Anda di halaman 1dari 21

TUGAS AKHIR

Sustainable Report dan Environmental Audit Beserta Risikonya

Pada Perusahaan Terbuka (PT. KAI Indonesia)

Disusun Oleh :

Group 4

1. Chrisera Milleni Eliezer (1932150034)


2. Jenita Perda Arendila (1932150061)
3. Sonya LA.A. Tambunan (1932150060) (Tidak mengerjakan)

Dosen Pengampu :
Dr. M. L Denny Tewu, S.E., M.M.

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

2021/2022
BAB II

PEMBAHASAN

1. Profil Perusahaan
1.1. Visi
Menjadi perusahaan yang memberikan manfaat tinggi bagi masyarakat,
lingkungan, dan pemangku kepentingan melalui peningkatan aktivitas Program
Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) dan Community Relations (CR).

1.2. Misi
1. Berperan aktif dalam mewujudkan peningkatan kualitas hidup dan
kemandirian masyarakat serta kelestarian lingkungan
2. Membangun citra positif dan sinergi perusahaan dengan pemangku
kepentingan guna terciptanya situasi kondusif bagi operasional
perusahaan yang berkelanjutan
1.3. Nilai Keberlanjutan
Memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan dan peningkatan
kualitas hidup masyarakat serta lingkungan, sehingga masyarakat dapat menjadi
mitra sejati dalam menciptakan situasi kondusif bagi kelangsungan usaha
perusahaan.

2. Tentang Laporan Keberlanjutan


Laporan Keberlanjutan 2019 merupakan laporan ketiga yang diterbitkan
oleh Perseroan dan terpisah dengan Laporan Tahunan. Dengan menerbitkan
laporan ini PT KAI bertujuan, antara lain, untuk memenuhi ketentuan Pasal 66
ayat 2c, Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang
mewajibkan penyampaian laporan kegiatan Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan (TJSL) dalam Laporan Tahunan. TJSL, menurut Pasal 1 Undang-
Undang No. 40 Tahun 2007, adalah “Komitmen Perseroan untuk berperan serta
dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas
kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri,
komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.

PT KAI menerbitkan laporan ini sebagai wujud komitmen terhadap prinsip-


prinsip keberlanjutan yang mencakup Transparansi, Akuntabilitas,
Responsibilitas, Independensi, dan Fairness (Kewajaran). PT KAI, sebagai
Perseroan yang bertanggung jawab, berkomitmen untuk menyampaikan informasi
yang komprehensif dan jelas, menyeluruh, serta transparan. Perseroan
menyajikan data kuantitatif dalam Laporan ini dengan menggunakan prinsip daya
banding (comparability), minimal dalam dua tahun berturut-turut.

Perseroan menyusun Laporan ini berdasarkan POJK No. 51/ POJK.03/2017


tentang Penerapan Keuangan Berkelanjutan bagi Lembaga Jasa Keuangan, Emiten
dan Perusahaan Publik, serta Standard Global Reporting Initiative (GRI
Standards) yang dikeluarkan oleh Global Sustainability Standards Board (GSBB)
– lembaga yang dibentuk oleh GRI untuk menangani pengembangan standar
laporan keberlanjutan. Sesuai dengan pilihan yang disediakan dalam standar GRI,
yakni pilihan inti dan pilihan komprehensif, “Laporan ini telah disusun sesuai
dengan standar GRI: Pilihan Inti (Core).” (GRI 102-54).

GRI merekomendasikan penggunaan external assurance oleh pihak ketiga


yang independen untuk memastikan kualitas dan keandalan informasi yang
disampaikan dalam Laporan ini. Untuk itu, seperti tahun sebelumnya,
pemeriksaan isi Laporan ini dilakukan oleh tim internal Perseroan, dan belum
melibatkan penjaminan (assurance) dari pihak ketiga yang independen. Namun
demikian, kami menjamin kebenaran dan keabsahan informasi dalam Laporan ini,
sebagaimana yang dinyatakan dalam Pernyataan Direksi. (GRI 102-56). PT. KAI
berharap Laporan ini dapat menjadi sumber informasi terkait pelaksanaan kinerja
keberlanjutan Perseroan oleh seluruh pemangku kepentingan.
3. Nilai-nilai Pokok (Core Value) (GRI 102-16)
Untuk memastikan pencapaian visi dan misi, diperlukan nilai-nilai utama
yang diimplementasikan melalui budaya kerja yang kuat dan dapat menyatukan
cara berpikir, berperilaku serta bertindak, memperkuat kerja sama tim serta
ketahanan dalam menghadapi tantangan. Dalam rangka implementasi budaya
kerja tersebut, PT KAI memiliki 5 nilai utama :
1. Integritas (Integrity)
Bertindak konsisten sesuai dengan nilai-nilai kebijakan organisasi dan kode
etik perusahaan. Memiliki pemahaman dan keinginan untuk menyesuaikan
diri dengan kebijakan dan etika tersebut dan bertindak secara konsisten
walaupun sulit untuk melakukannya.
2. Profesional (Professional)
Memiliki kemampuan dan penguasaan dalam bidang pengetahuan yang
terkait dengan pekerjaan, mampu menguasai untuk menggunakan,
mengembangkan, dan membagikan pengetahuan yang terkait dengan
pekerjaan kepada orang lain
3. Keselamatan (Safety)
Memiliki sifat tanpa kompromi dan konsisten dalam menjalankan atau
menciptakan sistem atau proses kerja yang mempunyai potensi risiko yang
rendah terhadap terjadinya kecelakaan dan menjaga aset perseroan dari
kemungkinan terjadinya kerugian.
4. Inovasi (Innovation)
Selalu menumbuhkembangkan gagasan baru, melakukan tindakan perbaikan
yang berkelanjutan, dan menciptakan lingkungan kondusif untuk berkreasi
sehingga memberikan nilai tambah bagi pemangku kepentingan.
5. Pelayanan Prima (Service Excellence)
Memberikan pelayanan terbaik sesuai dengan standar mutu yang
memuaskan dan sesuai harapan atau melebihi harapan pelanggan dengan
memenuhi 6A unsur pokok: Ability (Kemampuan), Attitude (Sikap),
Appearance (Penampilan), Attention (Perhatian), Action (Tindakan), dan
Accountability (Tanggung jawab).
4. Ikhtisar Kinerja Keberlanjutan 2019
1.
2.
4.1. Kinerja Ekonomi

Description 2021 2020 2019


Angkutan penumpang 154.537.582 186.832.349 429.259.565
Angkutan barang 50.261.778 45.125.346 47.621.202
Komersialisasi aset 4.467.810,09 5.817.355,88 5.573.637,94
(Realisasi)
Pendapatan 17.916.776 18.074.851 26.251.715
Laba (Rugi) tahun (425.196) (1.736.238) 1.975.048
berjalan
Eco-Friendly Product: 1.060 1.074 1.040
Kereta Rel Listrik
Jumlah pemasok lokal 65 91 118

4.2. Kinerja Lingkungan Hidup

Description 2021 2020 2019


Penggunaan energi listrik 1.515.120 1.719.230 1.905.313
Penggunaan air tanah 6.000 7.200 7.830
dari PDAM
Penggunaan diesel 201.364 164.558 206.019
Penggunaan BBM 197.522.246 180.297.826 257.072.594
biosolar
Pengurangan emisi :
 Bahan bakar - 105,222 -

 Listrik 190,64 173,8 -

 Perjalanan dinas 19,521 258,160 -

Pengurangan limbah :
 Instalasi Pengolahan Data belum Data belum
air limbah 38 tersedia tersedia
 Pelestarian 5.776 11.921
keanekaragaman 13.023
hayati
 Pengaduan Nihil Nihil
Nihil
lingkungan

4.3. Kinerja Aspek Sosial

Description 2021 2020 2019


Kepuasan karyawan 84,40 83,60 84,20
Pengaduan 409 403 398
karyawan
Kecelakaan kerja 6 17 36
Pengaduan 15.818 24.132 10.570
pelanggan
Kepuasan 4,34 4,22 4,12
penumpang
Penyaluran dana 8.769.074.128 17.538.148.867 15.093.619.750
bina lingkungan
Penyaluran dana 7.070.575.000 8.713.000. 000 6.240.000. 000
kemitraan
Jumlah mitra binaan 2.644 2.531 2.414
5. Prinsip-prinsip Penetapan Isi Laporan
PT KAI menerapkan ‘Prinsip-Prinsip untuk Menetapkan Isi Laporan’
sebagaimana direkomendasikan dalam Panduan Pelaporan Keberlanjutan GRI,
meliputi :
1. Pelibatan pemangku kepentingan
Mengidentifikasi pemangku kepentingan dan melibatkan mereka dalam
memberikan masukan/tanggapan atas laporan yang telah diterbitkan.
2. Konteks keberlanjutan
Memuat kinerja yang relevan dalam konteks keberlanjutan.
3. Materialitas
Memuat aspek-aspek yang merefleksikan dampak ekonomi, lingkungan dan
sosial dari perseroan, serta berdasarkan penilaian dan keputusan dari
pemangku kepentingan.
4. Kelengkapan
Mencakup aspek-aspek material dan batasannya serta cukup merefleksikan
dampak ekonomi, lingkungan dan sosial, serta memungkinkan pemangku
kepentingan untuk menilai kinerja perseroan selama kurun waktu pelaporan.
6. Prinsip-prinsip Penentuan Kualitas Laporan
Perseroan berpatokan pada prinsip-prinsip sebagai berikut dalam
penyusunan Laporan Berkelanjutan ini :

1. Keseimbangan
Laporan mencerminkan aspek-aspek positif dan negatif dari kinerja
Perseroan.
2. Komparabilitas
Laporan berisi kinerja ekonomi, lingkungan dan sosial pada tahun
pelaporan, beserta tahun-tahun sebelumnya agar pemangku kepentingan
dapat membandingkan kinerja yang ada.
3. Akurasi
Laporan disampaikan secara akurat dan terperinci sehingga pemangku
kepentingan bisa menilai kinerja yang ada.
4. Ketepatan Waktu
Laporan disusun secara teratur sesuai jadwal yang ditetapkan Perseroan.
5. Kejelasan
Laporan memuat kinerja ekonomi, lingkungan dan sosial dengan pemaparan
informasi yang jelas dan mudah dipahami.
6. Keandalan
Laporan berisi kinerja ekonomi, lingkungan dan sosial yang kebenarannya
dapat diuji.
7. Proses Penetapan Isi Laporan (GRI 102-46)
PT. KAI menggunakan 4 (empat) langkah yang diisyaratkan oleh GRI
dalam menetapkan topik dan isi Laporan, yaitu:
1. Mengidentifikasikan aspek-aspek yang material dan boundary (langkah
identifikasi).
2. Membuat prioritas atas aspek-aspek yang telah diidentifikasi pada langkah
sebelumnya (langkah prioritas).
3. Melakukan validasi atas aspek-aspek material tersebut (langkah Validasi).
4. Melakukan review atas Laporan setelah diterbitkan guna meningkatkan
kualitas laporan tahun berikutnya (langkah review).

8.
D

aftar Topik Material dan Batasan (GRI 102-47)


Dalam Standar GRI, topik material dalam laporan ini adalah topik-topik
yang telah diprioritaskan oleh organisasi untuk dicantumkan dalam laporan.
Dimensi yang digunakan untuk menentukan prioritas, antara lain, adalah dampak
bagi ekonomi, lingkungan, dan sosial. Dampak dalam Laporan ini termasuk di
dalamnya yang bernilai positif. Penetapan topik material dan batasannya
didasarkan pada isu-isu yang berpengaruh signifi kan bagi Perseroan, anak
perusahaan serta seluruh Pemangku Kepentingan. Topik material Laporan untuk
tahun 2019 adalah, sebagai berikut :

9. Struktur Tata Kelola Keberlanjutan (GRI 102-18)


9.1. Rapat Umum Pemegang Saham
RUPS Perusahaan memiliki kewenangan yang tidak diberikan kepada
Direksi atau Dewan Komisaris, dalam batas yang ditentukan dalam Undang-
Undang ini dan/atau anggaran dasar. Dalam RUPS, Pemegang Saham berhak
mendapatkan informasi berkaitan dengan Perseroan dari Dewan Komisaris dan
atau Direksi sepanjang sejalan dengan kepentingan Perseroan. (102-22).
Terdapat dua jenis RUPS yang mengacu kepada Anggaran Dasar Perseroan,
yaitu :
1. RUPS Tahunan (RUPST) diselenggarakan setiap tahun, yang meliputi :
a) RUPS mengenai laporan tahunan dan perhitungan tahunan. Diadakan
paling lambat bulan Juni setelah penutupan tahun buku yang bersangkutan.
b) RUPS untuk menyetujui Rencana Kerja dan Anggaran Perseroan.
Diadakan paling lambat 30 (tigapuluh) hari setelah tahun anggaran
berjalan (tahun anggaran Rencana Kerja dan Anggaran Perseroan yang
bersangkutan).
2. RUPS Luar Biasa (RUPSLB) diselenggarakan bila dianggap perlu oleh
Direksi dan/atau Dewan Komisaris dan/atau Pemegang Saham.
Pemanggilan dan penyelenggaraan RUPSLB dilakukan melalui undangan
tertulis dengan menginformasikan agenda pembahasannya.
9.2. Dewan Komisaris
Dewan Komisaris bertugas melakukan pengawasan terhadap kebijakan
pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya baik mengenai Perseroan
maupun usaha Perseroan yang dilakukan oleh Direksi serta memberikan nasihat
kepada Direksi termasuk pengawasan terhadap pelaksanaan serta peraturan
perundang-undangan yang berlaku, untuk kepentingan Perseroan dan sesuai
dengan maksud dan tujuan Perseroan.
Dalam pelaksanaannya, Dewan Komisaris secara terus-menerus melakukan
pemantauan terhadap efektivitas kebijakan Perseroan, kinerja, dan proses
pengambilan keputusan oleh Direksi, termasuk pelaksanaan strategi untuk
memenuhi harapan para pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya.
Dewan Komisaris juga melakukan evaluasi dan menyetujui business plan
Perseroan yang disusun Direksi setiap tahunnya.
Dewan Komisaris berkomitmen untuk menjunjung tinggi independensi,
objektivitas dan keadilan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya,
dengan menghindari adanya keputusan dan kebijakan yang berpotensi
menimbulkan benturan kepentingan atau preferensi terhadap kepentingan salah
satu pihak. Dewan Komisaris turut mempertahankan reputasi Perseroan dengan
menjalankan prinsip praktik GCG yang benar sesuai dengan pedoman dan
peraturan yang berlaku, yang tercermin dalam sikap, perbuatan dan segala
kebijakan yang diambil, secara individual dan mufakat. Dewan Komisaris juga
berkomitmen untuk tidak memiliki hubungan afiliasi dengan Pemegang Saham
dan juga Direksi Perseroan untuk mempertahankan prinsip independensi dalam
menjalankan tugasnya.

9.3. Dewan Direksi


Direksi merupakan organ Perseroan yang memiliki tugas serta tanggung
jawab secara penuh untuk memimpin dan mengurus PT. KAI sesuai dengan visi,
misi, maupun tujuan yang telah ditetapkan, serta dalam batasan wewenang yang
telah diatur dalam Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Selain itu, Direksi juga memiliki tugas untuk mensosialisasikan dan
menerapkan prinsip-prinsip GCG dalam setiap kegiatan usaha dan seluruh jenjang
organisasi PT. KAI.
Untuk menjaga independensi Direksi, maka ditetapkan ketentuan, sebagai
berikut :
1. Selain organ Perseroan, pihak lain manapun dilarang melakukan atau
campur tangan dalam kepengurusan Perseroan.
2. Anggota Direksi dilarang melakukan aktivitas yang dapat mengganggu
independensinya dalam mengurus Perseroan.
3. Anggota Direksi dilarang saling memiliki hubungan keluarga sampai
dengan derajat kedua dengan sesama anggota Direksi dan/atau dengan
anggota Dewan Komisaris.
4. Anggota Direksi dilarang menjadi pengurus partai politik dan/atau
calon/anggota legislatif.
9.4. Sekretaris Dewan Komisaris
Sekretaris Dewan Komisaris mempunyai tugas dan fungsi dalam hal
penyelenggaraan kegiatan administrasi dan kesekretariatan di lingkup tugas
pengawasan Dewan Komisaris dan bertanggung jawab langsung kepada Dewan
Komisaris. Selain itu, Sekretaris Dewan Komisaris memiliki peran yang besar
dalam memastikan Dewan Komisaris menerapkan prinsip-prinsip GCG sesuai
dengan best practices dan peraturan perundang-udangan yang berlaku.

9.5. Komite Audit


Komite Audit menjalankan tugas berdasarkan mandat yang ditetapkan
dengan Keputusan Dewan Komisaris. Tugas utama Komite Audit adalah
memberikan pendapat independen dan profesional kepada Dewan Komisaris
berkenaan dengan kegiatan kepatuhan, efektivitas pelaksanaan tata kelola
perusahaan, audit internal, audit eksternal dan pelaporan keuangan Perseroan.
Komite Audit memiliki Piagam Komite yang mengatur organisasi, keanggotaan,
kode etik, fungsi, tugas, kewenangan dan tanggung jawab, serta mekanisme kerja
komite. Piagam Komite Audit pertama kali diterbitkan berdasarkan Keputusan
Dewan Komisaris Nomor: 01/KA/DEKOM/KAI/I/2013 tanggal 1 Januari 2013
tentang Pedoman Kerja Komite Audit (Audit Committee Charter).

9.6. Unit Audit Internal


Unit Audit Internal atau Satuan Pengawasan Intern (SPI) merupakan unit
kerja di bawah Direktur Utama yang menjalankan fungsi
pengendalian/pengawasan untuk membantu manajemen dan unit-unit kerja
lainnya dalam melaksanakan tugasnya guna mencapai target yang telah
ditetapkan.
Unit Audit Internal dipimpin oleh seorang Executive Vice President (EVP)
yang diangkat oleh dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama.
Pengangkatan dan pemberhentian EVP Internal Audit dilakukan melalui
persetujuan Dewan Komisaris. Tugas pokok Unit Internal Audit adalah membantu
Direktur Utama dalam merumuskan, menyusun dan melaksanakan program audit
internal di lingkungan Perseroan yang mencakup:
1. Audit Keuangan;
2. Audit Operasional;
3. Audit Kepatuhan;
4. Audit Khusus; dan
5. Audit Investigasi
10. Sistem Pelaporan Pelanggaran
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
10.1.Sosialisasi Whisleblowing System

Pelaksanaan sosialisasi WBS dilakukan secara berkesinambungan antara


lain pelaksanaan pelatihan kepada pegawai baru, sosialisasi melalui workshop,
website, knowledge sharing, e-magazine, brosur, banner, maupun Laporan
Tahunan. Sedangkan sosialisasi kepada stakeholders melalui press gathering,
website dan sosialisasi lainnya.
Perusahaan akan terus berupaya untuk meningkatkan pemahaman pegawai
untuk melaporkan tindak pelanggaran melalui WBS sehingga dapat mewujudkan
lingkungan kerja yang bersih dan berintegritas. Terkait dengan hal itu, telah
dilakukan langkah-langkah optimalisasi sebagai berikut :
1. Menyampaikan progress penyelesaian WBS melalui Rapat Direksi dan
Komite Audit;
2. Menyampaikan materi WBS melalui in-class training kepada calon pegawai
dan pegawai;
3. Melakukan sosialisasi WBS kepada seluruh Pegawai dan kepada mitra kerja
di Lingkungan PT Kereta Api Indonesia (Persero);
4. Memasang poster dan banner WBS di Daop, Divre dan Lingkungan Kantor
Pusat PT Kereta Api Indonesia (Persero);
5. Perluasan pelapor dengan melibatkan pihak eksternal;
6. Sosialisasi ke pihak eksternal melalui perangkat sosialisasi pencantuman
informasi WBS pada perjanjian-perjanjian dengan pihak-ketiga.
7. Pemutakhiran pedoman pelaporan dugaan pelanggaran (whistleblowing
system), yaitu dengan menambahkan mekanisme pelaporan dan tindak lanjut
dugaan pelanggaran apabila dilakukan oleh Direksi dan atau Dewan
Komisaris.

10.2.Pihak yang Mengelola Sistem Pelaporan Pelanggaran


Kantor Pusat menyelenggarakan WBS untuk seluruh Divisi Regional
(Divre), Daerah Operasi (Daop), UPT, Balai Yasa, dan unit organisasi lainnya,
termasuk Anak Perusahaan. Pengembangan, pemeliharaan, dan pemutakhiran
WBS termasuk SOP dilaksanakan oleh Sekretaris Perusahaan.

10.3.Mekanisme Pelaporan dan Penanganan Pelanggaran

Pelapor menyampaikan laporan dugaan pelanggaran di Perseroan melalui


sarana/media pelaporan yang telah disediakan. Laporan dugaan pelanggaran akan
ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan yang berlaku bila telah memenuhi kriteria
sebagai berikut:
1. Termasuk pada kriteria tindak pelanggaran.
2. Laporan tersebut diajukan terhadap tindakan pelanggaran yang terjadi
paling lama 2 (dua) tahun sebelum tanggal laporan.
3. Laporan mempunyai dampak terhadap kinerja dan reputasi Perseroan.
4. Laporan disampaikan oleh pelapor yang menyebutkan identitas (full
disclosure).
Tindak pelanggaran yang dapat dilaporkan melalui WBS adalah tindak
pelanggaran yang dilakukan oleh insan Perseroan, dengan kategori:
1. Kecurangan (fraud), yaitu perbuatan tidak jujur atau tipu muslihat meliputi
penipuan, pemerasan, pemalsuan, penyembunyian atau penghancuran
dokumen/laporan atau menggunakan dokumen palsu, yang dilakukan oleh
seseorang/sekelompok orang yang menimbulkan potensi kerugian atau pun
kerugian nyata terhadap Perseroan.
2. Pelanggaran terhadap peraturan/hukum, yaitu melakukan
tindakan/perbuatan yang dilarang dan/atau bertentangan dengan ketentuan
hukum yang berlaku.
3. Benturan kepentingan, yaitu situasi di mana insan Perseroan memiliki
kepentingan pribadi di luar kepentingan Perseroan yang dapat
mempengaruhi pelaksanaan tugas dan/atau kewenangan yang dimilikinya
secara objektif berdasarkan kedudukan dan jabatannya, sehingga
menimbulkan pertentangan antara kepentingan pribadi dan/atau kelompok
dan/atau keluarga dengan kepentingan Perseroan.
4. Penyuapan atau gratifikasi yang berhubungan dengan jabatan dan yang
berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya di Perseroan.
5. Kelakuan tidak etis, yaitu perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh
insan Perusahaan yang tidak dapat dibenarkan secara etika yang berlaku
seperti pelanggaran Kode Etik dan Pedoman Perilaku Perseroan.
10.4.Sanksi Bagi Pelanggar
PT. KAI memberlakukan sanksi yang tegas kepada pihak yang terbukti
melakukan pelanggaran guna memberikan efek jera sekaligus teladan kepada
seluruh karyawan mengenai pentingnya bekerja dengan integritas tinggi.

10.5.Perlindungan Bagi Pelapor


Perusahaan memberikan hak perlindungan kepada pelapor dengan ketentuan
sebagai berikut:
1. Perlindungan diberikan dengan tetap memperhatikan asas kerahasiaan dan
ketentuan yang berlaku di Perseroan serta peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
2. Perlindungan hanya dapat diberikan kepada pelapor dengan kategori full
disclosure dan partial anonymity, dengan dirahasiakan identitas beserta
laporan yang disampaikannya.
3. Pelapor menyampaikan permohonan perlindungan kepada penanggung
jawab dalam hal pelapor menerima ancaman pemecatan yang tidak adil,
penurunan pangkat, pelecehan, atau diskriminasi dalam segala bentuk, dan
catatan yang merugikan dalam file pribadinya.
4. Bentuk perlindungan terhadap pelapor disesuaikan dengan bentuk
ancaman/tindakan balasan yang diterima.
5. Dengan pertimbangan tertentu, Perseroan dapat memberikan perlindungan
kepada keluarga pelapor.
11. Kinerja Berkelanjutan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
11.1.Kegiatan Membangun Budaya Berkelanjutan
Dalam membangun budaya keberlanjutan KAI melakukan pembinaan yang
dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada
masyarakat di antaranya adalah pada penanaman spirit kegiatan KAI-Pling (Peduli
Lingkungan) pada pegawai. KAI–Pling (Kereta Api Peduli Lingkungan) program
atas kepedulian KAI terhadap lingkungan, sarana dan prasarana umum,
pengelolaan sampah, serta penanaman pohon yang berada di sekitar proses bisnis
KA. Pegawai diharapkan secara aktif dalam kegiatan KAI-Pling.

Selain itu, KAI mengikutsertakan seluruh insan KAI pada pelatihan terkait
kebijakan anti-fraud dan anti korupsi serta memastikan seluruh mitra bisnis
memahami kebijakan anti korupsi.

11.2.Kinerja Ekonomi
Dampak pandemi COVID-19 pada tahun 2020 masih berlangsung di sektor
transportasi. Munculnya varian baru virus corona mengharuskan pemerintah
memberlakukan kebijakan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat
(PPKM) yang memberikan dampak penurunan kinerja pada segmen Angkutan
Penumpang KAI.

KAI sangat menyadari bahwa kinerja ekonomi merupakan gambaran


pencapaian dan kinerja Perseroan dan menjadi dasar pemangku kepentingan untuk
mengambil keputusan. KAI senantiasa berupaya untuk mencapai target yang telah
ditetapkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) setiap
tahunnya.
11.3.Anti Korupsi
Anti korupsi memiliki peran penting terhadap keberlangsungan kegiatan
usaha dalam melawan segala bentuk korupsi termasuk suap menyuap, pemerasan
termasuk penyalahgunaan sumber daya perusahaan yang berdampak negatif pada
keberlanjutan perusahaan.
KAI memiliki kontribusi nyata yang dilakukan dalam mencegah serta
memberantas tindak korupsi dengan memiliki Kebijakan Sistem Manajemen Anti
Penyuapan, Kebijakan Gratifikasi, Pedoman Perilaku, dan Kebijakan
Whistleblowing System. KAI berkomitmen untuk mendukung upaya Pemerintah
dalam melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi, Perseroan dan Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) menandatangani Perjanjian Kerja Sama (PKS)
Penanganan Pengaduan Dalam Upaya Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
bersama dengan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) serta 26
BUMN lainnya. Selain itu, KAI juga berkomitmen untuk memberikan pelatihan
atau sosialisasi terkait anti korupsi kepada seluruh Insan KAI guna mewujudkan
lingkungan kerja yang bersih dan berintegritas.

11.4.Kinerja Lingkungan Hidup


KAI merupakan perusahaan yang bergerak di bidang transportasi, sehingga
kegiatan bisnisnya tidak berkaitan langsung dengan lingkungan hidup. Oleh
karena itu, informasi terkait kinerja lingkungan hidup lebih ditekankan pada biaya
lingkungan hidup, penggunaan material yang ramah lingkungan, jumlah dan
intensitas energi yang digunakan, upaya dan pencapaian efisiensi energi, dan
penggunaan energi terbarukan, serta penggunaan air.
Di samping itu, dalam Laporan Keberlanjutan KAI 2021 juga disampaikan
informasi kegiatan terkait dampak dari wilayah operasional yang dekat atau
berada di daerah konservasi atau memiliki keanekaragaman hayati, usaha
konservasi keanekaragaman hayati, jumlah dan intensitas emisi yang dihasilkan
berdasarkan jenisnya, upaya dan pencapaian pengurangan emisi yang dilakukan,
jumlah limbah dan efluen yang dihasilkan berdasarkan jenis, mekanisme
pengelolaan limbah dan efluen, tumpahan yang terjadi, serta jumlah dan materi
pengaduan lingkungan hidup yang diterima dan diselesaikan yang relevan dengan
kegiatan usaha KAI.

11.5.Kinerja Sosial
KAI berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik bagi para
penumpangnya. Dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan, KAI senantiasa
untuk meningkatkan kualitas pelayanan pelanggan dengan menyempurnakan
aspek pelayanan. Upaya yang dilakukan KAI untuk melayani pelanggan lebih
maksimal yaitu memberikan pelatihan kepada frontliner guna meningkatkan
pelayanan kepada pelanggan. Penilaian keberhasilan peningkatan pelayanan
kepada pelanggan dilihat berdasarkan survei kepuasan pelanggan yang dilakukan
secara rutin.
Terhadap konsumen yang memiliki kebutuhan khusus, KAI menyediakan
guiding block, ruang laktasi, loket difabel dan toilet difabel serta kursi roda bagi
penumpang yang membutuhkan. Terdapat 55 guiding block, 119 ruang laktasi, 35
loket difabel dan 114 toilet difabel yang tersebar di beberapa stasiun di wilayah
operasional KAI. Berikut uraian tentang guiding block, ruang laktasi, loket difabel
dan toilet difabel yang dimiliki oleh KAI.

KAI membuka berbagai saluran melalui face-to-face (Customer Service on-


Station dan Customer Service on-Train), via telepon, maupun melalui media
sosial untuk menangani informasi, keluhan, kritik mapun saran. Semua saluran
pelayanan pelanggan tersebut terintegrasi dalam CRM (Customer Relationship
Management) sehingga seluruh progres penanganan keluhan dapat dipantau
sampai selesai. Semua keluhan yang diterima harus mendapat tanggapan dengan
Key Performance Indicators (KPI) 90%. Dalam waktu 30 menit CRM harus
segera direspon dan ditindaklanjuti. Penanganan keluhan pelanggan sejak masuk
ke CRM sampai selesai dipantau hingga ke tingkat Manager. Jika petugas
Customer Relation (petugas yang meneruskan dan menyelesaikan masalah) belum
dapat menyelesaikan masalah dalam waktu 30 menit, maka notifikasi akan
diteruskan ke team leader. Jika berlanjut sampai 60 menit, maka Manager yang
bersangkutan akan mendapatkan notifikasi agar segera menyelesaikan keluhan
yang diterima. Hal ini dilakukan KAI untuk menjaga kepuasan pelanggan.

12. Strategi Keberlanjutan


Untuk mendukung tercapainya penerapan keuangan berkelanjutan, KAI
memiliki Divisi Vice President Corporate Social Responsibility (USS) yang
mempunyai tugas dan tanggung jawab mengelola Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan (TJSL) serta Community Relation di internal maupun eksternal
perusahaan. KAI telah menetapkan target tahunan setiap pilar TJSL dan indikator
capaian untuk mengukur terlaksananya tiap-tiap program TJSL. Target tahunan
dan indikator capaian dituangkan dalam Rencana Kerja Anggaran Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan (RKA TJSL). Di dalam RKA TJSL yang dimiliki
KAI memiliki prioritas TPB yang terbagi dalam 4 (empat) pilar yaitu pilar sosial,
pilar lingkungan, pilar ekonomi, serta pilar hukum dan tata kelola.
Strategi keberlanjutan KAI pada pilar sosial, berfokus dalam Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (TPB) Tanpa Kemiskinan, Tanpa Kelaparan,
Kehidupan Sehat dan Sejahtera, Pendidikan Berkualitas, dan Kesetaraan Gender.
Dukungan dalam TPB Tanpa Kemiskinan diwujudkan dalam program KAI
Sahabat Difabel dan Sosial Masyarakat dan dukungan TPB Tanpa Kelaparan
diwujudkan dalam program KAI-DungMas yang memberikan perlindungan bagi
masyarakat khususnya dalam kondisi bencana alam.
Adapun program nyata dalam memberikan dukungan TPB Kehidupan Sehat
dan Sejahtera, diwujudkan dalam program KAI Sehat Sejahtera dan melakukan
sosialisasi perlintasan dan daerah rawan vandalisme. Selanjutnya, Pendidikan
yang Berkualitas diwujudkan dengan program KAI Mengajar dan melaksanakan
program Semua Peduli, Semua Terlindungi sebagai wujud dukungan terhadap
Kesetaraan Gender.
Selanjutnya pada pilar lingkungan, KAI berfokus untuk berkontribusi dalam
TPB Kota dan Komunitas yang Berkelanjutan dan Ekosistem Daratan. Hal ini
diwujudkan dengan program KAI-Pling (Peduli Lingkungan) dan program KAI
Sar-i. Pada pilar ekonomi, KAI berfokus pada TPB Pekerjaan Layak dan
Pertumbuhan Ekonomi yang diwujudukan melalui program UMK Naik Kelas,
Pelatihan dan Pendidikan UMK KAI dengan pemberian program capacity
building, program UMK on Station untuk membantu UMK KAI dan eksternal
mendapatkan pelatihanterkait UMK naik kelas dan Pameran Produk UMK KAI,
serta program pendanaan UMK sebagai program bantuan pinjaman modal usaha
bagi UMK. Sedangkan terkait dengan pilar hukum dan tata kelola, KAI berfokus
pada TPB Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan yang Tangguh yang
diwujudkan dengan melakukan program publikasi TJSL KAI di media awards.

Anda mungkin juga menyukai