Anda di halaman 1dari 8

Journal of Anaesthesia and Pain, 2020, Volume: 1, No.

2: 11-18
https://jap.ub.ac.id

Tinjauan Pustaka

Tatalaksana Catheter Related Bloodstream Infection (CRBI)


di Intensive Care Unit (ICU)
Catheter Related Bloodstream Infection (CRBI) Management in the Intensive Care Unit (ICU)

Resa Putra Adipurna1, Arie Zainul Fatoni2


1
PPDS Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif, FK Universitas Brawijaya / RSUD dr. Saiful Anwar, Malang, Indonesia
2
Konsultan Intensive Care Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif, FK Universitas Brawijaya/ RSUD dr. Saiful Anwar, Malang,
Indonesia

SUMMARY

Catheter-related bloodstream infection (CRBI) is defined as the presence of bacteremia originating


from an intravascular catheter. CRBI is an iatrogenic problem that causes significant morbidity,
mortality, excess length of stay, and excess costs. An accurate diagnosis can be established by bacterial
culture of appropriately collected specimens of blood and catheter tips.Evidence-based guidance is
available to inform antibiotic treatment and catheter management when infection occurs. Risk of CRBI
can be reduced by optimizing catheter selection, insertion, and maintenance, and by removing
catheters when they are no longer needed.

Keywords: CRBI, Intensive Care Unit, Catheter management

RANGKUMAN

Catheter-related bloodstream infection (CRBI) didefinisikan sebagai adanya bakteremia yang berasal
dari kateter intravaskular. CRBI adalah masalah iatrogenik yang menyebabkan morbiditas,
Korespondensi: mortalitas, lama rawat inap yang berlebih, dan biaya berlebih. Diagnosis yang akurat dapat
ditegakkan berdasarkan biakan spesimen darah dan kateter yang dikumpulkan dengan tepat.
dr. Resa Putra Panduan berbasis bukti tersedia untuk menginformasikan pengobatan antibiotik dan manajemen
Adipurna* kateter ketika infeksi terjadi. Risiko CRBI dapat dikurangi dengan mengoptimalkan pemilihan,
PPDS Program Studi
Anestesiologi dan Terapi Intensif, penyisipan dan pemeliharaan kateter, dan dengan melepas kateter saat tidak diperlukan lagi.
FKUB, Malang Indonesia
e-mail:
Kata kunci: CRBI, Intensive Care Unit, tatalaksana kateter
resa.putra.ap@gmail.com

PENDAHULUAN
Pemasangan akses vena sentral merupakan (CRBI). Organisme patogen dapat berkolonisasi
prosedur yang lazim dikerjakan pada pasien kritis pada bagian intravaskuler dari kateter vena sentral
yang dirawat di Intensive Care Unit (ICU). Prosedur dan kemudian menyebar ke dalam aliran darah.1 Di
ini merupakan prosedur invasif dan berisiko terjadi Amerika, pasien Intensive Care Unit (ICU) dengan
infeksi. Perawatan kateter vena sentral dan CRBI diperkirakan berjumlah 80.000 per tahun. Pada
pencegahan infeksi yang berkaitan dengan setiap CRBI yang terjadi dapat menelan biaya
pemasangan vena sentral sangat penting untuk hingga $ 56.000 dan meningkatkan mortalitas
diketahui dan dikerjakan agar menurunkan angka hingga 40%.2
kejadian Catheter Related Bloodstream Infection

Journal of Anaesthesia and Pain. 2020. Vol.1(2):11-18 11


CRBI didefinisikan sebagai sebuah kondisi tetap pada tempatnya sampai pengangkatan
3
bakteremia yang sumbernya berasal dari kateter diperlukan karena infeksi.
intravena. Hal ini merupakan salah satu komplikasi
kateterisasi vena sentral yang paling sering terjadi Tabel 1. Tabel insidensi CRBI berdasarkan jenis
dan juga menjadi penyebab yang cukup sering dari kateter (O'Grady dkk., 2011)
bakteremia nosokomial. Meskipun penggunaan Insiden CRBI
Jenis Kateter
kateter vena sentral semakin meningkat, namun (%)
Vena perifer 0,1
kejadian CRBI dapat dicegah dengan beberapa
metode.3 Arterial line 0,4
Catheter Related Bloodstream Infection Peripherally inserted central catheters
2,4
merupakan suatu masalah iatrogenik yang (PICC)
menyebabkan morbiditas, mortalitas, lama rawat Kateter vena sentral jangka pendek 4,4
3
inap berlebih, dan biaya berlebih. Pengetahuan
Percutaneous, tunneled long-term
tentang metode pencegahan, diagnosis dan 22,5
central venous catheter
manajemen pada CRBI menjadi sebuah hal penting Fully implanted, tunneled long-term
3,6
dan menarik untuk dibahas. central venous catheter

1. Definisi 3. Faktor Risiko


CRBI adalah infeksi aliran darah di mana Faktor risiko untuk CRBI terdiri dari faktor
organisme yang diidentifikasi dalam darah perifer yang berhubungan dengan pasien, kateter, dan
juga hadir dalam jumlah yang signifikan di ujung operator. Faktor-faktor yang berhubungan dengan
kateter atau dalam sampel darah yang diambil pasien yang meningkatkan risiko infeksi aliran darah
melalui kateter (kriteria untuk jumlah yang signifikan termasuk peningkatan keparahan penyakit,
disajikan pada tabel). Definisi ini adalah definisi granulositopenia, integritas kulit yang terganggu,
yang digunakan dalam praktik klinis dan hal ini dan adanya infeksi pada sekitar area insersi. Jenis
membutuhkan bukti keterlibatan kateter dengan kateter mempengaruhi risiko infeksi aliran darah
organisme yang sama pada darah perifer.1 seperti yang dibahas pada epidemiologi. Sedangkan
risiko infeksi aliran darah meningkat dengan
2. Epidemiologi semakin meningkatnya jumlah lumen. Lapisan
Lebih dari 250.000 CRBI terjadi setiap tahun kateter antiseptik atau antimikroba dapat
di Amerika Serikat dan lebih dari 80.000 di mengurangi risiko CRBI. Untuk kateter non-tunneled,
antaranya terjadi di ICU. Infeksi ini dikaitkan dengan risiko infeksi aliran darah bervariasi berdasarkan
peningkatan lama rawat di rumah sakit mencapai 10 lokasi insersi sehingga risiko terbesar untuk insersi
hingga 20 hari dan peningkatan biaya perawatan pada femoral, risiko menengah untuk insersi jugular,
mencapai $ 4000 hingga $ 56.000. Karena kateter dan terendah untuk insersi pada subclavua atau
adalah faktor risiko utama untuk CRBI, tidak ekstremitas atas. Risiko CRBI meningkat setelah jeda
mengherankan bahwa kejadian dan kepadatan dalam teknik aseptik selama penempatan dan
kejadian dari infeksi ini bervariasi antara jenis semakin meningkat dengan peningkatan frekuensi
kateter. 3 pemasangan akses kateter. 3
Lebih dari 200 laporan yang diterbitkan
menemukan perkiraan insiden dan kepadatan 4. Patogenesis
insiden CRBI bervariasi antara 0,1% dan 22,5% Infeksi pada CRBI dapat terjadi melalui port
menurut jenis kateter. Temuan ini dirangkum dalam d’entry yang selanjutnya mengalami migrasi
Tabel 1. Sebagai catatan, insiden infeksi kateter vena mikroorganisme melalui permukaan ekstraluminal
sentral jangka panjang relatif tinggi karena sering kateter ke aliran darah. Kontaminasi bakteri atau
jamur pada hub kateter juga dapat menyebabkan

Journal of Anaesthesia and Pain. 2020. Vol.1(2):11-18 12


infeksi intraluminal dari kateter dan infeksi dapat pada CRBI sehingga tidak dapat dikendalikan
menyebar ke aliran darah. Kolonisasi pada hub dan dengan tatalaksana suportif dan antimikroba. 7
migrasi infeksi intraluminal telah diakui sebagai
penyebab tersering CRBI pada pemasangan kateter 5. Kriteria Diagnosis dan Metode Diagnosis
vena sentral jangka pendek dan jangka panjang. Penentuan diagnosis CRBI ditegakkan
Penyebab CRBI yang tidak lazim adalah kontaminasi berdasarkan gejala klinis pasien dan hasil kultur.
4,
intrinsik infus dan seeding hematogen (Gambar 1). CRBI tidak muncul pada 48 jam pasca pemasangan
5.6
kateter. Gejala klinis dari CRBI biasanya tidak spesifik
dan sangat luas mulai dari demam hingga
leukositosis, sampai dengan munculnya tanda dan
gejala sepsis. Perbaikan kondisi pasien pasca
pelepasan kateter merupakan salah satu tanda dari
adanya CRBI. Kemudian pada kultur darah
didapatkan mikroorganisme yang sama antara
darah perifer, hasil kultur dari ujung kateter dan
darah yang diambil dari lumen kateter.1
Diagnosis CRBI dapat ditentukan melalui 2
metode berdasarkan kondisi kateter dilepas atau
kateter tidak dilepas. Pada kondisi kateter telah
(Cho dan Cho, 2019) dilepas, uji mikrobilogi dilakukan berupa hasil kultur
Gambar 1. Patofisiologi Catheter Related semikuantitatif dan kuantitatif dari segmen kateter.
Bloodstream Infection Sementara saat kateter masih terpasang, uji
mikrobiologi ditentukan melalui hasil kuantitatif
Organisme tertentu seperti Staphylococcus kultur kedua darah dan DTP, serta menggunakan
dan Candida mengeluarkan lapisan biofilm yang teknik endoluminal brush. 7
memberi mereka perlindungan terhadap agen
antimikroba. Bakteremia lebih mungkin terjadi Kateter Dilepas
setelah ambang batas jumlah bakteri atau jamur Pada saat kateter dilepas, uji
tercapai, sehingga terdapat hubungan antara jumlah mirkobiologi pertama yang dapat dilakukan
organisme yang diisolasi dari permukaan kateter adalah kultur semikuatitaif segmen kateter.
dan terjadinya CRBI. Adanya thrombus dapat Hasil kultur dinyatakan positif atau signifikan
meningkatkan risiko CRBI (insidensinya dapat apabila > 15 CFU, segmen kateter digulung
melebihi 30%). Selain itu, jika trombus itu sendiri pada permukaan agar darah dan CFU
terinfeksi (tromboflebitis septik), maka penyakit dihitung setelah diinkubasi selama semalam.
yang ditimbulkan dapat lebih parah dan Batasan perhitungan adalah organisme dari
kemungkinan besar lebih resisten terhadap permukaan eksternal kateter. Setelah
7
pengobatan. penggunaan berkepanjangan, kolonisasi
CRBI memicu respons inflamasi sistemik, intraluminal tidak dapat dievaluasi.
mulai dari demam dan leukositosis hingga syok Kultur kuantitatif segmen kateter
septik dan kegagalan multi organ. Tingkat kematian dinyatakan signifikan apabila didapatkan
yang dilaporkan bervariasi dari 3 hingga 25%. hasil > 102 CFU. Kultur segmen kateter
Penyebaran infeksi mungkin terjadi dan memerlukan flushing dengan broth,
mengakibatkan trombosis septik, endokarditis, dan vortexing, sonocation pada broth, diikuti
artritis septik. Deep-seated infection dapat terjadi dilusi serial dan penempatan di permukaan
agar darah. Metode ini dapat mengisolasi

Journal of Anaesthesia and Pain. 2020. Vol.1(2):11-18 13


organisme dari permukaan internal dan 6. Tatalaksana
eksternal kateter. Terapi empirik biasanya diberikan setelah
dilakukan pengambilan sampel. Sambil menunggu
Kateter terpasang hasil kultur terdapat beberapa antimikroba yang
Metode kultur kuantitatif dari kedua direkomendasikan untuk terapik empirik pada
kultur darah dianggap positif jika hasil dari pasien yang dicurigai menderita CRBI.
kedua kultur darah menghasilkan kultur  Vancomycin diberikan pada rumah
organisme yang sama dengan sakit atau institusi dengan prevalensi resistan
antibiogramnya, serta DTP kedua kultur methicilin terhadap staphylococci tinggi
darah positif. Sementara apabila (disarankan untuk mengguanakan generasi
menggunakan teknik endoluminal brush, alat pertama cephalosporin seperti cefazolin atau
yang digunakan untuk kultur permukaan anti-staphylococcal penicillin seperti
endoliminal in situ berupa wire brush, nafcillin).
kemudia darah diambil melalui CVC dan  Daptomycin sebagai pengganti
dilakukan perwarnaan gram atau acridine vancomycin pada fasilitas kesehatan dimana
orange. Teknik ini memiliki sensitivitas > 90% tingginya prevalensi menthicillin-resistant
dan spesifisitas 84%. Namun, terdapat risiko Staphylococcus aureus dengan penurunan
terjadinya bakteremia transien, aritmia kesuksesan pengobatan menggunakan
kardiak, dan embolisasi. vancomycin.
Differential Time To Positivity  Antibiotik aktif terhadap basil gram
merupakan teknis pemeriksaan berdasarkan negatif diberikan berdasarakan pola
perbedaan waktu pertumbuhan kultur darah kerentanan lokal, dalam meringankan
antara CVC dan vena perifer. Hasil DTP keparahan gejala atau pada pasien dengan
positif apabila kultur darah positif dari CVC 2 kateterisasi femoral.
jam lebih awal dibanding hasil positif kultur  Antibiotik aktif terhadap
darah perifer. DTP memilik sensitivitas 94% Pseudomonas aeruginosa diberikan
dan spesifisitas 91%. Pada studi awal DTP berdasarkan pola kerentanan lokal, untuk
digunakan pada pasien meringankan atau mengatasi neutropneia,
immunocompromised dengan penggunaaan severe ilness, atau kolonisasi Pseudomonas
kateter jangka panjang atau kateter tunnel. yang terlihat.
Sementara, pada studi terbaru digunakan  Antimikroba terhadap candida,
pada pasien dengan pemasangan kateter disarankan menggunakan echinocandin
baik jangka pendek maupun jangka panjang, apabila pasien sedang dalam kondisi
dimana pada penggunaan kateter jangka terpasang kateter femoral, pemberian nutrisi
panjang menghasilkan sensitivitas lebih secara parenteral, pemberian antibiotik
rendah. Sedangkan spesifisitas lebih rendah spektrum luas jangka panjang, keganasan
7,8
pada penggunaan kateter jangka panjang. hematologi, pasien menjalani transplantasi
Metode kuantitatif lain yang dapat organ atau stem sell hematopoetik.
dipergunakan adalah didapatkan organisme Jika kultur darah gagal tumbuh,
yang sama antara darah perifer dan darah kebutuhan terapi antibiotik empirik lebih
yang diambil melalui kateter dengan jumlah lanjut harus ditinjau kembali. Jika demam
koloni darah kateter > 3 kali lipat dari darah tidak begitu jelas atau sepsis masih berlanjut
1
perifer.

Journal of Anaesthesia and Pain. 2020. Vol.1(2):11-18 14


(O'Grady dkk., 2009)
Gambar 2. Alur manajemen tatalaksana Vena Central Jangka pendek atau Arterial Kateter CRBI

pada pasien dengan vena sentral jangka hematogen (seperti perangkat intravaskular
pendek atau kateter arteri, dimana kedua yang terpasang, imunosupresan) yang
kultur venipuncture perifer dan darah gagal membaik setelah 72 jam pelepasan kateter,
untuk mengidentifikasi CRBI berdasarkan terapi sistemik intravena antibiotik yang
kriteria diatas, kateter harus dilepas dan direkomendasikan adalah (Gambar 2):1,3
dikirim sebagai sampel kultur.  5 sampai 7 hari untuk Staphylococci
koagulase-negatif
Manajemen Vena Sentral Jangka pendek  7 sampai 14 hari untuk Enterococci dan
atau Arterial Kateter CRBI basil Gram-negatif
Untuk pasien dengan hasil kulturmya  14 hari tanpa adanya bukti jamur
terkonfirmasi CRBI, terapi antibiotik empirik untuk spesies candida
harus disesuaikan untuk mengoptimalkan  14 hari tanpa adanya bukti
pengobatan pada patogen penyebab CRBI. endokarditis klinis dan dengan
Kultur darah harus diulang pada saat terapi ekokardiografi transesophageal (TEE),
antimikroba dan durasi terapi disesuaikan untuk S. aureus
dengan jenis patogen penyebab dan dimulai
pada hari pertama kultur darah memberikan Pada pasien dengan patogen rentan
hasil. Pada dengan vena sentral jangka dan fungsi saluran cerna yang normal,
pendek atau kateter arteri CRBI, kateter yang pemberian secara oral linezolid,
telah terinfeksi harus lepaskan. Pada pasien fluoroquinolones, atau fluconazole dapat
dengan infeksi bloodstream yang tidak dipertimbangkan untuk terapi methicillin-
berkomplikasi (yaitu tidak berisiko dengan resistant staphylococcus, basil Gram-negatif,
trombosis, endokarditis, atau infeksi dan candida, retrospektif. Kultur darah
metastatik), serta tanpa adanya faktor-faktor setelah pengobatan selesai tidak dianjurkan
yang meningkatan risiko penyebaran infeksi jika tidak muncul gejala klinis infeksi (demam

Journal of Anaesthesia and Pain. 2020. Vol.1(2):11-18 15


berulang). Pada pasien yang setelah 72 jam patogen rentan dan fungsi saluran cerna
tidak memperlihatkan perbaikan gejala atau yang normal, pemberian secara oral
dengan faktor-faktor yang meningkatkan linezolid, fluoroquinolones, atau fluconazole
risiko infeksi metastatik, antibiotik bisa dapat dipertimbangkan untuk melengkapi
diganti dan disesuaikan atau ditambah terapi methicillin-resistant staphylococcus,
durasi pemeberian antibiotiknya. Serta basil Gram-negatif,dan candida. Pemasangan
diperlukan konsultasi pada ahli atau re- kateter sentral baru ditempatkan pada area
evaluasi kasus infeksi. yang berbeda dengan kateter lama setelah
72 jam dari pemberian antibiotik efektif dan
Manajemen Vena Sentral Jangka panjang hasil kutltur ulangan memperlihatkan
CRBI pertumbuhan bakteri yang sedikit.
Terapi untuk pasien CRBI jangka Pada pasien dengan vena central
panjang dengan adanya trombosis, jangka panjang CRBI yang disebabkan oleh
endokarditis, infeksi metastatik (misalnya staphylococcus koagulase-negatif,
osteomyelitis), infeksi kateter tunnel track enterococcus, atau basil non-pseudomonas
atau port, kateter harus segera dilepaskan. gram-negatif, pengobatan dapat dilakukan
Pelepasan kateter juga dianjurkan apabila tanpa melepas kateter. Terapi antibiotik
hasil kultur CRBI memperlihatkan infeksi oleh sistemik harus diberikan selama 10-14 hari.
S. aureus, spesies Bacillus, Micrococcus, Sementara lock solution antibiotik
Propionibacterium, P. aeruginosa, candida, disesuaikan untuk patogen dan untuk
atau infeksi mikrobakterial. Ketika hasil kultur kateter (diperlukan peningkatan kosentrasi
mengkonfirmasi infeksi vena sentral jangka beberapa antibiotik bila diberikan bersama
panjang CRBI, terapi antibiotik empiris harus heparin dan volume cairan antibiotik kateter
dikurangi atau disesusuaikan dengan profil (lock solution) sesuai dengan jenis, panjang,
kerentanan lokal patogen penyebab. dan jumlah lumen kateter) harus diberikan
Pelepasan kateter jangka panjang dan lama pada setiap lumen, idealnya setiap hari
pemeberian terapi antibiotik tergantung dengan waktu tunggu sekitar 24 jam atau
terhadap kondisi pasien, jenis patogen, dan dapat diperpanjang hingga 48 jam pada sesi
karakteristik panyakit pasien. Terapi selama 4 perawatan dialisis (Gambar 3). 1,3
sampai 6 minggu terapi diperlukan untuk
infeksi S aureus, durasi spesifik terapi 7. Pencegahan CRBI
tergantung pada kondisi pasien, patogen, Pencegahan yang dapat dilakukan pada
dan penyakit. Terapi selama 14 hari dapat pasien dengan pemasangan kateter central ataupun
diberikan untuk pasien nondiabetes, kateter arteri menggunakan prinsip pencegahan
nonneutropenic, nonimunosupressi tanpa infeksi alirah darah. Mengoptimalkan tenaga
trombosis septik, endokarditis (TEE negatif), multidisiplin diperlukan untuk mengurangi risiko
infeksi metastatik, atau adanya peralatan dari CRBI dalam rumah sakit ataupun fasilitas
prostetik intravaskular ketika S aureus atau pelayan kesehatan lainya. Kolaborasi antara fasilitas
infeksi bakteri lain membaik setelah 72 jam kesehatan diperlukan perlu diadaptasikan dalam
pemberian antibiotik awal dan pelepasan semua proses perawatan pasien untuk mengurangi
kateter. Untuk pasien dengan infeksi candida risiko CRBI. Berikut ini merupakan rangkuman
tanpa infeksi metastatik (termasuk candida rekomendasi pencegahan CRBI menurut CDC tahun
retinitis), terapi antifungal diteruskan hingga 2011. 8
14 hari setelah pertama kali dihasilkan kultur
negatif pengobatan. Pada pasien dengan

Journal of Anaesthesia and Pain. 2020. Vol.1(2):11-18 16


(O'Grady dkk., 2009)
Gambar 3. Alur manajemen tatalaksana Vena Sentral Jangka Panjang CRBI

Rekomendasi pencegahan CRBI: 7,8 o Tidak ada rekomendasi yang


 Lakukan edukasi dan pelatihan kepada menyatakan chlorhexidine aman
tenaga kesehatan terkait pada bayi berusia <2 bulan.
 Pemilihan jenis kateter dan lokasi o Antiseptik harus dibiarkan kering
pemasangan dengan tepat sesuai dengan rekomendasi pabrik
 Terapkan metode hand hygiene dan teknik sebelum memasang kateter.
aseptic (Kategori IB)
 Gunakan APD sesuai standar  Gunakan dressing sesuai standar
 Lakukan Skin preparation dengan baik dan  Jaga higienitas pasien, termasuk
gunakan antiseptik yang sesuai dengan rekomendasi penggunaan chlorhexidine saat
rekomendasi CDC : melakukan prosedur oral hygine.9
o Bersihkan kulit dengan antiseptik  Gunakan sutureless securement devices
(alkohol 70%, larutan yodium, atau  Gunakan anti-microbial coated catheter
larutan chlorhexidine glukonat  Tidak disarankan penggunaan antibiotika
alkoholik) sebelum pemasangan profilaksis untuk mencegah CRBI
kateter vena perifer. (Kategori IB)  Penggantian CVC harus dengan
o Bersihkan kulit dengan preparasi pertimbangan yang tepat dan sesuai indikasi
klorheksidin> 0,5% dengan alkohol
sebelum pemasangan kateter vena KESIMPULAN
sentral dan pemasangan kateter CRBI adalah masalah iatrogenik yang
arteri perifer serta selama pergantian menyebabkan morbiditas, mortalitas, lama rawat
pembalut. Jika ada kontraindikasi inap yang berlebih, dan biaya berlebih yang
terhadap chlorhexidine, tingtur signifikan. Diagnosis yang akurat dapat ditegakkan
iodine, iodophor, atau alkohol 70% berdasarkan kultur spesimen darah dan tip kateter
dapat digunakan sebagai alternatif. jika dikerjakan dengan tepat. Rekomendasi berbasis
(Kategori IA)

Journal of Anaesthesia and Pain. 2020. Vol.1(2):11-18 17


bukti telah menjelaskan pengobatan antibiotik dan pemasangan, dan pemeliharaan kateter dengan
manajemen kateter ketika infeksi terjadi. Risiko CRBI tepat, serta melakukan pelepasan kateter saat tidak
dapat dikurangi dengan melakukan pemilihan, diperlukan lagi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Marino P. The Little ICU Book. 2nd Editio. New York: Wolters-Kluwer; 2017.
2. Irwin S, Rippe J. Intensive Care Medicine. 8th Editio. New York: Wolters-Kluwer; 2018.
3. O’Grady NP, Alexander M, Burns LA, et al. Guidelines for the prevention of intravascular catheter-related
infections. Clin Infect Dis. 2011;52(9). doi:10.1093/cid/cir257
4. Infection CPS of. Asia Pacific Society of Infection Control. Vol 20.; 1999. doi:10.1017/s0195941700068727
5. Fletcher S. Catheter-related bloodstream infection. Contin Educ Anaesthesia, Crit Care Pain. 2005;5(2):49-51.
doi:10.1093/bjaceaccp/mki011
6. Cho HJ, Cho HK. Central line-associated bloodstream infections in neonates. Korean J Pediatr. 2019;62(3):79-84.
doi:10.3345/kjp.2018.07003
7. Shah H, Bosch W, Hellinger WC, Thompson KM. Intravascular Catheter-Related Bloodstream Infection. The
Neurohospitalist. 2013;3(3):144-151. doi:10.1177/1941874413476043
8. Mermel LA, Allon M, Bouza E, et al. Clinical Practice Guidelines for the Diagnosis and Management of
Intravascular Catheter-Related Infection. Clin Infect Dis. 2009;49(1):1-45. doi:10.1086/599376.Clinical
9. Fatoni AZ, Jaya W, Muzzaman MAK. Conventional and comprehensive oral hygiene procedures using
Chlorhexidine 0.2% in patients with mechanical ventilator. Int J Res Med Sci. 2019;7(12):4645.
doi:10.18203/2320-6012.ijrms20195532

Untuk menyitir artikel ini: Adipurna, RP dan AZ Fatoni. Tatalaksana Catheter Related Bloodstream Infection (CRBI)
di Intensive Care Unit (ICU). Journal of Anaesthesia and Pain. 2020;1(2):11-18

Journal of Anaesthesia and Pain. 2020. Vol.1(2):11-18 18

Anda mungkin juga menyukai