Anda di halaman 1dari 64

Bab 1

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang Masalah


PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk merupakan perusahaan yang bergerak
dibidang pembuatan sepatu, perusahaan ini memiliki permintaan pasar yang
cukup banyak, mulai dari dalam negeri maupun luar negeri. Perusahaan ini
mempunyai model sepatu yang cukup banyak, dari mulai untuk anak-anak, remaja
maupun dewasa. Dengan jumlah permintaan yang cukup banyak, perusahaan
memiliki cara tersendiri dalam memproduksi sepatu, namun dalam pelaksanaanya
banyak ditemukan kendala, seperti unit produk cacat.

Jumlah unit produk cacat ditahun 2013 yaitu 21322 unit dan tahun 2014 sebanyak
23272 unit di PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk mengindikasikan bahwa
adanya peningkatan unit cacat dan terjadi kesalahan dalam kegiatan produksi.
Jenis cacat pada produksi sepatu sangatlah beragam diantaranya lasting miring,
velcro miring, keriput, cacat upper, out sole dan lain-lain. Berdasarkan jumlah
unit cacat yang tinggi perusahaan harus bisa bertindak dalam perbaikan akan hal
tersebut. Penggunaan metode yang tepat dalam menentukan teknik perbaikan
sangatlah membantu, diantaranya yaitu metode Statistical Quality Control (SQC)
dan House Of Quality (HOQ).

Statistical Quality Control (SQC) adalah teknik yang digunakan untuk


mengendalikan dan mengelola proses baik manufaktur maupun jasa melalui
menggunakan metode statistik. Pengendalian kualitas statistik merupakan teknik
penyelesaian masalah yang digunakan untuk memonitor, mengendalikan,
menganalisis, mengelola dan memperbaiki produk dan proses menggunakan
metode-metode statistik. Secara garis besar House Of Quality (HOQ) adalah

1
2

upaya untuk mengkonversi suara konsumen (Costumers Need’s) secara langsung


terhadap karaktersitik atau spesifikasi teknis dari sebuah produk.

Pengendalian kualitas secara stastistik (Statistical Quality Control) dapat


digunakan untuk menganalisis jenis cacat yang dominan sehingga dapat
memfokuskan penelitian terhadap objek penelitian untuk dilakukan perbaikan
berdasarkan tingginya kesalahan atau unit cacat. Dari hasil analisis metode SQC,
HOQ (House Of Quality) memperlihatkan struktur untuk proses perbaikan dan
pengembangan berdasarkan kebutuhan pelanggan, sehingga terjadi
kesinambungan dalam proses usulan perbaikan.

Berdasarkan dengan latar belakang masalah diatas maka dalam laporan tugas
akhir ini peneliti mengambil judul “USULAN PERBAIKAN KUALITAS
SEPATU TOMKINS DENGAN MENGGUNAKAN METODE HOUSE OF
QUALITY (HOQ) DI PT. PRIMARINDO ASIA INFRASTRUCTURE TBK”.

1.2. Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, dapat
didentifikasi beberapa masalah, yaitu:
1. Jenis cacat produksi apa yang banyak terjadi
2. Jenis sepatu yang paling banyak unit cacatnya
3. Perbaikan apa yang harus dilakukan untuk mengurangi produksi cacat

1.3. Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi jumlah unit cacat
2. Mengidentifikasi unit cacat berdasarkan House Of Quality (HOQ)
3. Membuat usulan perbaikan sepatu
3

1.4. Asumsi
Adapun asumsi yang diguanakan antara lain:
1. Tingkat kemampuan operator diasumsikan sama.
2. Beban kerja operator sama

1.5. Pembatasan Masalah


Pembatas dan asumsi dibuat agar ruang lingkup masalah yang dilakukan oleh
peneliti tidak terlalu luas serta memberikan arahan dalam menyelesaikan
masalah. Adapun batasan-batasan yang digunakan antara lain:
1. Produk yang diteliti meliputi sepatu Jasmine, Philip, Pompeii dan Carter
2. Tidak melakukan banchmarking
3. Data produk disatukan, tidak berdasarkan size

1.6. Sistematika Penulisan


Lembar Pengesahan
Lembar Pernyataan
Abstrak
Lembar Peruntukan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Lampiran
Bab 1 Pendahuluan
Berisikan mengenai latar belakang masalah yang terjadi, serta menjelaskan
mengenai apa yang akan kita dapatkan dengan memecahkan masalah itu.

Bab 2 Tinjauan Pustaka


Berisikan mengenai teori yang digunakan untuk memecahkan masalah yang
diteliti, serta metode-metode yang berkaitan dengan penelitian
4

Bab 3 Kerangka Pemecahan Masalah


Berisiskan kerangaka pemecahan masalah (flow chart) serta tahapan pengerjaan
penelitian yang dilakukan

Bab 4 Pengumpulan dan Pengolahan Data


Berisikan mengenai data dan cara pengolahannya berdasakan metode yang
digunakan

Bab 5 Analisis
Berisikan mengenai analisis data hasil perhitungan pada tahap pengolahan data,
yang nantinya menghasilkan kesimpulan untuk penelitian yang dilakukan.

Bab 6 Kesimpulan dan Saran


Berisikan mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan disertai saran yang
sesuai dengan penelitian yang ada

Daftar Pustaka
Lampiran
Bab 2
Tinjauan Pustaka

2.1. Definisi Statistik


Dengan ruang lingkup yang cukup luas definisi statistik tidak pernah memuaskan,
sehingga banyak sekali orang yang mengartikan hal tersebut berbeda-beda
berdasarkan pemahamannya masing-masing. Namun statistik bisa diartikan dalam
beberapa kategori, yaitu dalam arti sempit dan luas. J Supranto, M.A dalam
bukunya Statistik Terori dan Aplikasi mengartikan kedua hal tersebut, sebagai
berikut:
a. Statistik Dalam Arti Sempit
Statistik berarti data ringkasan berbentuk angka (kuantitatif). Statistik penduduk
misalnya, merupakan data atau keterangan berbentuk angka ringkasan mengenai
penduduk didalamnya terdapat jumlah, rata-rata umur, distribusi, dan persentase
akan hal tersebut. Contoh lain adalah statistik personalia didalamnya terdapat rata-
rata masa kerja, rata-rata jumlah angka keluarga, persentase sarjana dan lain
sebagainya.
b. Statistik Dalam Arti Luas
Statistik merupakan ilmu yang mempelajari mengenai cara pengumpulan,
pengolahan/pengelompokan, penyajian, dan analisis data serta cara pengambilan
kesimpulan dengan memperhitungkan unsur ketidakpastian berdasarkan konsep
probabilitas.

Ilmu statistik mempunyai banyak manfaat, seperti halnya dalam pengambilan


keputusan dan pengolahan data sehari-hari. Namun dalam kenyataanya statistik
merupakan ilmu yang mempunyai peran penting dalam perkembangan ilmu
lainnya melalui riset. Dalam kaitannya dengan ilmu-ilmu yang lain, statistik
mempunyai cara atau teknik tersendiri untuk pemecahan persoalan yang berbeda
dalam mendukung hal tersebut. Misalnya, statistik yang diterapkan dalam ilmu

5
6

teknologi disebut teknomertik, dalam biologi disebut biometrik, dan dalam


ekonomi disebut ekonometrik.

Dorothea Wahyu Ariani dalam bukunya “Pengendalian Kualitas Statistik”


menyatakan bahwa, sejak awal pengembangan kualitas, para praktisi telah
memperdebatkan pentingnya metode statistik dalam mencapai kualitas yang
memuaskan. Namun, pengetahuan mengenai metode-metode statistik saja tidak
cukup, pengetahuan tentang produk dan proses yang khusus dalam industri itulah
yang harus dipahami sebagai kunci dan alat yang penting dalam pendekatan
metode tentang kualitas. Tanpa statistik, maka penggambaran penyelesaian
mengenai data akan menjadi sumber malapetaka dalam penerapannya pada
berbagai kasus.

Konsep penting lain adalah variasi atau penyimpangan yang membahas mengenai
tidak adanya dua hal yang sama secara sempurna. Variasi merupakan kenyataan
baik dalam dunia nyata maupun dalam industri. Seperti halnya kaleng yang
tampak serupa akan ada perbedaan walaupun tipis dalam tinggi, diameter, berat
dan seterusnya. Apabila tidak memperhatikan variasi atau penyimpangan tersebut,
maka hal ini akan menyebabkan kesalahan dalam pengambilan keputusan untuk
menyelesaikan masalah utama dalam perusahaan atau organisasi. Ilmu statistik
akan membantu menganalisis dta dengan tepat dan menggambarkan
penyelesaiannya, dengan memperkecil keberadaan variasi tersebut. Variasi terjadi
secara acak, yang biasanya lebih besar darpada yang diperkirakan orang.
Seringkali keputusan yang diambil menentukan tindakan apakah yang adanya data
historis. Data seringkali ditampilkan baik secara ringkas maupun secara lengkap
dalam bentuk tabel, grafik atau angka-angka.

Untuk menampilkan data dalam bentuk ringkas, dapat digunakan bentuk


pengukuran kecenderungan memusat (central tendency) untuk mengetahui
banyaknya data yang terpusat dan bentuk pengukuran penyebaran (dispersion)
untuk mengetahui banyaknya penyebaran dalam data tersebut. Pengukuran
7

kecenderungan memusat dapat digunakan rata-rata (mean) atau nilai tengah


(median). Nilai tengah berguna untuk mengurangi dampak dari nilai ekstrim atau
untuk data yang dapat diurutkan tetapi tidak mudah diukur seperti warna atau
yang tampak secara visual. Untuk mengukur penyebaran, yang umum digunakan
adalah jarak (range) dan penyimpangan standar (standar deviation) akan lebih
tepat. Ada lagi satu teknik untuk menghitung pengukuran penyimpangan atau
variasi relatif sebagai deviasi standar ditentukan dengan rata-rata (the coefficient
of variation).

2.2. Pengertian Pengendalian Kualitas Statistik


Total Quality Management (TQM) merupakan hasil dari revolusi antara kualitas
dan manajemen selama setengah abad terakhir. Secara umum TQM berisi dua
komponen yang saling berhubungan, yaitu sistem manajemen dan sistem teknik.
Sistem manajemen berkaitan dengan perencanaan, pengorganisasian,
pengendalian, dan pengelolaan proses sumber daya manusia yang berkaitan
dengan kualitas produk atau jasa. Sistem teknik melibatkan penjaminan kualitas
dalam desain produk, perencanaan dan desain proses, serta pengendalian bahan
baku antara produk dalam proses dan produk jadi.

Pengendalian kualitas statistik merupakan teknik penyelelesaian masalah yang


digunakan untuk memonitor, mengendalikan, menganalisis, mengelola dan
memperbaiki produk dan proses menggunakan metode-metode statistik. Konsep
terpenting dalam pengendalian kualitias statistik adalah variabilitas, dimana
semua prosedur pengendalian kualitas statistik membuat keputusan berdasarkan
sampel yang diambil dari populasi yang lebih besar. Variabilitas yang dimaksud
adalah variabilitas antar sampel (misalnya rata-rata atau nilai tengah) dan
varibilitas dalam sampel (misalnya range atau standar deviasi). Apabila diambil
sampel dari populasi yang sama, variasi statistik akan terjadi dari sampel ke
sampel dan variasi range dapat dihitung. Bentuk ini merupakan dasar dari batas
yang dihitung pada peta pengendali (control chart) dan banyaknya penerimaan
yang digunakan pada acceptance sampling. Apabila penyimpangan atau
8

variabilitas tidak dikenal, maka dilakukan pencarian dengan penyesuaian proses


dan klasifikasi bahan baku yang datang.

Penyelesaian masalah dengan statistik mencakup dua hal, seperti melebihi batas
pengendalian bila proses dalam kondisi terkendali atau tidak melebihi batas
pengendalian bila proses dalam kondisi diluar kendali. Secara statistik, kedua hal
tersebut digolongkan kedalam kesalahan tipe I dan tipe II atau dalam acceptance
sampling dikenal dengan resiko produsen (menolak produk baik) dan resiko
konsumen (menerima produk cacat). Prosedur pengendalian kualitas statistik
umumnya dirancang untuk meminimalkan kesalahan tipe I. Karena itu, peta
pengendalian (control chart) mengasumsikan bahwa proses berada dalam batas
pengendalian dan acceptance sampling mengasumsikan bahwa produk dapat
diterima tanpa kontradiksi dengan tingkat kepastian yang tinggi. Kesalahan tipe I
dan tipe II ini digambarkan dengan kurva karakteristik operasi (operating
characteristic curve). Kurva karakteristik operasi menunjukan probabilitas
penerimaan sebagai fungsi dari berbagai tingkatan kualitas. Kesalahan tipe I
adalah 1-probabilitas penerimaan bila kualitas dapat diterima, sedangkan
kesalahan tipe II adalah probabilitas penerimaan bila kualitas dapat diterima.

Perusahaan mengadakan inspeksi pada saat bahan baku atau penerimaan bahan
baku, proses dan produk akhir. Inspeksi tersebut dapat dilaksanakan di beberapa
waktu, antara lain:
1. Pada waktu bahan baku masih ada ditangan pemasok
2. Pada waktu bahan baku sampai ditangan perusahaan tersebut
3. Sebelum proses dimulai
4. Selama proses produksi berlangsung
5. Setelah proses produksi
6. Sebelum dikirimkan kepada pelanggan

Selain itu, perusahaan mempunyai dua pilihan inspeksi, yaitu inspeksi 100% yang
berarti perusahaan menguji semua bahan baku yang datang, seluruh produk
9

selama masih ada dalam proses, atau seluruh produk jadi yang telah diselesaikan.
Atau dengan mengadakan teknik sampling, yaitu menguji hanya pada produk
yang diambil sebagai sampel dalam pengujian. Kedua macam cara pengujian ini
masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahan, misalnya untuk inspeksi
100%, kelebihannya adalah tingkat ketelitiannya tinggi karena seluruh produk
diuji. Tetapi kelemahannya, seringkali produk justru rusak selama dalam
pengujian. Selain itu, pengujian dengan cara ini membutuhkan biaya, waktu , dan
tenaga yang tidak sedikit. Sementara itu, pengujian dengan pengambin sampel,
kelebihannya adalah lebih menghemat biaya, waktu dan tenaga dibandingkan
dengan cara inspeksi 100%. Namun teknik ini mempunyai kelemahan dalam
tingkat ketelitian, atau dapat kita katakan tingkat ketelitiannya rendah, sehingga
seringkali menimbulkan resiko baik dari pihak produsen (producer’s risk) atau
dari pihak konsumen (consumer’s risk).

Pengendalian kualitas statistik (statistical quality control) secara garis besar


digolongkan menjadi dua, yaitu pengendalian proses statistik (statistical quality
control) atau yang sering disebut dengan control chart dan rencana penerimaan
sampel produk atau yang sering dikenal acceptance sampling. Hal ini dapat
digambarkan sebagai berikut:

Pengendalian Kualitas
Statistik

Pengendalian Kualitas Rencana Penerimaan Sampel


Statistik Produk
(Control Chart) (Acceptance Sampling)

Data Variabel Data Atribut Data Variabel Data Atribut

Gambar 2.1. Pengendalian Kualitas Statistik


Sumber: Buku Pengendalian Statistik, Dorothea Wahyu Ariani, 2004

Dari gambar tersebut tampak bahwa pengendalian kualitas proses dan produk juga
dapat dibagi menjadi dua golongan menurut jenis datanya, yaitu data variabel dan
10

data atribut. Data variabel memberikan lebih banyak informasi daripada data
atribut, namun demikian, data varibel tidak dapat digunakan untuk mengetahui
karakteristik kualitas seperti banyaknya kesalahan atau persentase suatu proses.
Data variabel dapat menunjukan seberapa jauh penyimpangan dari standar proses,
sementara data atribut tidak dapat menunjukan informasi tersebut

Menurut Dorothea Wahyu Ariani (2004), terdapat beberapa langkah dalam


menyusun peta pengendali proses atau control chart, yaitu:
1. Memilih karakteristik yang akan direncanakan, yang meliputi:
a. Memberikan prioritas tinggi pada karakteristik yang dijalankan saat ini
dengan tingkat kesalahan yang paling tinggi, untuk itu dapat digunakan
analisis pareto
b. Mengidentifikasi variabel-variabel proses dan kondisi-kondisi yang
dapat memberikan kontribusi dalam karaktristik produk akhir.
c. Memeriksa dan memastikan proses pengukuran telah memenuhi syarat
ketepatan dan keakuratan pemberian data yang tidak mengaburkan
variasi dalam proses manufaktur maupun pelayanan. Variasi atau
penyimpangan dalam proses tersebut menunjukan tidak hanya
penyimpangan proses manufaktur tetapi juga kombinasi penyimpangan
dan pengukuran proses.
d. Penentuan titik paling awal dalam proses produksi yang dapat
dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang penyebab khusus
bahwa peta pengendali digunakan sebagai peringatan awal untuk
mencegah kesalahan
2. Memilih jenis peta pengendali dengan melihat pada tabel berikut:
Tabel 2.1. Perbandingan Berbagai Peta Pengendali
Pengukuran Peta Pengendali Peta Pengendali Peta Pengendali
Statistik untuk Data Variabel untuk Data Atribut untuk Data Atribut
(%) (jumlah)
Jenis data yang Data Variabel Data Atribut Data atribut
dibutuhkan (Pengukuran nilai- (Banyaknya unit (banyaknya kelahan
nilai karakteristik produk yang cacat) pada setiap unit
11

produk
Gambaran Pengendalian Pengendalian Pengenalian seluruh
penerapan karakteristik inividu seluruh bagian kesalahan tiap unit
secara umum kesalahan proses produk
Manfaat yang  Penggunaan secara  Data yang  Data yang
penting maksimum dibutuhkan dibutuhkan
informasi yang seringkali sudah seringkali telah
teredia dari data tersedia dari tersedia dari
 Penyediaan laporan inspeksi laporan
informasi secara  Mudah dipahami inspeksi
menditail pada seluruh personil
data-data proses
dan penyimpangan  Menyediakan  Mudah
dari pengendalian seluruh dipahami
dimensi-dimensi gambaran seluruh personil
individu kualitas  Menyediakan
seluruh
gambaran
kualitas
Kelemahan  Tidak dapat  Tidak  Tidak
yang perlu dipahami tanpa menyediakan Menyediakan
diingat pelatihan informasi secara informasi
 Dapat menditail untuk secara
menyebabkan pengendalian menditail untuk
kebingungan untuk karakteristik pengendalian
membedakan individu karakteristik
antara batas-batas  Tidak mengenal individu
pengendalian tingkat kesalahan
dengan batas-batas yang berbeda
toleransi pada unit-unit
 Tidak dapat produk tersebut
digunakan pada
tipe data cacat atau
baik
Ukuran sampel Biasanya 4 atau 5 Menggunakan hasil Beberapa unit
unit setiap kali inspeksi tertentu produk yang telat
12

observasi atau setiap atau sampel dari seperti 100 m kawat


sub-kelompok 25, 50. 100 unit atau seperangkat
dan seterusnya TV

3. Mene
ntukan garis pusat (central line) yang menggunakan rata-rata dari masa
lalu atau rata-rata yang dikehendaki. Garis batas tersebut biasanya berada
pada ± 3σ, tetapi garis batas lain juga dapat dipilih berdasarkan risiko
statistik yang berbeda
4. Pemil
ihan sub kelompok. Tiap titik pada peta pengendali menunjukan sub
kelompok yang berasal dari beberapa unit produk. Untuk tujuan
pengendalian proses, sub kelompok harus dipilih, sehingga unit-unit yang
ada dalam sub-kelompok mempunyai kemungkinan terbesar menjadi
serupa dan unit-unit diatara sub-kelompok memiliki kemungkinan besar
menjadi berbeda
5. Peny
ediaan sistem pengumpulan data. Jika peta pengendali untuk alat
pengendali diwajibkan, maka harus dibuat sederhana dan memenuhi
pemakaian.
6. Perhi
tungan batas pengendali dan penyediaan intruksi-intruksi khusus dalam
interpretasi terhadap hasil dan tindakan para karyawan produksi tersebut
7. Pene
mpatan data dan membuat interpretasi terhadap hasilnya.

Selanjutnya, pengendalian kualitas juga dapat dilakukan pada produk yang


dihasilkan , atau dikenal dengan acceptance sampling. Acceptance sampling
merupakan proses evaluasi bagian produk dan seluruh produk yang dihasilkan
untuk menerima seluruh produk yang dihasilkan tersebut. Manfaat utama
13

sampling adalah pengurangan biaya inspeksi. Menurut Dorothea Wahyu Ariani


(2004), manfaat acceptance sampling antara lain:
1. Staf
inspeksi yang lebih sedikit akan mengurangi komplektifitas inspeksi dan
biaya administrasi inspeksi tersebut
2. Berk
urangnya kerusakan produk
3. Sekel
ompok produk dapat diselesaikan dalam waktu yang pendek sehingga
penjadwalan dan penyerahan dapat dilakukan secara tepat dan cepat
4. Masa
lah yang membosankan dan kesalahan penguji yang disebabkan 100%
inspeksi dapat diminimalkan
5. Penol
akan produk yang tidak sesuai cenderung mengesankan penyimpangan
kualitas dan penting bagi organisasi untuk mencari tindakan pencegahan
6. Desai
n yang pantas dalam rencana pengambilan sampel memerlukan pengkajian
terhadap tingkat kualitas yang disyaratkan oleh pemakai.

2.2.1 Pengertian Pengendalian Kualitas Proses Statistik Data Atribut


Atribut dalam pengendalian kualitas menunjukan karakteristik kualitas yang
sesuai dengan spesifikasi atau tidak sesuai dengan spesifikasi. Menurut Beserfiled
(1998), atribut digunakan apabila ada pengukuran yang tidak memungkinkan
untuk dilakukan, misalnya goresan, warna atau bagian yang hilang.

Pengendalian kualitas proses statistik untuk data atribut ini digunakan sebagai
pengganti pengendali kualitas proses statistik untuk data variabel. Hal ini dapat
terjadi apabila pengukuran seperti kesalahan warna, adanya bagian yang hilang,
dan seterusnya tidak dapat diukur. Selain itu, dalam peta pengendali kualitas
proses stastistik untuk data variabel harus dihitung semua karakteristik kualitas
14

untuk dapat dibuat peta pengendali rata-rata proses maupun tingkat keakuratan
proses.

Dalam menyusun peta pengendali proses statistik untuk data atribut tersebut
diperlukan beberapa langkah. Menutur Besterfield, langkah tersebut meliputi
1. Mene
ntukan sasaran yang akan dicapai
Sasaran ini akan mempengaruhi jenis peta pengendali kualitas proses
statistik data atribut mana yang harus digunakan. Hal ini tentu saja
dipengarui oleh karakteristik kualitas suatu produk dan proses, apabila
proporsi atau banyaknya ketidaksesuaian dalam sampel atau sub
kelompok, ataukah bagian ketidaksesuaian dari suatu unit setiap kali
mengadakan observas
2. Mene
ntukan banyaknya sampel dan banyaknya observasi
Banyaknya sampel yang diambil adak mempengaruhi jenis peta
pengendali disamping karakteristik kualitasnya
3. Meng
umpulkan data
Data yang dikumpulkan tentu disesuaikan dengan jenis peta pengendali.
Misalnya, suatu perusahaan atau organisasi menggunakan p-chart, maka
data yang dikumpulkan juga harus diatur dalam bentuk proporsi kesalahan
terhadap banyaknya sampel yang diambil
4. Mene
ntukan garis pusat dan batas-batas pengendali
Penentuan garis pusat dan batas-batas pengendali akan ditunjukan secara
rinci pada sub bagian berikut ini, pada masing-masing peta pengendali.
Biasanya, perusahaan menggunakan ± 3σ sebagai batas-batas
pengendaliannya
5. Mere
visi garis pusat dan batas-batas pengendali
15

Revisi terhadap garis pusat dan batas-batas pengendali dilakukan apabila


dalam peta pengendali kualitas prsoes statistik untuk data atribut terdapat
data yang berada diluar batas pengendali statistik (out of statistical
control) dan diketahui kondisi tersebut disebabkan karena penyebab
khusus. Demikikan pula, data yang berada di bawah garis batas pengendali
bahwa apabila ditemukan penyebab khusus didalamnya tentu juga
diadakan revisi.

2.2.2. Peta Pengendali Proporsi Kesalahan (p-chart) dan Banyaknya


Kesalahan (np-chart dalam Sampel)
Pengendali proporsi kesalahan (p-chart) dan banyaknya kesalahan (np-chart)
digunakan untuk mengetahui apakah cacat produk yang dihasilkan masih dalam
batas yang disyaratkan. Untuk peta pengendali proporsi dan banyak digunakan
bila kita memakai ukuran cacat berupa proporsi produk cacat dalam setiap sampel
yang diambil. Bila sampel yang diambil untuk setiap kali melakukan observasi
jumlahnya sama amaka kita dapat menggunakan peta pengendali proporsi
kesalahan (p-chart) maupun banyaknya kesalahan (np-chart). Namun bila sampel
yang diambil bervariasi untuk setiap kali melakukan observasi berubah-ubah
jumlahnya atau memang perusahaan tersebut akan melakukan 100% inspeksi
maka kita harus menggunakan 100% inspeksi atau inspeksi total, juga dapat
disebabkan kurangnya karyawan dan biaya.

Perubahan dalam banyaknya sampel yang diambil atau ukuran sub kelompok
tesebut menyebabkan perubahan dalam batas-batas pengendali, meskipun garis
pusatnya tetap. Apabila ukuran sampel atau ukuran sub kelompok yang digunakan
setiap kali observasi naik atau lebih banyak, maka batas-batas pengendali menjadi
lebih rendah. Namun apabila banyaknya sampel atau sub kelompok yang
digunakan setiap kali observasi turun atau berkurang, maka batas-batas
pengendali menajdi lebih tinggi atau meningkat. Kondisi ini dapat mempengaruhi
karakteristik kualitas proses produksi yang dimiliki perusahaan. Hal inilah yang
16

merupakan kelemahan dalam pengendalian kualitas proses statistik untuk data


atribut.

Bila sampel yang diambil untuk setiap kali melakukan observasi jumlahnya sama
maka kita dapat mernggunakan peta pengendali p maupun np. Namun bila sampel
yang diambil bervariasi untuk setip kali melakukan observasi berubah ubah
jumlahnya atau memang perusahaan tersebut akan melakukan 100% inspeksi
maka kita harus menggunakan peta kontrol p. Rumus yang kita gunakan adalah:

Untuk jumlah sampel konstan

Dimana
= proporsi cacat dalam setiap sampel
x = jumlah produk yang cacat dalam setiap sampel
n= jumlah sampel yang diambil dalam inspeksi

Standar deviasi
σ =
.......................................................................................................(2.2)

Menghitung Batas Kendali Atas dan Bawah


..........................................................................................(2.3)

...........................................................................................(2.4)

2.2.3. Tujuh Alat Dasar Kualitas


Kaoru Ishikawa adalah orang yang pertama kali mengembangkan
metode/teknik/alat ini, yang digunakan untuk melakukan perbaikan dan
pengendalian kualitas suatu produk atau jasa. Ketujuh alat dasar kualitas tersebut
adalah sebagai berikut:
17

1. Diagr
am Alir (Flow Chart)
Diagram alir adalah alat bantu yang memberikan gambaran visual dari urutan
operasi yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu tugas. Diagram alir
merupakan langkah pertama dalam memahami suatu proses, baik administrasi
maupun manufaktur. Dalam diagram alir dapat dilihat unsur-unsur penyusun
suatu pekerjaan dan urutan proses-prosesnya. Setiap proses akan membutuhkan
input untuk menyelesaikan tugas dan akan memberikan output ketika tugas
telah selesai.

2. Lemb
ar Periksa (Check Sheet)
Merupakan alat yang memungkinkan pengumpulan data sebuah proses yang
mudah, sistematis, dan teratur. Alat ini berupa lembar kerja yang telah dicetak
sedemikian rupa sehingga dapat dikumpulkan dengan mudah dan singkat. Data
yang dikumpulkan dapat digunakan sebagai masukan data untuk peralatan
kualitas.

3. Diagr
am Pareto (Pareto Chart)
Merupakan grafik yang digunakan untuk melihat penyebab terbesar suatu
masalah (Rampersad, 2005). Grafik ini menampilkan distribusi variabel data-
data. Biasanya diagram pareto digunakan sebagai identifikasi masalah yang
paling penting. Dalam diagram pareto berlaku aturan 80/90, artinya yaitu 20%
jenis kesalahan/kecacatan dapat menyebabkan 80% proses.

4. Diagr
am Sebab-Akibat (Cause and Effect Diagram)
Merupakan alat yang memungkinkan meletakkan secara sistematis representasi
grafis jalur terkecil (penyebab-penyebab) yang pada akhirnya mengarah pada
akar penyebab suatu masalah kualitas.
18

5. Histo
gram
Merupakan alat bantu statistik yang memberikan gambaran tentang suatu
proses operasi pada satu waktu. Tujuannya adalah menentukan penyebaran
atau variasi suatu himpunan titik data dalam bentuk grafis. Alat ini secara
grafis juga memperkirakan kapasitas suatu proses, beserta hubungannya
terhadap spesifikasi dan target. Selain itu, alat ini juga mengindikasi bentuk
populasi dan dapat melihat jarak antar data

6. Diagr
am Pancar (Scatter Diagram)
Alat ini digunakan untuk mengkaji hubungan (relasi) yang mungkin antara
variabel bebas (x) dengan variabel terikar (y). Diagram ini juga digunakan
untuk mengidentifikasi korelasi yang mungkin ada antara karakteristik kualitas
dan faktor yang mungkin mempengaruhinya

7. Diagr
am Kendali (Control Chart)
Alat ini digunakan untuk menganalisa proses menurut berjalannya waktu (time-
based) atau urutan (order-based). Diagram ini digunakan untuk mencari pola
data dan bersifat siklis. Tujuan dari diagram ini adalah untuk memastikan
bahwa suatu proses dalam kendali dan memonitor variasi proses secara terus
menerus.

2.2.4. Pengertian Kualitas Produk dan Produk Cacat


Menurut Kotler dalam bukunya kuliatas produk adalah kemampuan suatu barang
untuk memberikan hasil/kinerja yang sesuai atau melebihi dari apa yang
19

diinginkan pelanggan. Sedangkan Gaspersz, untuk menentukan kualias produk


dapat dimakuskan ke dalam 8 dimensi, yaitu:
1. Perfo
rmance yaitu berkaitan dengan aspek fungsional suatu barang dan
merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan dalam
membeli barang tersebut.
2. Featu
re yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap yang berguna untuk
menambah fungsi dasar yang berkaitan dengan pilihan-pilihan produk dan
pengembangannya
3. Relia
bility yaitu berkaitan dengan probabilitas atau kemungkinan suatu barang
berhasil menjalankan fungsinya setiap kali digunakan dalam periode
waktu tertentu dan dalam kondisi tertentu pula.
4. Conf
ormance yaitu berkaitan dengan tingkat kesesuaian dengan spesifikasi
yang ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan.
Kesesuaian merefleksikan derajat ketetapan antara karakteristik desain
produk dengan karakteristik kualitas standar yang telah ditetapkan.
5. Dura
bility yaitu berkaitan dengan berapa lama suatu prouduk dapat digunakan
6. Servi
ce Ability yaitu karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan, kompetensi
kemudahan dan akurasi dalam memberikan layanan untuk perbaikan
barang
7. Aesth
etic merupakan karakteristik yang bersifat subjektif mengenai nilai-nilai
estetika yang berkaitan dengan pertibangan pribadi dan refleksi dari
preferensi individual.
8. Fit
and Finish yaitu karakteristik yang bersifat subjektif yang berkaitan
20

dengan perasaan pelanggan mengenai keberadaan produk sebagai produk


yang berkualitas

Menurut Salam (2008), suatu produk dikatan cacat apabila produk tersebut tidak
aman dalam penggunaannya sertra tidak memenuhi syarat-syarat keamanan
tertentu. Pengertian cacat juga diatur dalam KUH Perdata, yaitu cacat yang
bersifat “sungguh-sungguh” bersifat sedemikian rupa yang menyebabkan barang
itu “ tidak dapat digunakan” dengan sempurna sesuai dengan keperluan yang
semestinya dihayati oleh benda itu, atau cacat itu mengakibatkan ”berkurangnya
manfaat” bernda tersebut dari tujuan semsestinya. Menurut Jiwa (2009) penyebab
suatu produk dikatakan cacat ada tiga kategori yaitu, cacat produk atau cacat
manufaktur, cacat desain, dan cacat peringatan atau intruksi

2.3. Pengujian Statistik Alat Ukur


2.3.1.Metode Pengujian Kuesioner
Kuesioner yang telah selesai disusun kemudian disebarkan untuk melakukan uji
awal kuesioner. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah kuesioner yang dibuat
perlu direvisi atau tidak, sehingga kuesioner yang digunakan sebagai sumber data
nantinya akan memiliki realibitas dan validitas yang baik. Bila setelah mengalami
pengujian awal kuesioner masih belum memiliki realibitas dan validitas yang
baik, maka kuesioner harus direvisi. Tetapi bila setelah mengalami pengujian awal
kuesioner telah memiliki realibitas dan validitas yang baik, maka kuesioner dapat
langsung dilanjutkan untuk melakukan uji kecukupan data.

2.3.2.Korelasi Item
Suatu alat ukur merupakan sekumpulan item yang menanyakan suatu hal yang
ingin diukur atau diketahui. Suatu alat ukur dikatakan berhasil menjalankan fungsi
ukurnya apabila alat ukur tersebut dapat menunjukan hasil ukurannya dengan
cermat dan akurat. Dengan demikian kualitas suatu alat ukur ditentukan oleh
kualitas item-itemnya. Sebuah alat ukur yang berisi item berkualitas tinggi
walaupun dalam jumlah yang sedikit akan jauh lebih berguna daripada sebuah alat
21

ukur yang berisi puluhan item kualitas rendah. Item-item berkualitas rendah tidak
hanya akan menurunkan kualitas dari fungsi alat ukur, tetapi juga akan
memberikan informasi hasil pengukuran yang menyesatkan.

Langkah pertama guna menciptakan alat ukur yang baik yang berisi item –item
berkualitas tinggi yaitu dengan melakukan penyusunan alat ukur berdasarkan pada
suatu spesifikasi yang jelas, dengan penulisan item menggunakan kaidah dan
petunjuk penulisan yang telah digariskan, dan dengan latihan yang disertai
kreativitas serta pengalaman yang baik. Alat ukur yang disusun dengan cara
demikian itulah yang disebut sebagai alat ukur yang theoretical sounds, yaitu alat
ukur yang secara teoritis adalah baik.

Disisi lain, suatu yang telah direncanakan dengan cermat dan baik berdasarkan
teori, masih harus diuji kebenarannya secara cepat. Diuji dalam hal ini adalah
melalui data dari suatu hasil uji coba alat ukur yang sesungguhnya. Dari data hasil
uji coba alat ukur inilah diharapkan diperoleh bukti mengenai kualitas item-item
alat ukur yang bersangkutan. Dan dari hasil analisis mengenai data empiris inilah
dapat dilakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan, Salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk mengetahui korelasi item adalah dengan melihat daya pembeda
item, yaitu konsistensi antara skor item dengan skor keseluruhan yang dapat
dilihat dari bersarnya koefisien korelasi antara setiap item dengan skor
keseluruhan, dengan persamaan Pearson sebagai berikut:

Dimana : r = Korelasi
X = Skor setiap item
Y= Skor total
n = ukuran sampel
22

Setelah koefisien korelasi untuk setiap item telah dihitung, perlu ditentukan angka
terkecil yang dapat dianggap cukup tinggi sebagai indikator adanya konsistensi
antara skor item dan skor keseluruhan. Dalam hal ini tidak ada batasan yang tegas.
Prinsip utama pemilihan item dengan melihat koefisien korelasi adalah mencari
nilai koefisien yang setinggi mungkin dan menyingkirkan setiap item yang
mempunyai korelasi negative atau koefisien yang medekati nilai nol (0,00).

Menurut Kaplan dan Saccuzzoo (1993), item yang baik adalah item yang biasaya
mempunyai nilai koefisien korelasi antara 0,30-0,70. Disamping itu besarnya
koefisien korelasi yang diperoleh dapat ditentukan pula berdasarkan kritersia
Guilford (1956) dalam Marlon (2004) pada tebel berikut:

Tabel 2.2.Kriteria Penentuan Tingkat Korelasi Item Guilford


Koefisien-Korelasi Ketentuan
Kurang dari 0,20 Tidak ada korelasi
0,20-0,39 Korelasi Rendah
0,40-0,69 Korelasi Sedang
0,70-0,89 Korelasi Tinggi
0,90-0,99 Korelasi Tinggi Sekali
1,00 Sempurna

2.3.3.Uji Realibitas (Keandalan Alat Ukur)


Realibitas adalah tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuran, yang
mengindikasikan stabilitas dan kekonsistenan alat ukur. Pengukuran yang
mempunyai realibitas tinggi mempunyai arti bahwa pengukuran mampu
memberikan hasil ukur yang konsisten (reliable) dan dapat memberikan hasil
yang relatif sama jika pengukuran dilakukan lebih dari satu kali pada waktu yang
berbeda.
23

Reliabilitas merupakan salah satu ciri atau karakter utama instrumen pengukuran
yang baik. Realibitas memberikan gambaran sejauh mana suatu pengukuran
terbebas dari kesalahan pengukuran (measurement error).

Tinggi rendahnya reliabilitas secara empiris ditunjukan oleh suatu angka yang
disebut koefisien reliabilitas. Secara teoritis, besarnya koefisien reliabilitas
berkisaran antara 0 – 1,00. Besarnya koefisien reliabilitas minimal yang harus
dipenuhi oleh suatu alat ukur adalah 0,70 (Kaplan dan Saccuzzo, 1993). Di
samping itu, walaupun koefisien korelasi dapat bertanda positif maupun negatif,
namun dalam hal reliabilitas, koefisien yang besarnya kurang dari nol tidak
mempunyai apa-apa karena interpretasi reliabilitas selalu mengacu pada koefisien
yang positif

2.4. Quality Fucntion Development (QFD)


Quality Function Development (QFD) adalah suatu metode yang digunakan dalam
mendukung dan melaksanakan filosofi Total Quality Management (TQM). QFD
dalam buku Manajemen Kualitas (Dorothea;88) QFD adalah metode perencanaan
dan pengembangan produk secara terstruktur yang memungkinkan tim
pengembangan mengidentifikasikan secara jelas kebutuhan dan harapan
pelanggan, dan mengevaluasi kemampuan produk atau jasa secara sistematik
untuk memenuhi kebutuhan dan harapan tersebut.

QFD mulai digunakan pada tahun 1984 oleh seorang karyawan Xerox
Corporation, Don Clausing yang sangat tertarik pada metode The Robust Design
dari Dr. Genichi Taguchi yang merupakan konsultan perusahaan tersebut.
Sedangkan sofwere QFD baru dikenal pada tahun 1989, namun QFD ditemukan
pertama kali oleh seoreang profesor Jepang yaitu Yoji Akoo pada akhir tahun
1980 dengan percobaan yang dilakukannya pada perusahaan pensil Writesharp
Inc. QFD digunakan berbagai perncanaan, dimana semua anggota tim dapat
mengambil keputusan secara sistematik untuk memprioritaskan berbagai
tanggapan yang mungkin terhadap sekelompok tujuan tertentu.
24

QFD digunakan untuk memperbaiki proses perencanaan, mengatasi permasalahan


dalam suatu tim, serta membantu dalam mengadakan perbaikan terhadap budaya
perusahaan atau organisasi. Ada tiga manfaat utama yang dapat diperoleh
perusahaan bila menggunakan QFD, yaitu:
 Mengurangi biaya
Hal ini dapat terjadi karena produk yang dihasilkan benar-benar sesuai
dengan kebutuhan dan harapan pelanggan, sehingga tidak ada
pengulangan pekerjaan atau pembuangan bahan baku karena tidak sesuai
dengan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh pelanggan. Pengurangan
biaya dapat dicapai dengan pengurangan biaya pembelian bahan baku,
pengurangan biaya overhead atau pengurangan upah, penyederhanaan
proses produksi dan pengurangan pemborosan (waste)

 Meningkatkan pendapatan
Dengan pengurangan biaya, maka hasil yang kita terima akan lebih
meningkat. Dengan QFD produk atau jasa yang dihasilkan akan lebih
memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan
 Pengurangan waktu produksi
QFD adalah kunci penting dalam pengurangan biaya produksi. QFD akan
membuat tim pengembangan produk atau jasa untuk membuat keputusan
awal dalam proses pengembangan . Ada beberapa cara dimana QFD dapat
mengurangi biaya produksi antaran lain:
QFD membantu mengurangi perubahan-perubahan
QFD membantu mengurangi biaya pelaksanaan produksi karena
pengulangan kegiatan.

2.5. House Of Quality


House Of Quality adalah suatu kerangka kerja atas pendekatan dalam mendisain
manajemen yang dikenal sebagai Quality Fuction Development. (Cohen,L.,1995).
HOQ memperlihatkan struktur untuk mendisain dan membentuk suatu siklus, dan
25

bentuknya menyerupai sebuah rumah. Kunci dalam membangun HOQ adalah


difokuskan kepada kebutuhan pelanggan, sehingga proses desain dan
pengembangannya lebih sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pelanggan
daripada teknologi inovasi. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi
yang lebih penting dari pelanggan.

Hal tersebut mungkin menambah waktu perencanaan awal (initial planning time)
dalam proyek pengembangan, tetapi waktu desain atau me-redesain dan
membawa produk atau jasa kepasaran (time to market) akan berkurang. HOQ
merupakan suatu organisasi dalam arti inter-departemental atau inter-junction
planning & communication yang berawal dari atribut-atribut pelanggan (Customer
Atributes/Cas) yang menggambarkan produk, proses, dan karakteristik. Gambar
2.2. menunjukan komponen-komponen yang penting dari tabel kualitas atau
diagram QFD-The House Of Quality

Technical
Technical Response
Correlations
Needs Planning
Matrix
Customer
Need

Technical
Relationship
Response
Priorities
Competitif Banchmark

Gambar 2.2. House Of Quality

Dalam proses perancangan produk penerapan teknologi quality fuction


deployment secara keseluruhan meliputi tahapan penyusunan 4 jenis matiks yaitu:
1. Matriks Perencanaan Produk
2. Matriks Perencanaan Komponen
3. Matriks Perencanaan Proses
26

4. Matriks Perencanaan Produksi

Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam membangun HOQ sebagai berikut:


1. Melakukan identifikasi semua kebutuhan dan keinginan konsumen
terhadap produk atau jasa yang ada. Lebih lanjut, kebutuhan dan keinginan
konsumen ini disebutkan sebagai karaktristik konsumen,
mengelompokkan karakteristik yang diperoleh kedalam kelompok primer,
sekunder dan bila perlu tesier. Seluruh data-data tersebut diuraikan dan
dicatat pada bagian kiri rumah kualitas
2 Mengidentifikasikan tingkat kepentingan konsumen untuk masing-
masing karakteristik konsumen yang diperoleh. Masukan nilai-nilai
tersebut kedalam kolom tingkat kepentingan (importance) pada rumah
kualitas
3 Menterjemahkan seluruh kebutuhan dan keinginan konsumen (Want)
kedalam karakteristik desain (How’s), yang menunjukan bagaimana
perusahaan melakukan tahap desain guna memenuhi permintaan
konsumen terhadap produk atau jasanya. Mengelompokkan karakteristik
desain kedalam kelompok primer, sekunder dan bila perlu tesier. Seluruh
data yang diperoleh diuraikan dan dicatat pada bagian atas dari rumah
kualitas.
4 Menentukan hubungan yang terjadi antara masing-masing karakteristik
desain. Adapun hubungan yang dimaksud dapat dibedakan menjadi 3
kategori yaitu hubungan kuat, sedang dan lemah. Masing-masing dengan
lambang penulisan yang berbeda. Hubungan ini digambarkan pada bagian
tengah rumah kualitas.
5 Menentukan target perusahaan terhadap masing masing karakteristik
desain yang ada, yang akan diusahakan pencapaiannya guna memenuhi
kebutuhan dan keinginan konsumen. Nilai-nilai tersebut dimasukkan
kedalam kolom target yang terletak dibagian bawah rumah kualitas.
6 Target perusahaan yang telah ditentukan dapat ditingkatkan atau
diturunkan sesuai dengan perkembangan yang diinginkan
27

7 Dengan menempatkan nilai-nilai yang berupa angka pada matiks-matriks


hubungan keinginan konsumen dan karakteristik desain maka seluruh
penilaian dapat disusun berdasarkan kepentingan relatif dari setiap
kebutuhan dan keinginan konsumen. Pengurutan penilaian-penilaian ini
akan menunjukan item-item mana yang harus diberikan perhatian penuh
berdasarkan pertimbangan pada tahap ini.

Pembobotan yang dilakukan pada HOQ ini bertujuan untuk melihat sejauh mana
atribut-atribut teknik berkaitan dengan atribut yang diinginkan konsumen. Hal ini
dapat dilihat dari pemberian skor untuk masing-masing atribut berdasarkan
perkalian antara bobot yang diinginkan konsumen dengan tingkat hubungan
atribut teknik dengan atribut konsumen yaitu kuat, sedang dan lemah. Hal ini
dilakukan bersama-sama dengan pihak perusahaan.

2.5.1. Matrik Kebutuhan Pelanggan (Customers Need Matrix)


HOQ merupakan sentral atau dasar dalam membuat QFD dan merupakan matrik
yang sangat komleks karena terdiri atas beberapa matrik yang terdapat
didalamnya. Ruang pertama HOQ adalah kebutuhan keinginan pelanggan
(Customers Needs and Benefits)

2.5.2.Matrik Perencanaan (Planning Matrix)


Pada matrik perencanaan ini berisi data kuantitatif, yaitu merupakan tempat
penentuan sasaran atau tujuan produk, didasarkan terhadap data riset pasar.
Penetapan sasaran atau tujuan merupakan gabungan antara prioritas-prioritas binis
perusahaan dengan prioritas-prioritas kebutuhan konsumen. Hal ini merupakan
tahap paling penting dalam perencanaan suatu produk yang ingin dikembangkan
(Cohen. L, 1995).

Suatu alasan untuk mengisi planning matrix segera setelah customers need and
benefits selesai adalah karena customers needs menjadi prioritas, tim QFD boleh
memilih untuk membatasi analisa hanya untuk tingkat kebutuhan pelanggan yang
28

tinggi. Pertimbangan hal ini adalah mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan proses QFD (Cohen L, 1995)

Jika planning matrix ditunda sampai beberapa waktu, setelah bagian reationship
terisi, maka tim tidak akan membuat batasan analisa, karena tidak mengetahui
customers needs mana yang paling penting bagi mereka. Tetapi, beberapa praktisi
mengajarkan planning matrix. Keuntungan dari cara ini adalah tim akan lebih
familiar dengan kebutuhan pelanggan. (Cohen L, 1995).

Rumus yang digunakan (Cohen L, 1995).

2.5.3.Matrik Karakteristik Teknik (Technical Response Matrix)


Karakteristik teknik ini disebut juga subtitue quality characteristic. Karakteristik
teknik ini menunjukan bahasa suara pengembang (voice of developer). Penjabaran
teknik ini diperoleh dari informasi kebutuhan dan keninginan konsumen yang
kemudian informasi tersebut diterjemahkan kedalam bahasa pengembang.
Karakteristik teknik ini merupakan gambaran produk atau jasa yang akan
dikembangkan.

Pada proses penentuan karakteristik teknik ini memberikan kebebasan kepada tim
untuk menyusun analisis mereka pada tingkat karakteristik tertinggi atau terendah
dengan detail melalui pemilihan tingkat hierarki primer, sekunder, tesier. Terdapat
beberapa informasi yang didapat dari technical response, yaitu kebutuhan
konsumen terhadap produk atau jasa dan kemampuan atau fungsi produk atau
jasa.
29

2.5.4. Matrik Hubungan


Pada matrik ini dikenal dengan matrik prioritas (priorization matrix) yang
merupakan bagian terbesar dari matrik dan pekerjaan perancang. Matrik ini
menghubungkan antara kebutuhan dan keinginan konsumen dengan karakteristik
teknik yang menunjukan nilai kepuasan pelanggan. Hubungan relationship ini
dinyatakan dalam bentuk simbol didalam matrik dan terdapat empat
kemungkinan, yaitu:
 Not Linked/tidak berhubungan (nilai 0)
Hubungan yang terjadi adalah bahwa pada karakteristik teknik ini tidak akan
berpengaruh pada performasi kepuasan konsumen. Performasi kepuasan
konsumen ditentukan oleh pemenuhan kebutuhan yang berkaitan.
• Possibly Linked/lemah (nilai 1)
Hubungan yang terjadi adalah bahwa perubahan yang relatif besar pada
karakteristik teknik ini akan memberikan sedikit perubahan pada peformasi
kepuasan konsumen.
• Moderately Linked/kuat (nilai 3)
Hubungan yang terjadi adalah bahwa perubahan yang relatif besar pada
karakteristik teknik akan memberikan pengaruh yang cukup berarti pada
peformasi kepuasan konsumen.
• Strongly Linked/sangat kuat (nilai 9)
Hubungan yang terjadi adalah bahwa perubahan yang relatif kecil pada
karakteristik teknik akan memberikan pengaruh yang besar pada peformasi
kepuasan konsumen.

2.5.4. Matrik Arah Perbaikan


Nilai target memperlihatkan teknik yang diperlihatkan secara fisik. Nilai target ini
adalah sebuah keluaran dari QFD yang merupakan rangkaian keseluruhan proses
untuk memperoleh berbagai informasi, struktur, dan bentuk tingkatan
pengembangan desain produk atau jasa yang melibatkan berbagai fungsi yang
ada.
30

Informasi dari nilai target ini menyatakan kepada pengembangan (developers),


tentang karakteristik teknis apa saja yang akan menjadi penggerak bagi kepuasan
konsumen.

2.5.5. Banchmarking
Benchmarking merupakan salah satu alat (tools) peningkatan kualitas. Terdapat
beberapa istilah atau pengertian Benchmarking didefinisikan sebagai suatu standar
atau titik referensi dimana item dapat diukur atau dinilai.

Benchmarking didefinisikan sebagai sebuah cara sisternatis untuk


mengidentifikasikan, memahami dan secara kreatif menciptakan pengembangan
produk, jasa, desain, peralatan, proses dan diterapkan untuk meningkatkan
peformasi suatu organisasi. Benchmarking adalah kegiatan yang tergabung dalam
aktivitas fungsi perusahaan kompetitor dan non kompetitor dalam usaha proses
dan produk perusahaan.

Benchmarking dalam arti formil adalah suatu proses berkelanjutan (kontinyu)


dalam mengukur produk, jasa dan dilakukan untuk menghadapi atau melawan
kompetitor yang kuat atau perusahaan yang terkenal sebagai industri leader.

Adapun melakukan benchmarking adalah melihat proses yang digunakan oleh


perusahaan lain dan mempelajarinya untuk meningkatkan proses menuju ke arah
pandangan daya saing dan daya mutu yang lebih baik. Dalam proses peningkatan
kualitas harus mempertimbangkan pesaing (kompetitor), peformasi produk, dan
kepuasan pelanggan (customer sastifiction). Melalui proses Benchmarking ini
diharapkan memperoleh hasil dengan daya saing tinggi, produktivitas tinggi,
biaya rendah, memuaskan pelanggan dan dapat meningkatkan keuntungan bagi
perusahaan.
Bab 3
Kerangka Pemecahan Masalah

3.1. Flowchart Pemecahan Masalah


Alur proses penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1. dibawah ini. Penyajian
secara sistematis dibuat agar masalah yang dikaji pada penelitian beserta
peniliaiannya dapat dimengerti dengan baik
Mulai

Studi Literatur

Identifikasi Masalah

Perumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Observasi dan Wawancara

Pengumpulan Data

Data Permintaan Tahun 2014

Data Produk cacat (Jenis cacat, jumlah cacat)

Membuat SQC

-Menentukan Jumlah Sampel Pemeriksaan


-Membuat Peta Kontrol
-Membuat Histogram Jenis Cacat

Data Berada
Ya
Pada Batas
Kontrol?

Tidak

Penentuan Jumlah Kuesioner

Pembuatan dan Penyusunan Kuesioner

Penyebaran Kuesioner

Uji Validasi dan Reliabilitas

Tidak Data Valid dan


Reliabel?

Ya
Membuat HOQ

-Menentukan Customers Need


-Menentukan Planning Matrix
-Menentukan Relationship Matrix
-Menentukan Technical Response
-Menentukan Technical Corelation
-Menentukan Absolute Importance

Analisis

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.1. Flowchart Kerangka Pemecahan Masalah

30
31

3.2. Langkah-langkah Pemecahan Masalah


3.2.1. Studi Literatur dan Studi Lapangan
Studi literatur berupa konsep dan metode yang dilakukan dengan tujuan untuk
mendapatkan landasan pemikiran yang mendukung serta menunjang penelitian
ini. Tahapan ini dilakukan dengan mencari, membaca dan mempelajari literatur-
literatur yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian.

Studi lapangan merupakan tahap awal penelitian yaitu dengan melakukan


wawancara dan survei langsung ke lapangan untuk mengetahui permasalahan
yang akan dijadikan sebagai bahan penelitian.

3.2.2. Identifikasi Masalah


Identifikasi masalah merupakan tahapan dimana keadaan yang terjadi dirumuskan
secara sistematik berdasarkan hasil studi literatur. Pokok permasalahan dalam
penelitian ini yaitu bagaimana cara memperbaiki produk cacat berdasarkan suara
konsumen dan mengurangi jumlah produk cacat.

3.2.3. Perumusan Masalah


Pada tahap ini masalah yang sudah terindentifikasi dirumuskan menjadi poin-poin
pokok untuk dicari dan diteliti sehingga ditemukannya solusi dari hal tersebut.

3.2.4. Tujuan Penelitian


Tujuan pada penelitian ini adalah menghasilkan usulan perbaikan kualitas sepatu.
Data yang diambil dari perusahaan maupun pelanggan sangat mempengaruhi
penelitian ini, dengan banyaknya data maka perlu adanya pembatas, sehingga
tujuan dari penelitian mudah untuk dicapai

3.2.5. Observasi dan Wawancara


Observasi dilakuan untuk mengetahui secara langsung kondisi lapangan, agar
dalam penelitian tidak terdapat ketidaksesuaian antara metode dengan situasi yang
32

ada. Agar lebih sesuai kegiatan wawancara sangat mendukung dengan observasi,
sehingga asumsi awal dari seorang peneliti berkesinambungan dengan kondisi
lapangan.

3.2.6. Pengumpulan Data


3.2.6.1. Data Permintaan Sepatu Tahun 2014
Pada tahap ini peneliti mengambil data permintaan dari devisi PPIC (Planning
Production Inventori and Controling). Data yang diambil berdasarkan jenis sepatu
yang akan diteliti, yaitu sepatu Jasmine untuk child, Philip untuk junior, Pompeii
untuk women dan Carter untuk men tahun 2014.

3.2.6.2. Data Produk Cacat


Dalam menunjang SQC peneliti mengambil data produk cacat sepatu. Dalam hal
ini selain data jumlah cacat, peneliti mengambil data mengenai jenis cacat yaitu
lasting miring, out sole, eyelet miring, dan lain-lain. Sehingga dalam pengolahan
data untuk produk cacat dapat diketahui secara rinci dan detail mengenai jumlah
dan jenis cacat yang dominan.

3.2.6.3. Membuat Statistical Quality Control


Pada tahap ini data yang data sudah diambil, diolah berdasarkan metode yang
digunakan. Dalam tahap pertama, data yang diperoleh dipisah berdasarkan model
dan jenis sepatu, baik itu jumlah cacat maupun jumlah cacat berdasarkan jenis
cacatnya. Setelah dipisah maka langkah selanjutnya yaitu membuat peta kendali,
apabila terdapat data yang keluar dari batas kendali, Setelah membuat peta kontol,
maka tahap selanjutnya ialah membuat histogram. Apabila data berada pada batas
kontrol tahapan yang dilakukan selanjutnya adalah ke tahap analisis, dan apabila
diluar batas kendali lakukan tahap selanjutnya yaitu mentukan jumlah dan
membuat kuesioner.
33

3.2.6.4. Penentuan Jumlah Sampel


Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak operator yang melayani pelanggan di
Factory Outlet diperusahaan, maka ditentukanlah jumlah populasi sebanyak 100
orang, sehingga untuk penyebaran kuesioner apabila kita memilih tingkat
kepercayaan sebersar 5% pada tabel kirce maka jumlah responden atau sampel
yaitu sebanyak 78 orang.

3.2.6.5. Pembuatan Kuesioner


Pada tahap pembuatan kuesioner peneliti melakukan studi literatur dan wawancara
kepada pihak perusahaan agar sesuai dengan apa yang diharapkan peneliti dan
masuk kedalam tujuan penelitian.

3.2.6.6. Penyebaran Kuesioner


Penyebaran kuesioner dilakukan di factory outlet perusahaan, dengan teknis
peneliti memberikan langsung kuesioner kepada konsumen yang ada, agar dalam
pengisian kuesioner responden tidak mengalami kebingungan dalam pengisian.
Selain itu peneliti memastikan jumlah kuesioner yang disebarkan itu sesuai
jumlah yang ditetapkan dan tidak mengalami banyak kesalahan dalam
pengisiannya.

3.2.6.7. Uji Validasi dan Reliabilitas


Setelah data yang diperoleh dari kuesioner terkumpul peneliti melakukan uji
validasi dan reliabilitas. Pada tahap ini peneliti menggunakan softwere SPSS 2.0
dalam melakukan uji validasi dan reliabilitas, sehingga waktu untuk pengujian
relatif sebentar. Uji validasi bertujuan untuk menguji apakah setiap pertanyaan
yang ada di kuesioner saling berkesinambungan atau tidak, sedangkan untuk uji
reliabilitas bertujuan untuk mengetahui keandalan kuesioner yang dibuat. Namun
apabila masih terdapat keterangan belum valid makan perlu dilakukan pembuatan
kuesioner ulang
34

3.2.6.8. Membuat House Of Quality


Setelah pengujian kuesioner mendapatkan hasil valid, maka tahap selanjunya
adalah melakukan pembuatan HOQ, dengan tahapan sebagai berikut:
a. Menentukan Customers Needs
b. Menentukan Planning Matrix
c. Menentukan Relationship Matrix
d. Menentukan Technical Response
e. Menentukan Technical Corelation
f. Menentukan Absolute Importance

3.2.7. Analisis
Pada tahap ini peneliti melakukan analisis mengenai apa yang telah diolah secara
rinci, baik itu dari jumlah cacat yang maupun model sepatu. Selain daripada itu
dalam tahap ini peneliti memberikan usulan perbaikan kepada perusahaan terkait
pengembangan produk maupun pegurangan jumlah cacat

3.2.8. Kesimpulan
Dalam tahap ini peneliti menyimpulkan mengenai penelitian yang sudah
dilakukan, apakah sudah memenuhui tujuan awal penelitian atau belum, atau
perlukah dilakukan penelitian lanjutan untuk mendapatkan informasi yang lebih
banyak sehingga dari penelitian lanjutan itu dijadikan acuan dalam metode
perbaikan sepatu
USULAN PERBAIKAN KUALITAS SEPATU TOMKINS DENGAN
MENGGUNAKAN METODE HOUSE OF QUALITY (HOQ)
DI PT PRIMARINDO ASIA INFRASTRUCTURE TBK

TUGAS AKHIR

Karya tulis disusun sebagai salah satu


syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
Program Studi Teknik Industri

Oleh:
Denden Chaerul FH
NIM: 10311018

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
2015
Bab 6
Kesimpulan dan Saran

6.1. Kesimpulan
6.1.1. Sepatu Jasmine
Sepatu jasmine memiliki unit cacat yang terdiri dari jenis cacat lasting miring
sebanyak 358, Outsole berjumlah 4 unit, keriput sebanyak 29 unit, cacat upper
sebanyak 55 unit dan lain-lain sebanyak 6 unit. Total cacat sepatu jasmine tahun
2014 = 452 buah

Aspek penting yang dibutuhkan pelanggan atau responden:


 Daya tahan sepatu (47,44%)
 Kenyamanan sepatu (47,44%)
 Aksesoris sepatu (35,90%)
 Tidak ada robekan pada sepatu (44,87%)
 Lubang tali sepatu tidak mudah rusak (52,56%)
 Jahitan benang sepatu rapih (47,44%)
 Daya rekat lem pada sepatu baik (53,85%)
 Alas sepatu tidak licin (44,87%)

Aspek yang harus diperbaiki berdasarkan penilaian dan absolute importance


responden dengan nilai 84 adalah sebagai berikut:
 Daya tahan sepatu
 Tidak ada robekan pada sepatu
 Lubang tali sepatu
 Daya rekat lem pada sepatu
 Outsole (alas) sepatu tidak licin

86
87

6.1.2. Sepatu Philip


Sepatu philip memiliki unit cacat yang terdiri dari jenis cacat lasting miring
sebanyak 948, Eleyet/Verlcro miring sebanyak 6 unit, Outsole berjumlah 6 unit,
keriput sebanyak 10 unit, cacat upper sebanyak 153 unit dan lain-lain sebanyak 6
unit. Total cacat sepatu philip tahun 2014= 1133 buah

Aspek penting yang dibutuhkan pelanggan atau responden:


 Daya tahan sepatu (58,97%)
 Kenyamanan sepatu (52,56%)
 Aksesoris sepatu (48,72%)
 Tidak ada robekan pada sepatu (58,97%)
 Lubang tali sepatu tidak mudah rusak (38,46%)
 Jahitan benang rapih (38,46%)
 Daya rekat lem pada sepatu (65,38%)
 Alas sepatu tidak licin (56,41%)

Aspek yang harus diperbaiki berdasarkan penilaian dan absolute importance


responden dengan nilai 87 adalah sebagai berikut :
 Daya tahan sepatu
 Tidak ada robekan pada sepatu
 Lubang tali sepatu tidak mudah rusak
 Daya rekat lem pada sepatu
 Alas sepatu tidak licin

6.1.3. Sepatu Pompeii


Sepatu pompeii memiliki unit cacat yang terdiri dari jenis cacat lasting miring
sebanyak 79, Outsole berjumlah 5 unit, keriput sebanyak 9 unit, cacat upper
sebanyak 82 unit dan lain-lain sebanyak 16 unit. Total cacat sepatu pompeii tahun
2014=191
88

Aspek penting yang dibutuhkan pelanggan atau responden:


 Daya tahan sepatu (52,52%)
 Kenyamanan sepatu (57,69%)
 Aksesoris sepatu (37,18%)
 Tidak ada robekan pada sepatu (60,26%)
 Lubang tali sepatu tidak mudah rusak (44,87%)
 Jahitan benang rapih (58,97%)
 Daya rekat lem pada sepatu (64,10%)
 Alas sepatu tidak licin (39,74%)

Aspek yang harus diperbaiki berdasarkan penilaian dan absolute importance


responden dengan nilai 78 adalah sebagai berikut:
 Daya tahan sepatu
 Tidak ada robekan pada sepatu
 Lubang tali sepatu tidak mudah rusak
 Jahitan benang sepatu rapih
 Daya rekat lem pada sepatu
 Outsole (alas) sepatu tidak licin

6.1.4. Sepatu Carter


Sepatu pompeii memiliki unit cacat yang terdiri dari jenis cacat lasting miring
sebanyak 39, Outsole berjumlah 10 unit, keriput sebanyak 154 unit, cacat upper
sebanyak 219 unit dan lain-lain sebanyak 2 unit. Total cacat sepatu carter tahun
2014= 424 buah

Aspek penting yang dibutuhkan pelanggan atau responden:


 Daya tahan sepatu (66,67%)
 Kenyamanan sepatu (56,41%)
 Aksesoris sepatu (42,31%)
 Tidak ada robekan pada sepatu (55,13%)
89

 Lubang tali sepatu tidak mudah rusak (39,74%)


 Jahitan benang rapih (51,28%)
 Daya rekat lem pada sepatu (62,82%)
 Alas sepatu tidak licin (56,41%)

Aspek yang harus diperbaiki berdasarkan penilaian dan absolute importance


responden dengan nilai 87 adalah sebagai berikut:
 Daya tahan sepatu
 Tidak ada robekan pada sepatu
 Lubang tali sepatu tidak mudah rusak
 Daya rekat lem pada sepatu
 Alas kaki tidak licin

6.2. Saran
Dalam hal ini peneliti menyarankan bahwa perusahaan harus melakukan
perbaikan berdasarkan data survei, sehingga pada saat perbaikan aspek yang harus
diubah atau diperbaiki menjadi spesifik. Karena dengan adanya perbaikan yang
spesifik perusahaan tidak harus menyediakan dana lebih untuk melakukan
perbaikan keseluruhan yang nyatanya menghasilkan kualitas produk yang cacat
juga. Selain daripada itu peneliti menyarankan agar melakukan pelatihan yang
baik kepada karyawan sehingga tidak melakukan kesalahan dalam proses
produksi, percuma saja apabila sebuah sistem produski sudah bagus, namun
operatornya tidak terlatih, hal tersebut sama saja tidak mempengaruhi kepada
pengurangan jumlah unit cacat, bahkan bertambah. Studi banding dengan
perusahaan lain atau mengikuti seminar tentang pengendalian kualitas bisa
memberikan inspirasi dalam perbaikan sistem produksi guna mengurangi jumlah
unit cacat.
Daftar Isi

Lembar Pengesahan i
Lembar Pernyataan ii
Abstrak iii
Lembar Peruntukan iv
Kata Pengantar v
Daftar Isi vii
Daftar Tabel xiii
Daftar Gambar xv
Daftar Lampiran xvii

Bab 1 Pendahuluan ...............................................................................................1


1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1
1.2. Identifikasi Masalah .................................................................................. 2
1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2
1.4. Asumsi ...................................................................................................... 3
1.5. Pembatasan Masalah ................................................................................. 3
1.6. Sistematika Penulisan ............................................................................... 3

Bab 2 Tinjauan Pustakan .....................................................................................5


2.1. Definisi Statistik ................................................................................................ 5
2.2. Pengertian Pengendalian Kualitas Statistik ................................................... 7
2.2.1 Pengertian Pengendalian Kualitas Proses Statistik Data Atribut ...... 13
2.2.2. Peta Pengendali Proporsi Kesalahan (p-chart) dan Banyaknya
Kesalahan (np-chart dalam Sampel) ....................................................... 14
2.2.3. Tujuh Alat Dasar Kualitas ..................................................................... 16
2.2.4. Pengertian Kualitas Produk dan Produk Cacat ................................... 18
2.3. Pengujian Statistik Alat Ukur ........................................................................ 19
2.3.1.Metode Pengujian Kuesioner ................................................................. 19
2.3.2.Korelasi Item ............................................................................................ 19

vii
2.3.3.Uji Reliabilitas (Keandalan Alat Ukur) ................................................ 21
2.4. Quality Fucntion Development (QFD)......................................................... 22
2.5. House Of Quality .................................................................................... 23
2.5.1. Matrik Kebutuhan Pelanggan (Customers Need Matrix) .................. 26
2.5.2.Matrik Perencanaan (Planning Matrix) ................................................ 26
2.5.3.Matrik Karakteristik Teknik (Technical Response Matrix) ............... 27
2.5.4. Matrik Hubungan .................................................................................... 27
2.5.4. Matrik Arah Perbaikan ........................................................................... 28
2.5.5. Banchmarking ......................................................................................... 28

Bab 3 Kerangka Pemecahan Masalah................................................................30


3.1. Flowchart Pemecahan Masalah .................................................................... 31
3.2. Langkah-langkah Pemecahan Masalah ........................................................ 31
3.2.1. Studi Literatur dan Studi Lapangan ..................................................... 31
3.2.2. Identifikasi Masalah ............................................................................... 31
3.2.3. Perumusan Masalah................................................................................ 31
3.2.4. Tujuan Penelitian .................................................................................... 31
3.2.5. Observasi dan Wawancara .................................................................... 31
3.2.6. Pengumpulan Data.................................................................................. 32
3.2.6.1. Data Permintaan Sepatu Tahun 2014 ........................................ 32
3.2.6.2. Data Produk Cacat ....................................................................... 32
3.2.6.3. Membuat Statistical Quality Control ........................................ 32
3.2.6.4. Penentuan Jumlah Sampel .......................................................... 33
3.2.6.5. Pembuatan Kuesioner.................................................................. 33
3.2.6.6. Penyebaran Kuesioner................................................................. 33
3.2.6.7. Uji Validitas dan Reliabilitas ..................................................... 33
3.2.6.8. Membuat House Of Quality ....................................................... 34
3.2.7. Analisis .................................................................................................... 34
3.2.8. Kesimpulan .............................................................................................. 34

viii
Bab 4 Pengumpulan dan Pengolahan Data ......................................................35
4.1. Pengumpulan Data .......................................................................................... 35
4.1.1. Bagian-Bagian Sepatu ............................................................................ 35
4.1.2. Data Permintaan Sepatu Tomkins 2014 .............................................. 37
4.1.3. Data Produk Cacat Sepatu ..................................................................... 38
4.1.3.1. Data Produk Cacat Sepatu Jasmine ........................................... 39
4.1.3.2. Data Produk Cacat Sepatu Philip............................................... 39
4.1.3.3. Data Produk Cacat Sepatu Pompeii .......................................... 40
4.1.3.4. Data Produk Cacat Sepatu Carter .............................................. 40
4.2. Pengolahan Data ..................................................................................... 41
4.2.1. Menghitung Bagan Kendali .................................................................. 41
4.2.1.1. Menghitung Bagan Kendali Sepatu Jasmine ........................... 41
4.2.1.2. Menghitung Bagan Kendali Sepatu Philip ............................... 42
4.2.1.3. Menghitung Bagan Kendali Sepatu Pompeii ........................... 42
4.2.1.4. Menghitung Bagan Kendali Sepatu Carter ............................... 43
4.2.2. Membuat Diagram Pareto Berdasarkan Jumlah dan Jenis Cacat .......... 44
4.2.3. Pengolahan data Menggunakan HOQ ....................................................... 44
4.2.3.1. Penentuan Jumlah Sampel Kuesioner ............................................... 44
4.2.3.2. Pembuatan Kuesioner dan Penyusunan Kuesioner ......................... 45
4.2.3.3. Penyebaran Kuesioner ........................................................................ 46
4.2.4. Uji Validasi dan Uji Reliabilitas ........................................................... 46
4.2.4.1. Uji Validitas .......................................................................... 46
4.2.4.2. Uji Reabilitas ......................................................................... 49
4.2.5. Membuat House Of Quality (HOQ) ..................................................... 49
4.2.5.1. Menentukan Kebutuhan dan Keinginan Pelanggan ................ 49
4.2.5.1.1. Menentukan Tingkat Kepentingan Pelanggan Sepatu
Jasmine ..................................................................................................... 50
4.2.5.1.2. Menentukan Tingkat Kepentingan Pelanggan Sepatu
Philip ......................................................................................................... 52
4.2.5.1.3. Menentukan Tingkat Kepentingan Pelanggan Sepatu
Pompeii ....................................................................................................... 53

ix
4.2.5.1.4. Menentukan Tingkat Kepentingan Pelanggan Sepatu Carter
...................................................................................................................... 54
4.2.5.2. Membuat Planning Matrik ............................................................ 56
4.2.5.2.1. Membuat Planning Matrik Sepatu Jasmine .......................... 56
4.2.5.2.2. Membuat Planning Matrik Sepatu Philip .............................. 58
4.2.5.2.3. Membuat Planning Matrik Sepatu Pompeii .......................... 60
4.2.5.2.4. Membuat Planning Matrik Sepatu Carter.............................. 62
4.2.5.3. Menentukan Karakteristik Teknik (Technical Response) ......... 63
4.2.5.4. Membentuk Matrik Hubungan (Relationship Matrik) .............. 64
4.2.5.5. Membentuk Matrik Hubungan Karakteristik Teknik (Technical
Correlation Matrix)...................................................................................... 65
4.2.5.6. Menentapkan Target (Absolute Importance) .............................. 67
4.2.5.6.1. Menentapkan Target (Absolute Importance) Sepatu Jasmine
...................................................................................................................... 68
4.2.5.6.2. Menentapkan Target (Absolute Importance) Sepatu Philip 68
4.2.5.6.3. Menentapkan Target (Absolute Importance) Sepatu Pompeii
...................................................................................................................... 69
4.2.5.6.4. Menentapkan Target (Absolute Importance) Sepatu Carter
................................................................................................................... 69
4.2.5.7. House Of Quality ..................................................................... 70
4.2.5.7.1. House Of Quality Sepatu Jasmine .......................................... 70
4.2.5.7.2. House Of Quality Sepatu Philip ............................................. 71
4.2.5.7.3. House Of Quality Sepatu Pompeii ......................................... 72
4.2.5.7.4. House Of Quality Sepatu Carter ............................................. 73

Bab 5 Analisis.......................................................................................................74
5.1.Analisis Statistical Quality Control (SQC) .................................................. 74
5.1.1. Analisis Jenis Cacat ................................................................................ 74
5.1.1.1. Analisis Jenis Cacat Sepatu Jasmine ......................................... 74
5.1.1.2. Analisis Jenis Cacat Sepatu Philip ............................................ 74
5.1.1.3. Analisis Jenis Cacat Sepatu Pompeii ........................................ 74

x
5.1.1.4. Analisis Jenis Cacat Sepatu Carter ............................................ 74
5.1.2. Analisis Peta Kontrol Sepatu ................................................................ 75
5.1.2.1. Analisis Peta Kontrol Sepatu Jasmine ...................................... 75
5.1.2.2. Peta Kontrol Sepatu Philip ......................................................... 75
5.1.2.3. Peta Kontrol Sepatu Pompeii ..................................................... 75
5.1.2.4. Peta Kontrol Sepatu Carter ......................................................... 75
5.1.3. Analisis Histogram Jenis Cacat ............................................................ 76
5.2. Analisis Uji Kuesioner ............................................................................. 76
5.3. Analisis House Of Quality (HOQ) ................................................................ 77
5.3.1. Matrik Kepentingan................................................................................ 77
5.3.1.1. Matrik Kepentingan Pelanggan Sepatu Jasmine ..................... 77
5.3.1.2. Matrik Kepentingan Pelanggan Sepatu Philip ......................... 77
5.3.1.3. Matrik Kepentingan Pelanggan Sepatu Pompeii ..................... 78
5.3.1.4. Matrik Kepentingan Pelanggan Sepatu Carter......................... 78
5.3.2. Planning Matrik ...................................................................................... 78
5.3.2.1. Planning Matrik Sepatu Jasmine ............................................... 78
5.3.2.2. Planning Matrik Sepatu Philip .................................................. 79
5.3.2.3. Planning Matrik Sepatu Pompeii ............................................... 79
5.3.2.4. Planning Matrik Sepatu Carter................................................... 79
5.3.3. Karekteristik Teknik (Technical Response) ........................................ 79
5.3.4. Matrik Hubungan Karakteristik Teknik (Technical Correlation
Matrix)......................................................................................................... 81
5.3.5. Target (Absolute Importance) ............................................................... 82
5.3.5.1. Target (Absolute Importance) Sepatu Jasmine ........................ 82
5.3.5.2. Target (Absolute Importance) Sepatu Philip ............................ 82
5.3.5.3. Target (Absolute Importance) Sepatu Pompeii........................ 82
5.3.5.4. Target (Absolute Importance) Sepatu Carter ........................... 83
5.4. Usulan Perbaikan .................................................................................... 83
5.4.1. Sepatu Jasmine ........................................................................................ 83
5.4.2. Sepatu Philip ........................................................................................... 83
5.4.3. Sepatu Pompeii ....................................................................................... 84

xi
5.4.4. Sepatu Carter ........................................................................................... 84

Bab 6 Kesimpulan dan Saran .............................................................................86


6.1. Kesimpulan ...................................................................................................... 86
6.1.1. Sepatu Jasmine ........................................................................................ 86
6.1.2. Sepatu Philip ........................................................................................... 87
6.1.3. Sepatu Pompeii ....................................................................................... 87
6.1.4. Sepatu Carter ........................................................................................... 88
6.2. Saran........................................................................................................ 89

xii
Daftar Pustaka

1. Buku
 Adriana, Iyan. (2012). SPSS 2.0. Bandung
 Ariani, Dorothea. Wahyu. (2004). Pengendalian Kualitas Statistik.
Yogyakarta: ANDI
 Cohen, Lou. (1995), Quality Function Development: How to Make QFD
Work for You. Massachusset. Addison-Wesley Publishing Company.
 Haizer, Jay. & Render, Barry. (2008). Manajemen Operasi. Jakarta:
Salemba Empat
 Legawa, Yuda. (2013). Proses Perancangan Celana Pembalut (Nalut).
Tugas Akhir. Bandung: Universitas Komputer Indonesia
 Rizky,Abdul. Raza1. 2003. Belajar Microsoft Excel 2003.
Bandung:Yrama Widya
 Sukmana, Dudung. (2007). Usulan Perbaikan Kualitas Produk Melalui
Sistem Penerapan GKM dengan Menggunakan Metode PDAC dan HOQ
.Tugas Akhir.Bandung: Universitas Komputer Indonesia

2. Artikel Jurnal
 Ajeng, Shenlly., & Wirawan, Christina. (2012) Usulan Perbaikan dan
Peningkatan Kualitas Pelayanan Butik Rocafella Di Mall BTC dengan
Menggunakan Metode QFD. Teknik Industri.20,1-20
 Bakar, Yusrizal., Noviyasari.,& Darwis, Yuliza. (2012). Peningkatan
Kualitas Produk Dengan Quality Function Development (QFD) Di
Industri Sepatu Kota Padang.Teknik Industri.11,1-11
 Meidasari.Shofi, Dewi. & Bachtiar, Iyan. (2015). Usulan Produk Pantofel
Wanita dengan Pendekatan Quality Function Development (QFD) di CV.
Madas.Teknik Industri.9,1-9.
Kata Pengantar

Puji syukur kepada Allah Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat,
hidayah dan anugrah-Nya kepada kita semua, karena atas berkat, rahmat dan
kerunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan risalah Tugas Akhir yang berjudul
“USULAN PERBAIKAN KUALITAS SEPATU TOMKINS DENGAN
MENGGUNAKAN METODE HOUSE OF QUALITY (HOQ) DI PT.
PRIMARINDO ASIA INFRASTRUCTURE TBK. Tak lupa pula shalawat
serta salam semoga terlimpahcurahkan pada junjunan kita Nabi Muhammad
S.A.W. kepada keluarga, sahabat dan pada kita semua selaku umatnya.

Banyak ucapan terima kasih yang ingin saya sampaikan kepada pihak–pihak yang
telah membantu. Terutama kepada dosen pembimbing penulis yaitu I Made
Aryanta A, ST., M.T. yang telah memberikan waktu dan dedikasinya dalam
membimbing penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. Semoga Allah SWT
membalas kebaikan beliau dengan sebaik-baiknya. Tak lupa juga saya ucapkan
terimakasih kepada:
1. Cep Hikmat S.Pd., M.Pd dan Ida Farida S.Pd selaku Ayah dan Ibunda tercinta
yang telah memberikan dukungan penuh, baik itu materil maupun moril.
Semoga Doa yang selalu terucap dengan ikhlas dari mereka menjadi jalan dan
keberuntungan dalam menghadapi masa depan.
2. Dr. Henny, ST., M.T., sebagai Ketua Program Studi Teknik Industri
Universitas Komputer Indonesia dan selaku wali kelas angkatan 2011 yang
telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menjadi mahasiswa.
3. Ibu Julian Robecca, S.T., M.T selaku kordinator Tugas Akhir.
4. Seluruh dosen Teknik Industri UNIKOM yang memberikan
pengetahahuannya kepada penulis
5. Bapak Mulyadi sebagai pimpinan HRD yang telah menerima dan mengizinkan
penulis untuk melakukan penelitian
6. Bapak Nana Sujana sebagai pembimbing di PT. Primarindo Asia
Infrastructure Tbk,

v
7. Teman-teman seperjuangan angkatan 2011 yang selalu membantu dalam
segala hal, semoga silaturahmi kita dapat terjalin dengan baik
8. Semua pihak yang belum disebutkan diatas karena keterbatasan penulis.

Tugas Akhir ini saya persembahkan kepada Ayah dan Ibu tercinta, karena dengan
ketulusan dan semua doa yang terucap dari mereka menjadi sebuah jalan
kemudahan dalam menyelesaikan risalah ini. Tak lupa Tugas Akhir ini saya
persembahkan juga kepada adik-adik saya Muhammad Chairil Fadil dan Siti Alisa
Rihadatul A. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan Tugas Akhir ini dapat
bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Bandung, Agustus 2015

Denden Chaerul FH
NIM 10311018

vi
USULAN PERBAIKAN KUALITAS SEPATU TOMKINS DENGAN
MENGGUNAKAN METODE HOUSE OF QUALITY (HOQ) DI PT
PRIMARINDO ASIA INFRASTRUCTURE TBK
Denden Chaerul FH1 I Made Aryantha A., S.T.,M.T2
Universitas Komputer Indonesia
Jl. Dipatiukur 112-116 Bandung 40132 Telp 022-2504119 - 022-2503371
Choerul999@gmail.com

Abstrak - Jumlah unit cacat dalam sebuah perusahaan merupakan hal yang rumlah terjadi, baik itu perusahaan yang
berskala lokal maupun internasional. Dalam hal ini peneliti melakukan penelitian pada sebuah perusahaan sepatu yang
berlokasi di wilayah industri Gede Bage. Objek penelitan yang digunakan adalah empat model sepatu yang diproduksi
oleh PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk. Model sepatu tersebut adalah Jasmine, Philip, Pompeii dan Carter. Pada
setiap model sepatu memiliki jenis cacat yang berbeda, terutama jenis cacat lasting miring. Statistical Quality Control
(SQC) dan House Of Quality (HOQ) digunakan sebagai metode dalam upaya melakukan perbaikan sistem perusahaan
dalam melakukan kegiatan produksi, dimana unit produk cacat bisa diminimalisir. Dengan penggunaan metode tersebut
bahwa pada sepatu Jasmine aspek yang musti diperbaiki yaitu daya tahan sepatu, tidak ada robokan, lubang tali sepatu,
alas sepatu agar tidak licin dan daya rekat lem pada sepatu. Sepatu Philip yang harus diperbaiki adalah daya tahan sepatu,
tidak ada robekan, lubang tali sepatu tidak mudah rusak, daya rekat lem pada sepatu, dan alas sepatu tidak licin. sepatu
Pompeii yang harus diperbaiki adalah daya tahan sepatu, tidak ada robekan, lubang tali sepatu, jahitan benang rapih, alas
sepatu tidak licin dan daya rekat lem pada sepatu. Sepatu Carter yang harus diperbaiki adalah daya tahan sepatu, tidak
ada robekan, lubang tali sepatu tidak mudah rusak, daya rekat lem pada sepatu dan alas kaki tidak licin.

Kata kunci : SQC, HOQ, Sepatu

Abstract-the number of unit handicap in a company is rumlah happen, be it the company's local and international scale.
In this case the researchers doing research on a shoe company that is located in the industrial area of Gede Bage. The
object of the study used are four models of shoes manufactured by PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk. is the shoe
Model Jasmine, Philip, Pompeii and Carter. On each model of the shoe has a different flaw types, especially the kind of
lasting disability. Statistical Quality Control (SQC) and House Of Quality (HOQ) is used as a method in an attempt to
make improvements in the conduct of the company's system of production, where the unit handicap products can be
minimised. With the use of methods that at Jasmine shoes aspect that must be fixed, namely shoe durability, no robokan,
eyelet shoes, shoe trays so that it is not slippery and adhesives glue on shoes. Philip's shoe to be fixed is the durability of
the shoes, no rips, holes not easily broken shoelaces, adhesives glue on shoes, shoe trays and not slippery. shoes Pompeii
to be fixed is the durability of the shoes, no rips, holes, stitching lace threads to mess with, alas not slippery and shoe
adhesives glue on shoes. Carter's shoes are to be fixed is the durability of the shoes, no rips, holes not easily broken
shoelaces, adhesives glue on shoes and footwear are not slippery.

Keywords: SQC, HOQ, shoes

I. PENDAHULUAN Berdasarkan latar belakang masalah yang telah


A. Latar Belakang Masalah diuraikan diatas, dapat didentifikasi beberapa masalah,
Jumlah unit produk cacat ditahun 2013 yaitu 21322 unit yaitu:
dan tahun 2014 sebanyak 23272 unit di PT. Primarindo 1. Jenis cacat produksi apa yang banyak terjadi
Asia Infrastructure Tbk mengindikasikan bahwa adanya 2. Jenis sepatu yang paling banyak unit cacatnya
peningkatan unit cacat dan terjadi kesalahan dalam 3. Perbaikan apa yang harus dilakukan untuk
kegiatan produksi. Jenis cacat pada produksi sepatu mengurangi produksi cacat
sangatlah beragam diantaranya lasting miring, velcro C. Tujuan Penelitan
miring, keriput, cacat upper, out sole dan lain-lain. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai
Berdasarkan jumlah unit cacat yang tinggi perusahaan berikut:
harus bisa bertindak dalam perbaikan akan hal tersebut. 1. Mengidentifikasi jumlah unit cacat
Penggunaan metode yang tepat dalam menentukan 2. Mengidentifikasi unit cacat berdasarkan House Of
teknik perbaikan sangatlah membantu, diantaranya yaitu Quality (HOQ)
metode Statistical Quality Control (SQC) dan House Of 3. Membuat usulan perbaikan sepatu
Quality (HOQ). D. Asumsi
Adapun asumsi yang diguanakan antara lain:
B. Identifikasi Masalah 1. Tingkat kemampuan operator diasumsikan sama.
2. Beban kerja operator sama
E. Pembatasan Masalah σ =√np̅ 1-p̅
Pembatas dan asumsi dibuat agar ruang lingkup
masalah yang dilakukan oleh peneliti tidak terlalu luas Menghitung Batas Kendali Atas dan Bawah
serta memberikan arahan dalam menyelesaikan
UCL=np̅ +3√np̅ 1-p̅
masalah. Adapun batasan-batasan yang digunakan
antara lain: LCL=np̅ -3√np̅ 1-p̅
1. Produk yang diteliti meliputi sepatu Jasmine,
Philip, Pompeii dan Carter B. Pengujian Statistik Alat Ukur
2. Tidak melakukan banchmarking a. Metode Pengujian Kuesioner
3. Data produk disatukan, tidak berdasarkan size Kuesioner yang telah selesai disusun kemudian
disebarkan untuk melakukan uji awal kuesioner. Uji ini
II. STUDI LITERATUR dilakukan untuk mengetahui apakah kuesioner yang
A. Definisi Statistik dibuat perlu direvisi atau tidak, sehingga kuesioner yang
Dengan ruang lingkup yang cukup luas definisi statistik digunakan sebagai sumber data nantinya akan memiliki
tidak pernah memuaskan, sehingga banyak sekali orang realibitas dan validitas yang baik. Bila setelah
yang mengartikan hal tersebut berbeda-beda mengalami pengujian awal kuesioner masih belum
berdasarkan pemahamannya masing-masing. Namun memiliki realibitas dan validitas yang baik, maka
statistik bisa diartikan dalam beberapa kategori, yaitu kuesioner harus direvisi. Tetapi bila setelah mengalami
dalam arti sempit dan luas. J Supranto, M.A dalam pengujian awal kuesioner telah memiliki realibitas dan
bukunya Statistik Terori dan Aplikasi mengartikan validitas yang baik, maka kuesioner dapat langsung
kedua hal tersebut, sebagai berikut: dilanjutkan untuk melakukan uji kecukupan data.
 Statistik Dalam Arti Sempit
Statistik berarti data ringkasan berbentuk angka b. Korelasi Item
(kuantitatif). Statistik penduduk misalnya, merupakan Dari data hasil uji coba alat ukur diharapkan diperoleh
data atau keterangan berbentuk angka ringkasan bukti mengenai kualitas item-item alat ukur yang
mengenai penduduk didalamnya terdapat jumlah, rata- bersangkutan. Dan dari hasil analisis mengenai data
rata umur, distribusi, dan persentase akan hal tersebut. empiris inilah dapat dilakukan perbaikan-perbaikan
Contoh lain adalah statistik personalia didalamnya yang diperlukan, Salah satu cara yang dapat dilakukan
terdapat rata-rata masa kerja, rata-rata jumlah angka untuk mengetahui korelasi item adalah dengan melihat
keluarga, persentase sarjana dan lain sebagainya. daya pembeda item, yaitu konsistensi antara skor item
dengan skor keseluruhan yang dapat dilihat dari
 Statistik Dalam Arti Luas
bersarnya koefisien korelasi antara setiap item dengan
Statistik merupakan ilmu yang mempelajari mengenai
skor keseluruhan, dengan persamaan Pearson sebagai
cara pengumpulan, pengolahan/pengelompokan,
berikut:
penyajian, dan analisis data serta cara pengambilan
kesimpulan dengan memperhitungkan unsur
n ∑ XY - ∑ X ∑ Y
ketidakpastian berdasarkan konsep probabilitas r=
√[n ∑ X2 ∑ X 2 ][n ∑ Y2 ∑ Y 2 ]
Pengendalian kualitas statistik merupakan teknik
penyelelesaian masalah yang digunakan untuk Dimana : r = Korelasi
memonitor, mengendalikan, menganalisis, mengelola
dan memperbaiki produk dan proses menggunakan X = Skor setiap item
metode-metode statistik. Bila sampel yang diambil Y= Skor total
untuk setiap kali melakukan observasi jumlahnya sama
maka kita dapat mernggunakan peta pengendali p n = ukuran sampel
maupun np. Namun bila sampel yang diambil bervariasi Setelah koefisien korelasi untuk setiap item telah
untuk setip kali melakukan observasi berubah ubah dihitung, perlu ditentukan angka terkecil yang dapat
jumlahnya atau memang perusahaan tersebut akan dianggap cukup tinggi sebagai indikator adanya
melakukan 100% inspeksi maka kita harus konsistensi antara skor item dan skor keseluruhan.
menggunakan peta kontrol p. Rumus yang kita gunakan Dalam hal ini tidak ada batasan yang tegas. Prinsip
adalah: utama pemilihan item dengan melihat koefisien korelasi
adalah mencari nilai koefisien yang setinggi mungkin
Untuk jumlah sampel konstan dan menyingkirkan setiap item yang mempunyai
x korelasi negative atau koefisien yang medekati nilai nol
p̅ =
n (0,00).
Dimana Menurut Kaplan dan Saccuzzoo (1993), item yang baik
p̅ = proporsi cacat dalam setiap sampel adalah item yang biasaya mempunyai nilai koefisien
x = jumlah produk yang cacat dalam setiap sampel korelasi antara 0,30-0,70. Disamping itu besarnya
n= jumlah sampel yang diambil dalam inspeksi koefisien korelasi yang diperoleh dapat ditentukan pula
berdasarkan kritersia Guilford (1956) dalam Marlon
Standar deviasi (2004) pada tebel berikut:
Tabel 1..Kriteria Penentuan Tingkat Korelasi Item b. Matrik Perencanaan (Planning Matrix)
Guilford Pada matrik perencanaan ini berisi data kuantitatif, yaitu
Koefisien-Korelasi Ketentuan merupakan tempat penentuan sasaran atau tujuan
Kurang dari 0,20 Tidak ada korelasi produk, didasarkan terhadap data riset pasar. Penetapan
0,20-0,39 Korelasi Rendah sasaran atau tujuan merupakan gabungan antara
0,40-0,69 Korelasi Sedang prioritas-prioritas binis perusahaan dengan prioritas-
0,70-0,89 Korelasi Tinggi prioritas kebutuhan konsumen. Hal ini merupakan tahap
0,90-0,99 Korelasi Tinggi Sekali paling penting dalam perencanaan suatu produk yang
1,00 Sempurna ingin dikembangkan (Cohen. L, 1995).

c. Uji Realibitas (Keandalan Alat Ukur) Suatu alasan untuk mengisi planning matrix segera
Realibitas adalah tingkat kepercayaan hasil suatu setelah customers need and benefits selesai adalah
pengukuran, yang mengindikasikan stabilitas dan karena customers needs menjadi prioritas, tim QFD
kekonsistenan alat ukur. Pengukuran yang mempunyai boleh memilih untuk membatasi analisa hanya untuk
realibitas tinggi mempunyai arti bahwa pengukuran tingkat kebutuhan pelanggan yang tinggi. Pertimbangan
mampu memberikan hasil ukur yang konsisten hal ini adalah mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk
(reliable) dan dapat memberikan hasil yang relatif sama menyelesaikan proses QFD (Cohen L, 1995)
jika pengukuran dilakukan lebih dari satu kali pada
waktu yang berbeda. Jika planning matrix ditunda sampai beberapa waktu,
setelah bagian reationship terisi, maka tim tidak akan
Reliabilitas merupakan salah satu ciri atau karakter membuat batasan analisa, karena tidak mengetahui
utama instrumen pengukuran yang baik. Realibitas customers needs mana yang paling penting bagi mereka.
memberikan gambaran sejauh mana suatu pengukuran Tetapi, beberapa praktisi mengajarkan planning matrix.
terbebas dari kesalahan pengukuran (measurement Keuntungan dari cara ini adalah tim akan lebih familiar
error). dengan kebutuhan pelanggan. (Cohen L, 1995).

Tinggi rendahnya reliabilitas secara empiris ditunjukan Rumus yang digunakan (Cohen L, 1995).
oleh suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas.
Jumlah responden yang memilih pada nilai tertentu
Secara teoritis, besarnya koefisien reliabilitas berkisaran Proporsi= x100%
Jumlah seluruh responden
antara 0 – 1,00. Besarnya koefisien reliabilitas minimal
yang harus dipenuhi oleh suatu alat ukur adalah 0,70
c. Matrik Karakteristik Teknik (Technical Response
(Kaplan dan Saccuzzo, 1993). Di samping itu, walaupun
koefisien korelasi dapat bertanda positif maupun Matrix)
negatif, namun dalam hal reliabilitas, koefisien yang Karakteristik teknik ini disebut juga subtitue quality
besarnya kurang dari nol tidak mempunyai apa-apa characteristic. Karakteristik teknik ini menunjukan
karena interpretasi reliabilitas selalu mengacu pada bahasa suara pengembang (voice of developer).
koefisien yang positif Penjabaran teknik ini diperoleh dari informasi
kebutuhan dan keninginan konsumen yang kemudian
informasi tersebut diterjemahkan kedalam bahasa
C. House Of Quality
pengembang. Karakteristik teknik ini merupakan
House Of Quality adalah suatu kerangka kerja atas
gambaran produk atau jasa yang akan dikembangkan.
pendekatan dalam mendisain manajemen yang dikenal
sebagai Quality Fuction Development. (Cohen,L.,1995).
Pada proses penentuan karakteristik teknik ini
HOQ memperlihatkan struktur untuk mendisain dan
memberikan kebebasan kepada tim untuk menyusun
membentuk suatu siklus, dan bentuknya menyerupai
analisis mereka pada tingkat karakteristik tertinggi atau
sebuah rumah. Kunci dalam membangun HOQ adalah
terendah dengan detail melalui pemilihan tingkat
difokuskan kepada kebutuhan pelanggan, sehingga
hierarki primer, sekunder, tesier. Terdapat beberapa
proses desain dan pengembangannya lebih sesuai
informasi yang didapat dari technical response, yaitu
dengan apa yang diinginkan oleh pelanggan daripada
kebutuhan konsumen terhadap produk atau jasa dan
teknologi inovasi. Hal ini dimaksudkan untuk
kemampuan atau fungsi produk atau jasa.
mendapatkan informasi yang lebih penting dari
pelanggan.
d. Matrik Hubungan
Pada matrik ini dikenal dengan matrik prioritas
a. Matrik Kebutuhan Pelanggan (Customers Need
(priorization matrix) yang merupakan bagian terbesar
Matrix)
dari matrik dan pekerjaan perancang. Matrik ini
HOQ merupakan sentral atau dasar dalam membuat
menghubungkan antara kebutuhan dan keinginan
QFD dan merupakan matrik yang sangat komleks
konsumen dengan karakteristik teknik yang
karena terdiri atas beberapa matrik yang terdapat
menunjukan nilai kepuasan pelanggan. Hubungan
didalamnya. Ruang pertama HOQ adalah kebutuhan
keinginan pelanggan (Customers Needs and Benefits)
relationship ini dinyatakan dalam bentuk simbol Bagian terbawah dari sepatu
didalam matrik dan terdapat empat kemungkinan, yaitu: 9 Outsole yang bersentuhan dengan
 Not Linked/tidak berhubungan (nilai 0) tanah
Hubungan yang terjadi adalah bahwa pada
karakteristik teknik ini tidak akan berpengaruh Tabel 3. Data Permintaan Sepatu Tomkins Tahun 2014
pada performasi kepuasan konsumen. Performasi Genre dan Model Sepatu
kepuasan konsumen ditentukan oleh pemenuhan
kebutuhan yang berkaitan. Bulan Child Junior Women Man
• Possibly Linked/lemah (nilai 1) Jasmine Philip Pompeii Carter
Hubungan yang terjadi adalah bahwa perubahan
Januari 3000 2004
yang relatif besar pada karakteristik teknik ini akan
memberikan sedikit perubahan pada peformasi Febuari 3000 3000
kepuasan konsumen. Maret 3000 3000 1500
• Moderately Linked/kuat (nilai 3)
April 3000 3000 4008 1500
Hubungan yang terjadi adalah bahwa perubahan
yang relatif besar pada karakteristik teknik akan Mei 3000 4008
memberikan pengaruh yang cukup berarti pada Juni 5004 3000
peformasi kepuasan konsumen.
• Strongly Linked/sangat kuat (nilai 9) Juli 2004 3000
Hubungan yang terjadi adalah bahwa perubahan Agustus 2004 1008
yang relatif kecil pada karakteristik teknik akan September 6000 6000 3000 2016
memberikan pengaruh yang besar pada peformasi
kepuasan konsumen. Oktober
November 3000 3000
e. Matrik Arah Perbaikan Desember 2004 4008
Nilai target memperlihatkan teknik yang diperlihatkan
secara fisik. Nilai target ini adalah sebuah keluaran dari Jumlah 17004 34020 19020 12024
QFD yang merupakan rangkaian keseluruhan proses
untuk memperoleh berbagai informasi, struktur, dan Tabel 4. Data Produk Cacat Sepatu Jasmine
bentuk tingkatan pengembangan desain produk atau jasa
yang melibatkan berbagai fungsi yang ada.

Informasi dari nilai target ini menyatakan kepada


pengembangan (developers), tentang karakteristik
teknis apa saja yang akan menjadi penggerak bagi
kepuasan konsumen.

III. PEMBAHASAN Tabel 5. Data Produk Cacat Sepatu Philip


A.Pengumpulan Data
Tabel 2. Bagian-Bagian Sepatu
No Bagian Penjelasan
1 Upper Merupakan seluruh bagian
atas/ penutup sepatu
2 Sole Bagian bawah sepatu dari
depan ke belakan
3 Eyelet/Velcro Bagian atas sepatu tempat
pengikat atau tali
4 Tonge Lidah Sepatu
Tabel 6. Data Produk Cacat Sepatu Pompeii
Terdapat di ujung sepatu
5 Toe Cap bagian atas. Sebagai bagian
dekorasi dan pelindung jari
6 Vamp Bagian atas sepatu dari depan
sampai ke quarter
Berada di bagian tumit sepatu
7 Quarter sebelah dalam yang menutupi
tumit kaki bagian belakang
8 Insole Lapisan diantara sole dan
telapak kaki
Tabel 7. Data Produk Cacat Sepatu Carter
Pengujian validitas dan reliabilitas diolah menggunakan
SPSS 20.0 for windows. Uji validitas dilakukan dengan
melihat daya pembeda item (item discriminality) yaitu
menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan
dengan skor total dengan menggunakan rumus teknik
korelasi “produk moment” dibawah

n ∑ XY - ∑ X ∑ Y
r=
√[n ∑ X2 ∑ X 2 ][n ∑ Y2 ∑ Y 2 ]
B. Pengolahan Data
a. Menghitung Bagan Kendali Sepatu Jasmine
Untuk dapat mengetahui proporsi produk sepatu yang Dimana : r = Korelasi
tidak sesuai atau cacat, yang dihasilkan selama satu X = Skor setiap item
tahun (Tahun 2014), peneliti melakukan perhitungan Y= Skor total
bagan kendali untuk sepatu Jasmine yang cacat kualitas n = ukuran sampel
dengan menggunakan peta kontrol np
1. Menghitung Nilai p̅ Angka korelasi produk moment yang diperoleh
Total jumlah yang cacat 452 dibandingkan dengan angka r kritis yang didapat dari
p̅ = = =0,143 tabel angka kritis (lampiran). Dengan jumlah responden
Total Jumlah yang diperiksa 3150
2. Menghitung Batas Kendali 3σ 78 orang, dan tingkat ketelitian 5% maka nilai r kritis =
0,195. Hasil validitas ditampilkan pada tabel sebagai
3σ=3√np̅ 1-p̅ =3√ 315 0,143 1-0,143 =18,639 berikut:
3. Menghitung Batas Kendali Atas dan Bawah Tabel 8. Hasil Uji Validitas Data Tingkat Kepentingan
UCL=np̅ +3√np̅ 1-p̅ =315 x 0,143+18,639=63,684 Sepatu Jasmine
LCL=np̅ -3√np̅ 1-p̅ =315 x 0,143-18,639=26,405 Atribut Kebutuhan
r
No dan Keinginan r Hitung
Kritis
b. Menghitung Bagan Kendali Sepatu Philip Pelanggan
1. Menghitung Nilai p̅ 1 Daya tahan sepatu 0,737 0,195
Total jumlah yang cacat 1133 2 Kenyamanan Sepatu 0,732 0,195
p̅ = = =0,13
Total Jumlah yang diperiksa 3780 3 Aksesoris sepatu 0,300 0,195
2. Menghitung Batas Kendali 3σ 4 Tidak ada robekan pada 0,696 0,195
3√np̅ 1-p̅ =3√ 315 0,3 1-0,3 =24,399 sepatu
3. Menghitung Batas Kendali Atas dan Bawah 5 Lubang Tali Sepatu 0,614 0,195
tidak mudah rusak
UCL=np̅ +3√np̅ 1-p̅ =315 x 0,13+24,399=118,899 6 Jahitan benang sepatu 0,674 0,195
LCL=np̅ -3√np̅ 1-p̅ =315 x 0,13-24,399=70,100 rapih
7 Daya rekat lem pada 0,681 0,195
c. Menghitung Bagan Kendali Sepatu Pompeii sepatu
1. Menghitung Nilai p̅ 8 Outsole (alas) sepatu 0,774 0,195
Total jumlah yang cacat 191 tidak licin
p̅ = = =0,061
Total Jumlah yang diperiksa 3150 9 Kualitas bahan 0,562 0,195
2. Menghitung Batas Kendali 3σ 10 Warna sepatu 0,665 0,195
3√np̅ 1-p̅ =3√ 315 0,061 1-0,061 =12,743 11 Jenis Bahan 0,786 0,195
3. Menghitung Batas Kendali Atas dan Bawah 12 Ukuran sepatu 0,297 0,195
UCL=np̅ +3√np̅ 1-p̅ =315 x 0,061+12,743=31,958 13 Elastisitas sepatu 0,673 0,195
LCL=np̅ -3√np̅ 1-p̅ =315 x 0,061-12,743=6,472
Tabel 9. Hasil Uji Validitas Data Tingkat Kepentingan
Sepatu Philip
d. Menghitung Bagan Kendali Sepatu Carter
Atribut Kebutuhan
1. Menghitung Nilai p̅ r
Total jumlah yang cacat 424 No dan Keinginan r Hitung
Kritis
p̅ = = =0,122 Pelanggan
Total Jumlah yang diperiksa 3465 1 Daya tahan sepatu 0,721 0,195
2. Menghitung Batas Kendali 3σ
2 Kenyamanan Sepatu 0,680 0,195
3√np̅ 1-p̅ =3√ 315 0,122 1-0,122 =17,426 3 Aksesoris sepatu 0,533 0,195
3. Menghitung Batas Kendali Atas dan Bawah 4 Tidak ada robekan pada 0,711 0,195
UCL=np̅ +3√np̅ 1-p̅ =315 x 0,122+17,426=55,856 sepatu
LCL=np̅ -3√np̅ 1-p̅ =315 x 0,122-17,426=21,003 5 Lubang Tali Sepatu 0,679 0,195
tidak mudah rusak
e. Uji Validitas
6 Jahitan benang sepatu 0,437 0,195
rapih f. Uji Reliabilitas
7 Daya rekat lem pada 0,777 0,195 Setelah dilakukan pengujian validitas, selanjutnya
sepatu dilakukan pengujian reliabilitas yang bertujuan untuk
8 Outsole (alas) sepatu 0,743 0,195 mengetahui keandalan alat ukur yang dipergunakan
tidak licin pada penelitian ini. Reliabilitas alat ukur diukur
9 Kualitas bahan 0,506 0,195 menggunakan nilai Alpha Cronbach (semakin
10 Warna sepatu 0,732 0,195 mendekati 1), maka kuesioner tersebut makin relibel.
11 Jenis Bahan 0,722 0,195 Hasil perhitungan reliabilitas alat ukur dengan
12 Ukuran sepatu 0,340 0,195 menggunakan bantuan program SPSS for windows 20.0
13 Elastisitas sepatu 0,701 0,195 dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 10. Hasil Uji Validitas Data Tingkat Tabel 12. Nilai Alpha Cronbach
Kepentingan Sepatu Pompeii
Atribut Kebutuhan
r
No dan Keinginan r Hitung
Kritis
Pelanggan
1 Daya tahan sepatu 0,801 0,195
2 Kenyamanan Sepatu 0,797 0,195 C. Membuat House Of Quality
3 Aksesoris sepatu 0,458 0,195 a. Menentukan Tingkat Kepentingan Pelanggan
4 Tidak ada robekan pada 0,825 0,195 Adapun perhitungan untuk nilai tingkat kepentingan
sepatu pelanggan adalah sebagai berikut:
5 Lubang Tali Sepatu 0,707 0,195
tidak mudah rusak Jumlah responden yang memilih pada nilai tertentu
6 Jahitan benang sepatu 0,810 0,195 Proporsi= x100%
Jumlah seluruh responden
rapih
7 Daya rekat lem pada 0,623 0,195 Tabel 13. Atribut Kebutuhan dan Keinginan
sepatu Pelanggan
8 Outsole (alas) sepatu 0,789 0,195 No Atribut Kebutuhan dan Keinginan
tidak licin Pelanggan
9 Kualitas bahan 0,744 0,195 1 Daya tahan sepatu
10 Warna sepatu 0,836 0,195 2 Kenyamanan Sepatu
11 Jenis Bahan 0,684 0,195 3 Aksesoris sepatu
12 Ukuran sepatu 0,512 0,195 4 Tidak ada robekan pada sepatu
13 Elastisitas sepatu 0,725 0,195 5 Lubang Tali Sepatu tidak mudah rusak
6 Jahitan benang sepatu rapih
Tabel 11. Hasil Uji Validitas Data Tingkat 7 Daya rekat lem pada sepatu
Kepentingan Sepatu Carter 8 Outsole (alas) sepatu tidak licin
Atribut Kebutuhan
r
No dan Keinginan r Hitung  Menentukan Tingkat Kepentingan Pelanggan
Kritis
Pelanggan Sepatu Jasmine
i1 Daya tahan sepatu 0,727 0,195
2 Kenyamanan Sepatu 0,726 0,195 Tabel 14. Jumlah Responden yang Memilih Nilai
3 Aksesoris sepatu 0,320 0,195 Tertentu untuk Tingkat Kepentingan Pelanggan
4 Tidak ada robekan pada 0,746 0,195 Sepatu Jasmine
sepatu
5 Lubang Tali Sepatu 0,601 0,195
tidak mudah rusak
6 Jahitan benang sepatu 0,825 0,195
rapih
7 Daya rekat lem pada 0,765 0,195
sepatu
8 Outsole (alas) sepatu 0,736 0,195
tidak licin
9 Kualitas bahan 0,742 0,195
10 Warna sepatu 0,725 0,195
11 Jenis Bahan 0,679 0,195 Contoh perhitungan (variabel 2):
12 Ukuran sepatu 0,288 0,195 - 6 responden memberikan nilai 3, maka nilai
13 Elastisitas sepatu 0,634 0,195 proporsinya
= (6/78) x 100% = 7,69 % Tabel 18. Jumlah Responden yang Memilih Nilai
- 35 responden memberikan nilai 4, maka nilai Tertentu untuk Tingkat Kepentingan Pelanggan
proporsinya
= (35/78) x 100% = 44,87 %
- 37 responden memberikan nilai 5, maka nilai
proporsinya
= (37/78) x 100% = 47,44 %
Dengan demikian diperoleh nilai proporsi terbesar
adalah 47,44 % atau nilai 4 artinya variabel penting
bagi pelanggan. Hasil bobot tingkat kepentingan
pelanggan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 15. Nilai Kepentingan Pelanggan Sepatu


Jasmine Sepatu Pompeii
Contoh perhitungan (variabel 3):
- 29 responden memberikan nilai 3, maka nilai
proporsinya
= (29/78) x 100% = 37,18 %
- 25 responden memberikan nilai 4, maka nilai
proporsinya
= (25/78) x 100% = 32,05%
- 24 responden memberikan nilai 5, maka nilai
proporsinya
 Menentukan Tingkat Kepentingan Pelanggan = (24/78) x 100% = 30,77 %
Sepatu Philip Dengan demikian diperoleh nilai proporsi terbesar
Tabel 16. Jumlah Responden yang Memilih Nilai adalah 37,18 % atau nilai 4 artinya variabel penting bagi
Tertentu untuk Tingkat Kepentingan Pelanggan Sepatu pelanggan. Hasil bobot tingkat kepentingan pelanggan
Philip dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 19. Nilai Kepentingan Pelanggan Sepatu


Pompeii

Contoh perhitungan (variabel 1):`


- 17 responden memberikan nilai 3, maka nilai
proporsinya
= (17/78) x 100% = 21,79 %
 Menentukan Tingkat Kepentingan Pelanggan
- 15 responden memberikan nilai 4, maka nilai
Sepatu Carter
proporsinya
= (15/78) x 100% = 19,23 %
Tabel 20. Jumlah Responden yang Memilih Nilai
- 46 responden memberikan nilai 5, maka nilai
Tertentu untuk Tingkat Kepentingan Pelanggan
proporsinya
Sepatu Carter
= (46/78) x 100% = 58,97 %
Dengan demikian diperoleh nilai proporsi terbesar
adalah 58,97 % atau nilai 4 artinya variabel penting bagi
pelanggan. Hasil bobot tingkat kepentingan pelanggan
dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 17. Nilai Kepentingan Pelanggan Sepatu


Philip

 Menentukan Tingkat Kepentingan Pelanggan


Sepatu Pompeii
Contoh perhitungan (variabel 2):
- 5 responden memberikan nilai 3, maka nilai
proporsinya
= (5/78) x 100% = 6,41 % Tabel 22. Jumlah Responden Yang Memilih Nilai
- 29 responden memberikan nilai 4, maka nilai Tertentu untuk Nilai Posisi Sepatu Philip
proporsinya
= (29/78) x 100% = 37,18%
- 44 responden memberikan nilai 5, maka nilai
proporsinya
= (44/78) x 100% = 56,41 %
Dengan demikian diperoleh nilai proporsi terbesar
adalah 56,41 % atau nilai 4 artinya variabel penting bagi
pelanggan. Hasil bobot tingkat kepentingan pelanggan
dapat dilihat pada tabel berikut:
Matrik perencanaan atau niali posisi menunjukan nilai
Tabel 21. Nilai Kepentingan Pelanggan Sepatu tingkat kualitas produk antar perusahaan. Matrik nilai
Philip posisi dibentuk berdasarkan hasil perhitungan proporsi
dengan penilaian masing-masing proporsi yang terbesar.
Adapun nilai perncanaan sepatu dengan menggunakan
simbol dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 23. Nilai Posisi Sepatu Philip Secara Simbol

b. Membuat Planning Matrix

Perhitungan pada tingkat prioritas penilaian planning


matrik menggunakan cara yang sama pada perhitungan
nilai kepentingan konsumen

 Membuat Planning Matrik Sepatu Jasmine


 Membuat Planning Matrik Sepatu Pompeii
Tabel 22. Jumlah Responden Yang Memilih Nilai
Tertentu untuk Nilai Posisi Sepatu Jasmine Tabel 24. Jumlah Responden Yang Memilih Nilai
Tertentu untuk Nilai Posisi Sepatu Pompeii

Matrik perencanaan atau niali posisi menunjukan nilai


tingkat kualitas produk antar perusahaan. Matrik nilai Matrik perencanaan atau niali posisi menunjukan nilai
posisi dibentuk berdasarkan hasil perhitungan proporsi tingkat kualitas produk antar perusahaan. Matrik nilai
dengan penilaian masing-masing proporsi yang terbesar. posisi dibentuk berdasarkan hasil perhitungan proporsi
Adapun nilai perncanaan sepatu dengan menggunakan dengan penilaian masing-masing proporsi yang terbesar.
simbol dapat dilihat pada tabel berikut: Adapun nilai perncanaan sepatu dengan menggunakan
simbol dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 21. Nilai Posisi Sepatu Jasmine Secara Simbol Tabel 25. Nilai Posisi Sepatu Pompeii Secara Simbol
 Membuat Planning Matrik Sepatu Philip

 Membuat Planning Matrik Sepatu Carter


Tabel 26. Jumlah Responden Yang Memilih Nilai
Tertentu untuk Nilai Posisi Sepatu Carter
teknik akan memberikan pengaruh yang cukup
berarti pada kepuasan pelanggan
 Nilai 1 hubungan berpengaruh lemah, artinya
perubahan yang relatif kecil pada karakteristik
teknik akan memberikan pengaruh yang cukup
berarti pada kepuasan pelanggan
 Nilai 0 tidak ada hubungan, artinya perubahan
pada karakteristik teknik tidak akan
Matrik perencanaan atau niali posisi menunjukan nilai berpengaruh pada performansi kepuasan
tingkat kualitas produk antar perusahaan. Matrik nilai pelanggan
posisi dibentuk berdasarkan hasil perhitungan proporsi
dengan penilaian masing-masing proporsi yang terbesar. Tabel 29. Bobot Dan Simbol Dalam Penelitian Tingkat
Adapun nilai perncanaan sepatu dengan menggunakan Hubungan Keinginan Pelanggan Dan Karakteristik
simbol dapat dilihat pada tabel berikut: Teknik
Tabel 27. Nilai Posisi Sepatu Carter Secara Simbol Tingkat Hubungan Bobot Nilai Simbol
Kuat 9
Sedang 3
Lemah 1
Tidak 0 -
Berhubungan

Tingkat Kepentingan Pelanggan

Elastisitas sepatu
Kualitas bahan

Ukuran sepatu
Warna sepatu
Jenis Bahan
c. Menentukan Karakteristik Teknik
Karakteristik teknik ini merupakan karakteristik kualitas
sepatu. Daftar karateristik teknik dapat dilihat pada tabel Kebutuhan Pelanggan
berikut: Daya tahan sepatu
Kenyamanan Sepatu
3 3
9 9
Aksesoris sepatu 1
Tidak ada robekan pada sepatu 3 9

Tabel 28. Daftar Karakteristik Teknik Lubang Tali Sepatu tidak mudah rusak
Jahitan benang sepatu rapih
3 3
1
Daya rekat lem pada sepatu 3
No Karakteristik Teknik Outsole (alas) sepatu tidak licin 9

1 Kualitas bahan
2 Warna sepatu Gambar 1. Matrik Hubungan Kebutuhan Konsumen
3 Jenis Bahan dengan Karakteristik Teknik
4 Ukuran sepatu
5 Elastisitas sepatu e. Membentuk Matrik Hubungan Kakarakteristik
Teknik (Technical Correlation Matrix)
d. Membentuk Matrik Hubungan (Relationship Matrik hubungan karakteristik teknik menunjukan
Matrik) hubungan antara karakteristik teknik yang lainnya dan
Langkah selanjutnya dalam membangun Rumah dibandingkan dengan satu sama lainnya. Penilaian untuk
Kualitas adalah menyiapkan persyaratan konsumen dan masing-masing karakteristik ini adalah berdasarkan
pendeskripsian teknis serta menentukan hubungan wawancara dengan pihak perusahaan, serta pendapat
antara persyaratan konsumen dan pendeskripsian teknis. (estimasi) peneliti
Hal tersebut dapat membingungkan karena masing-
masing persyaratan dapat mempengaruhi satu atau lebih Adapun hubungan masing-masing karakteristik teknik
pendeskripsian teknis dan sebaliknya. Membuat matriks menurut (Cohen,1995) adalah:
hubungan untuk memeriksa setiap hubungan yang ada Tabel 30. Simbol Karakteristik Teknik
antara setiap keinginan yang ada dengan setiap “How” Tingkat Hubungan Simbol
yang dirumuskan. Jika ada hubungan, buat kategorinya Positif Kuat ●
dengan hubungan itu sangat kuat, kuat atau lemah. Positif Lemah ○
Penilaian berdasarkan pada perhitungan data-data yang Tidak ada hubungan Kosong
didapat, pendapat peneliti sendiri, pertimbangan Negatif Kuat ■
pelanggan, observasi. Adapun hubungan yang Negatif Lemah □
ditunjukan oleh masing-masing variabel (Coben, 1995) Untuk menentukan arah perbaikan dengan melihat
adalah: keadaan meningkat atau menurunya perbaikan dalam
 Nilai 9 hubungan berpengaruh kuat, artinya perusahaan, adapun symbol yang digunakan adalah
perubahan yang relatif kecil pada karakteristik sebagai berikut:
teknik akan memberikan pengaruh yang sangat
berarti pada kepuasan pelanggan = Optimal artinya keadaan karakteristik teknik
 Nilai 3 hubungan berpengaruh sedang, artinya sekarang tidak perlu dirubah karena sudah baik
perubahan yang relatif besar karakteristik
= Perbaikan yang dilakukan perusahaan sebanyak 82 unit dan lain-lain sebanyak 16 unit. Total
apabila semakin meningkat akan semakin baik cacat sepatu pompeii tahun 2014=191

= Perbaikan yang harus dilakukan apabila Aspek yang harus diperbaiki berdasarkan penilaian dan
semakin menurun akan menjadi baik absolute importance responden dengan nilai 78 adalah
sebagai berikut:
 Daya tahan sepatu
 Tidak ada robekan pada sepatu
 Lubang tali sepatu tidak mudah rusak
 Jahitan benang sepatu rapih
 Daya rekat lem pada sepatu
 Outsole (alas) sepatu tidak licin
D. Sepatu Carter
Sepatu pompeii memiliki unit cacat yang terdiri dari
jenis cacat lasting miring sebanyak 39, Outsole
Gambar 2. Hasil Matriks Korelasi Teknis dan Arah berjumlah 10 unit, keriput sebanyak 154 unit, cacat
Perbaikan upper sebanyak 219 unit dan lain-lain sebanyak 2 unit.
Total cacat sepatu carter tahun 2014= 424 buah
f. Menetapkan Target (Absolute Importance) Aspek yang harus diperbaiki berdasarkan penilaian dan
Matrik nilai target adalam merupakan nilai yang absolute importance responden dengan nilai 87 adalah
menunjukan pencapaian yang harus dicapai oleh sebagai berikut:
perusahaan. Nilai ini menjadikan patokan untuk  Daya tahan sepatu
perusahaan dalam proses pengembangan produknya.  Tidak ada robekan pada sepatu
Nilai ini diperoleh dengan cara mengalikan tingkat  Lubang tali sepatu tidak mudah rusak
kepentingan pelangan (rate of customers importance)  Daya rekat lem pada sepatu
kemudian dijumlahkan untuk setiap kelompoknya  Alas kaki tidak licin
Absolute Importance=
∑ tingkat kepentingan pelanggan x relationship BIODATA MAHASISWA
Nama : Denden Chaerul FH
IV. Kesimpulan
Email : choerul999@gmail.com
A. Sepatu Jasmine
No Telp : 081322468439
Aspek yang harus diperbaiki berdasarkan penilaian dan
absolute importance responden dengan nilai 84 adalah
sebagai berikut: BIODATA DOSEN
Nama : I Made Aryantha A., S.T.,M.T
 Daya tahan sepatu
Email : rhayadias@yahoo.com
 Tidak ada robekan pada sepatu
Prodi : Program Studi Teknik Industri
 Lubang tali sepatu
 Daya rekat lem pada sepatu
DAFTAR PUSTAKA
 Outsole (alas) sepatu tidak licin 1. Buku
B. Sepatu Philip  Adriana, Iyan. (2012). SPSS 2.0. Bandung
Sepatu philip memiliki unit cacat yang terdiri dari jenis
 Ariani, Dorothea. Wahyu. (2004).
cacat lasting miring sebanyak 948, Eleyet/Verlcro
Pengendalian Kualitas Statistik. Yogyakarta:
miring sebanyak 6 unit, Outsole berjumlah 6 unit,
ANDI
keriput sebanyak 10 unit, cacat upper sebanyak 153 unit
dan lain-lain sebanyak 6 unit. Total cacat sepatu philip  Cohen, Lou. (1995), Quality Function
tahun 2014= 1133 buah Development: How to Make QFD Work for
You. Massachusset. Addison-Wesley
Aspek yang harus diperbaiki berdasarkan penilaian dan Publishing Company.
absolute importance responden dengan nilai 87 adalah  Haizer, Jay. & Render, Barry. (2008).
sebagai berikut : Manajemen Operasi. Jakarta: Salemba Empat
 Daya tahan sepatu  Legawa, Yuda. (2013). Proses Perancangan
 Tidak ada robekan pada sepatu Celana Pembalut (Nalut). Tugas Akhir.
Bandung: Universitas Komputer Indonesia
 Lubang tali sepatu tidak mudah rusak
 Rizky,Abdul. Raza1. 2003. Belajar Microsoft
 Daya rekat lem pada sepatu
Excel 2003. Bandung:Yrama Widya
 Alas sepatu tidak licin
 Sukmana, Dudung. (2007). Usulan Perbaikan
C. Sepatu Pompeii
Kualitas Produk Melalui Sistem Penerapan
Sepatu pompeii memiliki unit cacat yang terdiri dari
GKM dengan Menggunakan Metode PDAC
jenis cacat lasting miring sebanyak 79, Outsole
dan HOQ .Tugas Akhir.Bandung: Universitas
berjumlah 5 unit, keriput sebanyak 9 unit, cacat upper
Komputer Indonesia
Daftar Riwayat Hidup

Nama : Denden Chaerul FH


TTL : Cianjur, 4 Mei 1993
Alamat : Kp.Bojong Petir RT 09/01 Kec. Pagelaran Kab. Cianjur
E-mail : choerul999@gmail.com
No. Telp :081322468439

Hobi : Basket, Sepeda, Volly Ball, Traveling, Berenang, Membaca.


Gol. Darah : AB
Riwayat Pendidikan:
1. SDN Pagelaran 2000 – 2005
2. SMPN 1 Pagelaran 2005 – 2008
3. SMAN 1 Cilaku-Cianjur 2008 – 2011
4. Program Studi Teknik Industri UNIKOM 2011 – Sekarang

Riwayat Keorganisasian :
1. Ketua OSIS SMPN 1 Pagelaran Periode 2006-2007
2. Remaja Masjid Darul Ulun SMAN 1 Cilaku-Cianjur
3. Ketua OSIS SMAN 1 Cilaku-Cianjur Periode 2009-2010
4. Staff Hubungan Masyarakat HMTI UNIKOM 2011
5. Ketua HMTI UNIKOM 2011-2012
6. Asisten Laboratorium Bidang Pengembangan Bahan Ajar Lab. Praktikum Sistem
Kerja dan Ergonomi 2012
7. Asisten Laboratorium Bidang Pengembangan Bahan Ajar Lab. Praktikum Statistik
2012
F

Bab 4 dan 5 tidak di-online kan terdapat data perusahaan yang bersifat rahasia

Anda mungkin juga menyukai