Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Kedokteran 2016, 5(4): 32-37

ISSN 2301-5977, e-ISSN 2527-7154

Komplikasi Intervensi Koroner Perkutan


Yusra Pintaningrum

Abstrak
Percutanous coronary intervention (PCI) dapat menimbulkan komplikasi yang tidak terduga. Komplika-
si tersebut dapat timbul sebagai akibat dari karakteristik peralatan yang digunakan atau karakteristik
dari intervensi itu sendiri. Komplikasi PCI secara tradisional dikelompokkan berdasarkan indikasi tin-
dakan, tahapan tindakan dan penggunaan instrumen tertentu. Perkembangan peralatan, penggunaan
stent dan terapi antiplatelet yang agresif telah menurunkan insidensi komplikasi mayor PCI selama
15-20 tahun terakhir. Salah satunya turunnya angka coronary bypass surgery (CABG) dari 1,5 persen
di tahun 1992 menjadi 0,14 persen tahun 2000 dan dari 2,9 persen di tahun 1979-1994 menjadi 0,3
persen di periode tahun 2000-2003.
Katakunci
Percutaneous coronary intervention, komplikasi, PCI.
Fakultas Kedokteran Universitas Mataram
SMF Jantung & Pembuluh Darah RSUD Provinsi NTB
*e-mail: yusra97@yahoo.com

kematian dalam 1 bulan paska PCI (termasuk kematian


1. Pendahuluan mendadak, infark miokard, stroke, pembedahan dalam 1
Intervensi koroner perkutan (percutaneous coronary in- bulan PCI) sekitar 0,6%, Tabel 1. 3
tervention /PCI) memiliki variasi komplikasi yang cu-
Tabel 1. Angka komplikasi pada PCI
kup lebar, baik masalah minor dengan sekuel sementara
sampai dengan yang mengancam jiwa sehingga dapat Komplikasi (n=23.339 prosedur) %
menyebabkan kerusakan secara ireversibel, jika tidak Kematian satu bulan pasca PCI 0,60
dilakukan penanganan segera. Komplikasi mayor pada Kematian di laboratorium kateter 0,47
kateterisasi jantung lebih jarang, yaitu kurang dari 2% Stroke 0,29
populasi, dengan mortalitas kurang dari 0,08%. Peng- Perforasi jantung 0,29
gunaan kontras iso-osmolar, kateter diagnostik dengan Setiap infark miokard 0,74
profile yang lebih rendah, serta pengalaman operator Operasi muncul 0,15
dapat menurunkan insiden komplikasi. 1 Berikut akan Stent thrombosis (ST) pada satu bulan 0,53
dijelaskan mengenai berbagai macam komplikasi yang Dugaan stent thrombosis 0,82
dapat terjadi pada prosedur PCI. Berbagai macam pem- Gagal ginjal 0,28
bagian komplikasi dari beberapa literature. Namun ada Hemodialisa 0,17
yang menyebutkan komplikasi pada PCI dibagi menjadi Perdarahan retroperitoneal 0,18
tiga, yaitu komplikasi terkait penyakit pasien, kompli- Komplikasi pembuluh darah dan perda- 0,79
kasi selama prosedur PCI, dan komplikasi terkait alat rahan
(device). Satu bulan komposit dengan ST 1,80
Satu komposit bulan tanpa ST 1,58
Komplikasi 3,36
2. Insiden dan Mortalitas
Penggunaan stent saat ini (dibandingkan dengan balloon 2.1 Komplikasi Berkaitan Seleksi dan Persiap-
angioplasty) dan perbaikan desain stent seiring waktu an Pasien
dapat menurunkan resiko komplikasi mayor secara akut Seleksi pasien yang tepat dan persiapan yang matang
dan tidak meningkatkan mortalitas walaupun kasusnya oleh intervensionist dapat mencegah terjadinya kompli-
kompleks. Laporan dari American College of Cardiolo- kasi dan efek samping saat PCI. Faktor penentu kompli-
gy National Cardiovascular Data registry, 100.000 pro- kasi antara lain: 4
sedur PCI dengan pemasangan stent 77% antara tahun
1998-2000 menunjukkan insiden infark miokard Q wave 2.1.1 Reaksi kontras
sebanyak 0,4%, urgent CABG 1,9%, dan kematian 1,4%. Insiden alergi kontras relative rendah (0,01-0,5%). Reak-
Laporan lain menunjukkan kejadian emergency CABG si alergi diklasifikasikan minor (kemerahan), moderate
dibawah 0,5%. 2 Buku ajar PCR-EAPCI – percutaneo- (urtikaria, bronkospasme), atau berat (rekasi anafilak-
us interventional cardiovascular medicine memaparkan tik dengan kolaps hemodinamik). Pencegahan reaksi
Komplikasi Intervensi Koroner Perkutan 33

urtikaria dengan memberikan diphenhydramine sebe- secara adekuat sebelum prosedur, kontras low ionic, hi-
lum prosedur. Pasien dengan rekasi anafilaksis yang drasi dengan sodium bikarbonat, dan N-acetylcysteine.
terdokumentasi harus diberikan terapi agresif dengan Penggunaan kontras iso-osmolar lebih sedikit menye-
steroid oral 24 jam sebelum prosedur (boleh diberik- babkan disfungsi renal daripada kontras osmolar tinggi
an secara intravena saat prosedur) bersamaan dengan ada penderita resiko tinggi. Obat-obatan nefrotoksik
diphenhydramine. 4 diantaranya antibiotic, obat anti inflamasi non steroid,
dan siklosporin harus dihentikan 24-48 jam sebelum
2.1.2 Diabetes dilakukan PCI dan 48 jam setelah prosedur jika me-
Pasien diabetes memiliki mortalitas yang lebih tinggi mungkinkan. Hidrasi intravena dengan salin 0,9% atau
baik setelah PCI maupun CABG dibandingkan tanpa 0,45% selama 12-48 jam sebelum pemberian kontras
diabetes. Penggunaan metformin sebagai terapi diabe- direkomendasikan pada penderita dengan insufisiensi
tes tidak hanya menyebabkan disfungsi renal tapi dapat renal. 4 POSEIDON trial menunjukkan bahwa hidrasi
memicu asidosis laktat yang fatal. Untuk itu harus dihen- dengan petunjuk LVEDP (LVEDP-guided hydration) le-
tikan sebelum prosedur sampai 48 jam setelahnya, dan bih superior disbanding hidrasi biasa untuk mencegah
dapat dimulai lagi apabila serum kreatinin normal. 3,4 AKI pada pasien dengan gangguan ginjal yang stabil. 5
2.1.3 Disfungsi ventrikel kiri dan syok
2.1.6 Penyakit vaskuler perifer
Analisis dari NHLBI Dynamic Registry dari tahun 1997
Adanya penyakit vaskler perifer juga mempengaruhi
sampai 1998 menunjukkan angka kematian saat pera-
pemilihan akses vascular dan insiden komplikasi vas-
watan dan kejadian infark miokard setelah PCI secara
kuler. Faktor yang mempengaruhi komplikasi vaskuler
signifikan berkaitan dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri
diantaranya penggunaan warfarin, trombolitik, terapi
(left ventricular ejection fraction /LVEF). Faktor yang
anti platelet, adanya penyakit vaskuler perifer sebelum-
dapat menyebabkan peningkatan resiko kolaps kardio-
nya, wanita, obesitas, dan prosedur yang lama dengan
vaskuler selama PCI diantaranya: 4
penggunaan heparin, pelepasan sheath yang tertunda,
a. LVEF kurang dari 25% dan usia tua. Insiden hematom terjadi berkisar 1%-3%
berkaitan dengan pemilihan ukuran sheath, penggunaan
b. Diameter stenosis koroner antikoagulan, anti platelet, dan obesitas. Pseudoane-
urisma dan fistula arteriovena juga berkaitan dengan
c. Penyakit Jantung Koroner (PJK) multivessel
kanulasi arteri femoral dibawah bifurkasio. 4
d. Diffuse disease pada segmen yang sudah dilebark-
an. 2.1.7 Anemia
Anemia bukan kontrakindikasi kateterisasi diagnostik.
Pada penderita yang mengalami disfungsi LV atau syok, Namun PCI elektif dengan stent sebaiknya dihindari
penggunaan kateter arteri pulmonal untuk monitor te- pada anemia defisiensi besi. 3
kanan dan penggunaan obat inotropic disarankan. Peng-
gunaan intra-aortic balloon pump (IABP) sebelum in- 2.2 Komplikasi Selama Tindakan
tervensi disarankan untuk memperbaiki outcome pada 2.2.1 Komplikasi Arteri Koroner
pasien dengan hemodinamik compromise, iskemia atau 1. Diseksi dan penutupan pembuluh darah mendadak
syok kardiogenik. Alternative lainnya adalah dengan setelah PCI (acute vessel closure). Kematian pasi-
tehnik terbaru, yaitu percutaneous left ventricular assist en saat PCI elektif kebanyakan berkaitan dengan
device (PLVADs) yang dapat mendukung hemodina- menutupnya pembuluh darah secara mendadak
mik saat prosedur resiko tinggi. 4 Pasien dengan gagal sehingga menyebabkan kegagalan fungsi ventri-
jantung dekompensasi merupakan kontraindikasi untuk kel kiri dan hemodinamik tidak stabil. Resiko
kateterisasi kecuali pasien terintubasi dan terventilasi. tersebut meningkat seiring dengan kompleksitas
Tanpa support tersebut, edema pulmonal akut diatas lesi. Prosedur yang menyebabkan diseksi, pan-
meja operasi dapat meningkatkan morbiditas dan morta- jangnya stent, dan banyaknya jumlah stent yang
litas. 3 ditempatkan serta diameter lumen berkaitan de-
2.1.4 Acuity of presentation
ngan kemungkinan stent thrombosis. 6
Resiko kejadian infark miokard post PCI, CABG, dan
2. Intramural hematoma
kematian meningkat pada pasien yang menjalani Pri-
mary PCI pada infark miokard akut dibandingkan de- 3. Perforasi
ngan angina stabil atau tidak stabil. 4
Perforasi adalah penetrasi secara anatomi inte-
2.1.5 Insufisiensi renal / acute kidney injury (AKI) gritas tunika adventitia sampai arteri perikard se-
Pasien dengan fungsi renal terganggu juga resiko ting- hingga menyebabkan ekstravasasi darah, sampai
gi terjadi contrast-induced nephropathy (CIN). Defini- menuju miokard, perikard atau ruang jantung. Di-
si CIN jika terjadi peningkatan serum kreatinin >0,5 sebabkan oleh balon yang terlalu besar atau stent,
mg/dL post procedural PCI. Kejadian CIN sekitar 2% rupture balon, paska dilatasi stent secara agresif,
sampai 40% pada pasien resiko rendah sampai ting- terapi laser, rotablasi, atau guidewire yang keluar.
gi. Pencegahan CIN diantaranya memberikan hidrasi Resiko tinggi perforasi pada wanita, usia lanjut,

Jurnal Kedokteran
34 Pintaningrum

CABG sebelumnya, PCI pada keluhan yang ti- Tabel 3. Prediksi embolisasi distal saat PPCI
dak stabil, tortuous, kalsifikasi dan arteri kecil,
Prediksi embolisasi distal saat PPCI
penggunaan IVUS dan intervensi CTO. 3
trombus angiografi > 3x diameter lumen referensi
4. Emboli udara cut-off mendadak sebelum oklusi
Kehadiran akumulasi trombus proksimal oklusi
Terjadinya emboli udara pada PCI cukup berbaha- Kehadiran mengambang proksimal trombus untuk
ya. Data retrospektif menunjukkan emboli udara oklusi
disebabkan tehnik yang tidak tepat. 3 Sebaliknya Persistent menengah distal obstruksi
Referensi diameter pembuluh > 4mm
5. Oklusi side branch – stent jail

6. Komplikasi saat stenting


2.2.3 Pencegahan No-Reflow phenomenon
a. Stent gagal mengembang (failure of stent Adenosine merupakan antidote untuk mencegah no-reflow,
deployment) namun manfaatnya baru tampak pada saat no-reflow ter-
jadi. Abciximab juga memiliki peran penting sesuai
b. Stent thrombosis dengan rekomendasi ESC. Alternative lainnya adalah
nicorandil diberikan intravena. 3
7. Spasme koroner
Vasospasme arteri koroner pada konteks PCI ada- 2.2.4 Penatalaksanaan No-Reflow phenomenon
lah mengecilnya lumen arteri sementara > 50% 1. Farmakologi Adenosine intrakoroner, verapamil,
dan reversible serta respon terhadap pemberian papaverine, sodium nitroprusside, abciximab, cyclos-
nitrat. Bisa terjadi pada pasien sindroma koro- porine, epinephrine dan streptokinase telah digu-
ner akut dan Prinzmetal angina. Mekanismenya nakan sebagai terapi pada no-reflow dengan hasil
disebabkan disfungsi endotel dan hiperresponsif yang baik. Obat tersebut dapat mencapai distal
otot polos tunika media sampai dengan stimulus koroner hingga mikrosirkulasi. Adenosine meru-
vasokonstriktor. Spasme koroner yang berat bi- pakan purine receptor antagonist, merupakan lini
sa mengganggu TIMI flow, dan sering berkaitan pertama untuk obat vasoaktif yang kuat dengan
dengan cedera pembuluh darah (diseksi, throm- memiliki waktu paruh yang pendek. Konsumsi
bus, perforasi), namun masih bisa diatasi dengan kafein <24 jam dan terapi aminofilin kronik dapat
nitrogliserin dosis tinggi atau calcium channel menumpulkan efek adenosine.
antagonist. 3
Verapamil merupakan L-type calcium channel an-
tagonist yang memiliki aksi baik pada otot polos
2.2.2 No-reflow Phenomenon
vascular maupun jaringan konduksi. Papaverin
No-reflow phenomenon didefinisikan perfusi miokard
dapat digunakan namun memiliki efek prolong
yang tidak adekuat. Sering terjadi saat primary PCI, in-
QT yang tidak disarankan pada kondisi infark
tervensi lesi kompleks, intervensi graft vena atau ketika
miokard. Beberapa penelitian membuktikan in-
peralatan rotational atherectomy digunakan. No-reflow
tra koroner streptokinase diberikan pada kondisi
ditunjukkan dengan TIMI flow 0-2. Prediksi terjadinya
PPCI. Epinefrin intrakoroner juga telah sukses
no-reflow phenomenon tampak pada table berikut (Tabel
digunakan pada pasien dengan no-reflow elektif. 3
2) dan prediksi emboli distal saat PPCI (Tabel 3):
2. Pencegahan dengan cara mekanik
Tabel 2. Prediksi penyebab no-reflow phenomenon
Prediktor fenomena no-reflow Tujuannya adalah untuk mencegah emboli distal
1. Embolisasi distal dari debris atheroma dan thrombus.
a. Beban Thrombus
2. Cedera Iskemik a. Proteksi distal Proteksi distal dapat mengu-
a. Hubungi ke balon waktu rangi insiden infark miokard periprosedural
b. tingkat iskemia 46% dan kejadian no-reflow 66%.
3. Cedera Reperfusi
b. Aspirasi thrombus Pada Thrombus Aspira-
a. Jumlah Neutrophil
tion during Percutaneous Coronary Interven-
b. Endothelin tingkat 1
tion in Acute Myocardial Infarction (TAPAS)
c. Tromboksan tingkat A2
study, 1071 pasien yang menjalani PPCI pa-
d. Berarti volume patelet dan reaktivitas
da IMA dilakukan aspirasi thrombus diiku-
4. Kerentanan Individu
ti stenting. Pada studi ini aspirasi throm-
a. Diabetes
bus menunjukkan reperfusi lebih baik diban-
b. Hiperglikemia akut
dingkan PCI konvensional. Resolusi leng-
c. Hiperkolesterolemia
kap segmen ST-T terjadi pada 56,6% pasien
d. Tidak adanya pra kondisi
dengan aspirasi thrombus, dan 44,2% pasien
PCI konvensional (P<0.001). Dan setelah

Jurnal Kedokteran
Komplikasi Intervensi Koroner Perkutan 35

satu tahun, angka kematian 3,6% pada ke- 3. AV fistula AV fistula merupakan komplikasi ia-
lompok aspirasi thrombus dan 6,7% pada trogenik yang dapat terjadi <1% dengan transfe-
kelompok PCI konvensional (p=0,020). moral. Penelitian prospektif (n=10.272) menun-
c. Direct stenting Direct stenting dapat dila- jukkan punksi femoral kiri , wanita, penggunaan
kukan jika lesi jelas terlihat dengan tujuan antikoagulan (warfarin dan heparin) serta hiper-
menjebak material emboli. tensi merupakan faktor prediksi terjadinya AV
fistula.
d. Conditioning Mengacu pada mekanisme ak-
tifasi miokard intraseluler yang dapat me- 4. Infeksi
rangsang iskemia pada kondisi IMA. Condi-
tioning merupakan strategi potensial untuk 5. Hematom Komplikasi yang tersering adalah he-
mencegah cedera reperfusi (reperfusion in- matom. Terapa massa di daerah pungsi dan harus
jury) yang berkaitan dengan no-reflow. 3 dibedakan dengan ekimosis. Penatalaksanaan-
nya dengan menekan secara manual atau meka-
nik. Data prospektif di Brisbane Australia, dari
1089 pasien yang menjalani PCI dari 1 Janua-
3. Iskemia dan Infark Miokard ri 20115-31 desember 2006 menunjukkan angka
1. Iskemia dan Infark Miokard Inflasi balon saat perdarahan sebanyak 22,4% dan hematom 7,1%. 9
PCI sering menyebabkan iskemi sementara, wa-
laupun ada tidaknya nyeri dada atau perubahan 6. Neuropraxia Berkaitan dengan nervus femoralis
ST-T. Injuri miokard dengan nekrosis bisa terja- , tidak mengancam jiwa, tapi simtomatik dengan
di saat prosedur, bisa bersamaan dengan diseksi prognosis yang baik.
koroner, oklusi arteri koroner mayor maupun side 7. Iskemi ekstremitas bawah (thrombosis atau em-
branch, disrupsi aliran kolateral, slow flow atau boli) Thrombosis arteri atau emboli pada arteri
no re-flow, emboli distal, dan microvascular plug- femoral merupakan komplikasi yang mengancam
ging. Menurut universal classification of myo- jiwa. Tanda-tanda dari acute limb ischemia (ALI)
cardial infarction, infark miokard yang berkaitan diantaranya pulseless, pale, painful, paraesthetic
dengan PCI termasuk tipe 4A, dan infark miokard foot, dimana harus dirujuk ke bedah vascular un-
berkaitan dengan stent thrombosis termasuk tipe tuk penatalaksanaan lebih lanjut.
4b , dibuktikan dengan angiografi atau otopsi. 7
8. Diseksi Peralatan apa pun yang kontak dengan
2. CABG emergensi setelah gagal PCI Menurut pe- endotel vaskuler dapat menyebabkan cedera trau-
nelitian tahun 1992-2000 pada 18.593 prosedur, matik. Dilatasi mekanik pada arteri dengan balon,
indikasinya CABG emergensi setelah gagal PCI stent, guidecatheter, guidewire, dapat menyebabk-
sebagai berikut: 3 an fraktur plak, intimal splitting, dan diseksi se-
cara local ke medial. Diseksi menyebabkan terpi-
a. Diseksi koroner ekstensif (54%)
sahnya lapisan endotel dengan media. Tergantung
b. Perforasi / tamponade (20%) dari beratnya cedera yang dapat menimbulkan
c. Berulangnya penutupan pembuluh darah se- hematom dan intra plak sehingga terjadi penyum-
cara akut (20%) batan pembuluh darah secara mekanik. Diseksi
dapat juga terjadi di aorta maupun arteri perifer.
d. Hemodinamik tidak stabil (3%) Diseksi atrial kiri dan hematom dilaporkan di Tur-
e. Diseksi aorta (2%) ki 2016. 3,10 Untuk menurunkan komplikasi akses
transfemoral: 3
f. Fraktur guidewire (1%)
1. Menggunakan floroskopi atau ultrasound
3.1 Komplikasi Terkait Akses Vaskular
2. Pungsi tepat atau dibawah femoral head
Akses arteri femoral lebih meningkatkan komplikasi
daripada radial. Tehnik pungsi yang tepat sangat funda- 3. Angiogram femoral (RAO 30 LAO 60)
mental untuk mengurangi komplikasi. Komplikasi yang 4. PCI dan antikoagulan hanya untuk pasien
dapat terjadi diantaranya: 3,8 tertentu
1. Perdarahan retroperitoneal Data CathPCI Registry dari 2005 sampai dengan
Penelitian retrospektif pada >110 ribu pasien me- 2009 dengan total prosedur PCI dengan akses
nunjukkan perdarahan retroperitoneal setelah PCI femoral sebanyak 1.819.611 menunjukkan bah-
jarang terjadi yaitu <1%. wa Vascular closure device (VCD) terbukti menu-
runkan perdarahan dan komplikasi vascular diban-
2. Pseudoaneurisma Pseudoaneurisma dapat terjadi ding dengan penekanan secara manual. 11 Akses
jika tempat pungsi menimbulkan kantong hema- arteri radial dapat menurunkan komplikasi perda-
tom. Terjadi pada arteri femoral karena penekan- rahan, terutama pada penderita yang menggunak-
an yang kurang efektif. an antikoagulan, obesitas berat, penyakit pernafas-

Jurnal Kedokteran
36 Pintaningrum

an kronik, gangguan hemostasis, dan primary PCI. glycoprotein 2b3a antagonist (GP 2b/3a) dapat mengura-
Komplikasi yang bisa terjadi pada akses radial: 3 ngi resiko frekuensi penutupan pembuluh darah. Guide-
line merekomendasikan heparin 50-100 u/kg cukup men-
1. Sindroma kompartemen capai level anti koagulan (anticoagulation level /ACT)
2. Abses steril 250-300 detik (dengan HemoTec analyser). Untuk pasi-
en yang mendapatkan Gp 2b/3a cukup dengan heparin
3. Pseudoaneurisma 50-70 u/kg. 3 Walaupun jarang, oklusi trombotik pada
4. Perforasi atau cedera pembuluh darah left coronary artery (LCA) dapat terjadi. Hal tersebut
disebabkan oleh: 3
5. Vasospasme berat
a. Instrumen yang banyak dan aktif melewati LCA
Untuk mengurangi komplikasi akses transradial selama PCI tanpa flushing adekuat.
diantaranya: 3
b. Antikoagulan yang tidak cukup
1. Hidrasi dan mengurangi kecemasan
c. Injeksi thrombus yang terdapat pada guiding ca-
2. Pemberian “cocktail” (biasanya calcium chan- theter karena kurangnya flushing.
nel antagonist dan / atau nitrat)
d. Lepasnya thrombus saat menarik kateter aspirasi
3. Heparin (3-5000 unit) pada left main atau pembuluh darah proximal.
4. Hindari punksi pada flexor retinaculum
5.4 Stent Entrapment
5. Perfusion heaemostasis Stent yang terjebak (stent entrapment) merupakan ka-
sus yang jarang, namun telah dilaporkan sebelumnya,
diterapi dengan atau tanpa pembedahan. 13
4. Krakteristik Lesi
Kalsifikasi, tortous (angulasi >45 derajat), left main, 5.5 infeksi stent koroner
bifurkasio, degenerated saphenous vein graft, chronic Infeksi stent koroner jarang terjadi, namun pernah di-
total occlusion, unprotected left main disease, dan mul- laporkan di Swedia dimana terjadi 4 minggu paska pe-
tivessel disease berkaitan dengan peningkatan kompli- masangan stent dengan kultur darah positif. Penyebab
kasi. 3,2 utamanya adalah infeksi nosokomial. 14

5. Komplikasi Terkait Device 6. Kesimpulan


Intervensi koroner perkutan (percutaneous coronary in-
5.1 Instent restenosis tervention /PCI) memiliki variasi komplikasi yang cu-
Masalah yang dapat terjadi setelah PCI adalah pertum- kup lebar, baik masalah minor dengan sekuel sementara
buhan jaringan di dalam lumen arteri, sehingga menye- sampai dengan yang mengancam jiwa sehingga dapat
babkan arteri menyempit dan buntu kembali dalam 6 menyebabkan kerusakan secara ireversibel, jika tidak
bulan. Komplikasi ini disebut restenosis. Kejadian res- dilakukan penanganan segera. Seleksi pasien yang tepat
tenosis pada PCI tanpa stent sekitar 30%, dan dengan dan persiapan yang matang oleh intervensionist dapat
stent tanpa obat sekitar 15%. Penggunaan drug-elutin mencegah terjadinya komplikasi dan efek samping saat
stents (DES) dapat menurunkan pertumbuhan jaringan PCI. Faktor penentu komplikasi antara lain reaksi kon-
parut didalam stent, sehingga dapat menurunkan angka tras, diabetes, disfungsi ventrikel kiri dan syok, LVEF
resiko restenosis. Kejadian restenosis pada DES sekitar kurang dari 25%, diameter stenosis koroner, penyakit
10%. 12 jantung koroner (PJK) multivessel, diffuse disease, Acu-
ity of presentation, Insufisiensi renal, penyakit vaskuler
5.2 Instent thrombosis perifer, dan anemia. Komplikasi arteri koroner selama
PROTECT trial membandingkan zotarolimus dengan tindakan yang dapat terjadi adalah diseksi dan penutup-
sirolimus (Cypher) stents hampir 9000 pasien yang men- an pembuluh darah mendadak setelah PCI (acute vessel
dapatkan dual anti platelet therapy (DAPT) menunjukk- closure), intramural hematoma, perforasi, emboli udara,
an tidak ada perbedaan antara 2 stent pada kejadian Oklusi side branch, stent gagal mengembang (failure of
stent thrombosis dalam 3 tahun. Sedangkan studi ko- stent deployment), Stent thrombosis, infeksi stent, spas-
hort prospektif pada 12.000 pasien, dengan penggunaan me koroner, no-reflow phenomenon. Penatalaksanaan
single anti platelet, ternyata stent DES everolimus le- no-reflow phenomenon diantaranya dengan farmakolo-
bih rendah terjadi resiko sangat lambat stent thrombosis gi yaitu adenosine intrakoroner, verapamil, papaverine,
dibandingkan sirolimus atau paclitaxel. 5 sodium nitroprusside, abciximab, cyclosporine, epine-
phrine dan streptokinase, serta harus dicegahan dengan
5.3 Oklusi trombotik pembuluh darah. cara mekanik dengan tujuannya adalah untuk mencegah
Lesi yang kompleks dan sindroma koroner akut (high emboli distal dari debris atheroma dan thrombus. Is-
risk) dapat meningkatkan resiko thrombus, penggunaan kemia dan infark miokard serta CABG emergensi juga

Jurnal Kedokteran
Komplikasi Intervensi Koroner Perkutan 37

dapat terjadi saat PCI elektif. Komplikasi terkait akses JACC: Cardiovascular Interventions. 2008;1(2):202–
vaskuler yang dapat terjadi diantaranya adalah perda- 209.
rahan retroperitoneal , pseudoaneurisma, AV fistula, in-
feksi, hematom, neuropraxia, iskemi ekstremitas bawah 9. Higgins M, Theobald KA, Peters J. Vascular access
(thrombosis atau emboli), diseksi. Akses arteri radial and cardiac complications after PCI: In-and out-of-
dapat menurunkan komplikasi perdarahan, terutama pa- hospital outcome issues. British Journal of Cardiac
da penderita yang menggunakan antikoagulan, obesitas Nursing. 2008;3(3):111–116.
berat, penyakit pernafasan kronik, gangguan hemosta- 10. Yapici MF, Ozer N, Okmen AS, Sagir A, Denizalti
sis, dan primary PCI. Komplikasi yang bisa terjadi pada TB, Ozler A, et al. A Rare Complication of Primary
akses radial diantaranya sindroma kompartemen, abses Percutaneous Coronary Intervention: Left Atrial
steril, pseudoaneurisma, perforasi atau cedera pembuluh Dissection and Hematoma. Research in Cardiova-
darah, vasospasme berat. Kalsifikasi, tortous (angulasi scular Medicine. 2016;5(4).
>45 derajat), left main, bifurkasio, degenerated saphe-
nous vein graft, chronic total occlusion, unprotected left 11. Tavris D, Wang Y, Albrecht-Gallauresi B, Curtis
main disease, dan multivessel disease berkaitan dengan J, Messenger JC, Resnic FS, et al. Bleeding and
peningkatan komplikasi. Vascular Complications at the Femoral Access Si-
te Following Percutaneous Coronary Intervention
(PCI): An Evaluation of Hemostasis Strategies. Cir-
Daftar Pustaka culation. 2011;124(Suppl 21):A16084–A16084.
1. Tavakol M, Ashraf S, Brener SJ. Risks and com- 12. Anonymous;Available from: http://www.
plications of coronary angiography: a compre- nhlbi.nih.gov/health-topics/
hensive review. Global journal of health science. topics/angioplasty.
2012;4(1):65.
13. Cicek D, Pekdemir H. A rare and avoidable compli-
2. Joseph C P, Levin T, Carrozza JP. Per- cation of percutaneous coronary intervention: stent
iprocedural complications of percutane- trapped in the left main coronary artery and its unu-
ous coronary intervention; 2016. Avai- sual treatment. Hellenic J Cardiol. 2011;52(4):367–
lable from: http://www.uptodate. 370.
com/contents/periprocedural_
complications_of_percutaneous_ 14. Kaufmann BA, Kaiser C, Pfisterer ME, Bonetti PO.
coronary_intervention#H9. Coronary stent infection: a rare but severe compli-
cation of percutaneous coronary intervention. Swiss
3. De Palma R, Christian R, Adel A, Olivier M, Tito K, medical weekly. 2005;135(33/34):483.
Eric E. The prevention and management of compli-
cations during percutaneous coronary intervention
Chapter 24. Available at. Europa Organisation.
2012;Available from: http//www.pcronline.
com/eurointervention/textbook/
pcr-textbook/chapter/3-24.php.
4. Eeckhout E, Carlier S, Lerman A, Kern M. Handbo-
ok of Complications During Percutaneous Coronary
Interventions. London: Taylor and Francis: Informa
Healthcare; 2007.
5. Redwood SR. Coronary Intervention. Euro-
pean heart journal. 2013;34(5):338–344. Ava-
ilable from: http://www.medscape.com/
viewarticle/778734_7.
6. Gumina RJ, Holmes Jr DR. Optimal patient prepa-
ration and selection to avoid complications. Han-
dbook of Complications during Percutaneous Ca-
rdiovascular Interventions. 2006;p. 17.
7. Thygesen K, Alpert J, Jaffe A, Simoons, Chaitman
B, White H. Third Universal Definition of Myoca-
rdial Infarction. 2012;.
8. Doyle BJ, Ting HH, Bell MR, Lennon RJ, Mathew
V, Singh M, et al. Major femoral bleeding com-
plications after percutaneous coronary intervention.

Jurnal Kedokteran

Anda mungkin juga menyukai