Anda di halaman 1dari 79

Drs. HADI WIYONO, M.

Pd

Dosen Matkul:
PENDIDIKAN PANCASILA
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
SEJARAH KETATANEGARAAN RI
UPGRIS Semarang
Pendidikan:
S1 IKIP Semarang
S2 UNNES
HP. 08122935229
PENDIDIKAN PANCASILA
• VISI: Menjadikan Pancasila sebagai sumber dan
pedoman mahasiswa dalam mengembangkan
kepribadian sebagai warga negara Indonesia
• MISI:Mewujudkan nilai-nilai dasar Pancasila
dalam menerapkan ilmunya secara
bertanggung jawab dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara
• TUJUAN: *) bersikap tg.jwb, *) mengenali
masalah dan pemecahannya, *) tanggap
perkembangan jaman/iptek, *) memaknai
peristiwa sejarah sebagai landasan perjuangan.
TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILA
• Untuk menghasilkan peserta didik yang beriman
dan bertakwa terhadap Tuhan YME, dengan sikap
dan perilaku:
– Bersikap dengan bertanggung jawab sesuai hati
nuraninya
– Mengenali masalah hidup dan mampu memecahkannya
– Mengenali perubahan dan perkembangan jaman (Iptek,
seni dan budaya)
– Mampu memaknai peristiwa sejarah untu mewujudkan
persatuan dan kesatuan bangsa
TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL
• FUNGSI, mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa
• TUJUAN, untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab
TUJUAN NASIONAL
• Melindungi segenap bangsa dan seluruh Tanah Air
Indonesia
• Memajukan kesejahteraan umum
• Mencerdasakan kehidupan bangsa
• Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia
berdasarkan kemerdekaan., perdamaian abadi, dan
keadilan sosial
PERUMUSAN DASAR NEGARA (PANCASILA)
• Janji Jepang, 7 Sept 1944, dan 29 April 1945
• BPUPKI
– Dibentuk, 29 April 1945, dilantik 28 Mei 1945
– Ketua Dr. Radjiman Widyadiningrat, Wakil *) Its
Bangaceae, *) R.P. Soeroso, anggota 62 orang
– Sidang I, 29 Mei s.d 1 Juni 1945
• Tg. 29 Mei 1945, Drs. Moh. Yamin
• Tg. 30 Mei 1945, Mr. Soepomo
• Tg. 1 Juni 1945 , Ir. Soekarno (sekaligus mengusulkan
nama dasar negara, yakni “PANCASILA”
– Sidang Panitia Kecil/Panitia Sembilan/ Panitia Perumus, tg.
22 Juni 1945, hasilnya: Naskah PIAGAM JAKARTA, yang
isinya tentang:
• Rumusan dasar negara
• Rancangan Preambule Hukum Dasar
– Sidang BPUPKI II, tg. 10 s.d 17 Juli 1945, hasilnya:
• Pengukuhan Piagam Jakarta yang memuat Naskah Dasar
Negara dan Preambule Hukum Dasar
• Membuat rancangan hukum dasar (batang tubuh)
– PPKI
• Jepang di bom atom (Hirosima 6-8-’45, Nagasaki 9-8-’45)
• Dibentuk tg. 9 Agustus 1945
• Ketua Ir. Soekarno, Wakil Drs. Moh. Hatta
• Anggota 21 + 6 = 27 orang
• Peristiwa sekitar Proklamasi kemerdekaan
– Tg. 15 Agustus 1945 Jepang menyerah kpd Sekutu
– Tg. 16 Agustus 1945 Indonesia facum of power
– Tg. 17 Agustus 1945 Proklamasi kemerdekaan
• PPKI mengadakan sidang, tg. 18 Agustus 1945,
dengan keputusan:
– Memilih presiden dan wakil presiden dari ketua dan
wakil ketua PPKI
– Mengesahkan Pancasila sebagai dasar negara
– Mengesahkan UUD negara dengan nama UUD 1945
– Membentuk KNIP sebagai pembantu presiden
II. PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH
PERJUANGAN BANGSA
1. Jaman Keemasan (Kerj. Kutai, Sriwijaya, Majapahit)
2. Jaman Penjajahan
1. Masuk dan berkembangnya agama islam
2. Masuknya bangsa Eropa (Portugis, Spanyol, Belanda,
Jepang)
3. Kebangkitan nasional (masa perintis, pendobrak,
penegak)
3. Masa menjelang kemerdekaan, (BPUPKI, PPKI)
4. Masa kemerdekaan, (setelah Proklamasi, Orde
Lama, Orde Baru, Reformasi)
5. Dinamika pelaksanaan Konstitusi di Indonesia
JAMAN KEEMASAN
1. Jaman Keemasan (Kerj. Kutai, Sriwijaya, Majapahit)
1. K. Kutai (nilai kerohanian/keagamaan)
2. K. Sriwijaya , abad VI s.d XIV. (nilai budaya, perdagangan,
pendidikan, dan politik pemerintahan yang kuat)
3. K. Majapahit , abad XII s.d XV. (nilai nasinalisme,
patriotisme, keadilan)
Kerj. Sriwijaya dan Majapahit sebagai negara nasional I & II
Peletak dasar nilai-nilai:
a. Kerohanian b. Kemanusiaanc. Ekonomi
d. Politik pemerintahan e. Keadilan
f. Hub Deplomatik g. Angkatan perang h. Kesatuan
i. Nasionalisme J. Patriotisme
JAMAN PENJAJAHAN &
KEBANGKITAN NASIONAL
2. Jaman Penjajahan dan masa Kemerdekaan
1. Masuk dan berkembangnya agama islam (mulai abad
XVI K.Demak)
2. Masuknya bangsa Eropa (Portugis, Spanyol, Belanda,
Jepang)
3. Kebangkitan nasional
1. masa perintis, (BU, SI, IP, PI, PNI, PKI) (1908 S.D 1917)
2. pendobrak, (PKI, SumpahPemuda) ( 1924 s.d 1928)
3. Penegak (gerakan mencapai dan mempertahankan
kemerdekaan) ( 1945 s.d 1950)
4. Mempertahankan Kemerdekaan (1955,1959,1966,1998, dst)
DINAMIKA PANCASILA SETELAH
KEMERDEKAAN
1. Seiring dengan perkembangan Konstitusi
penempatan Pancasila mengalami perubahan
implementasi dan aktualisasinya
2. Th. 1945 – 1955 dipengaruhi ideologi dan
demokrasi liberalis
3. Th. 1955 – 1966 dipengaruhi demokrasi terpimpin
4. Th. 1966 – 1998 pelaksanaan demokrasi Pancasila
dengan menempatkan Pancasila secara berlebihan,
yang akhirnya menumbangkan kek. Orde Baru
5. Th. 1998 – sekarang, lunturnya nilai Pancasila yang
salah mengartikan “demokrasi, HAM, & kedaulatan
DINAMIKA PELAKSANAAN KONSTITUSI
1. UUD 1945, tg 18-8-1945 s.d 27-12-149
2. Konstitusi RIS, tg 27-12-1949 s.d 17-8-1950
3. UUDS 1950, tg 17-8-1950 s.d 5-7-1959
4. UUD 1945, 5-7-1959 s.d sekarang
a. Orde Lama, 5-7-1959 s.d 11-3-1966
b. Orde Baru, 11-3-1966 s.d 21-5-1998
c. Reformasi, 21-5-1998 S.D sekarang:
* Amandemen I tahun 1999
* Amandemen II tahun 2000
* Amandemen III tahun 2001
* Amandemen IV tahun 2002
III. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
A. Pengertian FILSAFAT;
1. Arti kata filsafat, (philein=cinta,
sophos=hikmah/kebijaksaan)
2. Kelompok filsafat ( sebagai produk, dan
proses)
3. Cabang-cabang filsafat ( metafisika,
epistemologi, metodologi, logika, etika,
estetika)
• METAFISIKA: Ilmu yang berhubungan dengan hal-
hal non fisik atau yang tidak kelihatan (non materiil)
• EPISTEMOLOGI: Ilmu tentang dasar-dasar atau
batas-batas pengetahuan
• ONTOLOGI: cabang ilmu filsafat yang berhubungan
dengan hakekat hidup
• ANTROPOLOGI: ilmu tentang manusia (asal-usul,
warna, bentuk fisik, adat, kepercayaan, dan masa
lampau)
• AKSIOLOGI:
– ) Kegunaan IP bagi kehidupan manusia,
– ) Kajian tentang nilai (khususnya etika)
• SINTESA: campuran/perpaduan pengertian
sehingga menjadi kesatuan yang selaras/yang baru
• METODOLOGI: Ilmu tentang metode (cara
menerapkan ilmu dalam suatu kajian/aktifitas)
• ETIKA: Cabang ilmu filsafat yang menyangkut
tentang nilai-nilai kehidupan manusia
• ESTETIKA: Cabang ilmu filsafat yang menkaji
tentang hal-hal yang menyangkut kejiwaan
(keindahan, kebenaran)
B. Rumusan Sila-sila Pancasila
sebagai satu kesatuan (sistem)
ciri-cirinya:
a. terdiri dari bagian-bagian
b. setiap bagian mempunyai
fungsi sendiri-sendiri
c. saling ketergantungan
d. menuju pada satu tujuan
e. dalam satu lingkungan
Pancasila sebagai suatu sistem:
1. Susunannya bersifat organis
(susunannya teratur saling
setia/patuh antara satu dg yg lain)
2. Susunannya bersifat hierarkhis
(urut dan tidak dibolak-balik)
3. Saling mengisi dan
mengkualifikasi
C. KESATUAN SILA-SILA PANCASILA
SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
1. Dasar Antropologis ,dasar ontologi
Pancasila, manusia sebagai monopluralis,
menjadi dasar antropologis. Manusia
sebagai pendukung sila-sila Pancasila.
Dalam segi filsafat negara, bahwa Pancasila
sebagai dasar filsapat negara, adapun
pendukung negara rakyat, dan rakyat itu
manusia, maka dasar antropologi Pancasila
adalah manusia
Secara ontologis, manusia merupakan
sistem monopluralis yang mutlak,
terdiri dari:
1. Susunan kodrat, (jiwa dan raga)
2. Sifat kodrat, (makhluk individu dan
makhluk sosial)
3. Kedudukan kodrat, (makhluk pribadi
dan makhluk ciptaan Tuhan)
2. Dasar Epistemologis,
a) Pancasila sebagai filsafat merupakan sistem
pengetahuan.
b) sebagai pedoman menghadapi realitas hidup
c) menjadi keyakinan atau cita-cita kehidupan,
d) menjelma menjadi idiologi
jadi: sumber pengetahuan Pancasila adalah
nilai-nilai yang ada pada kehidupan bangsa
Indonesia sendiri (causa materialis), yang
bersumber pada monopluralis
3. Dasar aksiologis,
a) Melaksanakan Pancasila secara satu
kesatuan yang bulat dan utuh
b) Mengandung nilai yang berguna
(nilai kenikmatan, kehidupan,
kejiwaan, kebaikan, kebenaran)
c) Mengatur kehidupan agar selaras
dan harmonis
D. PANCASILA SEBAGAI NILAI DASAR
FUNDAMENTAL
1. Dasar Filosofis, Pancasila sebagai dasar filsafat
dan filsafat hidup merupakan satu kesatuan nilai
yang bulat dan utuh, sistematis, fundamental,
dan heirarkhis, dan bersifat objektif dan subjektif
1. Bersifat objektif: a) bersifat abstrak, umum dan
universal, b) abadi, c) sumber hukum positif
2. Bersifat subjektif: a) timbul dari bangsa Indonesia
sendiri (causa materialis), b) digunakan sebagai
landasan filsafat yang menjadikan jatidiri bangsa, c)
didalamnya terdapat 7 nilai kerohkanian
2. Dasar Fundamental Negara,
1. Tap MPRS XX/MPRS/1966, Pancasila sebagai
“Sumber dari segala sumber hukum”
2. Pembukaan UUD 1945 ( rumusan yang sah dan
benar), mengandung pokok-pokok pikiran:
1. Pertama, Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan,
yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
darah Idonesia
2. Kedua, Negara hendak mewujudkan suatu keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
3. Ketiga, Negara berkedaulatan rakyat, berdasarkan
kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan
4. Keempat, Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang
Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
Oleh karena itu:
Pada era reformasi ini, bangsa Indonesia segera
berbenah diri dengan melakukan hal-hal sbb:
1. Mawas diri, untuk menemukan kelemahan dan
kekurangannya
2. Rendah hati, agar tidak menimbulkan
kesombongan bahwa dirinya paling benar
3. Mengendalikan diri dari kebebasan, karena
“kebebasan akan” berakibat terganggunya hak
orang lain/masyarakat
4. Menyadari arti pentingnya orang lain,
(perorangan, masyarakat, lembaga,
pemerintah/negara)
E. INTI SILA-SILA PANCASILA
1. Sila satu dengan sila yang lain saling menjiwai
dan dijiwai (saling ketergantungan)
2. Setiap sila memiliki essensi dan substansi
yang berbeda
3. Sila-silanya merupakan satu kesatuan yang
bulat dan utuh
4. Inti nilai sila-sila Pancasila bersifat objektif
dan subjektif
5. Memiliki kekuatan yang universal dan mutlak
• Sila Ke-Tuhanan Yang Maha Esa
– Negara didirikan sebagai pengejawantahan manusia
sebagai makhluk ciptaan Tuhan
– Negara berdasarkan atas Ke-Tuhanan Yang Maha Esa
– Tuhan sebagai Causa Prima
• Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab
– Manusia sebagai makhluk monodualis (monopluralis)
– Manusia memiliki derajat, harkat dan martabat yg sama
(makhluk yang paling sempurna)
• Sila persatuan Indonesia
– Negara sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia
– Negara ber- Bhinneka Tunggal Ika
• Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
– Hubungan keharmonisan antara negara dengan rakyat
– Kehidupan yang demokratis (kebebasan yang
bertanggung jawab)
– Musyawarah dan mufakat
• Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
– Persamaan dalam bidang hukum maupun sosial
– Keseimbangan antara hak dan kewajiban
– Keadilan yang bersifat distributif, legal, dan komulatif
IV. PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK
A. PENGANTAR
B. PENGERTIAN ETIKA
C. PENGERTIAN NILAI, NORMA, dan MORAL
1. Pengertian Nilai
2. Hierarkhi Nilai
3. Hubungan Nilai, norma, dan Moral
D. ETIKAPOLITIK
1. Pengertian Politik
2. Dimensi politik manusia
3. Nilai Pancasila sebagai sumber Etika politik
A. PENGANTAR
• Pancasila diyakini kebenaran dan kebaikannya, yang
menjamin keselarasan dan keharmonisan
• Nilai-nilai Pancasila merupakan nilai yang telah
berakar dan menjadi sumber dalam berperilaku
secara turun temurun (manjadi kebiasaan, yang
akhirnya menjadi norma, dipetuhi untuk mengatur
hidupnya)
• Sila-sila Pancasila bukan sebagai aturan bersifat
normatif (praktis), melainkan pedoman etika
terbentuknya norma (aturan)
B. PENGERTIAN ETIKA
• Filsafat dibagi dua,
– Filsafat Teoritis (mempertanyakan segala sesuatu yang
ada) dan
– Filsafat Praktis (membahas bagaimana manusia bersikap
terhadap apa yang ada)
• Etika termasuk kelompok filsafat praktis
• Etika adalah ilmu yang membahas tentang
bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu
ajaran moral tertentu
• Etika membahas masalah yang berkaitan dengan
“baik dan buruk” , ‘kebajikan dan kejahatan”
C. PENGERTIAN NILAI, NORMA & MORAL
1. Pengertian Nilai
- Nilai merupakan kemampuan yang dipercayai menempel
pada suatu benda, yang menarik dan memuaskan manusia
- Pada hakekatnya nilai adalah sifat atau kualitas yang
melekat pada suatu objek
- Nilai merupakan suatu kenyataan yang tersembunyi
dibalik kenyataan lainnya.
- Menilai berarti menimbang suatu kegiatan manusia untuk
menghubungkan dengan sesuatu yang lain
- Di dalam nilai terkandung cita-cita, harapan, dambaan dan
keharusan
- Berbicara tentang nilai berarti berbicara suatu yang ideal
2. Hierarkhi Nilai
a. kedudukan nilai akan sangat tergantung pada “siapa” dan “bagaimana” memandang
sesuatu sesuai dengan kebutuhannya
b. skala prioritas kebutuhan manusia akan menentukan urutan/tingkatan suatu nilai
c. karena setiap manusia memiliki prioritas kebutuhan yang berbeda, maka secara hierarkhis
menempatkan nilai juga berbeda- beda
Max Sceler, menggolongkan menurut tingkatan
tinggi rendahnyanilai, yaitu:

1. Nilai kenikmatan, (enak - tidak enak, senang –


menderita, dll)
2. Nilai Kehidupan, (kesehatan, kesegaran,
kesejahteraan)
3. Nilai kejiwaan, (keindahan, kebenaran, pengetahuan
murni)
4. Nilai Kerohkanian ( suci – tidak suci)
Notonagara, membagi nilai menjadi tiga
macam:
1. Nilai Material, segala sesuatu yang
berguna ` untuk memenuhi kebutuhan
materi manusia.
2. Nilai Vital, segala sesuatu yang berguna
bagi manusia untuk melakukan
kegiatan/aktifitas
3. Nilai Kerokhanian, segala sesuatu yang
berguna bagi rokhani manusia, (kebenaran,
keindahan, kebaikan, religius)
NILAI DASAR, NILAI INSTRUMENTAL, DAN
NILAI PRAKTIS
• NILAI DASAR:
– Bersifat universal, karena menyangkut hakekat
manusia pada umumnya
– Bersifat mutlak, karena nilai hakekatnya berasal
dari Tuhan sebagai penyebab segala yang ada
(causa prima)
– bersifat normatif, karena nilai sebagai sumber
dari norma atau aturan kehidupan
• NILAI INSTRUMENTAL: (sebagai)
– Pedoman norma moral tingkah laku kehidupan
manusia sehari-hari
– Petunjuk atau pemberi arah dalam kegiatan
keorganisasian
– Pelaksana atau implikasi dari nilai dasar
• NILAI PRAKTIS:
– Implikasi dari nilai instrumental dalam kehidupan yang
nyata
• KESIMPULAN: bahwa ketiga nilai merupakan suatu
sistem yang tidak terpisahakan dan menuju pada
satu tujuan
3. Hubungan Nilai, Norma dan Moral
• Nilai bersifat abstrak mengandung suatu
harapan, cita-cita, dambaan, idola dll.
• Nilai tidak akan berarti jika tidak dikongkritkan
dalam kehidupan yang nyata
• Agar nilai berguna bagi manusia maka harus
diaktualisasikan secara kongkrit dalam bentuk
norma kehidupan yang berfungsi sebagai
tuntunan dan pedoman tingkah laku manusia
• Norma, bersumber pada nilai yang diterima dan
diyakini kebaikan dan kebenarannya
• Norma sebagai tuntunan yang mengarahkan cita-
cita atau harapan manusia
• Norma akan membentuk moral manusia, sebagai
kesatuan/integritas martabat pribadi manusia
• Moral merupakan potensi abstrak yang akan
menuntun pada suatu tindakan atau perilaku
manusia
• Antara nilai, norma dan moral merupakan suatu
sistem yang akan membentuk identitas atau jatidiri
manusia.
D. ETIKAPOLITIK
PENGANTAR
Etika merupakan sumber/objek dari moral,
yang berkaitan dengan pelaku (subjek),
yaitu manusia.
Etika politik merupakan pengejawantahan
dari moral politik.
Manusia sebagai subjek/pelaku etika yang
akan membentuk moral sebagai
jatidiri/identitas
1. Pengertian Politik, yaitu berbagai
macam kegiatan yang menyangkut
kepentingan negara/pemerintahan,
(meraih kekuasaan, memperthanakan
kekuasaan, pengambilan keputusan,
pembagian kekuasaan, menentukan
kebijakan, mengatur kewenangan) dalam
mencapai tujuan bersama/umum (public
goals)
2. Dimensi politis manusia
a. Manusia sebagai makhluk Individu, sosial, dan
berbudaya
- Pandangan manusia sebagai makhluk individu
yang bebas melahirkan faham liberalisme,
sehingga dijadikan dasar politik negara
- Pandangan manusia sebagai makhluk sosial dari
kalangan kolektifisme melahirkan faham sosialisme
dan komunisme
- Pandangan monodualis (berbudaya), bahwa
manusia sebagai makhluk individu sekaligus
makhluk sosial, sehingga segala aktifitas dalam
memenuhi kebutuhannya selalu membutuhkan
orang lain
b. Dimensi politis kehidupan manusia
Manusia memiliki kepentingan yang berbeda-beda
dan untuk memenuhinya dengan cara yang
berbeda pula. Maka untuk menghindari terjadinya
anarkhisme, diperlukan masyarakat hukum yang
mampu menjamin hak dan kepentingannya. Dari
dasar inilah dimensi politis mencakup lingkaran
kelembagaan hukum dan negara, yang
merupakan sistem nilai serta ideologi yang
memberikan legitimasi kepada masyarakat.
Dengan demikian pendekatan etika politik
berkaitan dengan sikap moral dalam hubungannya
dengan kehidupan manusia secara keseluruhan
3. Nilai Pancasila sebagai sumber Etika politik
a. Bahwa kekuasaan negara tidak bersifat mutlak
berdasarkan legitimasi religius, melainkan
berdasarkan legitimasi hukum dan demokrasi.
Sehingga sila pertama dijadikan landasan moral
kehidupan bangsa Indonesia.
b. Dasar penyelenggaraan negara etika politik adalah,
(1) asas ligalitas hukum, (2) dijalankan secara
demokratis, (3) didasarkan pada prinsip moral
c. Negara adalah berasal dari rakyat, dan kekuasaan
yang dilakukan untuk rakyat sebagai pendukung
negara (legitimasi demokrasi)
b. Sebelum terbentuknya negara, nilai Pancasila
telah menjadi pedoman dan pandangan hidup
bangsa
c. Sebelum dirumuskan oleh bangsa Indonesia
menjadi Pancasila, nilai-nilainya sudah
dulaksanakan dalam kehidupan

3. Bangsa Indonesia ber-Pancasila dalam “Tri


Prakara” (dalam kehidupan budaya, religius,
negara)
V. PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI
NASIONAL
A. ASAL MULA PANCASILA
1. Asal Mula Langsung
a. Kausa Materialis (asal mula bahan)
b. Kausa Formalis (asal mula bentuk)
c. Kausa Effesian (asal mula karya)
d. Kausa Finalis (asal mula tujuan)
2. Asal Mula Tidak Langsung
a. Sebelum menjadi dasar negara, nilai-nilai Pancasila
telah ada dan tercermin dalam kehidupan bangsa
Indonesia
B. KEDUDUKAN DAN FUNGSI PANCASILA (Causa
Finalis)
1. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa
2. Pancasila sebagai Dasar Negara RI
3. Pancasila sebagai Idiologi Bangsa dan Negara
4. Pancasila sebagai Ciri Kepribadian Bangsa
5. Pancasila sebagai Perjanjian Luhur
6. Pancasila sebagai Tujuan yang hendak dicapai
7. Pancasila sebagai Sumber Hukum Nasional
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN NEGARA
1. Pengertian Ideologi
2. Ideologi Terbuka dan Ideologi Tertutup
Ideologi Terbuka
- Sistem pemikiran yang terbuka untuk menerima
perubahan dan perkembangan
- Berorientasi pada tuntutan perkembangan jaman yang
berwawasan masa depan
- Digunakan oleh golongan reformis
Ideologi Tertutup
- Tertutup terhadap pengaruh dan perubahan
- Bersifat totaliter terhadap nilai dasar yang diyakini
- Biasanya digunakan oleh para golongan elit
3. Ideologi Partikular dan Ideologi Komprehensif
Pada prinsipnya ideologi partikular merupakan
paham salah satu ideologi (liberalis/individualis
“atau” komunis/soaialis saja).
Sedangkan ideologi komprehensif, yaitu berangkat
dari pemikiran yang menyeluruh tentang semua
aspek kehidupan. (pendapat ini dibantah karena
dianggap tidak realistis)
Ideologi Pancasila menjawab kebenaran ideologi
komprehensif, karena berangkat dari pemikiran
yang realistis dan asli
4. Hubungan antara Filsafat dan Ideologi.
Filsafat berangkat dari pemikiran tentang
kebijaksanaan, ideologi berangkat dari ide yang
diyakininya. Sedangkan ide sebagai dasar dari
kebijaksanaan.
Maka, ideologi merupakan pemikiran yang berakar
dari kefilsafatan (karena secara teoritis sebagai
cita-cita dan normatif, serta secara praktis
menyangkut operasionalisasi
MAKNA IDEOLOGI BAGI BANGSA DAN NEGARA
• Manusia memiliki kebutuhan, terpenuhinya memerlukan orang
(bermasyarakat). Agar tidak terjadi tindakan anarkhis diperlukan
lembaga yang dapat menjaminnya, yaitu negara.
• Ideologi merupakan nilai yang di anggap benar dan memiliki
derajat tertinggi dalam suatu negara. Maka ideologi sebagai
landasan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara untuk
mewujudkan cita-cita dan harapannya
• Ideologi mencerminkan/refleksi pemikiran yang realistis yang
akan mendekatkan bentuk ideal. Dan akan menentukan
eksistensi suatu bangsa/negara
• Ideologi sebagai sumber motivasi dan semangat bagi suatu
bangsa dalam beraktifitas
• Ideologi sebagai parameter menerima pengaruh dan perubahan
yang mendasar.
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI YANG REFORMATIF,
DINAMIS DAN TERBUKA
• Pancasila sebagai ideologi terbuka mengandung
a) Nilai Dasar, bahwa Sila-sila Pancasila mengandung
nilai yang sangat substantif, maka tidak dapat
diperas lagi, dan universal yang digunakan oleh
semua bangsa yang beradab.
b) Nilai Instrumental, yaitu sebagai pengarah, acuan,
dan pijakan dalam membuat kebijakan ataupun
aturan baik vertikal maupun horisontal
c) Nilai Praktis, yaitu diaktualisasikan dalam praktik
kehidupn bermasyarakat dan bernegara
• Pancasila sebagai ideologi yang reformis.
– Pancasila bersifat dinamis, fleksibel terhadap perubahan
dan perkembangan untuk menata kehidupan yang lebih
bermartabat dan manusiawi
– Setiap perubahan yang dijiwai Nilai Pancasila akan
membawa implikasi terhadap masyarkat yang madani
• Pancasila sebagai ideologi Terbuka
– Pancasila bersifat universal, maka keluar masuknya
pengaruh nilai dan budaya akan selalu diukur dengan
kepribadian dan jati diri bangsa
– dalam rangka kemajuan peradaban dan ilmu
pengetahuan, harus memiliki sikap akomodatif.
– Sebagai ideologi terbuka harus didasarkan dimensi
idealisme, normatif, dan realistis
C. PERBANDINGAN IDEOLOGI PANCASILA DENGAN
IDEOLOGI LAIN DI DUNIA
NEGARA PANCASILA, yaitu negara yang didirikan dan
dibentuk berdasarkan filsafat yang didalamnya terandung
nilai-nilai Pancasila, dengan menggunakan paham:
a. Paham Negara Persatuan, (merupakan satu kesatuan
secara historis, geografis, & astronomis)
b. Paham Negara Kebangsaan, (terbentuk melalui proses
panjang sejak jaman kerajaan hingga negara proklamasi
atas dasar aspek sejarah, nasib, budaya, wilayah, rokhani)
c. Paham Negara Integralistik, (terbentuknya negara
Indonesia merupakan persekutuan/integrasi dari berbagai
keanekaragaman dan bersifat sukarela.
IDEOLOGI LIBERAL
• Bermula dari revolusi di bidang ilmu pengetahuan, dan
berkembang kearah revolusi teknologi dan industri
• Paham rasionalisme menjadi akar berkembangnya
liberalisme, yang meletakkan rasio sebagai sumber
kebenaran dan materialisme sebagai nilai tertinggi
• Secara ontologis manusia sebagai makhluk individu yang
bebas, sebagai pribadi yang utuh dan lengkap, terlepas dari
manusia lainnya.
• Agar mendapat perlindungan, maka secara bersama-sama
membentuk dan mengatur negara
• Paham liberalisme merupakan sintesa dari paham
rasionalisme, materialisme, invidualisme, dan empirisme
IDEOLOGI SOSIALISME KOMUNIS
• Kemunculannya sebagai reaksi dari paham liberalis yang
dianggap menindas dan mensengsarakan rakyat kecil yang
didukung oleh pemerintah
• Paham komunis meletakan dasar pemikiran pada manusia
sebagai makhluk sosial saja atau kolektif, sehingga hak milik
pribadi tidak diakui karena akan menimbulkan kapitalisme
yang akan melakukan penindasan terhadap kaum lemah
(proletar)
• Didirikannya negara sebagai menifestasi dari manusia
sebagai makhluk komunal (milik rakyat), untuk mengakhiri
penindasan pada kaum proletar.
IDEOLOGI PANCASILA

• Meletakkan dasar pemikiran pada asas ke-Tuhanan


YME
• Terdapat keseimbangan antara hak individu dengan
hak sosial, yang melahirkan hak dan kewajiban
• Kepentingan umum/bersama diletakkan diatas
kepentingan pribadi/golongan
• Negara dibentuk/didirikan oleh rakyat, yang berakar
pada sistem kedaulatan rakyat
• Negara mewujudkan kesejahteraan umum, yang
berkeadilan sosial
VI. PANCASILA DALAM KONTEKS
KETATANEGARAAN RI
• PANCASILA SEBAGAI SUMBER HUKUM DASAR
NEGARA INDONESIA

– Sebagai sumber dan pedoman dibentuknya hukum dan


aturan perundangan negara Indonesia
– Sebagai landasan mengatur dan menyelenggarakan
kekuasaan negara
– Sebagai tuntunan sikap dan perilaku warga negara
untuk menjadi warga negara yang baik
– Sebagai landasan mewujudkan cita-cita nasional
MAKNA SETIAP ALINEA
• Alinea Pertama,
– Secara kodrati manusia sebagai makhluk yang bebas,
maka kemerdekaan merupakan hak setia bangsa, dan
penjajahan merupakan pelanggaran kodrat manusia.
• Alinea Kedua,
– Bahwa kemerdekaan merupakan hasil perjungan bangsa
Indonesia yang bersatu, dijiwai semangat nasionalisme
dan patriotisme dalam melawan dan mengusir penjajah.
– Bahwa bangsa Indonesia berkuasa menentukan nasib
sendiri untuk menciptakan keadilan dan kemakmuran
tanpa menggantungkan kepada bangsa lain (cita-cita
nasional)
• Alinea Ketiga,
– Bahwa kemerdekaan bukan semata-mata jerih payah
bangsa Indonesia sendiri, melainkan karena karunia dan
anugerah Tuhan YME
– Bahwa perjuangan mewujudkan kemerdekaan
merupakan tugas dan kewajiban yang harus dilakukan
untuk menegakkan kodrat manusia ciptaan Tuhan YME.
• Alinea Keempat, memuat tentang:
– Tujuan negara, (empat butir)
– Ketentuan diadakannya UUD, (…maka disusunlah
kemerdekaan Indonesia kedalam UUD neg. indonesia…)
– Bentuk negara, (…yang terbentuk dalam suatu susunan
Negara RI yang berkedaulatan rakyat…)
– Dasar Filsafat Negara, (memuat tentang rumusan
Pancasila yang sah dan benar)
KEDUDUKAN PEMBUKAAN UUD 1945 DALAM SUMBER TERTIP HUKUM INDONESIA

• Pembukaan UUD 1945 merupakan aturan pokok


kaedah fundamental (staatsfundamentalnorm),
karena sebagai penjabaran secara rinci dari
Proklamasi 17 Agustus 1945, dan Proklamasi
sebagai pernyataan kemerdekaan yang menandai
berdirinya Negara RI
• Pembukaan UUD 1945 sebagai sumber tertib
hukum tertinggi, karena isinya dijabarkan dalam
batang tubuh sebagai landasan konstitusional
kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia
SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA, SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMEN
UUD 1945

• SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA MENURUT


UUD 1945 SEBELUM AMANDEMEN
• Periode I (18 Agustus 1945 s.d 27 Desember 1949)
• Ketentuan UUD belum bisa dijalankan dengan baik
karena masa transisi
• Presiden dan wakil presiden dipilih oleh PPKI dan
tugasnya dibantu KNIP (sebelum terbentuknya
lembaga-lembaga lain), (diatur dalam Aturan peralian
Pasal III danIV)
• Sistem pemerintahan belum nampak karena semua
tugas pemerintahan berada di tangan presiden
• Terjadi perubahan setelah Presiden melantik
Kabinet Syahrir I, dari sitem pemerintahan
presidensiil menjadi sistem parlementer
(dilakukan dalam rangka untuk mendapat
dukungan dari KNIP)
• Sistem parlementer menyebabkan sering jatuh
bangunnya kabinet (menteri) karena sering
terjadinya mosi tidak percaya dari parlementer.
• Keluarnya Maklumat Pemerintah 3 Nopember
1945, menyebabkan lahirnya partai-partai
politik dari masyarakat.
• Berlakunya sistem parlementer tg. 14
Nopember 1945 s.d 29 Januari 1948
Periode II (5 Juli 1959 s.d 21 Mei 1998)
• Masa Orde Lama (5 Juli 1959 s.d 11 Maret 1966)
– Dikeluarkannya Dekrit Presiden, menyatakan berlakunya
kembali UUD 1945
– Sistem pemerintahan presidensiil, dengan Demokrasi
terpimpin
– Terjadi penyimpangan dan pelanggaran UUD 1945
• MPR dibentuk oleh presiden
• Presiden membubarkan DPR
• Para menteri diangkat dari anggota MPR
• Presiden diangkat dalam jabatan seumur hidup
• Presiden sebagai PBR (Pemimpin Besar Revolusi)
• Tidak diselenggarakannya pemilu
• Masa Orde Baru (11 Maret 1966 s.d 21 Mei 1998)
– Tonggak pelaksanaan orde baru adalah
Supersemar
– UUD ‘45 dilaksanakan secara murni & konsekuen
– Terjadi penyalahgunaan UUD 1945
• Penyederhanaan partai politik (menjadi 3 macam)
• Jabatan presiden tidak dibatasi dalam suatu periode
• Dwi fungsi ABRI
• Presiden sebagai kep. pemerintahan & kep. negara
– Terjadi pelanggaran UUD 1945
• HAM, KKN, hilangnya hak demokrasi
• Masa Reformasi (21 Mei 1998 sebelum
amandemen)
– Tumbuh dan berkembangnya demokratisasi (mengarah
pada kebebasan individual)
– Partai politik tumbuh seperti jamur di musim hujan
– Perlindungan dan penegakan HAM (cenderung diagung-
agungkan)
– Terjadi perubahan tata kerja dan hubungan antar
lembaga negara
– Presiden dan wakil presiden dipilih secara langsung
– Fungsi parlemen sangat kuat
SISTEM PEMERINTAHAN SETELAH AMANDEMEN
A. Indonesia ialah Negara yang berdasarkan atas
hukum (Rechtstaat)
B. Sistem Konstitusional
C. Kekuasaan tertinggi di tangan Rakyat
D. Presiden penyelenggara Pemerintahan tertinggi di
samping MPR dan DPR
E. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR
F. Menteri negara Pembantu Presiden dan tidak
bertanggung jawab kepada DPR
G. Kekuasaan Kepala Negara Tidak Tak-Terbatas
VII. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA
KEHIDUPAN BERMASYARAKAT,
BERBANGSA DAN BERNEGARA
A. PENGERTIAN PARADIGMA
B. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN
POLEKSOSBUD, BERAGAMA DAN IPTEK
C. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA REFORMASI
D. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN
KAMPUS
A. PENGERTIAN PARADIGMA

• Paradigma merupakan asumsi-asumsi dasar yang


teoritis dan bersifat umum
• Paradigma menjadi terminologi yang mengandung
konotasi pengertian sumber nilai, kerangka pikir,
orientasi dasar,m serta arah dan tujuan
B. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN

• Orientasi pembangunan adalah, membangun


manusia seutuhnya (lahir - batin, jasmani – rokhani,
materiil dan spirituil)
• Secara ontologis, dikatakan manusia yang utuh
adalah mendasarkan diri pada manusia sebagai
subjek pendukung pokok sila-sila pancasila
• Tujuan pembangunan dikatakan berhasil diukur dari
keberhasilan pelaksanaan dan pengamalan Pancasila
dalam kehidupan
• Dengan demikian pelaksanaan pembangunan harus
berlandaskan nilai-nilai Pancasila secara utuh
PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA
PENGEMBANGAN IPTEK
• Iptek merupakan hasil karya rokhani manusia untuk
mensejahterakan manusia, maka pengembangan-
nya tidak bebas dari ikatan nilai-nilai moral
kemanusiaan dengan segala aspeknya.
• Kesejahteraan manusia tidak hanya dilihat secara
materiil saja, namun harus dilihat dampaknya, yaitu:
kerukunan dan kesatuan, keselarasan dan
keseimbangan, keberadaban dan kesetiakawanan,
ketertiban dan keamanan.
C. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA REFORMASI

• Gelombang reformasi meruntuhkan permainan elit politik


yang dianggap tidak senafas dengan Pancasila, tetapi
irionisnya Pancasilalah yang menjadi kambing hitam, karena
Pancasila tidak ditempatkan pada posisinya (“berlebihan”)
• Reformasi membawa konsekuensi dan dampak terhadap
kehidupan berbangsa dan bernegara , dan apabila kurang
dapat menempatkan nilai Pancasila sebagai landasan dan
platform yang jelas, maka reformasi akan semakin tidak
memiliki arah, dan akhirnya akan memporakporandakan
tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara.
FAKTOR PENYEBAB GERAKAN REFORMASI

– Menjelang akhir PJP II Pelita ke tujuh (GBHN 1998),


terjadi bencana hebat yaitu krisis ekonomi Asia (Asteng)
yang menggoyahkan stabilitas politik indonesia
– Semakin merajalelanya praktek KKN di setiap lini, dan
penyalahgunaan kekuasaan/kewenangan penguasa
– Para wakil rakyat (DPR, MPR) semakin mandul karena
dijangkiti penyakit nepotisme
– Pancasila hanya digunakan sebagai alat legitimasi politik,
sehingga jika ada pihak yang tidak pro terhadap
pemerintah diklaim sebagai orang “tidak Pancasilais”
– Sebagai puncaknya adalah hancurnya perekonomian
nasional
TUNTUTAN GERAKAN REFORMASI

• Melakukan reformasi di segala bidang, terutama


bidang politik, ekonomi, dan hukum
• Menghapus dwi fungsi ABRI, dan pemisahan TNI
dan POLRI
• Menegakan demokrasi rakyat dan HAM
• Memberantas KKN
• Kebebasan pers / media masa
• Pembentukan otonomi daerah
KENYATAAN YANG TERJADI
• Terjadi penyalah artian dari pengertian “reformasi”
• Semua kalangan (perorangan/kelompok) berjuang dengan
mengatasnamakan “reformis” dan untuk kepentingan
rakyat
• Mempermasalahkan landasan/sumber moral yang telah
disepakati para tokoh pendiri negara
• Pemberantasan KKN gencar, diiringi dengan naiknya
peringkat bangsa terkorup di dunia
• Maraknya pelanggaran hak asasi atas nama agama
• Menyalahartikan pengertian dan makna demokrasi
• Tindakan warga negara semakin jauh dari nilai-nilai
Pancasila
PLATFORM KEBERHASILAN REFORMASI
• Menjadikan Pancasila sebagai frim/bingkai dan
kerangka semua tindakan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara
• Menjiwai nilai-nilai Pancasila sebagai pedoman
moral dan mental bangsa
• Menanggalkan atribut dan kepentingan kelompok
• Menerima dan memiliki kesadaran bahwa kebesaran
Indonesia karena adanya keanekaragaman (bukan
atas kesamaan)
• Selalu meletakkan sejarah sebagai fondamen
perjuangan bangsa
D. AKTUALISASI PANCASILA
1. Dibukanya kran demokrasi yang berbarengan dengan
upaya penegakan HAM, berakibat pada “kebebasan”
dan “sikap individualis”
2. Penerapan nilai “Kedaulatan rakyat” yang
menyimpang dari nilai-nilai Pancasila
3. Perubahan kurikulum 2004 ke 2006 pendidikan dasar
dan menengah menggantikan PPKn menjadi PKn yg
berdampak pada tumpulnya nilai Pancasila terhadap
peserta didik
4. Kurang intesifnya pendidikan nilai Pancasila berakibat
pada lunturnya nilai-nilai karakter dan jati diri bangsa
Lanjutan
5. Diperlukannya pendidikan karakter secara “formal”
melalui jalur pendidikan
6. Pelaksanaan dan pengamalan nilai Pancasila baik
secara objektif (sasaran di segala bidang dan aspek
kehidupan) dan subjektif (pelaku/orangnya, baik
secara indinvidu maupun kelompok)
7. Penempatan, pelaksanaan, dan pengamalan
Pancasila secara humanistik (meski tidak
meninggalkan yuridisnya)

Anda mungkin juga menyukai