Anda di halaman 1dari 1

TUGAS SEJARAH INDONESIA

MATERI : ORGANISASI HEIHO


KELAS : XI IPS 1
KELOMPOK : 7
ANGGOTA : 1) Sonya Angelie 2) Laila Putri Defita
3) Rafai 4) Ahmad Zaldy

HEIHO
Heiho ('Tentara Pembantu') adalah pasukan yang terdiri dari bangsa Indonesia yang dibentuk
oleh tentara pendudukan Jepang di Indonesia pada masa Perang Dunia II. Heiho juga termasuk
salah satu organisasi militer yang dibentuk oleh Jepang selain PETA dan Giyugun.
Akan tetapi, pemuda-pemuda Indonesia yang bergabung dalam Heiho tidak pernah diberi
pangkat atau jabatan yang tinggi. Kondisi ini berbeda dengan pemuda yang tergabung dalam
PETA atau Giyugun, yang selalu mendapatkan promosi kenaikan pangkat atau jabatan.
Diskriminasi ini berlanjut ketika seluruh Heiho Angkatan Darat atau Angkatan Laut harus
memberi hormat kepada warga Jepang, baik itu sipil maupun militer.
Pasukan ini dibentuk berdasarkan instruksi Markas Besar Kekaisaran Jepang Bagian Angkatan
Darat pada tanggal 2 September 1942 dan mulai merekrut anggota pada 22 April 1943.
Departemen Humas ( Sendenbu) mempropagandakan bahwa Heiho merupakan suatu
kesempatan bagi para pemuda untuk berbakti kepada tanah air dan bangsa. Syarat menjadi
anggota Heiho adalah berusia 18-25 tahun, memiliki tinggi minimal 110 cm, berat badan 45 kg,
sehat jasmani dan rohani, berperilaku baik, dan berpendidikan minimal tamatan sekolah dasar.
Para pemuda yang terpilih dijanjikan menjadi anggota Angkatan Darat dan Angkatan Laut
Kekaisaran Jepang.

Akan tetapi, pada kenyataannya, Heiho malah ditugaskan membantu pekerjaan kasar militer
pada satuan angkatan perang Jepang, seperti membangun kubu, parit pertahanan, dan menjaga
tahanan. Oleh karena itu, Heiho disebut juga barisan tenaga pekerja yang tidak diberi senjata
kemiliteran lengkap. Senjata yang diberikan hanya satu taiken ('sangkur') yang sudah menjadi
bagian mutlak perlengkapan yang dipakai. Para anggota Heiho baru diberi senjata ketika Jepang
sudah terdesak oleh pasukan Sekutu. Mereka kemudian turut diikutkan untuk berperang
bersama para serdadu Jepang di berbagai medan Perang Pasifik yang sesungguhnya, seperti
di Filipina, Thailand, Morotai, Rabaul (kini bagian dari Papua Nugini), Balikpapan,
dan Burma. Lantaran masih kurangnya pelatihan, mereka lebih sering dijadikan tameng peluru
atau martir bom bunuh diri ketika Jepang menyerah.

Setelah mendapat pelatihan beberapa bulan, pasukan Heiho dianggap memiliki kemampuan
militer yang lebih baik daripada pasukan PETA. Atas dasar itu, pasukan Heiho banyak ditugaskan
di unit-unit pertahanan udara, artileri medan, tank, mortir, dan logistik. Perekrutan Heiho pada
Angkatan Darat Kekaisaran Jepang kemudian diikuti oleh perekrutan Kenpeiho ('Pembantu Polisi
Militer') bagi Kempetai dan Kaigun Heiho ('Tentara Pembantu Angkatan Laut') bagi Angkatan
Laut Kekaisaran Jepang. Heiho tidak memiliki komandan dari bangsa Indonesia, tapi berada di
bawah komando tentara Jepang. Latihan yang diberikan tidak berkaitan dengan organisasi dan
teori kemiliteran, melainkan berkaitan dengan stamina fisik, seishin ('mental'), dan keberanian
yang tidak mengenal rasa sakit dan tidak takut kematian. Menjelang akhir pendudukan Jepang di
Indonesia, jumlah pasukan Heiho diperkirakan mencapai 42.000 orang (Jawa 24.873, Timor 2.504,
dan 15.000 di daerah lain) dengan lebih dari setengahnya terkonsentrasi di pulau Jawa. Heiho
dibubarkan oleh PPKI setelah Jepang menyerah pada Belanda dan sebagian anggotanya dialihkan
menjadi anggota Badan Keamanan Rakyat (BKR).

Anda mungkin juga menyukai