Prof. Wisnujono Soewono, dr., p.M(K) (Divis! lnfeksi dan lmunologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga); Prof. M.N.E.
Gumansalangl, dr., SpM (K) (Divis! Glaukoma Fakultas Kedokteran UniversitasAirlangga) (Almarhumah); Prof. DianyYogiantoro, dr., SpM (K)
(Divis! Neuro Oftalmologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga); Prof. Dr. Gatut Suhendro, dr., Sp.M(K)(Divisi Vitreo-Retina Fakultas
Kedokteran Universltas Airlangga~Trlsnowati Taib Saleh, dr., Sp.M(K) (Divisi Refraksi dan Lensa Kontak Fakultas Kedokteran Universitas
Afrlangga): TJuk Suparjadi, dr., Sp,M (Divlsi Vitreo-Retina Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga) (Almarhum); Prof. Rowena Ghazali
Hoesir'I, dr., Sp.M(K), MARS (Divis1 Bed ah Plastfk dan Rekonstruksi Fakultas Kedokteran UniversitasAirlangga)
• f
Prof. Dr. Suharto, d ., Sp.PD.,MSc.,DTM&H (Pembantu Dakan I Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga)
H. Prap o Sutjfpto, dr. (Pembantu Dakan 11 Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga)
H. Bamb ng Subagjo (Pembantu Dekan Ill Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga).
Prof. Diany Yogi toro, dr., SpM (K) (Ketua Bag./SMF llmu Penyakit Mata FK. UNAIR/RSU Dr. Soetomo)
Prof. Wi!lnujonoSoewono, dr., Sp.Ni1(K) (Divisi lnfeksiclan lmunologi FakultasKedokteranUniversitasAirlangga); Prof. DianyYogiantoro,dr., SpM (K)
(Divisi Neuro Oftaltnologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga); Prof. N.K. Niti Susila, dr., Sp.M (Divisi lnfeksi dan lmunologi Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana); Prof. Suhardjo, dr., SU., Sp.M(K) (Divisi Katarak dan Bedah Refraktif Fakultas Kedokteran Universitas
Gajah Mada); Prof. Dr. H.H.Bi Mailangkay, dr., Sp.M(K) (Divisi Glaukoma Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia);
Prof. Dr. Gatut Suhendro,dr., Sp.M(K)(DivisiVitreo-RetinaFakultasKedokteran UniversitasAirlangga);Prof. RowenaGhazali Hoesin, dr., Sp.M(K), MARS
(Divisi Bedah Plastik dan Rekonstruksi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga); Trisnowati Taib Saleh, dr., Sp.M(K) (Divisi Refraksi dan
Lensa Kontak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga); Prof. Hamidah M. Ali, dr., Sp.M(K) (Divisi Strabismus Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga); Prijanto, dr., Sp.M(K) (Divisi Onkologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga); Sjamsu Budiono, dr., Sp.M(K)
(Divis! Katarak dan Bedah Ref aktif Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga); Gatot Suhartono, dr., Sp.M (Divisi Neuro Oftalmologi
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga); Djiwatmo, dr., Sp.M (Divisi Katarak dan Bedah Refraktif Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga); Eddyanto, dr., Sp.M (Divisi lnfeksi dan lmunologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga); Harijo Wahjudi, dr., Sp.M (Divisi
Bedah Plastik dan Rekonstruksi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga); Wimbo Sasono, dr., Sp.M (Divisi Vitreo-Retina Fakultas
Kedok!eran Unlversltas Airfangga). Nurwasis, dr., Sp.M (Divisi Glaukoma Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga); Evelyn Komaratih, dr., Sp.M
(Divis! Glaukoma Fakultas Ke9okteran Unlversitas Airlangga); Hendrian Dwikoloso, dr., Sp.M (Divisi Onkologi Pakultas Kedokteran
Unfversitas Airlangga); Jamaludd~n. dr, Sp.M (Divis! Oftalmologi Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga); fsmi Zuhria, dr., Sp.M
(Divis I Penyaklt Mala Luar Fakuf ~s Kedokteran UniversitasAirfangga).
I•
Moegfono M. Oetomo, dr., Sp.M (Divlsi Oftalmologi Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga)
Luki Inc riaswati, dr., Sp.M (Divisi Strabismus Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga)
Harijo Wahjudi, r., Sp.M (Divlsi Bedah Plastik dan Rekonstruksi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga)
Eddyant , dr., Sp.M (Divisi fnfeksi dan lmunologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga)
Evelyn omaratih, dr., Sp.M (Divisi Glaukoma Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga)
lsmi Zuhrla, di'., Sp.M (Divis! lnfeksi dan lmunofogi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga)
Surabaya ISSN
No.2 Hal. 85 - 170 Agustus 2007 1693-2587
DAFTAR 151 : , . I I~
SYARAT PENULISAN
EDITORIAL
TINJAUAN PUSTAL(A
• ADAMANTIADES-BEHGET DISEASE
Wlsnujono Soew.1>no 85 - 91
• ATROFI PAPIL SJ\RAF OPTIK
Ariesanti Tri Handayani, Gatot Soehartono 92 - 103
SUDUT TERTUTLIP PRIMER AKUT
Elisabeth Srisub,~kti, Nurwasis 104 - 115
• TATA CARA PENGELOLAAN STERILITAS KAMAR OPERAS!
Reni Prastyani, Ec.1dyanto 116 - 123
LAPORAN PENELl1rlAN
• THE ROLE OF IL-10 CYTOKINE IN INCREASED INTRAOCULAR
PRESSURE ON PRIMARY OPEN ANGLE GLAUCOMA
Admadi Soeroso 124 - 137
• THE OUTBREAK ACUTE POSTOPERATIVE
CATARACT ENDOPHTHALMITIS AT Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO
GENERAL HOSPITAL MAKASSAR
Rukiah Syawal 137 -140
• PERUBAHAN ME:TAPLASIA SEL EPITEL KONJUNGTIVA
DAN DENSITAS BEL GOBLET AKIBAT PEMAKAIAN TIMOLOL
MALEAT 0,5% DENGAN PRESERVATIF JANGKA LAMA
Daddy Armand, Sjamsu Budiono, Juliati H Alsagaff 141 - 146
• GAMBARAN RETINOPATI DIABETIK PADA KUNJUNGAN PERTAMA
PENDERITA DIABETES MELITUS DI UNIT RAWAT JALAN MATA
RSU DR. SOETOMO SURABAYA
Kitriastuti, Moesticljab 147 - 155
LAPORAN KASUS
• PENATALAKSAI\IAAN BEDAH UNTUK SINDROMA BLEFAROFIMOSIS
(PROSEDUR SA U TAHAP)
Harijo Wahjudi, M. Ferdian, /mama Qosida 156 - 159
• MANAGEMENT OF BLEPHAROCHALASIS AND CONJUNCTIVAL
CYSTS INDUCED BY ALLERGIC PROCESS
Erni lndraswati, Baswara Nandhiwardhana Eka Wijaya, Ratna Doemilah 160 - 162
• HYPERTENSIVE OP.TIC NEUROPATHY AFTER PRE-ECLAMPSIA
Heni Wijayanti, Lukisiari Agustini, Diany Yogiantoro 163 - 165
• ONE STEP JENSl::N AND HUMMELSHEIM PROCEDURES
IN BILATERAL PJ\RALYTIC ESOTROPIA
Delfitri Lutfi, Abdul Choliq, Luki lndriaswati, Hamidah M Ali 166 - 170
____,
ABSTRACT
Primary Angle Closure (PAC) is complex disease enlily as a leading cause of glaucoma. In P,\C !here is no underlying
pathology, only an anatomic predisposilion. An eye tho! is anatomically predisposed to develop ungle closure has several
faclors to precipilale an attack. Pu pillory block is the most frequent cause of angle closure and i:; the underlying co use of
most cases of primary angle closure. Acute Primary Angle Closure (APAC) occurs when intra ocular pressure (IOP) rises
rapidly as a result of relatively sudden blockage of trobeculor meschwork by iris. The rise of 10) lo relatively high levels
causes corneal epithelial edema, which is responsible for the visual symptoms. APAC is one of the most important
ophthalmic emergencies and con co use blindness rapidly. Definitive diagnosis depends on the gonioscopic verification
of ongle closure. The definitive treatment for APAC is irideclomy, laser or surgical. Thus, proph-lcctic iridectomy should
be performed in the contrnlaterol eye.
Korespondensi: Elisabeth Srisubekti, c/o: Bag./SMF llmu Penyokit Mata Fakultas Kedokterar Universitos Airlangga I
RSU Dr. Soetamo. JI. Mayjend. Prof. Dr. Moeslopo 6-8 Surabaya 60286
I
I •
Sudut Tertutup Primer Jl.kut yang disertai katarak salah satu faktor resiko primer. Menurut Kanski
dilakukan fakoemulsifikc.si didapatkan TIO yang (2003) Glaukoma sudut tertutup primer akut
rendah dan sudut lebih terbuka. Akan tetapi hal ini didefinisikan sebagai suatu keadaan peningkatan
masih mengundang kc ntroversi. Trabekulektomi TIO yang disebabkan penutupan sudut sebagian
juga merupakan terapi pada sudut tertutup primer atau seluruhnya oleh iris perifer sehingga terjadi
akut terutama pada serangan akut yang obstruksi aliran humor akuos. Sampai saat ini
terbengkalai a tau epis ode akut yang refrakter Glaukoma sudut tertutup primer tidak didefinisikan
terhadap medikamentosa dan disertai tertutupnya adanya kerusakan saraf optik, hal ini yang
sudut lebih dari 75% .. l\khir-akhir ini parasintesa membedakan dengan definisi glaukoma pada
disertai obat anti glaukcma juga menjadi alternatif umumnya. Namun kecenderungan akhir-akhir ini
pilihan untuk menurunka 1TIO inisial meskipun perlu perbedaan terminologi tergantung ada tidaknya
penelitian lebih lanjut.1•2•3·'·5 neuropati optik. Kecenderungan ini khususnya pada
Dalam praktek se-iari-narl tidak jarang kita sudut tertutup primer dimana beberapa penelitian
menemukan pasien serangan akut sudut tertutup mencoba membuat terminologi tersebut rmrrp
primer dan seharusnya ~ endekatan klinik emergensi dengan yang digunakan pada sudut terbuka
kita terapkan untuk mencegah kerusakan saraf optik primer. '·1·8·9
lebih lanjut yang pada akhirnya dapat mencegah
kebutaan. Dengan alasan diatas maka penulis FAKTOR RESIKO
tertarik untuk menulis rnakalah ini. Ada beberapa faktor resiko yang berpengaruh
pada konfigurasi bilik mata depan untuk berkembang
TERMINOLOGI DAN 1:AKTOR RESIKO menjadi sudut tertutup primer yaitu :
TERMINOLOGI Ras
Sudut tertutup mernpunyai karakteristik adanya Prevalensi glaukoma sudut tertutup primer
aposisi iris perifer ke trabekular meschwork sehingga meningkat pada usia lebih dari 40 tahun dengan
mengakibatkan obstruksi aliran humor akuos. variasi terbesar tergantung pada ras. Pad a kulit putih
Menurut European Glaucoma Society (EGS), Sudut 0.1 %-0.6%, 0.1 %-0.2% pada ras Afrika, 2.1 %-5%
tertutup primer sebaga i aposisi a tau sinekia yang ras Inuit, 0.4%-1.4% pada ras Asia Timur, 0.3%
menutup bilik mata depan yang disebabkan oleh Jepang Bentuk akut lebih sering pada ras kulit putih
I sejumlah mekanisme. Keadaan ini dapat sedangkan bentuk kronis lebih sering pada Afrika
r menyebabkan peninql.atan TIO dan perubahan danAsian.19
I
struktur pada mata. Pc,da sudut tertutup akut, bilik Biometri
mata depan tertutup oleh aposisi iridokorneal yang Pasien dengan sudut tertutup primer
reversibel. Simmons 2006 mendefinisikan sudut mempunyai segmen anterior yang kecil dan padat
tertutup sebagai aposis iris perifer dengan trabekular serta axial length pendek. Faktor presdisposisi yang
meschwork dan menyebabkan penurunan aliran penting untuk terjadi sudut tertutup adalah bilik mata
humor akuos ke bilik mata depan. Pada sudut depan dangkal, lensa tebal dan kurvatura anterior
tertutup primer tidak ada kelainan patologi yang lensa meningkat, axial length pendek dan diameter
mendasari, yang ada hanya predisposisi anatomi. serta radius kurvatura kornea kecil. Kedalaman bilik
Sudut Tertutup Primer· Akut terjadi bila ada mata depan kurang dari 2.5 mm cenderung untuk
peningkatan TIO yang cepat akibat blok mendadak menjadi sudut tertutup primer dan sebagian besar
dari trabekular meschwork oleh trts." pasien dengan sudut tertutup primer mempunyai
Terminologi qlaukorna sudut tertutup khususnya kedalaman bilik mata depan kurang dari 2.1 mm.'
glaukoma sudut tertutup primer masih kurang ada Usia
keseragaman. Secara umum terminologi glaukoma Sudut tertutup primer jarang terjadi pada usia
merupakan penyakit yang mempunyai karakteristik kurang dari 40 tahun. Prevalensi meningkat dengan
neuropati optik dengan hilangnya defek lapang usia dekade lebih dari 40 tahun. I Peningkatan
1 pandangan dimana peningkatan TIO merupakan insiden dengan usia dapat dijelaskan karena dengan
·1
'..
bertambah usia kedalaman dan volume bilik mata kontraksi muskulus dilator oupil akan meningkatkan
depan berkurang, terjadi peningkatan ketebalan aposisi iris dan anterior, lensa, mempertinggi tingkat
lensa yang dapat mendorong lensa ke depan blok pupil fisiologis yang s ecara simultan membuat
sehingga mengakibatkan peningkatan kontak iris perifer lebih flaccid sehinqqa mengakibatkan
iridolentikular. '·9·'0 tekanan bilik mata belakanq meningkat dan iris perifer
terdorong lebih ke anterior, akhirnya iris kontak dengan
Gender
permukaan kornea posterior dan TIO meningkat
Sudut tertutup primer dikatakan 2-4 kali lebih
(gambar 1 ). Sedangkan .eori muskulus sphincter
sering terjadi pada wanita dibanding pria. Tetapi
mengatakan bahwa kekuai an blok pupil terbesar dari
perbedaan ini tidak cukup besar dapat menjelaskan
muskulus sphincter saat diameter pupil sekitar 4 mm."
predileksi seksual .11·9·10
Blok pupil merupakan penyebab tersering
Riwayat keluarga penutupan sudut dan ycing mendasari sebagian
lnsiden sudut tertutup primer meningkat pada besar kasus sudut tertutup primer. Adanya blok pupil,
first degree relatives. Pada kulit putih prevalensi aliran humor akuos dari bilik mata belakang ke bilik
tersebut dilaporkan 1 %-12%, sedangkan di China mata depan melalui pupil terganggu dan sumbatan
survey menunjukkan resiko 6 kali lebih besar pada tersebut menciptakan perbedaan tekanan pada bilik
pasien dengan riwayat keluarga sudut tertutup mata depan dan belakang dimana TIO bilik mata
primer 1. belakang lebih besar daripada bilik mata depan. Jika
Refraksi blok pupil ini meningkat, iris akan lebih terdorong
Sudut tertutup primer lebih sering terjadi pada kedepan atau sering disebut iris bombans (iris
pasien dengan hipermetropia terlepas dari golongan bombe). Hal ini diakibatkan iris perifer yang lebih ti pis
ras. Kedalaman dan volume bilik mata depan lebih dibanding central iris terd )rong ke depan menutup
1 7·9·10
kecil pada hipermetropia. trabekular meshwork. Jika keadaan ini terjadi
Kelainan Sistemik mendadak dan berat maka terjadi serangan akut
Satu studi menunjukkan ada korelasi diabetes yang disebut sudut tertutup akut, bila penutupan
tipe 2 atau gangguan toleransi glukosa dengan sudut partial dan agak ber.at maka akan timbul sudut
kedalaman bilik mata depan. Akan tetapi belum tertutup intermitten atau subakut dan bila terjadi
gradual serta peningkatar nya TIO meningkat pelan
sepenuhnya mekanisme tersebut dapat dijelaskan .9
maka akan berkembang ;adi sudut tertutup kronis.
Pada sudut tertutup akut bilik mata depan tertutup
PATOFISIOLOGI
oleh aposisi iridokorneal dan dapat reversibel,
MEKANISME SUDUT TERTUTUP PRIMER
sedangkan sudut tertutuo kronis penutupan bilik
Pada sudut tertutup primer jaringan trabekular
mata depan oleh sinekia anterior perifer sehingga
meshwork normal dan peningkatan TIO disebabkan
irreversibel.1•5•5•9
oleh sumbatan mekanik pada sudut sempit yang
menghambat aliran humor akuos ke trabekular
meshwork. Situasi ini hanya berlaku pada sudut
sempit (menurutArthur Lim, 2002 disebut dangerous
angle). Dan penting untuk dimengerti bahwa bila sudut
tidak sempit tetapi terbuka dan luas, iris perifer tidak
akan kontak dengan perifer kornea, sudut tidak tertutup.
Juga penting untuk diketahui bahwa tidak semua
mata dengan sudut sempit akan berkembang menjadi
SudutTertutup Primer Akut, h anya sebagian kecil saja.5
Patogenesa yang mendasari terjadinya sudut
tertutup primer akut belum sepenuhnya dapat
dijelaskan. Menurut Kanski (2003) terdapat dua teori Gambar l. Mekonisme sudut tertutup: o. blok pupil
yakni teori muskulus dilator yang mengatakan bahwa relotif; b. iris bombe; c. kontok iridokorneol."
-----------1-lr&l:J,..,.
Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. 5, No. 2, Agustus 2007 107
I
SudutTertutupPrimerAkut .
01~
.J
Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. 5, No. 2, Agustus 2007 108
' --....---
PENATALAKSANAAN
Sudut Tertutup Prime, Akut merupakan satu
yang terpenting pada kedaruratan mata. Serangan
Gambar l 0. UBM poda sudut sempit dengon blok akut dapat sembuh spontan atau berulang dan bila
pupil." tidak diterapi dapat mengakibatkan hilangnya
penglihatan permanen atau kebutaan. Terapi definitif
Anterior Segment Optical Coherence pada Sudut Tertutup Primer Akut adalah iridektomi
Tomography baik secara laser atau pernbedahan.':"
Anterior Segment Optical Coherence Berdasarkan Japan Glaucoma Society
Tomography (AS OCT) merupakan suatu alat Guideline of Glaucoma (2 )04) terapi pada Sudut
alternatif yang dapat untuk mengevaluasi kondisi Tertutup Primer Akut dapa1 dijelaskan pada skema
segmen anterior dengan cepat dan tan pa kontak. AS dibawah ini.
OCT dapat mengukur struktur segmen anterior mata,
termasuk kedalaman bilik mata depan (Anterior
Lowering IOP Me.dical Treatment Reducing Inflammation
Chamber Depth), sudut bilik mata depan, dan Opening chamber angle
diameter bilik mata depan (jarak dari sudut ke sudut).
Dengan mengukur sudut bilik mata depan diperoleh
data untuk dapat mengevaluasi keadaan sudut yang
( Laser iridotomy)
sempit."
/~
I Succ sful Unsuccesful
or not possible
i
( =>eripheral iridectomy
17
Gambar 11. AS OCT podo molo normal.
i
<=-~~~-IO_P_c_o_nt_ro_l
~~~-:)
/ "~
Favorable Unfavorable
SudutTertutupPrimerAkut ,,
. . I u ' fl
I ncisiona E
~" Laser ridotomy
I ridectomy No, ''"b"
luccesful lridotomy in follow eye
1-----•1 if chamber angle is
at risk for closure
menjadi prioritas utama sedangkan
merupakan prioritas sekunder. '·5·9
Terapi sistemik
topikal
SudutTertutupPrimerAkut · 01m
dalam posisi supinasi se\ama satu jam. Setelah itu tidak dapat dilakukan atau secara fisik tidak mampu
Pilocarpin sebaiknya diulang setengah sampai satu mengeliminasi aposisi • sudut tertutup karena
jam. Setelah 30 men it bila TIO masih diatas 35 mmhg mekanisme lain selain blok pupil serta diperlukan
diberikan oral gliserol 50% 1 g/KgBB atau mannitol pada kegagalan terapi medikamentosa maka laser
20% 1-2 g/KgBB intravena.1810 argon iridoplasti perifer (AL Pl) merupakan pilihan
yang simple dan efektif untuk membuka aposisi
Terapi Laser tertutupnya sudut. ALPI merupakan tindakan laser
lridotomi merupakan tindakan laser untuk untuk mengkontraksi stroma iris perifer sehingga
membuat hole fullthickness pada iris untuk mampu melepaskan kontak dengan trabekular
melepaskan blok pupil. Ideal dilakukan pada iris meschwork.Tujuan iridoplasti adalah mendorong iris
perifer antara jam 11-1, tertutup oleh palpebra menjauh dari sudut denqan contracting burn.
superior sehingga dapat meminimalisasi efek lridoplasti dapat d i k o rn b i n a s i dengan
diplopia dan glare serta dilakukan tepat pada dasar pupiloplasty.':":" ·
crypta iris dimana stroma area tersebut lebih tipis
19
sehingga penetrasi laser lebih mudah.8 '0
Adapun teknik iridotomi dapat berupa: lridotomi
Laser Argon, lridotomi Laser Neodynium (YAG),
lridotomi kombinasi.
Bedah lnsisi
Pembedahan sebaiknya dipertimbangkan bila
lridotomi Laser dan lridoplasti Laser tidak tepat dan
Gomborl 6. lridotomi Loser kombinosi argon
tidak berhasil. Pembedahan dapat berupa iridektomi
dilonjutkon Nd:YAG.12 perifer, ekstraksi lens a, parasintesa dan
trabekulektomi meskipun jarang. Bila mata masih
inflamasi tetapi TIO sudah menurun sebaiknya
ditunggu sampai mata \ebih tenang.'
lridektomi perifer
Pembedahan iridektomi dilakukan hanya bila
lridotomi Laser paten tidal. tercapai. Situasi-situasi
tertentu juga menqindikaslkan untuk dilakukan
iridektomi secara bedah yaitu kornea yang keruh,
bilik mata depan datar dan penderita kurang
(A) (B) kooperatif. '·5
Gamborl 7. A. UBM blok pupil, B. UBM po ska
lridotomi l.oser.' Ekstraksi lensa
Ekstraksi lensa saja dapat memperdalam bilik
Tindakan lridotomi Laser tidak lepas dari mata depan, rnemperluas sudut filtrasi serta
komplikasi-komplikasi yang ditimbulkan, adapun rnenurunkan TIO. Ekst·aksi lensa sebaiknya
komplikasi-komplikasi tersebut adalah:9·'° Kabur, dilakukan tiga bulan setelah lridotomi Laser karena
Abnormalitas pupil, Diplopia dan glare, Kerusakan mata sudah tenang, adesi iridokorneal tidak tetap
kornea, Uveitis anterior, Sinekia posterior, dan lebih aman. Pendapat lain, lridotomi Laser
Perdarahan, Peningkatan TIO, Opasitas lensa. perifer merupakan prosedur yang cepat, mudah dan
Pada situasi tertentu dimana lridotomi Laser efektif untuk terminasi sebaqlan besar serangan
sudut tertutup primer akut. Fakoemulsifikasi bukan trabekulektomi. Di China bila serangan akut sudah
prosedur yang mudah. Oleh karena itu pertama terbengkalai trabekulektomi bisa dilakukan.5·22
sebaiknya dilakukan laser perifer iridotomi dan atau
plasty. Dievaluasi kemudian dan bila diperlukan
dapat dilakukan ekstraks i katarak pad a mata yang
lebih tenang dan TIO sudah menurun.1·5•9
Namun akhir-akr ir ini ekstraksi lensa
(Fakoemulsifikasi) dan penanaman lensa intraokuli
posterior chamber dilak .ikan pada keadaan akut,
beberapa penelitian menunjukkan hasil yang efektif,
meskipun masih kontroversi karena pada keadaan
akut kemungkinan adesi iridokorneal permanen Garn bar 20. Trabekulektomi A ornix based flap, B.
sehingga ekstraksi lensa menjadi kurang efektif.1·2·5·9 limbus based flap.23
.i .,,,
'
- Parasintesa bilik mata depan
Ii I , '\ Parasintesa bilik mata depan merupakan
I1,( /~\ after cataract
•uro ,ry.. l•n• Implant
\ modalitas lain dalam rangka menurunkan TIO inisial.
I In p< ,tllon Parasintesa dapat dilakukan dengan menggunakan
!
I
surgical blade steril 0.75 mm pada temporal limbus
, aque, •u• flow
i
dengan sebelumnya diberikan anestesi topikal dan
antibiotika topikal sebelum dan setelah parasintesa.
i Parasintesa bilik mata depan dapat pula
menggunakan jarum 30 G atau spuit tuberkulin jarum
Gambar 19. Skematis oliron humor okuos setelah
30 G dengan terlebih dahulu melakukan clear
ekstraksi kotorok."
corneal incision dengan wheeler knife .2•
Trabekulektomi Mata jiran
Karena komplik.asl durante dan paska Pada mata jiran mempunyai predisposisi
trabekulektomi maka biasanya tidak dilakukan pada anatorn' untuk terjadi blok pupil dan beresiko untuk
keadaan akut, akan tetapi trabekulektomi dapat berkembang menjadi sudut tertutup akut. Serangan
disarankan bila serangan terjadi lebih dari 36 atau 72 akut pada mata yang terkena dapat meningkatkan
jam. Pada paska ser anqan akut sudut tertutup efek simpatik pada mata jiran untuk terjadi dilatasi
primer, trabekulektomi diindikasikan bila sudah pupil. Untuk itu maka lridotomi Laser pada mata jiran
terdapat PAS lebih dari 70 %, sedangkan apabila penting dilakukan setelah serangan akut. lridektomi
PAS yang terjadi masih sekttar 50 % iridektomi masih perifer diindikasikan bila lridotomi Laser tidak dapat
mungkin untuk dilakukan dan bila paska episode dilakukan. '·5
akut dengan medikamentosa maksimal sudut masih Mata jiran yang tidak diterapi 40%-80% akan
tetap tertutup lebih dari 75% meskipun dengan berkembang menjadi serangan akut 5-10 tahun
gonioskopi indentasi dan atau TIO masih lebih 45 kemudian. Bahkan penelitian di Singapore Hospital
mmhg. Pada keadaar in'i keberhasilan iridektomi menunjukkan bahwa dua minggu setelah serangan
perifer hanya 43% _3·5·'6·21 akut sudut tertutup primer, sekitar 27.3% mata
Pada mata Asian serangan akut kadang jirannya terdapat neuropati optik dan gangguan
refrakter terhadap terapi standar. Trabekulektomi lapang pandangan. Dan pemberian pilocarpin
biasanya dilakukan pada mata yang tidak respon jangka panjang tidak efektif untuk mencegah
terhadap terapi rnedlkarnentosa atau mata yang kemungkinan serangan akut pada mata jiran. '·25
berespon terhadap terapi medikamentosa tetapi
diperkirakan mempunyai dasar untuk berkembang RINGKASAN
menjadi kronis. Pada kasus yang seperti ini iridotomi Sudut tertutup primer merupakan keadaan
perifer tidak dilakukan sebelum dilakukan komplek yang dapat memicu untuk terjadinya
W >«.t!IOO-JW~~ ~""'
"'" .. t' ,.,m.,..~ ...-."l". •1• --···--·------- -----
.......... .,..._~~,.~weMOo ... ...,........ ~--~~
Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. 5, No. 2, Agustus 2007 114
glaukoma. Blok pupil relatif menjadi penyebab Optik dan La pang Pandangc n Sudut Tertutup Primer
tersering dan yang mendasari lebih dari 90 % kasus Akut biasanya tidak ·terjadi perubahan atau
terjadinya sudut tertutup primer. perubahan relatif dari saraf optik dan lapang
Simmons (2006) mendefinisikan sudut tertutup pandangan. Papi! saraf optik hiperemi sampai
sebagai aposisi iris perifer dengan trabekular perdarahan dan lapang pandanqan normal atau
meschwork dan menyebabkan penurunan aliran sedikit konstriksi. Diagnosa ·:lefinitif tergantung pada
humor akuos ke bilik mata depan. Pada sudut pembuktian sudut tertutup pada gonioskopi.
tertutup primer tidak ada kelainan patologi yang Sudut Tertutup Primer Akut merupakan satu
mendasari, yang ada hanya predisposisi anatomi. yang terpenting pada kedaruratan mata karena bila
Sudut Tertutup Primer Akut terjadi bila ada tidak diterapi dapat mengakibatkan hilangnya
peningkatan TIO yang cepat akibat blok mendadak penglihatan permanen atau xebutaan, Terapi definitif
dari trabekular meschwork oleh iris. pada Sudut Tertutup Prime· Akut adalah iridektomi
Namun kecenderungan akhir-akhir ini baik secara laser atai, pembedahan. Terapi
terminologi khususnya sudut tertutup primer medikamentosa intensif u 1tuk menurunkan TIO,
mencoba dibuat mirip yang digunakan pada sudut sebaiknya dimulai seseuera mungkin karena
terbuka primer. tingginya TIO akan merusak saraf optik lebih lanjut.
Ada beberapa faktor resiko, berpengaruh pada Pembedahan dipertimbangkan bila lridotomi
konfigurasi bilik mata depan yang dapat berkembang Laser dan lridoplasti Laser tidak tepat dan tidak
menjadi sudut tertutup primer yakni ras, gender, berhasil. Pembedahan dapat berupa iridektomi
refraksi, biometri, usia, riwayat keluarga serta perifer, ekstraksi lensa, trabekulektomi dan
kelainan sistemik. parasintesa bilik mata depan meskipun masih perlu
Patofisiologi pada sudut tertutup primer, penelitian lebih lanjut. Bila mata masih inflamasi
jaringan trabekular meschwork normal dan tetapi TIO sudah menunrn sebaiknya ditunggu
peningkatan TIO disebabkan oleh sumbatan sampai mata lebih tenang. Penting untuk
mekanik pada sudut sempit yang menghambat aliran diperhatikan mengobati rr ata jiran, baik dengan
humor akuos ke trabekular meschwork. Pada mata iridotomi laser atau iridektorni perifer dan perawatan
yang secara anatomi dapat berkembang menjadi paska tindakan pernbedah.an merupakan hal yang
sudut tertutup primer menurut Allingham, 2005 esensial.
mempunyai faktor-faktor pencetus untuk terjadinya
serangan akut yakni faktor penyebab midriasis
ataupun miosis. Sedangkan patogenesa sudut
tertutup primer akut belum sepenuhnya dapat DAFTAR PUSTAKA
dijelaskan tetapi terdapat dua teori menurut Salmon 1. Simmons ST, Cioffi GA, Gross RL et al, 2006,
(2004) yakni teori muskulus dilator dan teori Basic and Clinical Science Course, Glaucoma,
muskulus sphincter. section 10, American Academy of
Serangan akut sudut tertutup primer biasanya Ophthalmology, pp 11-15 and 119-146
mendadak ketika tekanan intraokuli meningkat cepat 2. Zhi ZM, Um A, Wong TY, 2003, Brief Report, A
karena terjadi blok relatif trabekular meshwork oleh Pilot Study of Lens Extraction in the
iris, berupa nyeri mata mendadak, sakit kepala, Management of Acute Primary Angle Closure
kabur, melihatcahaya pelangi, mual, muntah. Glaucoma, available from: Elsevier Science Inc,
Adapun tanda klinik Sudut Tertutup Primer Akut American Journal of Ophthalmology, Vol 135
didapatkan TIO yang tinggi (biasanya 45-75 mmhg) no.4, download date: 16 Sept 2006.
dan pada pemeriksaan Lampu Celah Biomikroskop 3. Boyd Bf, Luntz M, 2(102, Innovation in The
didapatkan kongesti pembuluh darah epiklera dan Glaucomas Etiology , Diagnosis and
konjungtiva, edema epitel kornea, bilik mata depan Management, English Edition, Highlights of
dangkal, pupil iregular, middilatasi, lensa membesar Ophthalmology lntemational. Colombia, pp 269-
dan lebih terdorong kedepan.Pemeriksaan Saraf 278.
•••••••••••••••m11~~;11;; :
Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. 5, No. 2, Agustus 2007 115
ICD2]
4. Congdon Nathan, 2005, Angle Closure 14. Goldberg I, Abe H,Agulto M et al, 2004, Asia
Glaucoma: How to Approach the World's Pasific Glaucoma Guidelines, South East Asia
Leading Cause of Irreversible Blindness, Glaucoma Interest Group- SEAGIG, pp 67-83.
Glaucoma Service Foundation to Prevent
Blindness, availe ble from Ophthalmic 15. Duane TD, Jaeger EA, 1988, Primary Angle
Hyperguide. Down load date: 23 September Closure Glaucoma, Clinical ophthalmology,
2006. Lippincott Company, Philadelphia, chapter 53,
5. Arthur Lim, 2002, Acute Glaucoma, Acute pp.1-31.
Primary Closed Anqle Glaucoma, Singapore 16. Grehn F, Stamper, 2004, Glaucoma, Springer,
Univercity Press, pp. :~-65. New York, pp 93- 103 and 193-207.
6. Hitchings R, Miqdal C, Bechetoille et al, 17. Visante OCT,2006, Anterior Segment OCT
European Glaucoma Society, Terminology and Color, available from
Guidelines for Glaucoma,11 edition, ch1. 9-14 http/www.meditec.zeiss.com, download date 23
and ch.2-13-20. Septembe 2006.
7. Kanski JJ, 2003, Glaucoma, Clinical 18. Abe H, Kitazawa Y, Kuwayama et al, Japan
Ophthalmology A Systemic Approach, fifth Glaucoma Society, 2004,Guidelines for
edition, Butterworth-Heinemann, pp. 223-234. Glaucoma, Gaitama Japan, pp 13-18 and 41-47.
8. Salmon JF, Kanski JJ, 2004, Glaucoma A 19. Krupin K, 1988, Manual of Glaucoma
Colour Manual of [)iagnosis and Treatment, Diagnosis and Management, Churchill
third edition, Butterworth-Heinemann, pp., 13-20, Livingstone Inc, pp. 167-230.
69- 20. Ritch . 2006, Angle Closure Glaucoma
9. Allingham RR, Damji K, Freedman S, et al, 2005, Concepts and Treatment, PIT Perdami,Medan.
Pupilary Block Claucoma and Surgical 21. Jackson, Leland, Barry et al, 2001, Optometric
Approaches for Coexisting Glaucoma and Clinical Practice Guideline, Care of The Patient
Cataract, Shields' Textbook of Glaucoma, Primary Angle Closure Glaucoma, American
Lippincott Williams and Wilkins, pp 217-234 and OptometricAssociation, pp 15-23.
pp 662-671. 22. Garg Ashok, Melamed S, Mortensen et al, 2006,
10. Rieth R, Shields MB, Krupin T, 1996, Ultrasound Mastring The Techniques of Glaucoma
Biomicroscopy in Glaucoma, The Glaucomas Diagnosis and Management, section 28,
Basic Science, second edition, Mosby, pp 471- Trabeculectomy en Evidence Base Up Date,
490. first edition, Jaypee Brother Med. Publish.
11. Kinshuck D, 2006, Angle Closure Glaucoma 23. Podos S, Yanoff M, 1988, Filtration Surgery,
and Prevention of Acute Glaucoma, Eye Glaucoma, Textbook of Ophthalmology, section
Department, available from V, Mosby, Europ, p9.46
http/www.goodhope com, download date 1 Juli 24. Hersh PS, 1988, Ophthalmic Surgical
2006. Procedures, first edition, Little Brown, USA, pp.
12. Atlas of Ophthalmology, 2006, Primary Angle 45-47; 139-160.
Closure available from 25. Hooi L, Husain et al, 2006, Glaucoma Status of
nttp.www.atlasopht'ialrnoloqy.corn, download Fellow Eyes of Acute Primary Angle Closure,
date 1 Juli 2006. The 21 •• Cong res of The Asia-Pacific Academy of
13. Gaasterland DE, Allingham RR, Gross RL et al, Ophthalmology 2006, p 319.
2005, Preferred Practice Pattern, Primary 26. Hoskins HD, Kass M, 1989, Becker-Shaffer's
Angle Closure, American Academy of Diagnosis and Therapy of the Glaucomas,
Ophthalmology, pp2-16. sixth edition, pp 209-276.