Anda di halaman 1dari 7

MODUL 15

ORDE BARU
A. LATAR BELAKANG ORDE BARU

Setelah terjadinya peristiwa Gerakan 30 September 1965, situasi


Indonesia semakin tidak kondusif. Masyarakat pada saat itu
mengganggap PKI sebagai penyebab peristiwa tersebut. Pada 8
Oktober 1965, sekumpulan kesatuan aksi mahasiswa yang membentuk
Front Pancasila menuntut agar PKI segera dibubarkan dan mengadili
tokoh-tokoh yang diduga terlibat di dalamnya. Kondisi diperparah
dengan mahalnya harga bahan pokok yang biasa dikonsumsi oleh
rakyat. Dengan pertimbangan ini, pada 10 Januari 1966, Kesatuan Aksi
Mahasiswa Islam (KAMI) dan Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia
(KAPPI) mengajukan tuntutan yang dikenal dengan TRITURA (Tiga
Tuntutan Rakyat):
a. Bubarkan PKI dan ormas-ormasnya.
b. Bersihkan kabinet Dwikora dari unsur PKI.
c. Turunkan harga sembako.

Menghadapi situasi demikian, Presiden Soekarno memanggil


semua menterinya untuk melaksanakan sidang kabinet di Istana Bogor.
Dalam sidang tersebut, Soekarno berjanji akan segera menyelesaikan
masalah-masalah yang terjadi di Indonesia, bahkan beliau akan
memberikan jabatan menteri jika ada yang sanggup menurunkan
harga. Perwujududan terhadap janji tersebut, Presiden Soekarno
akhirnya merombak kabinet Dwikora menjadi Kabinet Dwikora yang
disempurnakan dengan jumlah 100 menteri yang masih banyak
memihak kepada PKI. Mahasiswa yang tidak puas akan tindakan
tersebut akhirnya kembali melakukan aksi demonstrasi yang semakin
besar. Bentrokan dengan Pasukan Pengawal Presiden sulit dihindarkan
sehingga menewaskan Arif Rahman Hakim (seorang mahasiswa UI).
Presiden Soekarno yang tidak terima atas aksi kesatuan-kesatuan aksi

Modul Sejarah by Dwi Susanti Page 1


mahasiwa tersebut akhirnya mengambil keputusan untuk
membubarkan KAMI pada 26 Februari 1966 dan menyusul menutup
kampus Universitas Indonesia pada 3 Maret 1966.
Pada 11 Maret 1966, Presiden Soekarno mengadakan rapat
Kabinet Dwikora yang disempurnakan di Istana Negara, untuk
membahas mengenai pemecahan masalah yang terjadi saat itu. Di
tengah berlangsungnya rapat, Mayjen Sabur (Komandan Pasukan
Cakrabirawa) memberitahukan banyak tentara yang tidak dikenal
berada diluar istana. Mendengar berita tersebut, Soekarno
memutuskan untuk pergi ke Istana Bogor ditemani oleh Wakil Perdana
Menteri II (Dr. Subandrio) dan Wakil Perdana Menteri III (Chaerul
Saleh). Rapat pun kemudian dilanjutkan dengan Wakil Perdana
Menteri I (Dr. Leimena) sebagai pemimpin sidang kabinet tersebut.
Setalah sidang kabinet selesai, tiga orang perwira TNI-AD
(Mayjen Basuki Rahmat, Brigjen M. Yusuf dan Brigjen Amir Mahmud)
menyampaikan hasil sidang kabinet kepad Letjen Soeharto. Dari
pertemuan tersebut, Letjen Soeharto akhirnya menyuruh dan
mengizinkan agar ketiga perwira tersebut menemui Presiden Soekarno
untuk menyampaikan Letjen Soeharto sanggup menyelesaikan kemelut
politik dan memulihkan keamanan serta ketertiban di ibukota. Setelah
melakukan pembicaraan, akhirnya Presiden Soekarno memberikan
surat perintah kepada Letjen Soeharto (selaku Panglima Angkatan
Darat dan Pangkopkamtib) untuk memulihkan keadaan dan wibawa
pemerintah. Dalam menjalankan tugasnya, Letjen Soeharto juga
diharuskan melaporkan segala sesuatunya kepada Presiden Soekarno.
Surat perintah ini kemudian dikenal sebagai Surat Perintah Sebelas
Maret (Supersemar). Tindakan pertama yang dilakukan Letjen
Soeharto selaku pemegang mandat Supersemar:
a. Membubarkan PKI dan ormas-ormasnya
b. Menangkap 15 orang menteri yang dianggap terlibat dalam
keanggotaan PKI Pada tanggal 22 Februari 1967, terjadilah
penyerahan kekuasaan dari Presiden Soekarno kepada Letjen Soeharto

Modul Sejarah by Dwi Susanti Page 2


sebagai pengemban TAP MPRS No.IX/MPRS/1966. 12 Maret 1967,
Jenderal Soeharto resmi dilantik sebagai Presiden RI.

B. KEBIJAKAN PEMERINTAHAN ORDE BARU


a. Bidang Politik
1. Pembekuan Hubungan dengan Republik Rakyat Tiongkok
Pada 1 Oktober 1967, Pemerintantah Republik Indonesia
membekukan hubungan diplomatik dengan Republik Rakyat
Tiongkok (RRT). Keputusan tersebut dilakukan karena RRT
telah mencampuri urusan dalam negeri Indonesia dengan cara
memberikan bantuan kepada Gerakan 30 September 1965,
baik untuk persiapan, pelaksanaan, maupun sesudah
terjadinya pemberontakan tersebut. Selain itu, pemerintah
Indonesia merasa kecewa dengan tindakan teror yang
dilakukan orang-orang Cina terhadap gedung, harta, dan
anggota-anggota Kedutaan Besar Republik Indonesia di
Peking. Pemerintah RRT juga telah memberikan perlindungan
kepada tokoh-tokoh Gerakan 30 September 1965 di luar
negeri serta secara terang-terangan menyokong bangkitnya
kembali PKI. Melalui media massanya, RRT telah melakukan
kampanye menyerang Orde Baru. Pada 30 Oktober 1967,
Pemerintah Indonesia secara resmi menutup Kedutaan Besar
di Peking.

2. Indonesia masuk kembali sebagai anggota PBB


Pada 28 September 1966, Indonesia menyatakan
bergabung kembali dengan PBB (sebelumnya pada 7 Januari
1965, Indonesia keluar dari keanggotaan PBB) demi
mewujudkan politk luar negeri Indonesia yang bebas-aktif.

3. Penghentian konfrontasi dengan Malaysia


Langkah awal dari upaya perdamaian ini dengan
meyelenggarakan Perundingan Bangkok pada 29 Mei–1 Juni
1966. Ada pun hasil dari perundingan tersebut berisi:

Modul Sejarah by Dwi Susanti Page 3


 Kepada rakyat Sabah dan Serawak akan diberi kesempatan
menegaskan lagi keputusan yang mereka ambil mengenai
kedudukan mereka dalam Malaysia.
 Kedua pemerintah menyetujui memulihkan hubungan
diplomatik.
 Menghentikan tindakan-tindakan permusuhan.
Tindak lanjut dari pertemuan tersebut, 11 Agustus 1966
Indonesia dan Malaysia sepakat untuk menandatangi naskah
persetujuan normalisasi hubungan di Ruang Pancasila,
Gedung Departemen Luar Negeri.

4. Sosialisasi Pancasila sebagai asas tunggal


Pada 12 April 1976, Presiden Soeharto mengemukakan
gagasan mengenai pedoman untuk menghayati dan
mengamalkan Pancasila yang terkenal dengan nama
Ekaprasatya Pancakarsa atau Pedomanan Pengahayatan dan
Pengamalan Pancasila (P4). Untuk mendukung pelaksanaan
Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 secara murni dan
konsekuen, sejak tahun 1978 pemerintah menyelenggarakan
penataran P4 secara menyeluruh pada semua lapisan
masyarakat. Penataran P4 ini bertujuan membentuk
pemahaman yang sama mengenai demokrasi Pancasila dengan
adanya pemahaman yang sama terhadap Pancasila dan
Undang-undang Dasar 1945 diharapkan persatuan dan
kesatuan nasional akan terbentuk dan terpelihara.

5. Pemilhan Umum 1971


Dengan menggunakan dasar hukum UU No. 15 tahun1969
tentang pemilu dan UU No. 16 tahun 1969 tentang Susunan
dan Keduduka MPR, DPR, dan DPRD, pada 5 Juli 1971,
pemerintahan Orde Baru melaksanakan pemilu pertama sejak
era Jenderal Soeharto menjabat sebagai Presiden Indonesia.
Pemenang dalam pemilu ini adalah Golkar.

Modul Sejarah by Dwi Susanti Page 4


6. Penyederhanaan partai politik
Demi menjaga stabilitas politik Indonesia pada 1973
pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk mengurangi
jumlah partai yang ada dengan cara melakukan fusi
(penggabungan) dengan dasar kesamaan program. Dari hasil
fusi tersebut, lahirlah partai dan 1 Golkar yang susunannya
sebagai berikut:
• Partai Demokrasi Indonesia (PDI), fusi dari PNI, Partai
Katholik, Partai Murba, IPKI, dan Parkindo.
• Partai Persatuan Pembangunan (PPP), fusi dari NU,
Parmusi, PSII dan Persatuan Tarbiyah Indonesia (Perti).
• Golongan Karya (Golkar), sebuah organisasi masa yang
diberi hak untuk berpolitik.

7. Proses integrasi Timor Timur


Proses ini terjadi berkat adanya Revulucao dos Cravo atau
Revolusi Bunga yang terjadi di Portugis. Dengan adanya
revolusi tersebut, Portugis memberikan kesempatan kepada
negara jajahannya untuk menentukan nasibnya sendiri. Rakyat
Timor Timur kemudian merespons kebijakan Portugis
tersebut dengan membentuk partai politik yang terdiri dari:
• Associacao Social Democratica Timorense (ASDT) yang
kemudian berganti nama menjadi Frente Revolucionaria de
Timor Leste Independente (Fretelin) yang menghendaki
agar Timor Timur merdeka sepenuhnya.
• Uniao Democratica Timorense (UDT)
• Associacao Popular Democratica de Timor (Apodeti)
Berbagai pembicaraan serius pun mulai dilakukan oleh
Portugis, Indonesia, dan beberapa perwakilan rakyat Timor
Timur untuk menentukan masa depan Timor Timur. Akhirnya
pada 17 Juli 1976, dikeluarkan UU No. 7 tahun 1976 tentang
Integrasi Timor Timur dengan Indonesia yang diperkuat pula
oleh TAP MPR No. VI/MPR/1978.

Modul Sejarah by Dwi Susanti Page 5


b. Bidang Ekonomi
Untuk mengurangi tingkat inflasi dan mempercepat
pembangunan nasional, pemerintah Orde Baru menerapkan
beberapa kebijakan, seperti:
1. Penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri
Untuk mempercepat proses pembangunan nasional,
dikeluarkan UU No. 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal
Asing (PMA) dan Undang-Undang Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN) pada 3 Juli 1968 sebagai UU. No. 6 tahun
1968.
2. Mengeluarkan Trilogi Pembangunan Agar arah pembangunan
menjadi fokus, pemerintah Orde Baru menerapkan Trilogi
Pembangunan yang terdiri atas:
• Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju
kepadaterciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
• Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.
• Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis
3. Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun) Pada 1 April 1969,
dikeluarkan Repelita sebagai petunjuk bagi arah pembangunan
nasional. Repelita terdiri dari:
• Repelita I (1969–1974) bertujuan memenuhi kebutuhan dasar dan
infrastruktur dengan penekanan pada bidang pertanian.
• Repelita II (1974–1979) bertujuan meningkatkan pembangunan di
pulau-pulau selain Jawa, Bali dan Madura, di antaranya melalui
transmigrasi.
• Repelita III (1979–1984) menekankan bidang industri padat karya
untuk meningkatkan ekspor.
• Repelita IV (1984–1989) bertujuan menciptakan lapangan kerja
baru dan industri.
• Repelita V (1989–1994) menekankan bidang transportasi,
komunikasi, dan pendidikan.

Modul Sejarah by Dwi Susanti Page 6


c. Bidang Sosial Budaya
1. Diskriminasi terhadap etnis Tionghoa
Warga keturunan Tionghoa dilarang berekspresi. Sejak tahun 1967,
warga keturunan dianggap sebagai warga negara asing di Indonesia
dan kedudukannya berada di bawah warga pribumi yang secara tidak
langsung juga menghapus hak-hak asasi mereka.
2. Revolusi hijau
Revolusi Hijau adalah perubahan fundamental dalam pemakaian
teknologi budidaya pertanian. Penerapan Revolusi Hijau di Indonesia
menjadi negara swasembada pangan dari tahun 1984-1989.
3. Wajib Belajar 6 Tahun
4. Program Keluarga Berencana

Modul Sejarah by Dwi Susanti Page 7

Anda mungkin juga menyukai