PADA GENETALIA
Gambar 6. Parafimosis
Browne 1936 membagi hypospadia tiga bagian yang memiliki makna secara
klinis untuk mengetahui panjang uretra dan untuk mengetahui seberapa besar tingkat
kesulitan dalam penatalaksanaan rekonstruksi bedah:
Derajat I : OUE (Ostium/Orifisum Uretra Externa) letak pada permukaan
ventral glans penis & korona glandis.
Derajat II : OUE (Ostium/Orifisum Uretra Externa) terletak pada permukaan
ventral korpus penis.
Derajat III: OUE (Ostium/Orifisum Uretra Externa) terletak pada permukaan
ventral skrotum atau perineum.
Secara teori derajat II dan derajat III yang biasanya pada bagian anterior
phallus (penis) disertai dengan adanya chordee (pita jaringan fibrosa) yang
menyebabkan kurvatura (melengkung) pada saat ereksi. Hypospadia derajat ini akan
mengganggu aliran normal urin dan fungsi reproduksi, oleh karena itu perlu
dilakukan terapi dengan tindakan operasi bedah.
Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul pada kebanyakan penderita hypospadia biasanya
dating dengan keluhan kesulitan dalam mengatur aliran air kencing (ketika
berkemih). Hypospadia tipe perineal dan penoscrotal menyebabkan penderita
harus miksi dalam posisi duduk dan pada orang dewasa akan mengalami
gangguan hubungan seksual. Tanda-tanda klinis hypospadia :
1. Lubang Osteum/orifisium Uretra Externa (OUE) tidak berada di ujung glands
penis.
2. Preputium tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di bagian punggung
penis (dorsal hood).
3. Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang membentang hingga ke glans
penis. Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada dasar dari glands
penis.
Diagnosis
1) Pemeriksaan Fisik
Kelainan hypospadia dapat diketahui segera setelah kelahiran dengan
pemeriksaan inspeksi genital pada bayi baru lahir. Selain pada bayi baru lahir
diagnosis hypospadia sering dijumpai pada usia anak yang akan disirkumsisi (7-9
tahun). Jika pasien diketahui memiliki kelainan kelamin (hypospadia) maka
tindakan sirkumsisi tersebut tidak boleh dilakukan karena hal tersebut merupakan
kontra-indikasi tindakan sirkumsisi.3,11,12
2) Pemeriksaan Penunjang
Untuk mengetahui hypospadia pada masa kehamilan sangat sulit.
Berbagai sumber menyatakan bahwa hypospadia dapat diketahui segera setelah
kelahiran dengan inspeksi genital pada bayi baru lahir.
Penatalaksanaan
Rekonstruksi phallus (penis) pada hypospadia dapat dilakukan sebelum usia
belajar (±1,5 bulan - 2 tahun). Terdapat beberapa cara penatalaksanan penbedahan
untuk merekonstruksi phallus pada hypospadia.3,9,14
Tujuan penatalaksanaan hypospadia yaitu untuk memperbaiki kelainan
anatomi phallus, dengan keadaan bentuk phallus yang melengkung (kurvatura) karena
pengaruh adanya chordee.
Tindakan rekonstruksi hypospadia:
a) Chordectomi : melepas chordae untuk memperbaiki fungsi dan memperbaiki
penampilan phallus (penis).
b) Urethroplasty : membuat Osteum Urethra Externa diujung gland penis
sehingga pancaran urin dan semen bisa lurus ke depan.
Chordectomi dan urethroplasty dilakukan dalam satu waktu operasi yang
sama disebut satu tahap, bila dilakukan dalam waktu berbeda disebut dua tahap. Hal
yang perlu dipertimbangkan dalam mencapai keberhasilan tindakan operasi bedah
hypospadia :
(1) Usia ideal untuk repair hypospadia yaitu usia 1,5 bulan – 2 tahun (sampai usia
belum sekolah) karena mempertimbangkan faktor psikologis anak terhadap
tindakan operasi dan kelainannya itu sendiri, sehingga tahapan repair
hypospadia sudah tercapai sebelum anak sekolah.
(2) Tipe hypospadia dan besarnya penis dan ada tidaknya chorde.
(3) Tiga tipe hypospadia dan besar phallus sangat berpengaruh terhadap-tahapan
dan teknik operasi. Hal ini akan berpengaruh terhadap keberhasilan operasi,
Semakin kecil phallus dan semakin ke proksimal tipe hypospadia semakin
sukar tehnik operasinya.
Pada semua tindakan operasi bedah hypospadia dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut :
Eksisi chordee. Tekhnik untuk tindakan penutupan luka dilakukan dengan
menggunakan preputium yang diambil dari bagian dorsal kulit penis. Tahap
pertama ini dilakukan pada usia 1,5 – 2 tahun. eksisi chordee bertujuan untuk
meluruskan phallus (penis), akan tetapi meatus masih pada tempatnya yang
abnormal.
Uretroplasty yang dikerjakan 6 bulan setelah tahap pertama. Tekhnik reparasi
ini dilakukan oleh dokter bedah plastik adalah tekhnik modifikasi uretra.
Kelebihan jaringan preputium ditransfer dari dorsum penis ke permukaan
ventral yang berfungsi menutupi uretra baru.
Beberapa metode operasi yang digunakan dalam menangani hipospadia adalah :
a. Hipospadia Anterior
Teknik yang dilipih untuk hipospadia anterior tergantung pada posisi anatomi
dari penis yang hipospadia. Teknik yang paling sering digunakan adalah MAGPI
(meatal advance glansplasty), GAP (glans approximation procedure), metode
Mathieu atau disebut flip-flap dan incise pipa uretroplasti.
1) Teknik MAGPI (meatal advance glansplasty)
Teknik MAGPI dirancang oleh Duckett pada tahun 1981. Teknik ini akan
memberikan hasil yang maksimal jika pasien mengikuti dengan tepat.
Penis dengan hipospadia yang cocok untuk dilakukan MAGPI adalah dengan
jaringan pada punggung dalam glands yang mengalirkan urin baik dari koronal atau
sedikit ke meatus subcoronal. Setelah pasien tertidur, uretra itu sendiri harus memiliki
dinding ventral yang normal, tanpa ada bagian yang tipis atau atresia uretra
spongiosum. Uretra juga harus menjadi mobile sehingga dapat maju ke glands.
2) Teknik GAP (glans approximation procedure)
Prosedur GAP berlaku pada pasien dengan hipospadia anterior kecil yang
memiliki alur glands luas dan mendalam.
Pada pasien ini tidak memiliki jembatan jaringan kelenjar yang biasanya
mngalirkan aliran kemih, seperti yang terlihat pada pasien yang akan lebih tepat
diobati dengan teknik MAGPI. Dalam teknik GAP, uretra yang berlubang lebar akan
dilakukan tubularisasi primer dengan menggunakan stent.
3) Incisi Tubularirasi Urethroplasty
Secara historis, jika alur uretra tidak cukup lebar untuk tubularisasi in situ,
seperti pada teknik GAP atau prosedur Thiersch Duplay, kemudian pendekatan
alternatif seperti Mathieu atau untuk penanganan hipospadia yang lebih parah, flap
pedikel dengan vascularisasi bias dilakukan.
Baru-baru ini konsep sayatan di kulit uretra dan dilakukannya tubularisasi dan
penyembuhan sekunder telah diperkenalkan oleh Snodgrass. Hasil jangka pendek
sangat baik dan prosedur ini memiliki popularitas yang luas. Salah satu aspek yang
menarik adalah adanya celah yang menyerupai meatus, yang dibuat dengan sayatan
pertengahan garis punggung. Baru-baru ini, teknik ini telah diterapkan untuk bentuk-
bentuk hipospadia posterior.
Secara teoritis, ada kekhawatiran tentang kemungkinan stenosis meatus dari
jaringan parut, dimana sering terjadi striktur uretra pada pasien dengan urethrotomy
internal yang sering menyebabkan striktur berulang. Pada hipospadia, pada jaringan
dengan suplai darah yang sangat baik dan aliran pembuluh darah yang besar,
tampaknya dapat merespon baik terhadap sayatan primer dan sekunder pada
penyembuhan tanpa meninggalkan bekas luka. Pada perbaikan hipospadia distal,
meskipun tingkat morbiditas relative rendah, hasil kosmetik yang mungkin sulit
untuk menilai dan memuaskan dalam proporsi yang signifikan, terutama setelah
perbaikan Mathieu.
b. Hipospadia Posterior.
Kita sudah cukup puas dengan teknik onlay island flap untuk hipospadia
untuk kasus pada hipospadia pada batang penis dan kasus-kasus yang lebih parah dari
hipospadia. Onlay island flap telah berhasil diuji dengan hasil jangka panjang yang
sangat baik. Tidak membuang kulit uretra pada teknik onlay island flap telah
menyingkirkan striktur anastomosis bagian proksimal dan telah mengurangi kejadian
formasi fistula. Ketika kelengkungan penis diperlukan, dapat dikoreksi dengan
lipatan punggung.
Laporan terbaru telah memperkenalkan teknik standar dan variasi yang lebih
halus. Kadang-kadang operasi yang luas diperlukan dan dalam beberapa kasus,
beberapa operasi menyebabkan hasil yang kurang optimal pada beberapa anak, pasien
kemudian diklasifikasikan sebagai " cacat hipospadia ". Untuk hipospadia yang
sangat parah, kulit preputium yang dapat dirancang sebagai gaya tapal kuda untuk
menjembatani jarak yang luasOperasi hipospadia merupakan salah satu masalah yang
paling sering dibicarakan bagi ahli bedah rekonstruktif, dan ahli bedah urolog, dan
pediatric karena tingkat komplikasi yang tinggi.
Faktanya ada sekitar 250 operasi yang berbeda untuk mengelola masalah
rumit, yang menunjukkan bahwa tidak ada operasi tunggal yang disukai oleh semua
ahli bedah di dunia karena tidak ada teknik tunggal memberikan hasil baik yang
seragam. Satu tahap perbaikan secara alami disukai karena trauma post operasi
berkurang, tidak ada bekas luka pada kulit, menurunkan jumlah rawat inap dan lebih
ekonomis. Tapi ahli bedah tertentu tetap yakin ada keterbatasan dan kelemahan dari
operasi satu langkah dan terus berlatih operasi dua tahap.
Hormon yang terlibat dalam fungsi testis (gonadotropin, androgen) umumnya
tidak terpengaruh baik pada anak-anak atau orang dewasa. Namun, data menunjukkan
faktor epidemiologis, klinis, dan biologis dapat merupakan factor risiko untuk
kesuburan: insiden tinggi gangguan migrasi testis, kelainan histologis hasil tes seperti
hypospermatogenesis, dan insidensi konsentrasi spermatozoa rendah yang tinggi.
Terakhir, belum ada evaluasi kejadian infertilitas pada populasi pasien dengan
hipospadia yang baik dioperasikan pada anak-anak atau yang tidak menjalani bedah
perbaikan.
Komplikasi
a. Fistula
Fistula uretrokutan merupakan masalah utama yang sering muncul pada
operasi hipospadia. Fistula jarang menutup spontan dan dapat diperbaiki
dengna penutupan berlapis dari flap kulit lokal. Dilakukan fistuloraphy.
Pembentukan fistula sebagian besar di persimpangan neourethra dengan uretra
asli, dan frekuensi tinggi di kasus hipospadia proksimal.
b. Stenosis meatus
Stenosis atau menyempitnya meatus uretra dapat terjadi. Adanya aliran air
seni yang mengecil dapat menimbulkan kewaspadaan atas adanya stenosis
meatus. Masalah teknis seperti pembuatan meatus lumen yang sempit atau
terlalu ketat glanuloplasty dapat menjadi penyebab stenosis meatus.
c. Striktur
Keadaan ini dapat berkembang sebagai komplikasi jangka panjang dari
operasi hipospadia. Keadaan ini dapat diatasi dengan pembedahan, dan dapat
membutuhkan insisi, eksisi atau reanastomosis.
d. Divertikula
Divertikula uretra dapat juga terbentuk ditandai dengan adanya
pengembangan uretra saat berkemih. Striktur pada distal dapat mengakibatkan
obstruksi aliran dan berakhir pada divertikula uretra. Divertikula dapat
terbentuk walaupun tidak terdapat obstruksi pada bagian distal. Hal ini dapat
terjadi berhubungan dengan adanya graft atau flap pada operasi hipospadia,
yang disangga dari otot maupun subkutan dari jaringan uretra asal.
e. Terdapatnya rambut pada uretra
Kulit yang mengandung folikel rambut dihindari digunakan dalam
rekonstruksi hipospadia. Bila kulit ini berhubungan dngan uretra, hal ini dapat
menimbulkan masalah berupa infeksi saluran kemih dan pembentukan batu
saat pubertas. Biasanya untuk mengatasinya digunakan laser atau kauter,
bahkan bila cukup banyak dilakukan eksisi pada kulit yang mengandung
folikel rambut lalu kemudian diulang perbaikan hipospadia.
4. EPISPADIA
Pada epispadia, suatu kelainan tak lazim dengan frekwensi 1 per 120.000 pria,
meatus urethra terbuka pada sisi dorsal penis. Epispadia sering disertai dengan
ekstrofi dan kombinasi epispadia, dan ekstrofi timbul dalam 1 dari 30.000
kelahiran.