A RESE N T E RS Husein EL-Tomo P Alie Ghufron Nabil kh
Udien Suhime Fahmi Hassan
EJARAH PETA S PETA dibentuk oleh Pemerintah Jepang pada 1943 yang bertujuan untuk menghadapi perang Asia Timur Raya dari serangan blok sekutu. Dalam menghadapi perang tersebut Jepang meminta bantuan dari para pemimpin nasionalis dan Islam. Pembentukan PETA diinisiatif oleh orang Indonesia bernama R Gatot Mangkupraja. Ia merupakan seorang pimpinan nasionalis. Tingkatan Pasukan PETA Dalam PETA, Pemerintah Jepang membagi beberapa tingkatan, yakni: Daidanco adalah Pasukan PETA yang paling tinggi, yakni batalyon. Cudanco adalah merupakan pimpinan kompi. Shodanco adalah prajurit dari masyarakat yang pernah sekolah pada tingkat menengah pertama. Budanco adalah anggota yang pernah mengenyam bangku pendidikan sekolah dasar. Giyuhei adalah kelompok anggota PETA yang belum bersekolah. MERENCANAKAN KEMERDEKAAN
Banyak anggota PETA yang mendapatkan pelatihan merencanakan
persiapan kemerdekaan. Karena banyak tokoh Indonesia yang merupakan lulusan PETA, seperti Jenderal Besar Soedirman, Soeharto, Ahmad Yani, dan Supriyadi. Para tokoh-tokoh Indonesia, seperti Soekarno, Hatta dan lainnya sudah merencanakan kemerdekaan bangsa Indonesia. Mereka banyak yang menggerakan masyarakat Indonesia. Namun saat pendudukan Belanda sulit meminta izin mendirikan organisasi. Pada penjajahan Jepang, beberapa tokoh juga menginiasitif pembentukan organisasi pemuda. Banyak pemuda Indonesia dapat memperoleh rasa intergritas kelompok melalui keanggotaan dalam beberapa organisasi yang dibentuk Jepang. AS UTAMA PE TUG TA Tugas utama PETA adalah mempertahankan wilayah Indonesia dari serangan Blok Sekutu selama Perang Dunia II. Jumlah personel PETA mencapai sekitar 37.400 orang pada tahun 1945, dengan markasnya berlokasi di Bogor, Jawa. Bendera PETA terdiri dari warna ungu, hijau, merah, dan putih. Mars Tentara Pembela menjadi lagu kebangsaan mereka, dan setiap tanggal 3 Oktober dirayakan sebagai hari ulang tahun PETA. BUBARAN PE PEM TA Pada tanggal 18 Agustus 1945, sehari setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, berdasarkan perjanjian kapitulasi Jepang dengan Blok Sekutu, Tentara Kekaisaran Jepang memerintahkan para batalion PETA untuk menyerah dan menyerahkan senjata mereka. Sebagian besar pasukan PETA mematuhi perintah ini. Presiden Republik Indonesia yang baru saja dilantik, Sukarno, mendukung pembubaran ini daripada mengubah PETA menjadi tentara nasional. Hal ini dilakukan untuk menghindari potensi adanya tuduhan dari Blok Sekutu bahwa Indonesia yang baru lahir adalah kolaborator Kekaisaran Jepang karena ia memperbolehkan milisi yang diciptakan Jepang ini dilanjutkan.Sehari kemudian, pada tanggal 19 Agustus 1945, Panglima Angkatan Darat Ke-16 di Jawa, Letnan Jenderal Nagano Yuichiro, mengucapkan pidato perpisahan kepada para anggota PETA. Where to Go? Welcome to the Philippines