Heiho pada awalnya dimaksudkan untuk membantu pekerjaan kasar militer seperti membangun
kubu dan parit pertahanan, menjaga tahanan, dll. Dalam perkembangannya, seiring semakin
sengitnya pertempuran, Heiho dipersenjatai dan dilatih untuk diterjunkan di medan perang, bahkan
hingga ke Morotai dan Burma. Tujuannya agar dapat memperkuat pasukan Jepang melawan Sekutu.
Anggota Heiho ada yang bertugas sebagai pemegang senjata antipesawat, tank, artileri medan, dan
pengemudi
Anggota Heiho membangun kubu pertahanan, menjaga kamp tahanan, dan membantu tentara di
medan perang. Banyak anggotanya yang ikut perang melawan Amerika Serikat di Kalimantan, Irian,
hingga Birma (Myanmar).
Pasukan ini dibentuk berdasarkan instruksi Bagian Angkatan Darat Markas Besar Umum Kekaisaran
Jepang pada tanggal 2 September 1942 dan mulai merekrut anggota pada 22 April 1943.
Organisasi Heiho mencakup komponen Polisi Militer Kempetai (Kempaiho) dan Angkatan Laut
(Kaigun Ho) yang lebih kecil. Ia mempekerjakan mantan tentara Angkatan Darat Kolonial dan
perwira-perwira nonkomisi di antara anggotanya. Sekitar 25.000 dari total 42.000 relawan Heiho
yang direkrut selama perang adalah orang Jawa. Tidak ada unit atau petugas Heiho. Pangkat
tertinggi adalah sersan. Relawan menerima pelatihan senjata dan mengeluarkan senjata api sesuai
kebutuhan. Mereka dipekerjakan untuk mempertahankan lapangan terbang dan instalasi militer,
dan untuk menambah unit antipesawat dan transportasi Jepang, sehingga membebaskan tentara
reguler Jepang untuk berperang. Ribuan tentara Heiho Indonesia bertempur bersama pasukan
Jepang di medan perang di Burma, Rabaul, morotai, balikpapan
Latar belakang
Pasukan ini dibentuk berdasarkan instruksi Bagian Angkatan Darat Markas Besar Umum Kekaisaran
Jepang pada tanggal 2 September 1942 dan mulai merekrut anggota pada 22 April 1943.[4]
Sendenbu mempropagandakan bahwa heiho merupakan suatu kesempatan bagi para pemuda untuk
berbakti kepada tanah air dan bangsa.