Anda di halaman 1dari 21

REPRESENTASI BUDAYA OMOIYARI DALAM ANIME

NISEKOI KARYA NAOSHI KOMI


Tugas Untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Metode Penelitian
Sastra

Oleh:
Muhammad Ramadhan Naziih Al Baihaqi
NIM 201911620009

FAKULTAS SASTRA
PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG
UNIVERSITAS DR. SOETOMO
2022
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................i
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Fokus Permasalahan...........................................................................................4
C. Tujuan Penelitian................................................................................................4
1. Tujuan Umum.................................................................................................4
2. Tujuan Khusus................................................................................................4
D. Manfaat Penelitian..............................................................................................4
1. Manfaat Teoretis.............................................................................................5
2. Manfaat Praktis...............................................................................................5
E. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian..............................................................5
F. Definisi Istilah Kunci.........................................................................................5
G. Sistematika Penulisan.........................................................................................6
BAB II...........................................................................................................................8
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI........................................................8
A. Kajian Pustaka....................................................................................................8
B. Landasan Teori...................................................................................................9
1. Semiotika........................................................................................................9
2. Representasi..................................................................................................10
BAB III........................................................................................................................13
METODE PENELITIAN............................................................................................13
A. Metode Penelitian.............................................................................................13
B. Sumber Data dan Data......................................................................................13
C. Teknik Pengumpulan Data...............................................................................14
D. Teknik Analisis Data........................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................16
LAMPIRAN................................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Karya sastra menurut Febrianty (2016: 12) adalah sebuah karya kreatif hasil
dari pemikiran manusia yang menggambarkan kehidupan yang tentu di dalamnya
terkandung nilai-nilai pelajaran dan keindahan. Sedangkan menurut pendapat
Nurgiyantoro (2009: 2) karya sastra adalah sebuah karya bersifat rekaan dan khayalan
yang isi ataupun kebenarannya tidak perlu dicari dalam kehidupan nyata. Karya sastra
sendiri terbagi menjadi dua jenis, yaitu karya fiksi dan nonfiksi. Karya fiksi, sesuai
dengan istilahnya, yaitu ‘fiksi’, adalah sebuah karya sastra yang isi ceritanya bukan
menunjukkan kebenaran atau imajinasi (tidak nyata). Sedangkan karya nonfiksi
adalah sebuah karya sastra yang isi di dalamnya menceritakan sesuai dengan apa
yang ada di dunia (nyata atau fakta). Seiring berjalannya waktu, karya sastra terus
berkembang hingga menjadi sesuatu atau sebuah karya yang dikenal oleh seluruh
dunia. Salah satu negara penghasil karya sastra yang sampai saat ini masih populer di
kancah internasional adalah Jepang. Jepang banyak memproduksi karya sastra baik
berupa karya fiksi maupun nonfiksi, dan salah satu karya fiksi yang terkenal adalah
anime.
Anime termasuk ke dalam karya fiksi, karena cerita di dalamnya sama seperti
film atau movie pada umumnya yang mengandung unsur intrinsik seperti tema,
plot/alur, latar, tokoh, penokohan, dan sebagainya. Sesuai dengan pendapat Febrianty
(2016: 12), walaupun anime merupakan karya fiksi dan dibuat untuk hiburan semata,
namun isi cerita di dalamnya mengandung banyak nilai pelajaran, keindahan, dan
fenomena kehidupan. Salah satu anime yang terkenal akan keseruan ceritanya adalah
serial anime Nisekoi karya Naoshi Komi. Pada awalnya, Nisekoi ini merupakan serial
komik / manga yang terbit pada tahun 2011. Komik ini kemudian mendapat adaptasi
anime yang diproduksi oleh Studio Shaft pada bulan Mei 2013 dengan penayangan
dari tanggal 11 Januari hingga 24 Mei 2014. Setelah sukses musim satu, Nisekoi
kembali
3

tayang dengan musim keduanya dengan penayangan dari bulan April hingga Juni
2015. Selain itu, Nisekoi juga mendapatkan adaptasi film live action dan ditayangkan
pada tahun 2018. Anime ini memiliki genre yang cukup unik, yaitu komedi, harem,
roman. Oleh karena memiliki genre roman dan komedi, anime Nisekoi menarik
banyak perhatian dan minat anak muda Indonesia dalam mencari tontotan dengan
cerita yang menghibur dan diselingi dengan romantis.
Nisekoi menceritakan seorang pemuda bernama Raku Ichijou, anak dari
keluarga yakuza yang baru saja masuk ke SMA Bonyari dan menjadi satu-satunya
pewaris yakuza di Jepang. Sepuluh tahun lalu, Raku membuat sebuah janji kepada
teman perempuan masa kecilnya. Janji tersebut adalah barangsiapa yang bisa
membuka liontin ini dengan sebuah kunci, dialah yang akan menikah denganku di
masa depan kelak. Setelah membuat janji, mereka berpisah dan sampai di masa
sekarang, Raku lupa kepada siapa dia mengatakan janji tersebut. Saat ini, yang harus
Raku lakukan adalah mencari gadis perempuan yang telah berjanji dengannya,
sehingga liontin yang selama ini disimpan oleh Raku bisa dibuka dengan kunci yang
dipegang oleh gadis tersebut. Bertahun-tahun Raku menjalani hidup selayaknya anak
sekolah, sampai dia dikenal sebagai anak yakuza dan bisa berteman akrab dengan
teman-teman di sekolahnya. Semasa sekolahnya, dia terus mencari kira-kira siapakah
gadis pemegang kunci agar liontin miliknya bisa terbuka. Raku dalam masa
pencariannya, bertemu dengan beberapa teman baru yang menjadi jalan atau petunjuk
untuk mengetahui siapa gadis yang berjanji dengannya, sehingga dari situ Raku dan
teman-temannya perlahan-lahan berusaha untuk saling membantu dalam mencari
petunjuk tersebut.
Dalam rangkaian cerita tersebut, peneliti menemukan adanya salah satu
budaya Jepang yang ditunjukkan oleh beberapa tokoh utama dalam anime tersebut,
yaitu omoiyari. Budaya omoiyari sendiri adalah salah satu budaya Jepang ketika
dalam pergaulan. Omoiyari menurut Hara (2006: 27) adalah sebuah tindakan dengan
memberikan perasaan suka rela kepada orang lain. Omoiyari dalam bahasa Jepang
4

memiliki arti empati atau sebuah kemampuan untuk memahami perasaan orang lain
dan ditunjukkan dengan membantu orang lain apabila orang tersebut mengalami
kesusahan atau masalah. Sebagai contoh, peneliti mengutip beberapa percakapan
antartokoh yang menunjukkan sikap omoiyari dari anime Nisekoi karya Naoshi
Komi.

楽  :本当なんだって。
小野寺 :ちょっと待って、今バンソーコ。
楽  :あっ、小野寺、いいよそんな。
小野寺 :ダメだよ。ばい菌入ったらどうするの? ほら。
楽  :。。。

Raku  :Hontou nan datte.


Onodera :Chotto matte, ima bansooko.
Raku  :A, Onodera, iiyo sonna.
Onodera :Dame da yo. Baikin haittara dou suru no? hora.
Raku  :…

Raku  :’Ini beneran loh..’


Onodera :’Sebentar, sini ku plester hidungmu.’
Raku  :’Oh, Onodera, gapapa kok, gak usah.’
Onodera :’Jangan begitu. Kalau hidungmu infeksi bagaimana? Sini.’
Raku  :’…’
(Nisekoi eps 1, 05:14-05:24)

Dari percakapan di atas, peneliti menemukan contoh budaya omoiyari yang


ditunjukkan oleh tokoh perempuan (di gambar) bernama Onodera Kosaki. Saat
itu, Onodera melihat bahwa hidung Raku sedang berdarah akibat terkena
tendangan lutut oleh Kirisaki Chitoge pada awal cerita. Seketika Onodera ingin
mengobati luka Raku dengan menempelkan plester di hidungnya. Meskipun
Raku sempat menolak, Onodera tetap menempelkan plester tersebut karena
khawatir apabila luka yang dialami Raku bertambah parah.
5

Gambaran budaya omoiyari yang peneliti kutip di atas sangat


menggambarkan sikap-sikap yang dimiliki oleh orang Jepang. Menurut peneliti,
budaya seperti demikian bisa digunakan sebagai contoh dengan menanamkan nilai
omoiyari kepada masyarakat di luar negara Jepang, termasuk Indonesia. Karena
dengan budaya seperti ini, seseorang dapat memiliki rasa empati atau menunjukkan
rasa kepedulian terhadap orang lain tanpa adanya sebuah paksaan tertentu. Oleh
karena itu, peneliti tertarik untuk membahas lebih lanjut anime Nisekoi karya Naoshi
Komi khususnya tentang budaya omoiyari yang direpresentasikan oleh beberapa
tokoh utama dalam sepanjang ceritanya dari episode 1 – 10 musim 1 dengan
menggunakan teori representasi Stuart Hall.

B. Fokus Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka fokus
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah representasi budaya
omoiyari dalam anime Nisekoi karya Naoshi Komi.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan representasi budaya omoiyari yang ditunjukkan oleh para
tokoh dalam anime Nisekoi karya Naoshi Komi.

2. Tujuan Khusus
Mengidentifikasi arti budaya omoiyari yang terdapat dalam anime Nisekoi
karya Naoshi Komi.
6

D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini kepada pembelajar bahasa Jepang maupun dalam
penelitian selanjutnya, yaitu sebagai berikut.

1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini dapat menambah ilmu dan wawasan pembaca tentang
representasi budaya omoiyari yang dituang ke dalam sebuah karya sastra
modern, yaitu anime.

2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini dapat menjadi manfaat bagi beberapa pihak,
yaitu:
a. Bagi peneliti, menjadi bahan untuk memperluas dan memperdalam
wawasan ilmu khususnya tentang representasi budaya omoiyari dalam
sebuah anime. Serta menjadi pengalaman tersendiri dalam melakukan
sebuah penelitian.
b. Bagi pembelajar sastra dan pembaca, sebagai pengetahuan dan wawasan
baru tentang salah satu budaya Jepang yang disebut omoiyari.
c. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat menjadi ide, masukan,
saran, ataupun referensi untuk penelitian selanjutnya khususnya tentang
nilai-nilai budaya Jepang.

E. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian


Penelitian ini memiliki ruang lingkup dengan menggunakan anime karya
Naoshi Komi berjudul Nisekoi yang dirilis pada bulan Mei 2013 lalu. Oleh karena
anime tersebut berisikan tokoh siswa-siswi SMA dan ditemukan beberapa contoh
representasi budaya Jepang, maka peneliti hanya fokus membahas budaya Jepang
yang terkandung di dalamnya dari episode 1 – 10 di musim 1 anime Nisekoi. Objek
7

yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah berfokus pada representasi budaya
omoiyari yang ditunjukkan oleh beberapa tokoh utama dalam anime Nisekoi.

F. Definisi Istilah Kunci


Kata kunci atau kata khusus yang akan sering digunakan pada penelitian ini,
yaitu sebagai berikut.
1. Representasi menurut Stuart Hall (1997: 28) adalah tindakan
merepresentasikan kembali sebuah objek, belum tentu bersifat nyata,
tetapi dapat ditunjukkan dengan dunia khayalan, fantasi, dan ide-ide
abstrak.
2. Kebudayaan menurut Koentjaraningrat (1989: 186) adalah wujud ideal
yang bersifat abstrak dan tak dapat diraba, dapat berupa gagasan, norma,
keyakinan, dan lain sebagainya.
3. Omoiyari ( 思いやり ) menurut Lebra (1976: 38) adalah kemampuan dan
kemauan untuk merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.

G. Sistematika Penulisan
Penelitian ini terdiri dari 5 bab, daftar pustaka, dan lampiran. Berikut adalah
sistematika penulisan penelitian.
BAB I PENDAHULUAN
Bab I berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup dan batasan,
definisi istilah kunci, dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI


8

Bab II berisi tentang kajian pustaka dan teori-teori yang akan


digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini, meliputi teori
tentang representasi, budaya, dan omoiyari.

BAB III METODE PENELITIAN


Bab III berisi tentang metode yang akan digunakan dalam
penelitian, mulai dari pendekatan, sumber data dan data, teknik
analisis data.

BAB IV PEMBAHASAN
Bab IV berisi tentang paaparan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti mengenai representasi budaya omoiyari
yang terdapat dalam anime Nisekoi karya Naoshi Komi.

BAB V PENUTUP
Bab V berisi simpulan dari hasil penelitian dan saran untuk
penelitian selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
9

BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka
Mengenai penelitian tentang representasi budaya, peneliti telah menemukan
jurnal dan skripsi yang sebelumnya telah membahas representasi budaya pada
berbagai sumber data, sehingga hal tersebut akan peneliti jadikan sebagai pedoman
dalam melakukan penelitian ini.
Pertama adalah jurnal yang ditulis oleh I.N.A. Harsana, K.A.S. Putra, dan
M.Y.S. Putra pada tahun 2020 dengan judul “ANALISIS SEMIOTIKA
REPRESENTASI BUDAYA JEPANG DALAM FILM ANIME BARAKAMON”.
Dalam jurnal tersebut menggunakan teori pendekatan semiotika Roland Barthes
dengan konsep representasi budaya, serta membahas tentang bagaimana representasi
budaya Jepang yang digambarkan dalam anime yang berjudul Barakamon karya
Satsuki Yoshino. Hasil analisis dari jurnal tersebut ditemukan ada 9 scene (adegan)
yang menunjukkan budaya Jepang, yaitu seperti cara meminta maaf, melempar kue
mochi sebagai rasa syukur, representasi huruf kanji, tata krama saat makan, cara
memanggil nama orang, Dewa Ebisu sebagai simbol keberuntungan, perayaan
festival Obon, kebiasaan berendam masyarakat Jepang, dan perayaan matsuri
(festival). Persamaan jurnal ini dengan penelitian yang peneliti akan lakukan terletak
pada teori pendekatan dan konsep representasi budaya. Namun, perbedaannya adalah
pada objek yang akan diteliti, apabila dalam jurnal tersebut menganalisis tentang
representasi budaya secara menyeluruh, maka peneliti hanya akan memfokuskan pada
representasi budaya Jepang yang disebut omoiyari. Selain itu, sumber data yang
digunakan oleh Harsana dan kawan-kawan adalah anime Barakamon, sedangkan
peneliti menggunakan anime Nisekoi karya Naoshi Komi sebagai sumber data
penelitian.
10

Selanjutnya, ada skripsi dengan judul “ANALISIS SEMIOTIK


REPRESENTASI KEGIGIHAN DALAM SERIAL ANIMASI HUNTER X
HUNTER” yang ditulis oleh Muhammad pada tahun 2017. Skripsi tersebut
membahas tentang representasi budaya Jepang yang terkandung dalam anime Hunter
x Hunter dengan menggunakan teori pendekatan semiotika. Hasil analisis dari skripsi
ini ditemukan ada tiga bentuk kegigihan yang ditunjukkan oleh beberapa tokoh dan
divisualisasikan melalui gambar adegan. Bentuk kegigihan yang ditemukan yaitu
gigih dalam menghadapi ujian, gigih dalam memperbaiki diri ke arah kebaikan, dan
gigih dalam menuntut ilmu. Persamaan skripsi milik Muhammad dengan penelitian
yang akan peneliti lakukan terletak pada teori pendekatannya. Lalu, perbedaannya
adalah skripsi ini meneliti representasi budaya yang menunjukkan kegigihan tokoh,
sedangkan peneliti akan meneliti tentang representasi budaya empati atau disebut
“omoiyari”. Sumber data yang digunakan dalam skripsi ini adalah anime Hunter x
Hunter, sedangkan peneliti menggunakan anime Nisekoi karya Naoshi Komi.

B. Landasan Teori

1. Semiotika

a. Pengertian Semiotika
Semiotika adalah studi tentang tanda-tanda (sign), fungsi tanda, dan
produksi makna. Tanda adalah sesuatu yang berarti sesuatu untuk orang lain.
Studi semiotik tanda-tanda, penggunaan tanda dan segala sesuatu yang
berkaitan dengan tanda. Roland Barthes menyatakan bahwa semiologi atau
semiotika adalah tujuan untuk mengambil berbagai sistem tanda seperti
substansi dan batasan, gambar-gambar, berbagai macam gesture, berbagai
suara music, serta berbagai obyek, yang menyatu dalam system of
significance. Semiotika pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana
kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (to signify)
11

dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to


communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa
informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga
mengkonstitusi sistem tersetruktur dari tanda (Barthes, 1988: 179 dalam
Kurniawan, 2001: 53).

b. Tokoh-tokoh Semiotika
Berikut adalah beberapa tokoh semiotika dunia:
1) Charles Sanders Peirce (1839-1914), merupakan filsuf Amerika yang
terkenal karena teori tandanya. Menurut Peirce (dalam Pateda, 2001,
dalam Sobur, 2006: 41) tanda adalah sesuatu yang bermakna bagi
seseorang untuk sesuatu dalam kapasitasnya.
2) Ferdinand de Saussure (1857-1913), merupakan ahli bahasa yang
berkebangsaan Swiss. Saussure menyebut semiotika sebagai semiologi
dan istilah ini lebih umum dipakai di Eropa, sedangkan di Amerika
menggunakan istilah semiotika. Lima pandangan Saussure yang di
kemudian hari menjadi dasar bagi strukturalisme Levi-Strauss yaitu
signifier (penanda) dan signified (petanda); form (bentuk) dan content
(isi); langue (bahasa) dan parole (tuturan, ujaran); sinkronik dan
diakronik; serta sintagmatik dan paradigmatik.
3) Roland Barthes (1915-1980) adalah filsuf dan semiolog Prancis yang
memfokuskan teorinya pada gagasan tentang signifikasi dua tahap,
yaitu denotasi dan konotasi. Dari tanda denotatif, akan memunculkan
penanda konotatif dan petanda konotatif.

2. Representasi

a. Pengertian Representasi
12

Teori representasi Stuart Hall memperlihatkan suatu proses di mana


arti (meaning) diproduksi dengan menggunakan bahasa (language) dan
dipertukarkan oleh antar anggota kelompok dalam sebuah kebudayaan
(culture). Representasi menghubungkan antara konsep (concept) dalam benak
kita dengan menggunakan bahasa yang memungkinkan kita untuk
mengartikan benda, orang, kejadian yang nyata (real), dan dunia imajinasi
dari objek, orang, benda, dan kejadian yang tidak nyata (fictional) (Hall,
2003).
Menurut Hall (2005: 18-20), representasi adalah kemampuan untuk
menggambarkan atau membayangkan. Representasi menjadi penting
mengingat budaya selalu dibentuk melalui makna dan bahasa, dalam hal ini,
bahasa adalah salah satu wujud simbol atau salah satu bentuk representasi.
Selain itu, dalam buku the Shorter Oxford English Dictionary membuat dua
pengertian yang relevan yaitu:
1) Merepresentasikan sesuatu adalah mendeskripsikannya, memunculkan
gambaran atau imajinasi dalam benak kita, menempatkan kemiripan
dari obyek dalam pikiran/ indera kita,
2) Merepresentasikan sesuatu adalah menyimbolkan, mencontohkan,
menempatkan sesuatu, penggantikan sesuatu.

b. Jenis-jenis Pendekatan Representasi


Hall (1997: 15) membagi representasi ke dalam tiga bentuk
pendekatan, yaitu pendekatan reflektif, pendekatan intensional, dan
pendekatan konstruksionis. Pendekatan reflektif menjelaskan bahwa makna
dipahami untuk mengelabuhiobjek, seseorang, ide-ide, ataupun kejadian-
kejadian dalam kehidupan nyata.Dalam pandangan ini, fungsi bahasa serupa
dengan fungsi cermin. Cermin yang merefleksikan makna yang sebenarnya
dari segala sesuatu yang ada di dunia. Jadi, pendekatan ini mengatakan bahwa
13

bahasa bekerja dengan refleksi sederhanatentang kebenaran yang ada pada


kehidupan normal menuntut kehidupan normative (Hall, 1997: 13).
Kedua, pendekatan intensional. Pendekatan ini melihat bahwa bahasa
dan fenomenanya dipakai untuk mengatakan maksud dan memiliki
pemaknaan atas pribadinya. Ia tidak merefleksikan tetapi ia berdiri atas
dirinya dengan segala pemaknaannya. Kata-kata diartikan sebagai pemilik
atas apa yang ia maksudkan (Hall, 1997: 24).
Ketiga, pendekatan konstruksionis. Pada pendekatan ini lebih
ditekankan pada proses konstruksi makna melalui bahasa yang digunakan.
Dalam pendekatan ini, bahasa dan pengguna bahasa tidak bisa menetapkan
makna dalam bahasa melalui dirinya sendiri, tetapi harus dihadapkan dengan
hal yang lain hingga memunculkan apa yang disebut interpretasi. Konstruksi
sosial dibangun melalui aktor-aktor sosial yang memakai system konsep
kultur bahasa dan dikombinasikan oleh system representasi yang lain (Hall,
1997: 35).
Selain itu, menurut Stuart Hall, dalam pendekatan konstruksionis
terdapat dua pendekatan lagi, yaitu pendekatan diskursif dan pendekatan
semiotika. Dalam pendekatan diskursif, makna dibentuk bukan melalui
bahasa, tetapi melalui wacana. Kedudukan wacana jauh lebih luas dari bahasa
atau juga bisa disebut topik. Jadi produksi mana yang ada pada suatu kultur
dihasilkan oleh wacana yang diangkat oleh individu-individu yang
berinteraksi dalam masyarakat dan diidentifikasikan atas kultur yang
ditentukan oleh wacana-wacana yang diangkat. Sedangkan pada pendekatan
semiotik akan dijabarkan tentang pembentukan tanda dan makna melalui
medium bahasa (Hall, 1997: 25).
14

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Metode penelitian Menurut Sugiyono (2013: 2), Metode penelitian pada
dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu. Cara ilmiah yang dimaksud adalah kegiatan penelitian itu
didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Dari
penjelasan tersebut dapati diketahui bahwa metode penelitian adalah suatu cara
ilmiah untuk memperoleh data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Sugiyono
(2016: 9) metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk
meneliti pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen
kunci. Metode ini peneliti rasa cocok untuk diimplementasikan ke dalam penelitian
ini, karena peneliti dapat melakukan analisis terhadap sumber data, dan hasil analisis
akan dibahas dengan cara deskriptif. Cara deskriptif sendiri adalah cara
menyampaikan data dengan menjabarkan atau deskripsi untuk menerangkan isinya.
Dengan cara ini, pembaca dapat lebih mudah memahami isi dari penelitian yang telah
dilakukan berdasarkan penjabaran data penelitian. Hal tersebut didasarkan pada
tujuan penelitian ini, yaitu meneliti tentang wujud representasi budaya omoiyari
dalam anime Nisekoi karya Naoshi Komi.

B. Sumber Data dan Data


Sumber data menurut Suharsimi Arikunto (2013: 172) adalah: “Sumber data
yang dimaksud dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh”.
Sumber data pada penelitian ini adalah anime Nisekoi episode 1-10 musim 1 karya
Naoshi komi.
15

Menurut Nuzulla Agustina, data adalah keterangan mengenai sesuatu hal yang
sudah sering terjadi dan berupa himpunan fakta, angka, grafik, tabel, gambar,
lambang, kata, huruf-huruf yang menyatakan sesuatu pemikiran, objek, serta kondisi
dan situasi. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002: 96) data penelitian adalah
segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebuah frasa, kalimat, dan gambar
yang menunjukkan representasi budaya omoiyari yang dituturkan dan/atau dilakukan
oleh beberapa tokoh utama dalam anime Nisekoi ini.

C. Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan teknik simak catat dalam
pengumpulan data. Menurut Sudaryanto (1993: 133) teknik simak adalah penyediaan
data yang dilakukan dengan menyimak data penggunaan bahasa. Teknik simak di
sini, difokuskan pada teknik simak bebas libat cakap dimana peneliti tidak
berpartisipasi atau ikut serta dalam dialog yang dilakukan oleh sumber data,
maksudnya adalah peneliti hanya berperan sebagai pengamat (Sudaryanto, 2015:
204).
Selain itu, peneliti juga menggunakan teknik lanjutan, yaitu teknik catat.
Menurut Mahsun (2012: 03) teknik catat adalah teknik lanjutan yang dilakukan ketika
menerapkan metode simak. Dengan menggunakan beberapa teknik tersebut,
pengumpulan data akan dirasa lebih mudah dan maksimal.

D. Teknik Analisis Data


Metode yang peneliti gunakan dalam menganalisis data adalah metode padan.
Metode padan adalah metode analisis data yang alat penentunya berada di luar,
terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan atau
diteliti (Sudaryanto, 1993: 13). Selanjutnya, teknik yang akan digunakan adalah
16

teknik dasar yaitu, teknik pilah unsur penentu (PUP). Menurut Sudaryanto (1993: 21)
teknik pilah unsur penentu merupakan teknik pilah dimana alat yang digunakan
adalah daya pilah yang besifat mental yang dimiliki oleh peneliti sendiri. Daya pilah
dalam teknik ini menggunakan daya pilah pragmatis atau disebut dengan metode
padan pragmatis, adalah metode padan yang alat penentunya lawan atau mitra tutur
(Kesuma, 2007: 49). Dengan teknik tersebut, peneliti dapat memilah-milah dan
menganalisis frasa, kalimat, dan gambar mana saja yang menunjukkan representasi
budaya omoiyari oleh beberapa tokoh utama dalam anime Nisekoi karya Naoshi
Komi.
17

DAFTAR PUSTAKA

Christya A., Theresa. 2013. Representasi Nasionalisme dalam Film Soegija 100%
Indonesia. Semarang. Universitas Diponegoro.
Fitriani, M. L. (2017). Citraan perlawanan simbolis terhadap hegemoni patriarki pada
novel karya sastrawan laki-laki: Analisis wacana kritis feminisme model Sara
Mills pada Novel Trilogi Rara Mendut karya Y B Mangunwijaya dan
Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari. 20-21. [Undergraduate honors
thesis, Universitas Muhammadiyah Malang]. Universitas Muhammadiyah
Malang. http://eprints.umm.ac.id/37002/3/jiptummpp-gdl-medialelyl-51432-3-
babii.pdf, diakses pada 27 Juli 2022.
Hall, S. 1995. Representation:Cultural Representation and Signifying Practices.
London:SAGE, p. 13
Harsana, I.N.A. 2020, ANALISIS SEMIOTIKA REPRESENTASI BUDAYA
JEPANG DALAM FILM ANIME BARAKAMON. Singaraja. Universitas
Pendidikan Ganesha. Fakultas Bahasa dan Seni.
Harun, Yessy dan Alyssa Meutia. 2017. OMOIYARI PADA MANGA ORENJI VOL.
4-5 KARYA ICHIGO TAKANO.
Karmila, Nurmalia dan Fenny Febrianty. 2018. Gambaran Asosiasi Diferensial
dalam Penokohan Shiraishi Itsumi Dalam Novel Ankoku Joshi Karya Akiyoshi
Rikako. International Conference of Japanese Language Education.
Muhammad. 2017. ANALISIS SEMIOTIK REPRESENTASI KEGIGIHAN
DALAM SERIAL ANIMASI HUNTER X HUNTER. Jakarta. Universitas Islam
Negeri. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
Nugroho, Wahyu Budi. Sekilas “REPRESENTASI” Menurut Stuart Hall.
(https://www.sanglah-institute.org/2020/04/sekilas-representasi-menurut-stuart-
hall.html), diakses pada 27 Juli 2022.
Pratama, Yoga Ardi dan Sri Oemiati. 2021. STRUKTUR NARATIF ANIME JOSSE
TO TORA TO SAKANATACHI KARYA SEIKO TANABE. Universitas PGR
Mahadewa Indonesia.
Prihartanto, Wahyu. 2018. NILAI AMAE DAN OMOIYARI YANG TERKANDUNG
DALAM “SHIJOU SAIKYOU NO DESHI : KENICHI” KARYA MATSUENA
SHUN. Semarang. Universitas Diponegoro.
Triningsih, Titin Natalia. 2011. Representasi Marginalisasi Etnis Jawa Dalam
Komedi Situasi “Kejar Tayang” di Trans TV. eJournal Ilmu Komunikasi UAJY.
Vol 1 No 1 Hal 34-36. http://e-journal.uajy.ac.id/1888/2/1KOM03006.pdf,
diakses pada 27 Juli 2022
18

LAMPIRAN

Sinopsis
Nisekoi menceritakan seorang pemuda bernama Raku Ichijou, anak dari
keluarga yakuza yang baru saja masuk ke SMA Bonyari dan menjadi satu-satunya
pewaris yakuza di Jepang. Sepuluh tahun lalu, Raku membuat sebuah janji kepada
teman perempuan masa kecilnya. Janji tersebut adalah barangsiapa yang bisa
membuka liontin ini dengan sebuah kunci, dialah yang akan menikah denganku di
masa depan kelak. Setelah membuat janji, mereka berpisah dan sampai di masa
sekarang, Raku lupa kepada siapa dia mengatakan janji tersebut. Saat ini, yang harus
Raku lakukan adalah mencari gadis perempuan yang telah berjanji dengannya,
sehingga liontin yang selama ini disimpan oleh Raku bisa dibuka dengan kunci yang
dipegang oleh gadis tersebut. Bertahun-tahun Raku menjalani hidup selayaknya anak
sekolah, sampai dia dikenal sebagai anak yakuza dan bisa berteman akrab dengan
teman-teman di sekolahnya. Semasa sekolahnya, dia terus mencari kira-kira siapakah
gadis pemegang kunci agar liontin miliknya bisa terbuka. Raku dalam masa
pencariannya, bertemu dengan beberapa teman baru yang menjadi jalan atau petunjuk
untuk mengetahui siapa gadis yang berjanji dengannya, sehingga dari situ Raku dan
teman-temannya perlahan-lahan berusaha untuk saling membantu dalam mencari
petunjuk tersebut.

Anda mungkin juga menyukai