,195
3√np̅ 1-p̅ =3√ 315 0,122 1-0,122 =17,426 3 Aksesoris sepatu 0,533 0,195
3. Menghitung Batas Kendali Atas dan Bawah 4 Tidak ada robekan pada 0,711 0,195
UCL=np̅ +3√np̅ 1-p̅ =315 x 0,122+17,426=55,856 sepatu
LCL=np̅ -3√np̅ 1-p̅ =315 x 0,122-17,426=21,003 5 Lubang Tali Sepatu 0,679 0,195
tidak mudah rusak
e. Uji Validitas
6 Jahitan benang sepatu 0,437 0,195
rapih f. Uji Reliabilitas
7 Daya rekat lem pada 0,777 0,195 Setelah dilakukan pengujian validitas, selanjutnya
sepatu dilakukan pengujian reliabilitas yang bertujuan untuk
8 Outsole (alas) sepatu 0,743 0,195 mengetahui keandalan alat ukur yang dipergunakan
tidak licin pada penelitian ini. Reliabilitas alat ukur diukur
9 Kualitas bahan 0,506 0,195 menggunakan nilai Alpha Cronbach (semakin
10 Warna sepatu 0,732 0,195 mendekati 1), maka kuesioner tersebut makin relibel.
11 Jenis Bahan 0,722 0,195 Hasil perhitungan reliabilitas alat ukur dengan
12 Ukuran sepatu 0,340 0,195 menggunakan bantuan program SPSS for windows 20.0
13 Elastisitas sepatu 0,701 0,195 dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 10. Hasil Uji Validitas Data Tingkat Tabel 12. Nilai Alpha Cronbach
Kepentingan Sepatu Pompeii
Atribut Kebutuhan
r
No dan Keinginan r Hitung
Kritis
Pelanggan
1 Daya tahan sepatu 0,801 0,195
2 Kenyamanan Sepatu 0,797 0,195 C. Membuat House Of Quality
3 Aksesoris sepatu 0,458 0,195 a. Menentukan Tingkat Kepentingan Pelanggan
4 Tidak ada robekan pada 0,825 0,195 Adapun perhitungan untuk nilai tingkat kepentingan
sepatu pelanggan adalah sebagai berikut:
5 Lubang Tali Sepatu 0,707 0,195
tidak mudah rusak Jumlah responden yang memilih pada nilai tertentu
6 Jahitan benang sepatu 0,810 0,195 Proporsi= x100%
Jumlah seluruh responden
rapih
7 Daya rekat lem pada 0,623 0,195 Tabel 13. Atribut Kebutuhan dan Keinginan
sepatu Pelanggan
8 Outsole (alas) sepatu 0,789 0,195 No Atribut Kebutuhan dan Keinginan
tidak licin Pelanggan
9 Kualitas bahan 0,744 0,195 1 Daya tahan sepatu
10 Warna sepatu 0,836 0,195 2 Kenyamanan Sepatu
11 Jenis Bahan 0,684 0,195 3 Aksesoris sepatu
12 Ukuran sepatu 0,512 0,195 4 Tidak ada robekan pada sepatu
13 Elastisitas sepatu 0,725 0,195 5 Lubang Tali Sepatu tidak mudah rusak
6 Jahitan benang sepatu rapih
Tabel 11. Hasil Uji Validitas Data Tingkat 7 Daya rekat lem pada sepatu
Kepentingan Sepatu Carter 8 Outsole (alas) sepatu tidak licin
Atribut Kebutuhan
r
No dan Keinginan r Hitung Menentukan Tingkat Kepentingan Pelanggan
Kritis
Pelanggan Sepatu Jasmine
i1 Daya tahan sepatu 0,727 0,195
2 Kenyamanan Sepatu 0,726 0,195 Tabel 14. Jumlah Responden yang Memilih Nilai
3 Aksesoris sepatu 0,320 0,195 Tertentu untuk Tingkat Kepentingan Pelanggan
4 Tidak ada robekan pada 0,746 0,195 Sepatu Jasmine
sepatu
5 Lubang Tali Sepatu 0,601 0,195
tidak mudah rusak
6 Jahitan benang sepatu 0,825 0,195
rapih
7 Daya rekat lem pada 0,765 0,195
sepatu
8 Outsole (alas) sepatu 0,736 0,195
tidak licin
9 Kualitas bahan 0,742 0,195
10 Warna sepatu 0,725 0,195
11 Jenis Bahan 0,679 0,195 Contoh perhitungan (variabel 2):
12 Ukuran sepatu 0,288 0,195 - 6 responden memberikan nilai 3, maka nilai
13 Elastisitas sepatu 0,634 0,195 proporsinya
= (6/78) x 100% = 7,69 % Tabel 18. Jumlah Responden yang Memilih Nilai
- 35 responden memberikan nilai 4, maka nilai Tertentu untuk Tingkat Kepentingan Pelanggan
proporsinya
= (35/78) x 100% = 44,87 %
- 37 responden memberikan nilai 5, maka nilai
proporsinya
= (37/78) x 100% = 47,44 %
Dengan demikian diperoleh nilai proporsi terbesar
adalah 47,44 % atau nilai 4 artinya variabel penting
bagi pelanggan. Hasil bobot tingkat kepentingan
pelanggan dapat dilihat pada tabel berikut:
Elastisitas sepatu
Kualitas bahan
Ukuran sepatu
Warna sepatu
Jenis Bahan
c. Menentukan Karakteristik Teknik
Karakteristik teknik ini merupakan karakteristik kualitas
sepatu. Daftar karateristik teknik dapat dilihat pada tabel Kebutuhan Pelanggan
berikut: Daya tahan sepatu
Kenyamanan Sepatu
3 3
9 9
Aksesoris sepatu 1
Tidak ada robekan pada sepatu 3 9
Tabel 28. Daftar Karakteristik Teknik Lubang Tali Sepatu tidak mudah rusak
Jahitan benang sepatu rapih
3 3
1
Daya rekat lem pada sepatu 3
No Karakteristik Teknik Outsole (alas) sepatu tidak licin 9
1 Kualitas bahan
2 Warna sepatu Gambar 1. Matrik Hubungan Kebutuhan Konsumen
3 Jenis Bahan dengan Karakteristik Teknik
4 Ukuran sepatu
5 Elastisitas sepatu e. Membentuk Matrik Hubungan Kakarakteristik
Teknik (Technical Correlation Matrix)
d. Membentuk Matrik Hubungan (Relationship Matrik hubungan karakteristik teknik menunjukan
Matrik) hubungan antara karakteristik teknik yang lainnya dan
Langkah selanjutnya dalam membangun Rumah dibandingkan dengan satu sama lainnya. Penilaian untuk
Kualitas adalah menyiapkan persyaratan konsumen dan masing-masing karakteristik ini adalah berdasarkan
pendeskripsian teknis serta menentukan hubungan wawancara dengan pihak perusahaan, serta pendapat
antara persyaratan konsumen dan pendeskripsian teknis. (estimasi) peneliti
Hal tersebut dapat membingungkan karena masing-
masing persyaratan dapat mempengaruhi satu atau lebih Adapun hubungan masing-masing karakteristik teknik
pendeskripsian teknis dan sebaliknya. Membuat matriks menurut (Cohen,1995) adalah:
hubungan untuk memeriksa setiap hubungan yang ada Tabel 30. Simbol Karakteristik Teknik
antara setiap keinginan yang ada dengan setiap “How” Tingkat Hubungan Simbol
yang dirumuskan. Jika ada hubungan, buat kategorinya Positif Kuat ●
dengan hubungan itu sangat kuat, kuat atau lemah. Positif Lemah ○
Penilaian berdasarkan pada perhitungan data-data yang Tidak ada hubungan Kosong
didapat, pendapat peneliti sendiri, pertimbangan Negatif Kuat ■
pelanggan, observasi. Adapun hubungan yang Negatif Lemah □
ditunjukan oleh masing-masing variabel (Coben, 1995) Untuk menentukan arah perbaikan dengan melihat
adalah: keadaan meningkat atau menurunya perbaikan dalam
Nilai 9 hubungan berpengaruh kuat, artinya perusahaan, adapun symbol yang digunakan adalah
perubahan yang relatif kecil pada karakteristik sebagai berikut:
teknik akan memberikan pengaruh yang sangat
berarti pada kepuasan pelanggan = Optimal artinya keadaan karakteristik teknik
Nilai 3 hubungan berpengaruh sedang, artinya sekarang tidak perlu dirubah karena sudah baik
perubahan yang relatif besar karakteristik
= Perbaikan yang dilakukan perusahaan sebanyak 82 unit dan lain-lain sebanyak 16 unit. Total
apabila semakin meningkat akan semakin baik cacat sepatu pompeii tahun 2014=191
= Perbaikan yang harus dilakukan apabila Aspek yang harus diperbaiki berdasarkan penilaian dan
semakin menurun akan menjadi baik absolute importance responden dengan nilai 78 adalah
sebagai berikut:
Daya tahan sepatu
Tidak ada robekan pada sepatu
Lubang tali sepatu tidak mudah rusak
Jahitan benang sepatu rapih
Daya rekat lem pada sepatu
Outsole (alas) sepatu tidak licin
D. Sepatu Carter
Sepatu pompeii memiliki unit cacat yang terdiri dari
jenis cacat lasting miring sebanyak 39, Outsole
Gambar 2. Hasil Matriks Korelasi Teknis dan Arah berjumlah 10 unit, keriput sebanyak 154 unit, cacat
Perbaikan upper sebanyak 219 unit dan lain-lain sebanyak 2 unit.
Total cacat sepatu carter tahun 2014= 424 buah
f. Menetapkan Target (Absolute Importance) Aspek yang harus diperbaiki berdasarkan penilaian dan
Matrik nilai target adalam merupakan nilai yang absolute importance responden dengan nilai 87 adalah
menunjukan pencapaian yang harus dicapai oleh sebagai berikut:
perusahaan. Nilai ini menjadikan patokan untuk Daya tahan sepatu
perusahaan dalam proses pengembangan produknya. Tidak ada robekan pada sepatu
Nilai ini diperoleh dengan cara mengalikan tingkat Lubang tali sepatu tidak mudah rusak
kepentingan pelangan (rate of customers importance) Daya rekat lem pada sepatu
kemudian dijumlahkan untuk setiap kelompoknya Alas kaki tidak licin
Absolute Importance=
∑ tingkat kepentingan pelanggan x relationship BIODATA MAHASISWA
Nama : Denden Chaerul FH
IV. Kesimpulan
Email : choerul999@gmail.com
A. Sepatu Jasmine
No Telp : 081322468439
Aspek yang harus diperbaiki berdasarkan penilaian dan
absolute importance responden dengan nilai 84 adalah
sebagai berikut: BIODATA DOSEN
Nama : I Made Aryantha A., S.T.,M.T
Daya tahan sepatu
Email : rhayadias@yahoo.com
Tidak ada robekan pada sepatu
Prodi : Program Studi Teknik Industri
Lubang tali sepatu
Daya rekat lem pada sepatu
DAFTAR PUSTAKA
Outsole (alas) sepatu tidak licin 1. Buku
B. Sepatu Philip Adriana, Iyan. (2012). SPSS 2.0. Bandung
Sepatu philip memiliki unit cacat yang terdiri dari jenis
Ariani, Dorothea. Wahyu. (2004).
cacat lasting miring sebanyak 948, Eleyet/Verlcro
Pengendalian Kualitas Statistik. Yogyakarta:
miring sebanyak 6 unit, Outsole berjumlah 6 unit,
ANDI
keriput sebanyak 10 unit, cacat upper sebanyak 153 unit
dan lain-lain sebanyak 6 unit. Total cacat sepatu philip Cohen, Lou. (1995), Quality Function
tahun 2014= 1133 buah Development: How to Make QFD Work for
You. Massachusset. Addison-Wesley
Aspek yang harus diperbaiki berdasarkan penilaian dan Publishing Company.
absolute importance responden dengan nilai 87 adalah Haizer, Jay. & Render, Barry. (2008).
sebagai berikut : Manajemen Operasi. Jakarta: Salemba Empat
Daya tahan sepatu Legawa, Yuda. (2013). Proses Perancangan
Tidak ada robekan pada sepatu Celana Pembalut (Nalut). Tugas Akhir.
Bandung: Universitas Komputer Indonesia
Lubang tali sepatu tidak mudah rusak
Rizky,Abdul. Raza1. 2003. Belajar Microsoft
Daya rekat lem pada sepatu
Excel 2003. Bandung:Yrama Widya
Alas sepatu tidak licin
Sukmana, Dudung. (2007). Usulan Perbaikan
C. Sepatu Pompeii
Kualitas Produk Melalui Sistem Penerapan
Sepatu pompeii memiliki unit cacat yang terdiri dari
GKM dengan Menggunakan Metode PDAC
jenis cacat lasting miring sebanyak 79, Outsole
dan HOQ .Tugas Akhir.Bandung: Universitas
berjumlah 5 unit, keriput sebanyak 9 unit, cacat upper
Komputer Indonesia
Daftar Riwayat Hidup
Riwayat Keorganisasian :
1. Ketua OSIS SMPN 1 Pagelaran Periode 2006-2007
2. Remaja Masjid Darul Ulun SMAN 1 Cilaku-Cianjur
3. Ketua OSIS SMAN 1 Cilaku-Cianjur Periode 2009-2010
4. Staff Hubungan Masyarakat HMTI UNIKOM 2011
5. Ketua HMTI UNIKOM 2011-2012
6. Asisten Laboratorium Bidang Pengembangan Bahan Ajar Lab. Praktikum Sistem
Kerja dan Ergonomi 2012
7. Asisten Laboratorium Bidang Pengembangan Bahan Ajar Lab. Praktikum Statistik
2012
F
Bab 4 dan 5 tidak di-online kan terdapat data perusahaan yang bersifat rahasia