Anda di halaman 1dari 3

HASIL ANALISIS PENGUKURAN DATA STUNTING

KABUPATEN KONAWE UTARA

Perkembangan Prevalensi Stunting

Perkembangan Prevalensi stunting Kabupaten Konawe Utara selama 5 tahun


terakhir berfluktuasi. Berdasarkan data E-PPGBM (Elektronik Pencatatan dan
Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat) Prevalensi Stunting Kabupaten Konawe Utara
tahun 2018 sebesar 4,0%, tahun 2019 sebesar 6,0%, tahun 2020 sebesar 11,6%,
tahun 2021 sebesar 10,4%, dan per agustus tahun 2022 sebesar 7,2%

Kurun waktu 2018-2020 terjadi kenaikan prevalensi stunting, salah satu yang
menjadi penyebabnya adalah masih kurangnya tenaga ahli gizi, namun tahun 2021
hingga tahun 2022 (Per Agustus) prevalensi Kabupaten Konawe Utara menunjukkan
tren penurunan.

11.6
10.4

7.2
6.0

4.0
Prevalensi Stunting Konawe Utara

2018 2019 2020 2021 Agustus 2022

Sumber Data : E-PPGBM


Prevalensi Stunting Agustus 2022 Target RPJMD (10.8%) Target Nasional 2024 (14%)
16
14
12
10
8
6
4
2
0

Sumber Data : Bappeda Konawe Utara, diolah

Berdasarkan gambar di atas, secara umum 12 dari 13 kecamatan di Kabupaten


Konawe Utara memiliki prevalensi stunting yang telah memenuhi target capaian
RPJMD Kabupaten Konawe Utara tahun 2022, dan capaian tersebut selaras dengan
target capaian prevalensi stunting Nasional sebesar 14 persen di tahun 2024. Hanya
terdapat satu kecamatan yang capaiannya masih belum memenuhi target capaian
RPJMD Kabupaten Konawe Utara dan Nasional yakni Kecamatan Wawolesea.

Faktor Determinan yang Memerlukan Perhatian

Beberapa faktor yang menjadi penghambat penurunan stunting di Kabupaten


Konawe Utara yaitu dari 359 kasus stunting yang terjadi, sebanyak 268 anak atau
sebesar 74% belum memiliki kartu kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional, selain
itu faktor ketersediaan fasilitas jamban sehat juga menjadi faktor penghambat
penurunan stunting, dimana dari 359 kasus stunting sebanyak 175 keluarga atau
48,74% belum memiliki jamban sehat. Kebiasaan merokok orang tua juga masih
menjadi faktor determinan penghambat penurunan stunting di Kabupaten Konawe
Utara, sebanyak 263 orang tua masih merokok atau sebesar 73,25% dari 359 kasus
stunting. Faktor determinan selanjutnya adalah riwayat ibu hamil, sebanyak 52 ibu
hamil atau sebesar 14,48% tercatat mengalami kekurangan gizi.
Kelompok Sasaran Beresiko

Kelompok sasaran beresiko yang harus mendapatkan perhatian antara lain adalah
calon pengantin, Ibu hamil, Ibu menyusui, bayi, dan baduta. Remaja putra dan puteri
perlu mendapatkan pembekalan untuk disiapkan menjadi calon pengantin pada usia
idealnya, selain itu, pasangan muda dan tidak mampu perlu mendapatkan
pendampingan agar dapat memenuhi gizi keluarga dan berperilaku sehat.
Selanjutnya, bayi yang dilahirkan berhak mendapatkan asupan Gizi dan lingkungan
sehat yang diharapkan dapat menghasilkan generasi cerdas, produktif dan berdaya
saing.

Anda mungkin juga menyukai