Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Teknik Elektro dan Komputer Vol.8, No.

2 Mei-Agustus 2019, ISSN : 2301-8402; 2685-368X 83

Perencanaan Transformator Distribusi


125 kVA
Yaved Pasereng Tondok, Lily Setyowaty Patras, Fielman Lisi
Teknik Elektro, Universitas Sam Ratulangi Manado, Jl. Kampus Bahu-Unsrat Manado, 95115
Email: Paserengyaved@gmail.com, lilyspatras@unsrat.ac.id, fielmanlisi@unsrat.ac.id

tidak selalu 100% karena terdapat rugi-rugi pada saat


Abstract -- Transformer is an electrical equipment that can penyaluran ke beban.
move and convert electrical energy from one or more
electrical circuits to another electrical circuit. In load Baik rugi yang disebabkan arus mengalir pada kawat
transformers, the power coming out of the transformer tembaga, rugi yang disebabkan fluks bolak-balik pada inti
(transformer output power) is not always 100% because besi, maupun rugi yang disebabkan arus pusar pada inti besi
there are losses when channeling to the load, both losses yang mengakibatkan daya yang keluar (daya output) dari
caused by current flowing on the copper wire which results transformator ke beban tidak sama dengan daya yang masuk
in the output power (output power) of the transformer to the (daya input) ke transformator. Hal ini di kenal sebagai
load is not the same as the incoming power (input power) to efisiensi transformator.
the transformer. Therefore the transformer is designed so
that the power losses that occur will be reduced and the Untuk itu perlu adanya pemilihan bahan yang sesuai
efficiency released by the transformer is close to 100%. dengan suatu transformator yang di inginkan supaya suatu
transformator yang di desain sesuai dengan pemakaian yang
dilakukan agar rugi-rugi daya yang terjadi akan mengecil dan
Key words: Transformer, Transformer Planning, Power Loss. efisiensi yang di keluarkan transformator tersebut mendekati
100%.

Abstrak — Transformator adalah suatu peralatan listrik A. Transformator


yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik
dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik Transformator adalah suatu peralatan mesin listrik statis yang
yang lain. Pada transformator keadaan berbeban, daya bekerja berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik untuk
yang keluar dari transformator (daya output menyalurkan tenaga/daya listrik dari suatu rangkaian listrik ke
transformator) tidak selalu 100% karena terdapat rugi- rangkaian listrik yang lain tanpa merubah frekuensi. Pada
rugi pada saat penyaluran ke beban, baik rugi yang umumnya transformator terdiri dari 2 belitan yaitu belitan
disebabkan arus mengalir pada kawat tembaga yang primer dan belitan sekunder, dan ada juga transformator yang
mengakibatkan daya yang keluar (daya output) dari secara khusus memiliki belitan tersier sehingga menjadi 3
transformator ke beban tidak sama dengan daya yang belitan. Bagian utama transformator adalah dua buah
masuk (daya input) ke transformator. Oleh karena itu kumparan yang keduanya dililitkan pada sebuah inti besi
tansformator di desain agar rugi-rugi daya yang terjadi lunak. Kedua kumparan tersebut memiliki jumlah lilitan yang
akan mengecil dan efisiensi yang di keluarkan berbeda. Kumparan yang dihubungkan dengan sumber
transformator tersebut mendekati 100%. tegangan AC. Dalam teknik tenaga listrik pemakaian
transfornator dikelompokkan menjadi [1]:
Kata Kunci : Transformator, Rugi-rugi Daya Perencanaan
Transformator. 1) Transformator daya, Transformator daya memiliki
peranan sangat penting dalam sistem tenaga listrik.
I. PENDAHULUAN Transformator daya digunakan untuk menyalurkan
daya dari generator bertegangan menengah ke
Transformator adalah suatu peralatan listrik yang transmisi jaringan distribusi. Kebutuhan
dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu transformator daya bertegangan tinggi dan
atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain berkapasitas besar, menimbulkan persoalan dalam
melalui suatu gandengan magnet berdasarkan prinsip induksi perencanaan isolasi, ukuran bobotnya.
elektromagnetik. Pada bidang industri, transformator 2) Transformator distribusi, Transformator distribusi
digunakan sebagai penaik tegangan (transformator step up) digunakan untuk mengubah tegangan menengah
dan digunakan sebagai penurun tegangan (transformator step menjadi tegangan rendah. Sebagaimana halnya
down). Transformator tersebut biasanya dihubungkan ke dengan komponen-komponen lain dari rangkaian
beban-beban. Pada transformator keadaan berbeban, daya distribusi, rugi-rugi energi dan turun tegangan yang
yang keluar dari transformator (daya output transformator)
84 Yaved Pasereng Tondok – Perencanaan Transformator Distribusi 125 kVA

Gambar 1. Belitan Transformator Gambar 3. Inti Besi

Gambar 2. Kumparan Transformator


Gambar 4. Bushing
disebabkan arus listrik mengalir menuju beban
merupakan penentuan untuk pemilihan dan lokasi tegangan tertier atau untuk kebutuhan lain. Untuk kedua
transformator. keperluan tersebut, kumparan tertier selalu dihubungkan
3) Transformator pengukuran, Dalam prakteknya delta. Kumparan tertier sering juga untuk dipergunakan
tidaklah aman menghubungkan instrumen, alat ukur penyambungan peralatan bantu seperti kondensator
atau peralatan kendali langsung ke rangkaian synchrone, kapasitor shunt dan reactor shunt. Bentuk
tegangan tinggi. Transformator Instrumen umumnya dari kumparan transformator dapat dilihat pada gambar
digunakan untuk mengurangi tegangan tinggi dan 2.
arus hingga harga aman dan dapat digunakan untuk 2) Inti Besi
kerja peralatan demikian. Inti besi digunakan sebagai media mengalirnya flux
yang timbul akibat induksi arus bolak balik pada
B. Prinsip Kerja Transformator kumparan yang mengelilingi inti besi sehingga dapat
menginduksi kembali ke kumparan yang lain.
Transformator akan bekerja berdasarkan prinsip Dibentuk dari lempengan – lempengan untuk
induksielektromagnetik. Tegangan masukan bolak-balik yang mengurangi eddy current yang merupakan arus
membentangi primer menimbulkan fluks magnet yang sirkulasi pada inti besi hasil induksi medan magnet,
idealnya semua bersambung dengan lilitan sekunder. Fluks dimana arus tersebut akan mengakibatkan rugi – rugi.
bolak-balik ini menginduksikan GGL dalam lilitan sekunder. Bentuk inti besi dapat dilihat pada gambar 3.
Jika efisiensi sempurna, semua daya pada lilitan primer akan 3) Bushing
dilimpahkan ke lilitan sekunder [1], untuk lebih jelasnya dapat Bushing merupakan sarana penghubung antara
dilihat pada gambar 1. belitan dengan jaringan luar. Bushing terdiri dari
sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator.
C. Bagian-bagian Transformator Isolator tersebut berfungsi sebagai penyekat antara
konduktor bushing dengan body main tank
Bagian-bagian transformator terdiri atas[1][2]: transformator. Bentuk bushing dapat dilihat pada
1) Kumparan Transformator gambar 4.
kumparan trafo terdiri dari beberapa lilitan kawat 4) Pendinginan
tembaga yang dilapisi dengan bahan isolasi (karton, Suhu pada trafo yang sedang beroperasi akan
pertinax, dll) untuk mengisolasi baik terhadap inti besi dipengaruhi oleh kualitas tegangan jaringan, rugi-rugi
maupun kumparan lain. Untuk trafo dengan daya besar pada trafo itu sendiri dan suhu lingkungan. Suhu operasi
lilitan dimasukkan dalam minyak trafo sebagai media yang tinggi akan mengakibatkan rusaknya isolasi kertas
pendingin. Banyaknya lilitan akan menentukan besar pada trafo. Oleh karna itu pendinginan yang efektif
tegangan dan arus yang ada pada sisi sekunder. Kadang sangat diperlukan. Minyak isolasi trafo selain merupakan
kala transformator memiliki kumparan tertier. Kumparan media isolasi dia juga berfungsi
tertier diperlukan untuk memperoleh
Jurnal Teknik Elektro dan Komputer Vol.8, No.2 Mei-Agustus 2019, ISSN : 2301-8402; 2685-368X 85

Gambar 5. Tangki dan Konservator

Gambar 6. NGR

yang dipasang serial dengan netral sekunder pada


transformator sebelum terhubung ke
Gambar 7. Transformator Step-Up ground/tanah. Tujuan dipasangnya NGR adalah
untuk mengontrol besarnya arus gangguan yang
mengalir dari sisi netral ke tanah. Bentuk NGR
sebagai pendingin. Pada saat minyak bersikulasi, panas dapat dilihat pada gambar 6.
yang berasal dari belitan akan dibawah oleh minyak 8) Peralatan Proteksi
sesuai jalur sirkulasinya dan akan didinginkan peralatan yang mengamankan trafo terhadap
pada sirip-sirip radiator. Adapun proses pendinginan ini bahaya fisis, elektris maupun kimiawi
dapat dibantu oleh adanya kipas dan pompa sirkulasi 9) Indikator
guna meningkatkan efsiensi pendinginan. untuk mengawasi selama transformator beroperasi,
5) Tangki dan Konservator maka perlu adanya indikator pada transformator yang
Tangki Konservator berfungsi untuk menampung antara lain sebagai berikut:
minyak cadangan dan uap/udara akibat pemanasan trafo a. indikator suhu minyak
karena arus beban. Diantara tangki dan trafo b. indikator permukaan minyak
dipasangkan relai bucholzt yang akan meyerap gas c. indikator sistem pendingin
produksi akibat kerusakan minyak. Untuk menjaga agar d. indikator kedudukan tap
minyak tidak terkontaminasi dengan air, ujung masuk
saluran udara melalui saluran pelepasan/venting D. Jenis-jenis Transformator
dilengkapi media penyerap uap air pada udara, sering
disebut dengan silica gel dan dia tidak keluar mencemari
udara disekitarnya. Bentuk tangka dan konsevator dapat 1) Step-Up
dilihat pada gambar 5.
Transformator step-up adalah transformator yang
6) Tap Charger
memiliki lilitan sekunder lebih banyak daripada
Kestabilan tegangan dalam suatu jaringan merupakan
lilitan primern, sehingga berfungsi sebagai penaik
salah satu hal yang dinilai sebagai kualitas tegangan.
tegangan. Transformator ini biasa ditemui pada
Transformator dituntut memiliki nilai tegangan
pembangkit tenaga listrik sebagai penaik tegangan
output yang stabil sedangkan besarnya tegangan input
yang dihasilkan generator menjadi tegangan tinggi
tidak selalu sama. Dengan mengubah banyaknya
yang digunakan dalam transmisi jarak jauh.
belitan pada sisi primer diharapkan dapat mengubah
Transformator step-up dapat dilihat pada gambar 7.
ratio antara belitan primer dan sekunder dan dengan
demikian tegangan output/sekunderpun dapat di.
2) Step Down
proses perubahan ratio belitan ini dapat dilakukan
pada saat transformator sedang berbeban (On load Transformator step-down memiliki lilitan sekunder
tap changer) atau saat transformator tidak berbeban lebih sedikit daripada lilitan primer, sehingga
(Off loadtap changer). berfungsi sebagai penurun tegangan. Transformator
7) NGR (Netral Ground Resistant) jenis ini sangat mudah ditemui, terutama dalam
Salah satu metode pentanahan adalah dengan adaptor AC-DC. Transformator step-down dapat
menggunakan NGR. NGR adalah sebuah tahanan dilhat pada gambar 8.
86 Yaved Pasereng Tondok – Perencanaan Transformator Distribusi 125 kVA

Gambar 8. Transformator Step-Down

Gambar 10. Hubungan (Δ - Δ)

Gambar 9. Hubungan Y-Y

3) Auto Transformator
Auto transformator adalah transformator listrik
dengan hanya menggunakan satu belitan atau satu
kumparan. Awalan ‘otomatis’ (Bahasa Yunani untuk
‘diri’) mengacu pada kumparan tunggal yang bekerja
sendiri, bukan pada mekanisme otomatis apapun. Gambar 11. Hubungan ( Y - Δ)
Dalam autotransformator, bagian-bagian dari belitan
sama dengan sisi primer dan sekunder transformator. 1) Hubungan Bintang-Bintang
Sebaliknya transformator biasa memiliki belitan Pada jenis ini ujung-ujung pada masing-masing terminal
primer san sekunder yang terpisah yag tidak yang dihubungkan secara bintang. Kemudian titik
terhubung secara listrik. netralnya dijadikan menjadi satu. Sehingga hubungan
bintang-bintang (Y-Y) ini lebih ekonomis dan untuk
memiliki arus nominal yang kecil pada transformator
E. Transformator Tiga Fasa
tegangan tinggi. Gambar hubungan bintang-bintang (Y-
Transformator 3 fasa pada dasarnya merupakan Transformator Y) dapat dilihat pada gambar 9.
1 fasa yang disusun menjadi 3 buah dan mempunyai 2 belitan, 2) Hubungan Segitiga-segitiga
yaitu belitan primer dan belitan sekunder. Ada dua metode Pada jenis ini ujung fasa dihubungkan dengan ujung
utama untuk menghubungkan belitan primer yaitu hubungan netral kumparan lain yang secara keseluruhan akan
segitiga dan bintang (delta dan wye). Sedangkan pada belitan terbentuk hubungan delta/ segitiga. Hubungan ini
sekundernya dapat dihubungkan secara segitiga,bintang dan umumnya digunakan pada sistem yang menyalurkan arus
zig-zag (Delta, Wye dan Zig-zag). Ada juga hubungan dalam besar pada tegangan rendah dan yang paling utama saat
bentuk khusus yaitu hubungan open-delta (VV connection). keberlangsungan dari pelayanan harus dipelihara
meskipun salah satu fasa mengalami kegagalan. Gambar
F. Hubungan Belitan Transformator 3 fasa [3][4] hubungan segitiga – segitiga dapat dilihat pada gambar
10.
Jurnal Teknik Elektro dan Komputer Vol.8, No.2 Mei-Agustus 2019, ISSN : 2301-8402; 2685-368X 87

Gambar 13. Hubungan (Z-Z)

G. Jam Transformator

Vektor tegangan primer dan sekunder suatu transformator


dapat dibuat searah atau berlawanan dengan mengubah cara
melilit kumparan. Untuk transformator 3 fasa, arah tegangan
Gambar 12. Hubungan (Δ - Y) akan menimbulkan perbedaan fasa. Arah dan besar fasa
tersebut mengakibatkan adanya berbagai kelompok hubungan
pada transformator untuk hubungan delta ada pada gambar 14
dan hubungan bintang dapat dilihat pada gambar 15, Dalam
3) Hubungan Bintang-Segitiga menentukan kelompok hubungan diambil beberapa patokan
Pada hubung ini, kumparan pafa sisi primer dirangkai sebagai berikut[5][6][7]:
secara bintang (wye) dan sisi sekundernya dirangkai
delta. Umumnya digunakan pada trafo untuk jaringan 1) Notasi untuk hubungan delta, bintang, dan hubungan
transmisi dimana tegangan nantinya akan diturunkan zig-zag, masing-masing adalah D, Y, dan Z untuk sisi
(Step- Down). Perbandingan tegangan jala- jala 1/√3 tegangan tinggi dan d,y,z untuk sisi tegangan rendah.
kalinperbandingan lilitan transformator. Tegangan 2) Untuk urutan fasa dipakai notasi U, V, W untuk
sekunder tertinggal 300 dari tegangan primer. Gambar tegangan tinggi dan u, v, w tegangan sekunder sebagai
hubungan bintang-segitiga dapat dilihat pada gambar 11. tegangan rendah.
3) Tegangan Primer dianggap sebagai tegangan tinggi dan
4) Hubungan Segitiga-Bintang (Δ - Y) tegangan sekunder dianggap sebagai tegangan rendah.
Pada hubung ini, sisi primer trafo dirangkai secara delta 4) Angka jam menyatakan bagaimana letak sisi kumparan
sedangkan pada sisi sekundernya merupakan rangkaian tegangan tinggi terhadap sisi tegangan rendah.
bintang sehingga pada sisi sekundernya terdapat titik 5) Jarum jam panjang selalu dibuat menunjuk angka 12 dan
netral. Biasanya digunakan untuk menaikkan tegangan dibuat berhimpit (dicocokkan) dengan vektor fasa VL
(Step -up) pada awal sistem transmisi tegangan tinggi. tegangan tinggi line to line.
Dalam hubungan ini perbandingan tegangan 3 kali 6) Bergantung dari perbedaan fasanya, vektor fasa tegangan
perbandingan lilitan transformator dan tegangan sekunder rendah (u, v, w) dapat dilukiskan, letak vektor fasa v1
mendahului sebesar 30° dari tegangan primernya. tegangan rendah line to line menunjukkan arah jarum
Gambar hubungan segitiga-bintang dapat dilihat pada jam pendek.
gambar 12. 7) Sudut antara jarum jam panjang dan pendek adalah
pergeseran antara vektor fasa V dan v.
5) Hubungan Zig-Zag
Kebanyakan transformator distribusi selalu dihubungkan
bintang, salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh II. METODE
transformator tersebut adalah ketiga fasanya harus
diusahakan seimbang. Apabila beban tidak seimbang
A. Perencanaan Transformator
akan menyebabkan timbulnya tegangan titik bintang
yang tidak diinginkan, karena tegangan pada peralatan Perencanaan transformator terdiri atas [8][9][10]:
yang digunakan pemakai akan berbeda-beda. Untuk
menghindari terjadinya tegangan titik bintang, 1) Perencanaan Inti
diantaranya adalah dengan menghubungkan sisi
sekunder dalam hubungan Zigzag. Perencanaan inti adalah salah satu bagian yang penting,
Dalam hubungan Zig-zag sisi sekunder terdiri atas karena inti menentukan dimensi dan berat transformator
enam kumparan yang dihubungkan secara khusus. serta berfungsi sebagai lintasan fluks magnetic. Bentuk
Gambaran hubungan zig-zag dapat dilihat pada gambar ideal inti adalah lingkaran yang merupakan susunan
13. lembaran baja silicon [3].pada persamaan (1),(2) dan (3).
88 Yaved Pasereng Tondok – Perencanaan Transformator Distribusi 125 kVA

Gambar 14. Arah Jam Hubungan Delta Gambar 15. Arah Jam Hubungan Bintang

Tegangan perlilitan Et = K√ /3 (1) Luas jendela Aw = tinggi jendela x lebar jendela


Fluks m = (2)
, . = Hw x W w (9)
Luas inti Ai = (3)
Rasio tinggi jendela dan lebar jendela adalah antara 2
Di mana: sampai 4

Ai = luas inti fluks ( ) Dimana Tinggi jendela , = 2 (10)


Bm = kerapatan fluks maksimum (Wb/m2) !"
Lebar jendela = (11)
Φm = fluks maksimum (Wb)
Et = tegangan per lilitan (Volt/lilitan) 3) Perencanaan Yoke
Luas yoke diambil 15% sampai 25% lebih besar
K = konstanta transformator
daripada inti transformator yang menggunakan hot
F = frekuensi (Hz) rolled silicon steel. Ini dilakukan untuk mengurangi
harga fluks yang terdapat pada yoke. Ini mengurangi
rugi-rugi besi dan arus magnetisasi. Untuk
2) Perencanaan Jendela transformator yang menggunakan cold rolled grain
Untuk menghitung jendela mnggunakan persamaan oriented steel, luas yoke diambil sama dengan inti.
(4) – (11).
Luas Yoke menggunakan persamaan (12).
Kw = (50 sampai 200 KVA) (4)
#= 1,15 x (12)
Kw = (kira-kira 1000 KVA) (5)
Dimana :
Kw = (kira-kira 10 KVA) (6)
#= Luas yoke ( )
Luas jendela diperoleh pada pers: (7) = luas penampang inti ( )

Aw = (8) Tinggi dan Lebar Yoke


, . . . .
Untuk lebar yoke menggunakan persamaan (13).
Jurnal Teknik Elektro dan Komputer Vol.8, No.2 Mei-Agustus 2019, ISSN : 2301-8402; 2685-368X 89

$# = 0,9 x d (13) Dimana:


Untuk tinggi yoke menggunakan persamaan (14). ɑp = luas konduktor primer (mm2)
%
# = (14) ɑs = luas konduktor sekunder (mm2)
%
Dimana : 7 p = kerapatan arus primer (A/mm2)
d = diameter lingkar luar inti (cm)
7 S = kerapatan arus sekunder (A/mm2)
# = luas yoke ( )
$# = lebar yoke (m) V1 = tegangan primer (Volt)

Panjang Yoke menggunakan persamaan (15) V2 = tegangan sekunder (Volt)


I1 = arus primer (A)
#= 2 . D + 0,9 . d (15)
Dimana : I2 = arus sekunder (A)
# = Panjang Yoke (cm) 6) Perencanaan Isolasi
D = jarak antar pusat inti (cm) Rumusan praktis yang digunakan untuk menentukan
d = diameter inti (cm) ketebalan isolasi antara belitan tegangan rendah dan
belitan tegangan tinggi, seperti persamaan (25)
4) Ukuran Keseluruhan Kerangka berikut ini:
Untuk keselurahan kerangka menggunakan persmaan
Ketebalan isolasi = 5 + 0.9kV (mm) (25)
(16) dan (17)
Dimana kV adalah tegangan dalam kilovolt antara
D = d+ Ww ; DY = a (16)
belitan tegangan tinggi dan bumi atau antara belitan.
H = Hw + 2HY ; W = 2D + $# ; (17) Ketebalan ini sudah meliputi lebar duct minyak yang
disediakan di antaranya [3][4].
Dimana:
H = Tinggi keseluruhan (cm) 7) Effisiensi [6]
Effisiensi menggunakan pada persamaan (26).
Hw = Tinggi jendela (cm)
891
HY = Tinggi yoke (cm) η= x 100% (26)
8+

D = Jarak antar pusat inti (cm) dimana:


By = Lebar yoke (cm) η = effesiensi (%)
5) Perencanaan Belitan Pout = daya keluaran (Watt)
Untuk tegangan sekunder per fasa pada persamaan
(18) Pin = daya masukan (Watt)
&' = (18)

Jumlah lilitan pada belitan primer pada persamaan
(19)
()*+)*+ -(. *+ /0 (0
N1 = = (19)
()*+)*+ /(0. . *+ III HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah lilitan pada belitan sekunder pada persamaan
(20) Hasil perhitungan perencanaan transformator distribusi
()*+)*+ -(. *+ '( 1+2(0
N2 = = (20) dengan spesifikasi sebagai berikut :
()*+)*+ /(0. . *+
Untuk arus pada belitan sekunder pada persamaan
(21) Trafo 3 fasa distribusi 3 fasa :
'
3' = (21) Daya : 125 kVA
. 4
Untuk arus pada belitan primer pada persamaan (22) Tegangan Saluran : HV = 20 kV , LV = 380 V
'
3/ = (22)
. 5
Tegangan Fasa : HV = 20 kV , LV = 220 V
Luas konduktor dalam belitan primer dan sekunder
ditentukan setelah memilih kerapatan arus yang Frekuensi : 50 Hz
cocok yang digunakan dalam belitan pada persamaan Hubungan Belitan : Ynd-5
(23) untuk primer (24) untuk sekunder.
"
L= = = = 50,9 cm
6 :;2 <, ; ,< =,=
Luas konduktor primerɑp = (23)
/
6
Luas konduktor sekunder ɑs = (24) Untuk hasil perencanaan inti dapat di lihat pada Tabel I.
'
90 Yaved Pasereng Tondok – Perencanaan Transformator Distribusi 125 kVA

Luas Yoke

# = 1,15 x = 1,15 x 0,0087


= 0,01
Panjang Yoke

# = 2 . D + 0,9 . d = 2. 39,4 + 0,9 . 13,9


= 78,8 + 12,51 = 91,31 c
= 0,913
Untuk hasil perencanaan yoke dapat di lihat pada Tabel III.

C. Ukuran Kerangka Keseluruhan


Tinggi Keseluruhan
H= + 2. # = 51 + 2. 8
= 51 + 16 = 67 cm
Lebar Keseluruhan

W = D + $# = 39,4 + 12,51 = 51,91 cm


Untuk hadil keselurhan kerangka dapat dilihat pada Tabel IV.

D. Perencanaan Belitan
Belitan Tegangan Rendah :
Besar tegangan per fasa

&' = =220 V

Jumlah lilitan per fasa

G' = 4 = = 75,86 = 76 lilitan


Gambar 16. Flow Chart Perencanaan Transformator H ,<

Arus Sekunder
A. Perencanaan Jendela ' = =
3' = = = = 189,4 A
. 4 . II
Koefisien jendela
> = = = 0,2 Luas konduktor Sekunder
Luas jendela 6 <,
J' = 4= = 86,1
,
'
= A
, . . ?. @ . ". . Belitan Tegangan Tinggi

= Besar tegangan per fasa


=
, .= . ,= . , B. , . , .
&/ = 20.000 V
= 0,13 = 1300C
Tinggi Jendela Jumlah lilitan per fasa

= 2 = √2. 1300 = 51 c G/ = 5
. G' = . 76 = 7254 lilitan
4
Lebar Jendela
Arus Primer
!" =
= = = 25,5 cm
' = =
3/ = = = = 2,08 A
. 5 . I
Untuk hasil perencanaan jendela dapat di lihat pada Tabel II.
Luas konduktor primer
B. Perencanaan Yoke
Jurnal Teknik Elektro dan Komputer Vol.8, No.2 Mei-Agustus 2019, ISSN : 2301-8402; 2685-368X 91

65 , K = % impedansi yang diketahui x K (pada 100%)


J/ = = = 0,95
,
Dimana : K (pada 100%) = impedansi transformator
% impedansi yang diketahui = 4% (SPLN D3-002)
Untuk hasil perencanaan belitan dapat dilihat pada Tabel V.
Sehingga ;
E. Perencanaan Isolasi K = % impedansi yang diketahui x K (pada 100%)
= 0,04 x 1.552
Ketebalan isolasi = 5 + 0.9(kV) = 5 + 0.9(20) = 23 = 0,046 ohm
Reaktansi primer (urutan nol)
Untuk Isolasi belitan sekunder (tegangan rendah) Untuk menghitung reaktansi primer digunakan
menggunakan tipe NYFGbY&NYY dengan persamaan sebagai berikut ;
ketebalan 70 mm., sedangkan untuk belitan primer K = 3. K
(tegangan tinggi) digunakan isolasi dengan ketebalan Dimana : K = Reaktansi sekunder (ohm)
23 mm. Sehingga ;
K = 3. K = 3. 0,046 = 0,138 ohm
F. Effisiensi Resistansi
Untuk resistansi tersebut, akan dihitung resistansi
Impedansi sekunder dan resistansi primer.
Untuk menghitung impedansi digunakan persamaan Resistansi sekunder
sebagai berikut ; O ' = P . Q ' = 3,14 . 10,47 = 32,8758 mm
L
K (pada 100%) = T4 U?H4
M
R' = S
Dimana : N& = Tegangan sisi sekunder *4
. , B=
transformator tenaga (kV) = 1,68 x 10-8
I,
MVA = Kapasitas daya trafo (MVA) = 1,68 x 10-8 . 16,8
Sehingga ; = 28,224 x 10-8 ohm
L , L ,
K (pada 100%) = = = = 1,1552 ohm
M , = , =
Reaktansi Resistansi primer
Untuk reaktansi tersebut, akan dihitung reaktansi Untuk menghitung resistansi sekunder digunakan
sekunder (urutan positif dan urutan negatif) dan rumus sebagai berikut ini :
T U
reaktansi primer ( urutan nol). R/ = S 5 ?H5 (27)
*5
Dimana :
Reaktansi sekunder (urutan positif dan negatif)
G/ = Jumlah lilitan primer
Untuk menghitung reaktansi sekunder digunakan O / = Panjang rata-rata perbelitan primer (mm)
persamaan sebagai berikut ; J/ = Luas konduktor primer ( )
S = Hambatan jenis kawat tembaga (ohm/m)
TABEL I
HASIL PERENCANAAN INTI
TABEL IV
1 Konstanta K 0,45 HASIL PERENCANAAN SELURUH KERANGKA
2 Tegangan/lilitan Et 2,9 V/lilitan 1 Jarak antara pusat inti D 39,4 cm
3 Diameter inti (Tebal D 13,9 cm 2 Tinggi keseluruhan H 67 cm
inti)
4 Luas Inti Ai 87 cm2 3 Lebar keseluruhan W 51.91 cm
2
5 Kerapatan fluks Bm 1,5 Wb/m
TABEL V
6 Berat 234 kg HASIL PERENCANAAN BELITAN
7 Fluks Фm 0,013 Wb
No Belitan L.V H,V
8 Asumsi tinggi L 50,9 cm 1 Hubungan Star Delta
kumapran
2 Luas konduktor 86,1 mm2 0,95 mm2
9 Panjang Inti 78,8 cm
3 Kerapatan arus 2,2 A/mm2 2,2 A/mm2
4 Arus 189,4 A 2,08 A
TABEL III
HASIL PERENCANAAN YOKE 5 Jumlah lilitan per 76 lilitan 7254 lilitan
fasa
1 Luas yoke Ay 0,01 m2
6 Jumlah lapisan 2 16
2 Lebar yoke By 0,1251 m
7 Diameter konduktor 1,047 cm 0,11 cm
3 Tinggi yoke Hy 0,08 m
8 Tinggi belitan 49,209 cm 49,94 cm
4 Panjang yoke Wy 0,913 m
92 Yaved Pasereng Tondok – Perencanaan Transformator Distribusi 125 kVA

TABEL VI TABEL VII


HASIL PERHITUNGAN IMPENDANSI HASIL PERHITUNGAN EFFISIENSI

No Impedansi L.V H.V 1 Daya keluaran 71972 Watt

2 Daya masukan 74546,01111 Watt


1 Resistansi 28,224 x 10-8 Ω 2,6 x 10-4 Ω
3 Effisiensi 96,5 %
2 Reaktansi 0,046 Ω 0,138 Ω
3 Impedansi 1,1552 Ω

material sangat penting karna akan mempengaruhi effisiensi


Sehingga ; transformator tersebut. Rugi-rugi yang besar yaitu rugi pada
O / =P.Q / inti besi, untuk mengurangi rugi tersebut di buatlah inti trafo
= 3,14 . 1,1 = 3,454 mm itu berlapis-lapis. Untuk kemampuan daya pada perencanaan
transformator tersebut ialah 125.400 VA, melebihi kapasitas
T5 U?H5
R/ = S yang telah ditentukan
*5
. , =
= 1,68 x 10-8 = 1,68 x 10-8 . 15270,3 B. Saran
,<=
-4
= 2,6 x 10 ohm
Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan membuat
program jika memungkinkan
Untuk hasil perhitungan impendasi dapat dilihat pada Tabel V KUTIPAN
VI. [1] A. Kadir, Pengantar Teknik Tenaga Listrik. Jakarta: LP3ES, 1984.
[2] PT. PLN PERSERO, Panduan Pemeliharaan Trafo Tenaga, No
891 B <B Dokumen : P3B/O&M Trafo/001.01. .
η= x 100% = x 100% = 96,5 % [3] A. . Goldman and C. . Pebler, “Power Transformers, Vol. 2,
8+ B = I,
Electrical Power Research Institute,” Palo Alto, CA, 1987.
Untuk hasil perhitungan effisiensi dapat dilihat pada Tabel [4] J. H. Harlow, Electric power transformer engineering series 9.
2004.
VII. [5] K. . Gebrt and K. . Edwards, Transformers. Homewood: American
Technical, 1974.
Dari data hasil di atas dapat di analisa untuk [6] R. . Bean, N. Chackan, H. . Moore, and E. . Wentz, Transformers
transformator distribusi sebagai berikut : for the Electric Power Industry. New York, 1959.
[7] H. Kan, Problems related to cores of transformers and reactors.
Electra, 94, 1984.
1) Jadi untuk mendapat nilai effisiensi transformator [8] C. R.H, H. T. M. Soelaiman, and S. M, “Pnggunaan Anlisi Tensor
distribusi yang baik yaitu mendekati ato sma dengan Dalam Perencanaan Mengevaluasi Perencanaan Transformator.”
100%, maka kita harus memperkecil nilai rugi-rugi pada [9] IEEE, Guide for Transformers Directly Connected to Generators,
inti besi maupun rugi-rugi tembaga IEEE C57.116-1989. Piscataway, NJ, 1989.
[10] S. . Mehta, N. Aversa, and M. . Walker, Transforming transformers,
2) Untuk rugi-rugi arus eddy sesuai hasil perencanaan pada IEEE Spectrum, 34,7,43–49. 1997.
bab 3 yaitu 2531,25 Watt jadi untuk memperkecil rugi-
rugi arus eddy tersebut maka kita membuat inti besi
berlapis-lapis.
3) Hasil effisiensi yang didapatkan pada hasil tersebut ialah Penulis bernama lengkap Yaved Pasereng
96,5% menunjukkan bahwa transformator tersebut dalam Tondok, lahir sebagai anak terakhir dari
keadaan baik atau normal. empat bersaudara, lahir di Rantepao pada
4) Pemilihan material sangat penting karena akan tanggal 14 Maret 1996 dari pasangan suami
mempengaruhi effisiensi dari transformator tersebut. istri Agustinus Tondok ( ayah ) dan
Budiwidiastuti Pasereng ( ibu ). Penulis
menempuh Pendidikan secara berturut-turut
di TK KATOLIK Rantepao ( 2001-2002),
IV. KESIMPULAN DAN SARAN SD KATOLIK Rantepao ( 2002-2008),
SMP Negeri 1 Rantepao ( 2008-2011 ), dan SMA Negeri 1
A. Kesimpulan
Rantepao ( 2011-2014). Pada tahun 2014, penulis melanjutkan
studi di Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi dan
Berdasarkan hasil perhitungan yang saya lakukan ,maka
mengambil jurusan Teknik Elektro. Pada Tahun 2016 memilih
dapat disimpulkan bahwa nilai kerapatan arus dan kerapatan
konsentrasi minat Tenaga Listrik. Penulis melaksanakan kerja
fluks akan mempengaruhi bentuk dari jendela trafo dan luas
praktek di PT Pertamina Geotermal Energy Area Lahendong
inti, semakin besar nilai nya maka semakin kecil bentuk trafo
Unit 5 dan 6 selama 2 bulan yaitu pada tangga 15 Januari
tersebut. Kemudian semakin kecil nilai tegangan perlilitan
2018 sampai 15 Maret 2018 dan mengikuti Kuliah Kerja
maka makin banyak jumlah lilitan pada lilitan sekunder dan
Terpadu angkatan 115 di desa Tadoy, Kecamatan Bolaang
lilitan primer. Pemilihan memungkinkan
Timur, Kabupaten Bolaang Mongondow.

Anda mungkin juga menyukai