PANCASILA
Disusun Oleh
Andreas Andrie Djatmiko, S.H., M.,Hum
ASUS
PENDIDIKAN PANCASILA oleh Andreas Andrie Djatmiko, S.H., M.Hum.
BAB I
PENDAHULUAN
● LANDASAN
Landasan Pendidikan Pancasila :
A. LANDASAN HISTORIS
• Terbentuk melalui proses panjang sejak zaman kerajaan
• Suatu prinsip tersimpul dalam pandangan dan filsaat hidup bangsa berupa ciri khas, sifat, dan
karakter.
• Nasionalisme Indonesia bukan dengan kekuasaan atau hegemoni ideologi tapi dengan kesadaran
berbangsa dan bernegara yang berakar pada sejarah.
• Kausa Materialis Pancasila :
B. LANDASAN KULTURAL
• Setiap bangsa memiliki ciri khas dan pandangan hidup yang berbeda dengan bangsa lain.
•`Sila-sila Pancasila merupakan karya besar bangsa yang dimiliki melalui proses refleksi filosofis
pendiri negara, diantaranya : Soekarno, Moh.Yamin, Moh.Hatta dan Soepomo.
• Sila-sila Pancasila merupakan hasil pemikiran tentang bangsa dan negara yang mendasarkan
pandangan hidup suatu prinsip nilai.
C. LANDASAN YURIDIS
• UU No.2 Tahun 1989 memuat Sistem Pendidikan Nasional di Perguruan Tinggi
• Pasal 39 berisi kurikulum (jenis/jalur/jenjang) dinyatakan wajib memuat pendidikan Pancasila,
Agama dan Kewarganegaraan.
• SK Mendiknas No.232/U/2000 Tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan
Penilaian Hasil Belaja Mahasiswa. Pasal 10 ayat 1 menyatakan setiap pelajaran wajib memuat
agama, Pancasila, dan Kewarganegaraan.
• SK Dirjen PT : SK No.38/DIKTI/KEP/2002 (pasal 3)
Untuk: Mampu berpikir, Nasional dan Dinamis
Terdiri: Historis, Filosofis, Ketatanegaraan dan Etika politik
PENDIDIKAN PANCASILA oleh Andreas Andrie Djatmiko, S.H., M.Hum.
D. LANDASAN FILOSOFIS
• Sebelum merdeka
Bangsa berketuhanan dan berkemanusiaan
Karena manusia makhluk Tuhan Yang Maha Esa (kenyataan objektif)
• Syarat mutlak suatu negara
Negara berpersatuan dan berkerakyatan
Persatuan berwujud rakyat (unsur pokok)
• Konsekuensi rakyat
Rakyat
Dasar ontologis demokrasi karena asal mula kekuasaan negara adalah rakyat
● TUJUAN
• UU No.2 Tahun 1989 dan SK No.38/DIKTI/KEP/2003 Mengarahkan perhatian pada moral dalam
kehidupan sehari-hari dengan cara memanfaatkan iman dan taqwa serta mendukung kerakyatan
• Arti tujuan pendidikan
Seperangakat tindakan intelektual penuuh tanggung jawab yang berorientasi pada kompetensi dan
bidang profesi masing-masing.
- Cermin sikap Intelektual, meliputi :
a. Kemafiran
b. Ketepatan
c. Keberhasilan bertindak
- Tanggung jawab, meliputi :
a. Iptek
b. Etika
c. Agama
d. Budaya
• Kesimpulan tujuan
o Kemampuan bertanggung jawab sesuai hati nurani
o Mengenali masalah hidup, kesejahteraan dan solusi
o Mengenali perubahan dan perkembangan :
a. Ilmu pengetahuan
b. Teknologi
c. Seni
o Memaknai sejarah dan nilai budaya untuk persatuan
PENDIDIKAN PANCASILA oleh Andreas Andrie Djatmiko, S.H., M.Hum.
● PEMBAHASAN ILMIAH
• Syarat-syarat ilmiah Pembahasan Pancasila menurut buku “Tahu dan Pengetahuan” karangan
I.R.Poedjawijatno ada 4, yaitu :
1.Berobjek
Menurut filsafat ilmu :
• Objek Forma
Sudut pandang tertentu dalam Pembahasan Pancasila. Pancasila dapat dipandang dari sudut :
Moral; Moral Pancasila, Ekonomi; Ekonomi Pancasila, Persatuan; Persatuan Pancasila, Hukum
Pancasila Yuridis, Filsafat; Filsafat Pancasila
• Objek Materia
Sasaran pengkajian pancasila adalah Bangsa Indonesia dengan segala aspek budayanya yang
meliputi: Non Empiris Budaya Empiris Adat Istiadat, Moral Bukti Sejarah, Religius Naskah
Kenegaraan dan Lembaran Sejarah
2. Bermetode
• Analitico Syntetic
Metode pembahasan Pancasila yang merupakan perpaduan metode analisis dan sintetis
• Hermeneutika
Digunakan untuk menemukan makna dibalik objek
• Koherensi Historis
• Pemahaman, Penafsiran dan Interpretasi
3. Bersistem
• Hubungan dalam sistem : Interelasi artinya berhubungan Interpedensi, yang artinya ketergantungan
• Sifat sistem : Koheren (runtut), sehingga sila-sila Pancasila menjadi kesatuan yang sistematik
4. Universal
• Berarti tidak terbatas untuk waktu, ruang, keadaan, situasi, kondisi, dan jumlah.
• Hakikatnya : Ontologis Nilai Pancasila
• Intisari / esensi makna sila-sila universal Tingkatan pengetahuan ilmiah:
Deskriptif : Bagaimana
Kausal : Mengapa
Normatif : Kemana
Essensial : Apa
• Proses kausalitas Pancasila: Materialis, Formalis, Effisien dan Finalis
• Pengamalan : Das Sollen : yang seharusnya, Das Sein : kenyataan
PENDIDIKAN PANCASILA oleh Andreas Andrie Djatmiko, S.H., M.Hum.
o Peri Kemanusiaan
o Kebangsaan
o Kerakyatan
o Keadilan Sosial
• Kalangan Masyarakat
o Ketuhanan Yang Maha Esa
o Peri Kemanusiaan
o Kebangsaan
o Kedaulatan Rakyat
o Keadilan Sosial
• Pembukaan UUD 1945 dan TAP MPR XX/MPRS/1966 dan INPRES No.12,13 April 1968
menegaskan: Pengucapan, penulisan, dan rumusan Pancasila yang sah dan benar adalah
PEMBUKAAN UUD 1945.
PENDIDIKAN PANCASILA oleh Andreas Andrie Djatmiko, S.H., M.Hum.
BAB II
PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH PERJUANGAN PANCASILA
• Untuk memahami Pancasila secara lengkap dan utuh terutama dalam kaitannya dengan jati diri bangsa
Indonesia, mutlak diperlukan pemahaman sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk membentuk suatu
negara yang berdasarkan suatu asa hidup bersama demi kesejahteraan hidup bersama, yaitu negara yang
berdasarkan Pancasila.
A. ZAMAN KUTAI
Masyarakat Kutai memebuka sejarah Indonesia pertama kalinya menampilkan nilai sosial politik dan
ketuhanan dalam bentuk kerajaan kenduri serta sedekah pada para Brahmana.
B. ZAMAN SRIWIJAYA
Tiga tahap pembentukan negara Indonesia :
1. Sriwijaya/ syailendra (600-1400) – kedatuan
2. Majapahit (1293-1525) – keprabuan
3. Modern (17 Agustus 1945-sekarang)
Marvuat vanua criwijaya siddhayatra subhiksa berarti suatu cita-cita negara yang adil dan makmur,
hal ini merupakan cita-cita tentang kesejahteraan bersama dalam suatu negara yang sudah tercermin
sejak zaman kerajaan Sriwijaya.
D. ZAMAN MAJAPAHIT
Empu Prapanca menilis Negarakertagama yang memuat istilah Pancasila. Begitu juga Empu Tantular
yang mengarang kitab Sutasoma yang memuat Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Magrua yang
berarti walau berbeda namun satu jua adanya sebab tidak ada agama yang memiliki Tuhan yang
berbeda. Hal ini menunjukkan adanya realitas kehidupan agama pada saat itu, yaitu Hindu dan
Budha.
Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Mahapatih Gajah Mada dalam sidang Ratu dan Menteri-menteri
di paseban keprabuan Majapahit tahun 1331, yang berisi cita-cita mempersatukan seluruh nusantara
raya sebagai berikut : “Saya baru akan berhenti berpuasa makan pelapa, jikalau seluruh nusantara
bertakluk di bawah kekuasaan negara.Impian ini telah mempersatukan silayah nusantara dalam
sebuah kesatuan menjadi kenyataan hingga saat ini.
PENDIDIKAN PANCASILA oleh Andreas Andrie Djatmiko, S.H., M.Hum.
E. ZAMAN PENJAJAHAN
Belanda terbukti menindas rakyat Indonesia melalui berbagai cara, namun berkat kegigihan para
pejuang untuk bebas dari penjajah, kerajaan dan pemerintahan yang ada saat itu melakukan
perundingan silih berganti.
Namun, semua perlawanan senantiasa kandas karena tidka disertai rasa persatuan dan kesatuan
dalam menaklukkan penjajah.
F. KEBANGKITAN NASIONAL
Terjadinya pergolakkan kebangkitan dunia timur mendorong bangkitnya semangat kesadaran
berbangsa yang ditandai dengan lahirnya Budi Utomo, disusul dengan lahirnya SDI, SI, Indische
Partij, PNI, dll.
Munculnya organisasi kepemudaan menunjukkan bahwa persatuan untuk melawan penjajah mulai
terealisasikan.
H. SIDANG BPUPKI
1. Sidang Pertama (18 Agustus 1945)
Sidang pertama PPKI dihadiri 27 orang dan menghasilkan keputusan-keputusan sebagai berikut :
• Setelah melakukan beberapa perubahan pada Piagam Jakarta yang kemudian berfungsi sebagai
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
• Menetapkan rancangan Hukum Dasar yang telah diterima dari Badan Penyelidik pada tanggal 17
Juli 1945, setelah mengalami berbagai perubahan karena berkaitan dengan perubahan Piagam
Jakarta, kemudian berfungsi sebagai Undang-Undang Dasar 1945.
• Memilih Presiden dan Wakil Presiden yang pertama.
PENDIDIKAN PANCASILA oleh Andreas Andrie Djatmiko, S.H., M.Hum.
• Menetapkan berdirinya Komite Nasional Indonesia Pusat sebagai badan musyawarah darurat.
2. Sidang Kedua (19 Agustus 1945)
Pada sidang kali ini, PPKI berhaisl menetapkan daerah Propinsi sebagai berikut :
• Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera, Borneo, Sulawesi, Maluku dan Sunda Kecil.
3. Sidang Ketiga (20 Agustus 1945)
Sidang ketiga ini dilakukan pembahasan terhadap agenda tentang ‘Badan Penolong Keluarga
Korban Perang’, adapun keputusan yang dihasilkan adalah terdiri atas delapan pasal. Salah satu
dari pasal tersebut yaitu, pasal 2 dibentuklah suatu badan yang disebut ‘ Badan Keamanan Rakrat’
(BKR)
4. Sidang Keempat (22 Agustus 1945)
Pada sidang keempat PPKI membahas agenda tentang Komite Nasional Partai Nasional Indonesia,
yang pusatnya berkedudukan di Jakarta.
BAB III
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
• Jika seseorang berpandangan bahwa kebenaran pengetahuan itu sumbernya rasio maka orang tersebut
berfilsafat rasionalisme.
• Jikalau seseorang berpandangan bahwa dalam hidup ini yang terpenting adalah kenikmatan,
kesenangan dan kepuasan lahiriah maka paham ini disebut hedonisme.
• Secara etimologis, filsafat berasal dari bahasa Yunani :
1. Philein yang berarti cinta
2. Sophos yang berarti hikmah/ kebijaksanaan/ wisdom
• Secara harfiah, filsafat mengandung makna kebijaksanaan, bidang ilmu yang mencakup filsafat :
1. Manusia, 2. Alam, 3. Pengetahuan, 4. Etika, 5. Logika
• Filsafat secara menyeluruh berarti:
A. Filsafat sebagai produk yang mencakup pengertian
1. Filsafat sebagai jenis pengetahuan, ilmu, konsep, pemikiran-pemikiran dari para filsuf pada
zaman dahulu yang lazimnya merupakan suatu aliran.
2. Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi manusia sebagai hasil dari aktivitas
berfilsafat. Jadi manusia mencari suatu kebenaran yang timbul dari persoalan yang bersumber
pada akal manusia.
B. Filsafat merupakan suatu sistem pengetahuan yang bersifat dinamis.
1. Metafisika
Membahas tentang hal-hal yang bereksistensi di balik fisis, yang meliputi bidang-bidang
ontologi, kosmologi, dan antropologi.
2. Epistemologi
Berkaitan dengan persoalan hakikat pengetahuan.
3. Metodologi
Berkaitan dengan persoalan hakikat metode dalam ilmu pengetahuan.
4. Logika
Berkaitan dengan persoalan filsafat berfikir, yaitu rumusan dan dalil berfikir yang benar.
5. Etika
Berkaitan dengan moralitas, tingkah laku manusia.
6. Estetika
Berkaitan dengan persoalan hakikat keindahan
PENDIDIKAN PANCASILA oleh Andreas Andrie Djatmiko, S.H., M.Hum.
telah didambakan oleh bangsa Indonesia agar terwujud dalam suatu masyarakat yang gemah ripah loh
jinawi, tata tentrem karta raharja, dengan penuh harapan diupayakan terealisasi dalam setiap tingkah
laku dan perbuatan setiap manusia Indonesia.
BAB IV
PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK
• Dalam filsafat Pancasila terkandung di dalamnya suatu pemikiran-pemikiran yang bersifat kritis,
mendasar, rasional, sitematis dan komprehensif (menyeluruh) dan sistem pemikiran ini merupakan
suatu nilai. Oleh karena itu, suatu pemikiran filsafat tidak secara langsung menyajikan norma-norma
yang merupakan pedoman dalam suatu tindakan atau aspek praksis melainkan suatu nilai-nilai yang
bersifat mendasar.
• Norma-norma tersebut meliputi:
1. Norma moral
Berkaitan dengan tingkah laku manusia, dapat diukur dari sudut baik maupun buruk. Dalam
kapasitas inilah nilai-nilai Pancasila telah terjabarkan dalam suatu norma-norma moralitas atau
norma-norma etika sehingga Pancasila merupakan sistem etika dalam maasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
2. Norma hukum
Suatu sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Pancasila berkedudukan
sebagai sumber dari segala sumber hukum di negara Indoensia. Nilai-nilai Pancasila sebenarnya
berasal dari Bangsa Indonesia sendiri atau dnegan lain perkataan bangsa Indonesia sebagai asal
mula materi (kausa materialis) nilai-nilai Pancasila.
PENGERTIAN ETIKA
• Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran
moral tertentu, atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan
dengan pelbagai ajaran moral.
• Etika terbagi menjadi 2 bagian, yaitu:
1. Etika Umum
o Etika Sosial, membahas kewajiban manusia terhadap manusia lain.
2. Etika Khusus:
o Etika Individual, membahas kewajiban manusia terhadap diri sendiri
B. HIERARKI NILAI
• Kelompok nilai menurut tinggi dan rendahnya:
Nilai-nilai kenikmatan, Nilai-nilai kehidupan, Nilai-nilai kejiwaan dan Nilai-nilai kerohanian
• Golongan manusia menurut Walter G.Everet:
Nilai-nilai ekonomis, Nilai-nilai kejasmanian, Nilai-nilai hiburan, Nilai-nilai sosial, Nilai-nilai watak,
Nilai-nilai estetis, Nilai-nilai intelektual dan Nilai-nilai keagamaan
• Notonagoro membagi nilai menjadi 3 macam:
1. Nilai material
2. Nilai vital
3. Nilai kerohanian:
Nilai kebenaran, Nilai keindahan, Nilai kebaikan dan Nilai religious
BAB V
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL
A. PENGERTIAN ASAL MULA PANCASILA
• Pancasila terbentuk melalui proses yang cukup panjang dalam sejarah bangsa Indonesia. Secara
kausalitas, Pancasila sebelum disyahkan menjadi dasar filsafat negara, nilai-nilainya telah ada dan
berasal dari bangsa Indonesia sendiri yang berupa nilai-nilai istiadat, kebudayaan dan nilai-nilai
religius. Agar memiliki pengetahuan yang lengkap tentang proses terjadinya Pancasila, maka secara
ilmiah harus ditinjau berdasarkan proses kausalitas.
1. Asal Mula yang Langsung
• Teori kausalitas ini dikembangkan oleh Aristoteles, adapun berkaitan dengan asal mula yang
langsung tentang Pancasila adalah asal mula yang langsung terjadinya Pancasila sebagai dasar
filsafat negara yaitu asal mula yang sesudah dan menjelang Proklamasi Kemerdekaan yaitu sejak
dirumuskan para pendiri negara sejak sidang BPUPKI pertama. Adapun rincian asal mula
langsung Pancasila adalah sebagai berikut :
a. Asal Mula Bahan (Kausa Materialis)
Asal Bahan Pancasila adalah pada bangsa Indonesia sendiri yang terdapat dalam kepribadian
dan pandangan hidup.
b. Asal Mula Bentuk (Kausa Formalis)
Asal mula bentuk Pancasila adalah Ir. Soekarno bersama Drs. Moh.Hatta serta anggota
BPUPKI lainnya yang merumuskan dan membahas Pancasila terutama dalam hal bentuk,
rumusan serta nama Pancasila.
c. Asal Mula Karya (Kausa Effisien)
Asal mula karyanya adalah PPKI sebagai pembentuk negara dan atas kuasa pembentuk negara
yang mengesahkan Pancasila menjadi dasar negara yang sah.
d. Asal Mula Tujuan (Kausa Finalis)
Asal mula tujuan adalah para anggota BPUPKI dan Panitia Sembilan termasuk Soekarno dan
Hatta yang menentukan tujuan dirumuskannya Pancasila sebelum ditetapkan oleh PPKI sebgaai
dasar negara yang sah.
2. Asal Mula yang Tidak Langsung
• Asal mula tidak langsung terdapat pada kepribadian serta dalam pandangan hidup sehari-hari
bangsa Indonesia dengan rincian berikut :
a. Unsur Pancasila sebelum dirumuskan menjadi dasar filsafat negara yaitu :
Nilai Ketuhanan, Nilai Kemanusiaan, Nilai Persatuan, Nilai Kerakyatan dan Nilai Keadilan
b. Terkandung dalam pandangan hidup masyarakat sebelum membentuk negara yaitu:
Nilai adat istiadat, Nilai kebudayaan dan Nilai religious.
PENDIDIKAN PANCASILA oleh Andreas Andrie Djatmiko, S.H., M.Hum.
c. Asal mula tidak langsung Pancasila merupakan kausa materialis atau asal mula tidak langsung
nilai-nilai Pancasila.
• Pancasila bukanlah hasil perenungan seseorang atau kelompok atau bahkan hasil sintesa paham-
paham besar dunia, melainkan pandangan hidup bangsa Indonesia.
3. Bangsa Indonesia ber-Pancasila dalam “Tri Prakara”
• Pancasila terbentuk melalui suatu proses yang cukup panjang dalam sejarah kebangsaan Indonesia
yang terangkum dalam tiga asas atau Tri Prakara, yaitu :
a. Pancasila Asas Kebudayaan
b. Pancasila Asas Religius
c. Pancasila Asas Kenegaraan
• Ideologi berarti ilmu pengertian-pengertian dasar atau sering kita sebut sebagai cita-cita.
Pengertian ideologi secara umum dapat dikatakan sebagai kumpulan gagasan, ide, keyakinan,
kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis yang menyangkut:
Bidang Politik, Bidang Sosial, Bidang Kebudayaan dan Bidang Keagamaan.
• Ideologi negara yang merupakan sistem kenegaraan untuk rakyat dan bangsa pada hakikatnya
merupakan asas kerohanian yang memilki ciri khas diantaranya:
1. Mempunyai derajat tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan.
2. Mewujudkan suatu asas kerohanian, pandangan dunia, pandangan hidup, pedoman hidup,
pegangan hidup yang dipelihara, dikembangkan, diamalkan, dilestarikan kepada generasi
berikutnya, diperjuangkan dan dipertahankan dengan kesediaan berkorban.
b. Ideologi Terbuka dan Ideologi Tertutup
• Ideologi tertutup merupakan suatu sistem pemikiran tertutup yang membenarkan
pengorbanan masyarakat. Bukan hanya berupa nilai dan cita-cita tertentu melainkan sebuah
tuntutan bagi rakyatnya.
• Ideologi terbuka merupakan suatu sistem pemikiran terbuka yang tidak hanya dibenarkan,
dibutuhkan karena bukan merupakan paksaan dari pihak luar melainkan digali dan diambil
dari harta kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat itu sendiri.
c. Ideologi Partikular dan Ideologi Komprehensif
• Ideologi partikular diartikan sebagai suatu keyakinan yang tersusun secara sistematis dan
terkait erat dengan kepentingan suatu kelas sosial tertentu dalam masyarakat.
• Ideologi komprehensif diartikan sebagai suatu sistem pemikiran menyeluruh mengenai semua
aspek kehidupan sosial yang memiliki cita-cita melakukan transformasi sosial besar-besaran
emnuju bentuk tertentu.
d. Hubungan antara Filsafat dan Ideologi
• Dari tradisi sejarah filsafat barat dapat dibuktikan bahwa tumbuhnya ideologi seperti
liberalisme, kapitalisme, marxisme leninisme, maupun nazisme dan facisme bersumber kepda
aliran-aliran filsafat yang berkembang disana.
2. Negara Pancasila
• Berdasarkan ciri khas proses dalam rangka membentuk suatu negara. Maka bangsa Indonesia
mendirikan suatu negara memiliki suatu karakteristik, ciri khas tertentu yang karena ditentukan
oleh keanekaragaman, sifat dan karakternya. Maka bangsa ini mendirikan suatu negara
berdasarkan Filsafat Pancasila, yaitu suatu Negara Persatuan, Negara Kebangsaan serta Negara
yang bersifat Integralistik.
d. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan Yang Berketuhanan Yang Maha Esa
• Setiap individu yang hidup dalam suatu bangsa adalah sebagai makhluk Tuhan. Maka, bangsa
dan negara sebagai totalitas yang integral adalah berketuhanan, demiian pula setiap warganya
juga ber-Ketuhanan Yang Maha Esa.
• Hakikat Ketuhanan Yang Maha Esa
Hakikat Ketuhanan Yang Maha Esa secara ilmiah filosofis mengandung makna terdapat
kesesuaian hubungan sebab akibat antara Tuhan, manusia dan negara Yng merupakan dasar
untuk memimpin cita-cita kenegaraan untuk menyelenggarakan yang baikbagi masyarakat dan
penyelenggara negara.
• Hubungan Negara dan Agama
Negara pada hakikatnya merupakan suatu persekutuan hidup bersama sebagai penjelmaan sifat
kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Oleh karena itu sifat dasar kodrat
manusia tersebut merupakan sifat dasar negara, sehingga negara sebagai manifestasi kodrat
manusia secara horizontal dalam hubungan dengan manusia lain untuk mencapai tujua bersama.
Oleh karena itu, negara memiliki sebab akibat langsung dengan manusia karena manusia adalah
sebagai pendiri negara. Hubungan ini sangat ditentukan oleh dasar ontologis setiap individu.
i. Hubungan Negara dan Agama Menurut Pancasila
Hubungan menurut Pancasila adalah sebagai berikut :
• Negara berdasarkan Ketuhan Yang Maha Esa
• Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang Berketuhanan yang Maha Esa dengan konsekuensi
setiap warga memiliki hak untuk memeluk dan menjalankan ibadah sesuai agama masing-
masing.
• Tidak mengakui atheisme dan sekularisme.
• Tidak mengizinkan pertentangan agama, golongan agama, inter serta antar pemeluk agama
tertentu.
• Tidak ada tempat bagi pemaksaan agama tertentu.
• Memberikan toleransi terhadap pemeluk agama lain yang menjalankan ibadah.
• Segala peraturan harus sesuai dengan Ketuhanan Yang Maha Esa.
• Negara merupakan berkah rahmat Tuhan Yang Maha Esa.
ii. Hubungan Negara dan Agama Menurut Paham Theokrasi
• Negara menyatu dengan agama, pemerintahan dijalankan berdasarkan firman-firman Tuhan,
segala tata kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara didasarkan atas firman Tuhan.
• Negara Theokrasi Langsung
Doktrin dan ajaran yang berkembang dalam negara Theokrasi langsung sebagai upaya
memperkuat dan meyakinkan rakyat terhadap kekuasaan Tuhan dalam negara.
PENDIDIKAN PANCASILA oleh Andreas Andrie Djatmiko, S.H., M.Hum.
e. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan Yang Berkemanusiaan Yang Adil dan
Beradab
• Negara Pancasila sebagai negara Kebangsaan yang berkemanusiaan yang Adil dan Beradab,
mendasarkan nasionalisme (kebangsaan) berdasar hakikat kodrat manusia. Kebangsaan
Indonesia adalah kebangsaan yang berkemanusiaan, bukan suatu kebangsaan yang
Chauvimisme.
3. Ideologi Liberal
• Atas dasar ontologis hakikat manusia, dalam kehidupan masyarakat bersama yang disebut negara,
kebebasan individu sebagai basis demokrasi bahkan merupakan unsur fundamental.
• Pemahaman atas eksistensi rakyat dalam suatu negar ainilah yang merupakan sumber perbedaan
konsep, antara lain terdapat konsep yang menekankan bahwa rakyat adalah sebagai suatu kesatuan
integral dari elemen-elemen yang menyusun negara, bahkan komunisme menekankan bahwa
rakyat adalah suatu totalitas di atas eksistensi individu.
BAB VI
PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA
A. PENGANTAR
• Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian dalam ilmu kenegaraan populer
disebut sebagai dasar filsafat negara. Dalam kedudukan ini, Pancasila merupakan sumber nilai dan
sumber norma dalam setiap aspek penyelenggaraan negara, termasuk sebagai sumber tertib hukum di
negara Republik Indonesia. Konsekuensinya, seluruh peraturan perundang-undangan serta
penjabarannya senantiasa berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila.
• Pancasila merupakan sumber hukum dasar negara baik yang tertulis yaitu Undang-Undang Dasar
negara maupun hukum dasar tidak tertulis ataupun konvensi.
• Negara dilaksanakan berdasarkan pada suatu konstitusi atas Undang-Undang Dasar negara.
Pembagian kekuasaan, lembaga-lembaga tinggi negara, hak dan kewajiban warga negara, keadilan
sosial dan lainnya diatur dalam suatu Undang-Undang Dasar negara.
• Pembukaan UUD 1945 dalam konteks ketatanegaraan Republik Indonesia memiliki kedudukan yang
sangat penting karena merupakan suatu staatsfundamentalnorm dan berada pada hierarki tertib hukum
tertinggi di Negara Indonesia.
BAB VII
PANCASILA SEBAGAI PERADIGMA KEHIDUPAN DALAM BERMASYARAKAT,
BERBANGSA DAN BERNEGARA
A. PENGERTIAN PARADIGMA
• Paradigma merupakan suatu asumsi-asumsi dasar dan asumsi-asumsi teoretis yang umum sehingga
merupakan suatu sumber hukum-hukum, metode, serta penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga
sangat menentukan sifat, ciri serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri.
• Dalam masalah ini, istilah paradigma berkembang menjadi terminologi yang mengandung konotasi
pengertian sumber nilai, kerangka pikir, orientasi dasar, sumber asas serta arah dan tujuan dari suatu
perkembangan, perubahan serta proses dalam suatu bidang tertentu termasuk dalam bidang
pembangunan, reformasi maupun pendidikan.
GERAKAN REFORMASI
• Awal keberhasilan gerakan Reformasi ditandai dengan mundurnya Presiden Soeharto pada 21 Mei
1998 yang kemudian disusul dengan dilantiknya Wakil Presiden Prof. Dr. B. J. Habibie
menggantikan kedudukan Presiden. Kemudian diikuti dengan pembentukan Kabinet Reformass
Pembangunan. Pemerintahan Habibie inilah yang merupakan pemerintahan transisi yang akan
mengantarkan rakyat Indonesia untuk melakukan reformasi secara menyeluruh, terutama
pengubahan 5 paket UU. Dengan demikian, reformasi harus diikuti juga dengan reformasi hukum
bersama aparat penegaknya serta reformasi pada berbagai instansi pemerintahan.
PENDIDIKAN PANCASILA oleh Andreas Andrie Djatmiko, S.H., M.Hum.
bereaksi untuk merubah perkembangan ekonomi tersebut menjadi sosialisme komunisme, yang
berjuang untuk nasib rakyat proletar yang sebelumnya ditindas oleh kaum kapitalis.
• Ekonomi yang humanistik mendasarkan pada tujuan demi mensejahterakan rakyat luas, sistem
ekonomi ini di kembangkan oleh mubyarto, yang tidak hanya mengejar pertumbuhan saja melainkan
demi kemanusiaan dan kesejahteraan seluruh bangsa. Tujuan ekonomi adalah memenuhi kebutuhan
manusia, agar manusia menjadi lebih sejahtera, oleh sebab itu kita harus menghindarkan diri dari
persaingan bebas, monopoli dan yang lainnya yang berakibat pada penderitaan dan penindasan
manusia.
D. AKTUALISASI PANCASILA
• Aktualisasi Pancasila dapat dibedakan atas dua macam yaitu aktualisasi objektif dan subjektif.
Aktualisasi objektif yaitu aktualisasi Pancasila dalam berbagai bidang kehidupan kenegaraan yang
meliputi kelembagaan negara antara lain legislatif, eksekutif maupun yudhikatif. Sedangkan
aktualisasi subjektif adalah aktualisasi Pancasila pada setiap individu terutama dalam aspek moral
dalam kaitannya dengan hidup negara dan masyarakat.
F. BUDAYA AKADEMIK
• Terdapat beberapa ciri masyarakat ilmiah sebgaai budaya akademik, yaitu :
1) Kritis, 2) Kreatif, 3) Objektif, 4) Analitis, 5) Konstruktif, 6) Dinamis, 7) Dialogis, 8) Menerima
Kritik, 9) Menghargai Prestasi Ilmiah/Akademik, 10) Bebas dari Prasangka, 11) Menghargai Waktu,
12) Memiliki dan Menjunjung Tinggi Tradisi Ilmiah, 13) Berorientasi ke Masa Depan, dan 14)
Kesejawatan/Kemitraan