Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH HUKUM DAGANG

“BADAN USAHA BERBADAN HUKUM DAN BUKAN BERBADAN


HUKUM”
Dosen Pengampu: Adiguna Kharismawan, S.H., M.H., CTL

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1:


AMIN SABIR D101 21
083
AMMRU AL MUTAWAKKIL D101 21
144
DONY PRAYOGA D101 21
749
MASYITA DWI HARTANTI D101 21
375
MUH AFANDI D101 21
389
PUTRIANI D101 21
228
PURNOMO D101 19
374
RISKA ANDIE D101 21
443
ZAHIR AULIYAH RACHMADAI D101 21
816
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TADULAKO
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas pada mata kuliah Hukum
Dagang. Adapun judul dari makalah ini adalah “Usaha Berbadan Hukum dan
Tidak Berbadan Hukum”.
Penulis berharap kiranya makalah ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan bagi setiap pembacanya mengenai apa yang dimaksud dengan badan
badan usaha berbadan hukum dan badan usaha bukan badan hukum dan
perbedaan serta contohnya. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga
penulis ucapkan kepada Bapak Adiguna Kharismawan, S.H., M.H., CTL selaku
dosen pada mata kuliah Hukum Dagang yang telah banyak membantu penulis
dalam menulis dan memahami materi yang diberikan.
Selanjutnya, penulis sepenuhnya menyadari bahwa makalah ini masih
memiliki banyak kekurangan, mulai dari isi sampai teknik penulisannya. Untuk
itu, kritik dan saran yang membangun dari setiap pembaca akan sangat berarti
untuk penyempurnaan makalah ini.

Palu, 9 November 2022

Kelompok 1

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………... i


DAFTAR ISI …………………………………………………………………….
ii BAB 1 PENDAHULUAN ………………………………………………………
1
A. Latar Belakang …………………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………... 1
C. Tujuan Penulisan …………………………………………………………. 2
BAB 2 PEMBAHASAN ………………………………………………………... 3
A. Bentuk Badan Usaha dalam Sistem Hukum Indonesia …………………... 3
B. Pengertian dan Perbedaan Badan Usaha Berbadan Hukum dan Badan Usaha
Tidak Berbadan Hukum ………………………………………………... 3
C. Contoh Badan Usaha Berbadan Hukum dan Badan Usaha Tidak Berbadan
Hukum ………………………………………………………………………… 6
BAB 3 PENUTUP …………………………………………………………….. 25
A. Kesimpulan ……………………………………………………………... 25
B. Saran ……………………………………………………………………. 25
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………. 26

2
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum badan usaha dalam melakukan kegiatan usaha dibagi sesuai
dengan ketentuan peraturan undang-undang yang berlaku di Indonesia. Badan
usaha tersebut dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu: badan usaha berbadan
hukum dan badan usaha tidak berbadan hukum, badan usaha yang berbadan
hukum seperti perseroan terbatas, koperasi, yayasan, badan usaha milik negara
perseroan, perseroan terbuka dan perumahan.
Dalam pembagian dua badan tersebut terdapat mengenai kewajiban dan
tanggung jawab pendiri/pemegang saham. Kedua badan usaha tersebut dapat
dilihat dengan perbedaan yang cukup signifikan.
Usaha yang berbadan hukum sendiri telah diakui sebagai badan hukum
terpisah dari pemegang saham, dalam melakukan aktivitasnya badan usaha
berbadan hukum dilakukan oleh pengurus/direksi mau ditunjuk sesuai dengan
akta pendirian/anggaran. Sedangkan, yang hukum dalam badan usaha tidak
berbeda hukum melekat pada pendiri atau punggung oleh sebab itu badan usaha
yang tidak berbadan hukum bukan merupakan subjek hukum yang berdiri sendiri
di luar pendiri
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana bentuk badan usaha dalam sistem hukum indonesia?
2. Apa pengertian dan perbedaan usaha yang berbadan hukum dan tidak
berbadan hukum dan sebutkan contoh badan usaha yang berbadan hukum
dan tidak berbadan hukum?

1
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penulisan makalah ini
adalah untuk mengetahui pengertian dan perbedaan badan
usaha
ygberbadanhukum,sertasepertiapabadanusahadalamsistemhukumindonesia****

2
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Bentuk Badan Usaha dalam Sistem Hukum Indonesia
Secara sederhana undang-undang membedakan bentuk hukum suatu badan
usaha menjadi badan usaha yang berbadan hukum dan badan usaha yang
bukan badan hukum. Hubungan hukum yang mengikat pribadi-pribadi dalam
suatu ikatan kerjasama (bisnis), maka bentuk hukum dari badan usaha yang
dibangun adalah badan usaha bukan badan hukum. Oleh karena pribadi-
pribadi yang terikat dalam kerjasama tersebut merupakan subjek hukum serta
tidak ada perbuatan hukum berupa pemisahan harta. Sedangkan badan usaha
yang dibentuk hanya merupakan wahana dalam melakukan kegiatan
bisnisnya.1
Secara umum, pembagian badan usaha dalam melakukan kegiatan usaha
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia dikelompokkan menjadi 2 (dua) bagian besar, yaitu: badan usaha
berbadan hukum dan badan usaha tidak berbadan hukum. Badan usaha
berbadan hukum misalnya antara lain: perseroan terbatas, koperasi, yayasan.
Adapun Badan usaha tidak berbadan hukum antara lain usaha perseorangan,
persekutuan perdata, firma, persekutuan komanditer (CV).
Perusahaan di Indonesia menjalankan kegiatannya berdasarkan undang-
undang dan ketentuan yang berlaku. Dari perusahaan yang ada, tidak semua
badan usaha merupakan badan hukum. Perbedaan tersebut dikelompokkan
dalam perusahaan berbadan hukum dan perusahaan tidak berbadan hukum.

1
Djoko ImbawaniAtmadjaja. 2016. Hukum Dagang Indonesia. Malang:
Setara Pers. Hal.214

3
B. Pengertian dan Perbedaan Usaha Berbadan Hukum dan Usaha Tidak
Berbadan Hukum Serta Contoh Badan Usaha Berbadan Hukum dan
Tidak Berbadan Hukum

Bagi para pelaku usaha yang baru ingin membuat sebuah bisnis, maka penting bagi
mereka untuk mengetahui dan membedakan 2 (dua) jenis badan usaha yang
dikenal dalam ilmu hukum, yaitu:

BADAN USAHA BERBADAN HUKUM

Badan usaha yang berbadan hukum adalah badan usaha yang memisahkan antara
harta kekayaan pribadi pemilik/pendirinya dan harta kekayaan badan usaha.

Apabila badan usaha memisahkan antara harta kekayaan pribadi


pemilik/pendirinya dan harta kekayaan badan usaha, maka ketika terjadi suatu
permasalahan hukum, badan usaha hanya dapat dituntut atau diminakan ganti
kerugian hanya sebatas harta kekayaan badan usaha itu sendiri dan tidak masuk
kepada harta pribadi pemilik/pendirinya.

Terdapat kekurangan badan usaha yang berbadan hukum, yaitu ketika pengusaha
memiliki modal yang tidak banyak, maka sangat sulit untuk mendirikan badan
usaha khusunya yang berbadan hukum, sebab di dalam beberapa undang-undang
mengutur secara limitatif jumlah modal (dana) yang harus disiapkan untuk
mendirikan badan usaha. Oleh karena itu, biasanya pembentukan badan usaha
yang berbadan hukum ini dibentuk untuk pengusaha-pengusaha dalam skala
menengah atau atas.

Sebagai contoh dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT)
membatasi secara limitatif bahwa modal dasar yang harus disiapkan untuk
mendirikan PT adalah Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta) yang dimana paling
sedikit 12,5% (dua belas koma lima persen) ditempatkan dan disetor.

Adapun badan usaha yang berbadan hukum, yaitu:

4
Sedangkan untuk Koperasi saat ini Pengesahan Perseroan Terbatas (PT);Yayasan;
Koperasi; Badan Usaha Milik Negara (BUMN);Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD).Untuk PT dan Yayasan Pengesahan Akta Pendirian dilakukan oleh
Kementerian Hukum dan HAM.

Akta Pendiriannya dilakukan di Kementerian Hukum dan HAM sebagaimana


diatur dalam Permenkumham No. 14 Tahun 2019 tentang Pengesahan Koperasi
serta sistem Online Singe Submission (OSS).

BADAN USAHA TIDAK BERBADAN HUKUM

Badan usaha yang tidak berbadan hukum adalah badan usaha yang tidak memiliki
memisahkan yang tegas antara harta kekayaan pribadi pemilik/pendirinya dan
harta kekayaan badan usaha.

Apabila badan usaha tidak memisahkan antara harta kekayaan pribadi


pemilik/pendirinya dan harta kekayaan badan usaha, maka apabila terjadi suatu
permasalahan hukum, badan usaha dapat dituntut atau diminakan ganti kerugian
hanya tidak hanya kepada harta kekayaan badan usaha itu sendiri, akan tetapi
termasuk harta pribadi pemilik/pendirinya.2

Dari segi bentuk hukum sendiri jenis- jenis badan usaha tersebut dapat
dibagi menjadi dua yaitu badan usaha yang berbentuk badan hukum, dan badan
usaha bukan badan hukum.
Badan usaha berbadan hukum adalah badan usaha yang memisahkan
antara harta kekayaan pribadi pemilik/pendirinya dan harta kekayaan badan usaha.
Apabila badan usaha memisahkan antara harta kekayaan pribadi
pemilik/pendirinya dan harta kekayaan badan usaha, maka ketika terjadi suatu
permasalahan hukum, badan usaha hanya dapat dituntut atau dimintakan ganti
kerugian hanya sebatas harta kekayaan badan usaha itu sendiri dan tidak masuk
kepada harta pribadi pemilik/pendirinya.
Terdapat kekurangan badan usaha yang berbadan hukum, yaitu ketika
pengusaha memiliki modal yang tidak banyak, maka sangat sulit untuk

2
https://tribratanews.kepri.polri.go.id/2021/01/05/perbedaan-badan-usaha-berbadan-hukum-dan-
tidak-berbadan-hukum-2/

5
mendirikan badan usaha khususnya yang berbadan hukum, sebab di dalam
beberapa undang-undang mengatur secara limitatif jumlah modal (dana) yang
harus disiapkan untuk mendirikan badan usaha. Oleh karena itu, biasanya
pembentukan badan usaha yang berbadan hukum ini dibentuk untuk pengusaha-
pengusaha dalam skala menengah atau atas.
Sebagai contoh dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
(PT) membatasi secara limitative bahwa modal dasar yang harus disiapkan untuk
mendirikan PT adalah Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta) yang dimana paling
sedikit 12,5% (dua belas koma lima persen) ditempatkan dan disetor.
Adapun yang termasuk badan usaha yang berbadan hukum yaitu:
- Perseroan Terbatas;
- Koperasi;
- Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
- Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
Untuk PT dan Yayasan Pengesahan Akta Pendirian dilakukan oleh Kementerian
Hukum dan HAM.
Akta Pendiriannya dilakukan di Kementerian Hukum dan HAM sebagaimana
diatur dalam Permenkumham No. 14 Tahun 2019 tentang Pengesahan Koperasi
serta sistem Online Single Submission (OSS).3
Dari segi bentuk hukum sendiri jenis- jenis badan usaha tersebut dapat
dibagi menjadi dua yaitu badan usaha yang berbentuk badan hukum, dan badan
usaha bukan badan hukum. ( I.G.Rai Widjaja, 2007: 2).
Apabila badan usaha memisahkan antara harta kekayaan pribadi
pemilik/pendirinya dan harta kekayaan badan usaha, maka ketika terjadi suatu
permasalahan hukum, badan usaha hanya dapat dituntut atau dimintakan ganti
kerugian hanya sebatas harta kekayaan badan usaha itu sendiri dan tidak masuk
kepada harta pribadi pemilik/pendirinya.4
3
https://doktorhukum.com/perbedaan-badan-usaha-berbadan-hukum-dan-tidak-berbadan-hukum
4
MAPPASANDA, A. R. (2021). TINJAUAN YURIDIS TERHADAP USAHA MENGHIMPUN
DANA DARI MASYARAKAT SECARA MELAWAN HUKUM DI KABUPATEN TANA
TORAJA (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS BOSOWA). Hal. 16

6
Terdapat kekurangan badan usaha yang berbadan hukum, yaitu ketika
pengusaha memiliki modal yang tidak banyak, maka sangat sulit untuk
mendirikan badan usaha khususnya yang berbadan hukum, sebab di dalam
beberapa undang-undang mengatur secara limitatif jum lah modal (dana) yang
harus disiapkan untuk mendirikan badan usaha. Oleh karena itu, biasanya
pembentukan badan usaha yang berbadan hukum ini dibentuk untuk pengusaha-
pengusaha dalam skala menengah atau atas.5
Adapun badan usaha yang tidak berbadan hukum, yaitu:
-CV (Persekutuan Komanditer);
-Firma; serta
-Persekutuan Perdata.
Pasca dibentuknya sistem Online Single Submission (OSS)” yang diatur dalam PP
No. 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Terintegrasi Secara
Elektronik, maka saat ini pengesahan Akta Pendirian CV, Firma ataupun
Persekutuan Perdata tidak lagi di Pengadilan Negeri (PN), akan tetapi melalui
Kementerian Hukum dan HAM.6
Perbeda an Badan Usaha Berbadan Hukum dan Tidak Berbadan Hukum
Badan Usaha Yang Berbadan Hukum :

1. Subjek hukumnya adalah badan usaha itu sendiri,karena ia telah menjadi


badan hukum yang juga termasuk subyek hukum di samping manusia.
2. Harta kekayaan perusahaan terpisah dari harta kekayaan pribadi para
pengurus/anggotanya. Akibatnya kalau perusahaannya pailit, yang terkena
sita hanyalah harta perusahaan saja(harta pribadi pengurus /anggotanya
tetap bebas dari sitaan)
3. Badan usaha yang termasuk badan hukum yaitu Perseroan Terbatas,
Perusahaan Negara,Perusahaan Daerah, Koperasi, Perum, Perjan, Persero
dan Yayasan.

5
https://supantri07.blogspot.com/2020/10/perbedaan-badan-usaha-berbadan-hukum.html?m=1
6
c

7
Badan Usaha Yang Bukan Badan Hukum :
1. Subjek hukumnya adalah orang-orang yang menjadi pengurusnya, jadi
bukan badan hukum itu sendiri karena ia bukanlah hukum sehingga tidak
dapat menjadi subjek hukum.
2. Harta perusahan bersatu dengan harta pribadi para pengurus/anggotanya.
Akibatnya kalau perusahaannya pailit, maka harta pengurus/anggotanya
ikut tersita juga.
3. Badan usaha yang bukan badan hukum adalah Firma, CV
Contoh Badan Usaha Berbadan Hukum dan Tidak Berbadan Hukum 1.
Badan Usaha Berbadan Hukum
1) Perseroan Terbatas (PT)
a. Pengertian
Perseroan Terbatas (PT) dahulu dikenal dengan istilah “NV”(Naamloze
Vennootschap). Istilah Naamloze Vennootschap yang dahulu digunakan Pasal 36
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang(KUHD) secara harfiah bermakna
persekutuan tanpa nama. NV merupakan pengecualian dari ketentuan Pasal 16
KUHD yang menyatakan bahwa firma adalah persekutuan perdata yang
menjalankan perusahaan dengan nama bersama dimana nama bersama atau nama
dari para sekutu itu dijadikan sebagai nama perusahaan.
Penggunaan istilah Perseroan Terbatas yang kemudian disingkat menjadi
“PT” tidak dapat ditelusuri asal muasalnya. Istilah tersebut menjadi baku di dalam
masyarakat, bahkan kemudian dibakukan di dalam berbagai peraturan perundang-
undangan, yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan
Terbatas yang diganti dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal.
Istilah Perseroan Terbatas (PT) terdiri dari dua kata, yaitu perseroan dan
terbatas. Kata “perseroan” merujuk pada modal PT yang terdiri dari sero-sero atau
saham-saham, sedangkan kata “terbatas” merujuk pada tanggung jawab pemegang

8
saham yang luasnya hanya terbatas pada nilai nominal semua saham yang
dimilikinya.
Bahwa dasar pemikiran modal PT terdiri dari sero-sero atau saham-saham
dapat dilihat dari ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 yang menggantikan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 dimana dalam
Pasal tersebut juga kita dapat menemukan definisi PT yaitu sebagai berikut:
Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum
yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian,
melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam
saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-undang ini
serta peraturan pelaksanaannya.
Mengenai penunjukan terbatasnya tanggung jawab pemegang saham dalam PT
dapat dilihat dari ketentuan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 yang
menentukan bahwa:
Pemegang saham Perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas
perikatan yang dibuat atas nama Perseroan dan tidak bertanggung jawab atas
kerugian Perseroan melebihi saham yang dimiliki.
b. Pendirian dan Modal PT
Sebagai subjek hukum, pada saat didirikan PT harus memiliki nama
sebagai jati diri. Pengaturan mengenai penggunaan nama PT terdapat dalam
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 26 Tahun 1998 tentang Pemakaian Nama
Perseroan Terbatas sebagai peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1995 yang berdasarkan ketentuan Pasal 159 Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum
diganti dengan yang baru.
Perkataan Perseroan terbatas atau disingkat “PT” hanya dapat digunakan
oleh badan usaha atau perseroan yang didirikan sesuai dengan ketentuan Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1995 (sekarang Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007). Sebelum nama perseroan tersebut, perkataan PT harus diletakkan di depan

9
nama perseroan dimaksud. Khusus bagi perseroan yang sahamnya dimiliki
masyarakat atau perusahaan publik, di belakang nama perseroan harus
ditambahkan kata “Tbk”.
Sebagai konsekuensi dari pengertian bahwa PT adalah badan hukum yang
didirikan berdasarkan perjanjian, maka PT harus didirikan oleh dua orang atau
lebih. Orang disini adalah dalam arti orang perorangan (persoon) atau badan
hukum (recht persoon, legal entity), sehingga dengan demikian PT dapat didirikan
oleh orang perorangan atau badan hukum.
Pendirian PT harus tertuang dalam suatu akta notaris yang dibuat dalam
bahasa Indonesia. Dalam pembuatan akta pendirian dihadapan notaris, para
pendiri dapat menghadap sendiri atau dapat diwakilkan oleh orang lain dengan
berdasarkan pada surat kuasa.
Akta pendirian PT memuat anggaran dasar dan
keterangan lain sekurang-kurangnya:
a) nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal, dan
kewarganegaraan pendiri;
b) susunan, nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan dan
kewarganegaraan anggota direksi dan komisaris yang pertama kali diangkat;
c) nama pemegang saham yang telah mengambil bagian saham, rincian jumlah
saham, dan nilai nominal atau nilai yang diperjanjikan dari saham yang telah
ditetapkan dan disetor pada saat pendirian.
Di dalam akta pendirian PT, harus memuat anggaran dasar yang sekurang-kurang
menguraikan dan mencantumkan:
a) nama dan tempat kedudukan perseroan;
b) maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan yang sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
c) jangka waktu pendirian perseroan;
d) besarnya modal dasar, modal ditempatkan dan modal disetor;
e) jumlah saham, dan nilai nominal setiap saham;
f) susunan, jumlah dan nama anggota direksi dan komisaris;

10
g) penetapan tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS;
h) tata cara pemilihan, pengangkatan, penggantian dan pemberhentian anggota
direksi dan komisaris;
i) tata cara penggunaan laba dan pembagian deviden;
j) ketentuan-ketentuan lain menurut Undang-Undang PT.
2) Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
a. Pengertian
Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan
Usaha Milik Negara, BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar
modalnya dimiliki oleh Negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal
dari kekayaan Negara yang dipisahkan.Dari definisi di atas dapat ditarik
kesimpulan, ada beberapa unsur yang menjadi suatu perusahaan dapat
dikategorikan sebagai BUMN:
a) Badan usaha atau perusahaan
b) Modal badan usaha tersebut seluruhnya atau sebagian besar sahamnya dimiliki
oleh Negara. Jika saham tersebut tidak seluruhnya milik Negara. Dalam
pendirian BUMN, Negara minimum menguasai 51 % (lima puluh satu persen)
modal tersebut.
c) Di dalam usaha tersebut, negara melakukan penyertaan secara langsung.
Mengingat disini ada penyertaan langsung, maka Negara terlibat dalam
menanggung resiko untung dan ruginya perusahaan.
d) Modal penyertaan tersebut berasal dari kekayaan Negara Yang dipisahkan.
Kekayaan yang dipisahkan disini adalah pemisahan kekayaan Negara dari
anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN) untuk dijadikan penyertaan
modal pada BUMN untuk dijadikan modal BUMN dan menjadi kekayaan
BUMN.
b. Bentuk bentuk Perusahaan Negara
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003, BUMN hanya
dikelompokkan menjadi dua jenis perusahaan:

11
1. Perusahaan Perseroan
Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003,
Perusahaan Perseroan (Persero) adalah BUMN yang berbentuk Perseroan
Terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruhnya atau paling sedikit
51 % (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki negara Republik Indonesia yang
tujuannya mengejar keuntungan.
Mengingat Persero adalah PT, pendiriannya dan pengelolaan Persero juga
harus tunduk kepada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, dengan beberapa
pengecualian. Salah satu pengecualian ketentuan Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1995 terhadap Perseroan Terbatas adalah penyimpangan terhadap
ketentuan jumlah pemegang saham. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995
mensyaratkan minimal ada dua orang pemegang saham. Ketentuan ini
dikecualikan terhadap, Persero, karena di dalam Persero ada kalanya Negara
memegang atau menguasai 100 % saham persero. 2. Perusahaan Umum
a. Pengertian
Perusahaan Umum (Perum) menurut Pasal 1 angka 4 Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2003 adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki oleh
Negara dan tidak terbagi atas saham yang bertujuan untuk kemanfaatan umum
berupa penyediaan jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan
berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.
b. Organ Perusahaan Umum
Berdasar ketentuan Pasal 37 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003,
organ Perum terdiri dari:
i. Menteri
ii. Direksi
iii. Dewan
Pengawas

Menteri disini adalah Menteri yang ditunjuk dan atau diberi kuasa untuk
mewakili pemerintah selaku pemilik modal dalam Perum. Menteri yang dimaksud

12
adalah Menteri Negara BUMN. Kedudukan Menteri disini menurut Penjelasan
Pasal 37 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 adalah sebagai organ yang
memegang kekuasaan tertinggi dalam Perum yang mempunyai segala wewenang
yang tidak diberikan kepada direksi atau dewan pengawas.
Direksi memiliki kewajiban untuk mengurus dan mengelola Perum.
Anggota direksi diangkat dan diberhentikan oleh Menteri. Direksi dalam
menjalankan tugasnya wajib mencurahkan tenaga, pikiran, dan perhatian secara
penuh pada tugas, kewajiban, dan pencapaian tujuan Perum.Dewan Pengawas
adalah organ Perum yang bertugas melakukan pengawasan dan memberikan
nasihat kepada direksi dalam menjalankan kegiatan pengurusan Perum.Anggota
Dewan Pengawas diangkat dan diberhentikan oleh Menteri.
3) Koperasi
a. Pengertian
Menurut Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian, Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang
atau badan hukum koperasi yang berlandaskan usahanya berdasarkan prinsip-
prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang didasarkan asas
kekeluargaan.
Sebagai suatu badan usaha, koperasi dapat didirikan oleh orang
perseorangan atau badan hukum koperasi itu sendiri. Koperasi yang didirikan oleh
orang perseorangan tersebut adalah koperasi primer, misalnya “Koperasi
karyawan PT. Indo makmur Yogyakarta”.
b. Pendirian Koperasi
Pasal dalam Undang-Undang tentang Koperasi Tahun 1992 menentukan
bahwa koperasi primer dibentuk oleh sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) orang.
Sedangkan koperasi sekunder dibentuk oleh sekurang-kurangnya 3 (tiga)
koperasi.

13
Pembentukan koperasi harus dengan akta pendirian yang memuat anggaran
dasar. Anggaran dasar tersebut menurut Pasal 8 Undang-Undang Koperasi Tahun
1992 sekurang-kurangnya memuat:
i. Daftar nama pendiri ii. Tempat dan
kedudukan iii. Ketentuan mengenai
keanggotaan iv. Ketentuan mengenai
rapat anggaran
v. Ketentuan mengenai pengelolaan vi.
Ketentuan mengenai permodalan vii. Ketentuan
mengenai jangka waktu berdirinya viii.
Ketentuan mengenai sisa hasil usaha ix.
Ketentuan mengenai sanksi.
Koperasi akan memperoleh status badan hukum setelah akta pendirian disahkan
oleh pemerintah. Untuk mendapatkan pengesahan tersebut para pendiri harus
mengajukan permintaan tertulis disertai akta pendirian koperasi. Dewasa ini,
permohonan tersebut diajukan melalui kantor dinas pemerintah kabupaten atau
kota yang menangani masalah koperasi (lembaga kecil) dimana koperasi tersebut
didirikan.
c. Modal Koperasi
Pasal 41 Undang-Undang Koperasi Tahun 1992 menentukan bahwa modal
koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri dapat
berasal dari:
i. Simpanan Pokok
Simpanan Pokok merupakan simpanan anggota yang telah ditentukan
jumlahnya dan sama besarnya bagi setiap anggota serta wajib diserahkan kepada
koperasi pada saat ia masuk menjadi anggota koperasi.
Simpanan pokok tidak dapat diambil kembali selama anggota yang
bersangkutan masih menjadi anggota koperasi. Simpanan
pokok tersebut penyerahannya dapat dilakukan sekaligus dan diangsur.

14
ii. Simpanan Wajib
Simpanan wajib merupakan simpanan yang telah ditentukan jumlahnya
dan wajib disimpan oleh setiap anggota dan kesempatan tertentu misalnya setiap
bulan sekali.
iii. Dana Cadangan
Dana Cadangan merupakan dana yang dimiliki koperasi yang didapat dari
penyisihan keuntungan yang didapat koperasi dalam menjalankan usahanya. Dana
tersebut hanya digunakan oleh koperasi yang bersangkutan dalam keadaan
mendesak saja.
iv. Hibah
Hibah ini merupakan dana yang diperoleh koperasi dari pemberian
berbagai pihak, bisa dari anggota koperasi sendiri maupun pihak luar.
Adapun modal pinjaman yang disebut Pasal 41 Undang-Undang Koperasi Tahun
1992
C. Organ atau Perangkat Koperasi
Ciri khas suatu badan usaha yang termasuk dalam kategori badan hukum
haruslah memiliki perangkat organisasi. Koperasi sebagai badan hukum
sebagaimana diatur Pasal 2 Undang-Undang Koperasi Tahun 1992 memiliki
perangkat sebagai berikut:
a) Rapat Anggota
b) Pengurus
c) Pengawas
1. Rapat Anggota
Rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi.
Rapat anggota dihadiri oleh anggota yang pelaksanaannya diatur dalam anggaran
dasar. Pasal 23 Undang-Undang Koperasi Tahun 1992 menentukan kewenangan
Rapat anggaran.
2.Pengurus
Pengurus sebagai pemegang kuasa rapat anggota menurut Pasal 29 Undang-
Undang Koperasi Tahun 1992 diangkat untuk masa jabatan paling lama 5 (lima)

15
tahun.Pengurus bertanggung jawab mengenai segala kegiatan pengelolaan
koperasi dan usahanya kepada rapat anggota atau rapat anggota luar biasa.
3. Pengawas.
Pasal 39 Undang-Undang Koperasi Tahun 1992 menentukan tugas
pengawas adalah sebagai berikut:
a) melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dalam pengelolaan
koperasi;
b) membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasannya
Pasal yang sama juga menentukan kewenangan pengawas sebagai berikut:
a) meneliti catatan yang ada pada koperasi
b) mendapatkan segala keterangan yang diperlukan.Pengawas harus
merahasiakan hasil pengawasan terhadap pihak ketiga.

4) PT Perorangan
Definisi PT dalam UUPT masih menunjukkan bahwa PT hanya bisa
didirikan oleh dua orang atau lebih. Hal ini bermakna dari frasa "berdasarkan
perjanjian" dimana perjanjian sudah pasti dilakukan oleh minimal 2 (dua) orang.
Untuk itu, perlu ada perubahan definisi atas PT agar bisa mengakomodasi
pendirian usaha yang dilakukan oleh minimal satu orang dan terdiri dari minimal
satu pemegang saham.
Dalam konteks pendiri atau pemegang saham, pendiri PT perseorangan
hanya bisa dilakukan oleh orang pribadi atau individu. PT perseorangan tidak
boleh didirikan oleh badan hukum. Hal ini mengingat bahwa PT ini ditujukan
untuk Usaha Mikro dan Kecil (UMK). Hal ini pun sejalan dengan kategori
UMKM dalam UU No. 20/2008 tentang UMKM yang menentukan bahwa
UMKM bukanlah grup dari perusahaan menengah dan besar.67 Dalam hal PT
perseorangan hendak mendirikan usaha di bawahnya atau menjadi pemegang
saham PT lainnya, hal itu sebaiknya diperbolehkan. Namun demikian, usaha yang
didirikan dan saham yang dipegang tidak diperbolehkan berbentuk PT

16
perseorangan lagi. Hal ini konsisten dengan usulan mengenai pendiri PT
perseorangan yang hanya berasal dari orang pribadi.
Pendiri PT perseorangan diperbolehkan untuk mendirikan
PT perseorangan lagi selain PT perseorangan yang sudah dimiliki. Namun,
pendirian ini hanya bisa dilakukan setelah jangka waktu tertentu setelah pendirian/
pengesahan badan hukum PT perseorangan sebelumnya, misalnya paling cepat
atau minimal 1 (satu) tahun. Hal ini agar tidak menjadikan pelaku usaha
memanfaatkan kesempatan kemudahan ini dengan itikad tidak baik dan berpotensi
melakukan perbuatan melawan hukum.
Dengan pengertian PT Perseorangan tersebut, maka dapat diketahui bahwa
PT Perorangan memiliki unsur perorangan dan unsur usaha mikro dan kecil.
Dalam pengertian PT di UU Cipta Kerja, terdapat pengertian PT
Perseorangan dengan unsur (1) perorangan dan (2) kriteria UMK.
a) Unsur Perorangan
Perorangan berarti satu orang. Pengertian ini juga hanya berlaku bagi
Warga Negara Indonesia (WNI) saja. Orang asing tidak boleh mendirikan PT
Perorangan. Pendiri PT Perorangan hanya satu orang dan dengan adanya
pemisahan antara kekayaan pribadi dengan perusahaan. Perseroan Perorangan
mempunyai karakteristik tidak ada ketentuan modal dasar minimal, cukup mengisi
pernyataan pendirian. Pendirian PT Perorangan tidak memerlukan akta notaris,
cukup satu orang pendiri atau hanya memiliki satu pemegang saham, dan tidak
perlu ada komisaris di dalamnya.
b) Unsur UMK
UMKberarti usaha mikro dan kecil. Kriteria usaha mikro berarti memiliki
modal di bawah Rp 1.000.000.000 (satu miliar Rupiah).Kriteria usaha kecil berarti
memiliki modal diatas Rp 1.000.000.000 (satu miliar Rupiah) sampai dengan Rp
5.000.000.000,00 (lima miliar Rupiah).

17
Dengan demikian dapat dijabarkan bahwa PT Perorangan adalah PT yang
didirikan oleh 1 (satu) orang dengan modal di bawah Rp 5.000.000.000,00 (lima
miliar Rupiah.
Ciri- Ciri PT Perseorangan
a) Relatif Mudah untuk Didirikan
Perusahaan perorangan menjadi jenis perusahaan yang relatif mudah untuk
didirikan karena ditentukan oleh satu orang saja. Satu orang tersebut bertindak
sebagai pemilik usaha, pemberi modal serta pemimpin usaha. Sebagai usaha yang
dimiliki oleh satu orang, maka semua ketentuan dan ketetapan usaha bisa dengan
mudah ditemukan.
b) Modal yang Relatif Kecil
Dalam merintis dan membangun usaha, Anda harus memiliki modal. Modal
yang dibutuhkan masing-masing jenis perusahaan tentu berbeda. Untuk
perusahaan perorangan modal yang dibutuhkan relatif kecil karena usaha yang
dibangun merupakan usaha kecil dan biaya operasional yang dibutuhkan tidak
besar.
b) Imbal Hasil yang Diperoleh Kecil
Besar kecilnya usaha akan mempengaruhi pendapatan maupun imbal hasil
yang akan diterima. Seperti yang diketahui, jika dalam membangun dan
menjalankan perusahaan perorangan menggunakan modal yang kecil,
kemungkinan besar imbal hasil yang diperoleh juga kecil. Namun, tidak menutup
kemungkinan perusahaan perorangan dengan modal kecil bisa menghasilkan
imbal hasil yang besar.
c) Minim Pajak
Perusahaan perorangan yang dimiliki satu orang termasuk usaha yang relatif
kecil. Sebagai usaha kecil, jenis usaha ini tidak dibebankan pajak. Namun, jika
perusahaan perorangan sudah memiliki tempat usaha berarti mengharuskan
pemiliknya untuk membayar pajak bangunan dengan nominal yang telah

18
ditetapkan oleh pemerintah. Sedangkan perusahaan perseorangan seperti toko
kelontong, penjual bakso gerobak tidak akan dikenakan pajak.
d) Tidak Memiliki Izin Resmi
Ciri-ciri perusahaan perorangan selanjutnya adalah tidak memiliki izin resmi.
Dalam membangun jenis perusahaan ini, tidak membutuhkan izin sehingga tidak
membutuhkan waktu untuk segera dibuka dan memulai usaha. Umumnya
perusahaan perorangan adalah usaha skala rumahan. Contohnya seperti bisnis
laundry, catering, bengkel, salon kecantikan dan sebagainya.
e) Kelangsungan Usaha Tergantung Pemiliknya
Perusahaan perorangan memiliki modal yang berasal dari pemilik perusahaan
tersebut yang berjumlah satu orang. Sebagai pemilik dan pemimpin usaha berarti
segala aktivitas yang dilakukan dalam usaha tersebut tergantung pemiliknya. Jika
pemiliknya tidak melanjutkan produksi lagi maka akan benar-benar berhenti
produksi. Tidak mengherankan jika perusahaan perorangan dikenal sebagai jenis
perusahaan yang mudah untuk dibubarkan.
Kelebihan Perusahaan Perseorangan
Berikut beberapa kelebihan dari perusahaan perseorangan:
a) Perorangan tidak dikenakan pajak perusahaan seperti halnya
PT atau
Partnership (Firma).
b) Dalam melakukan pengelolaan perusahaan, pemilik juga menjadi bagian dari
manajemen sehingga pengendalian internal tidak terlalu kompleks dan mudah
diawasi oleh pemilik langsung.
c) Biaya yang rendah dalam pengelolaan, karena karyawan yang bekerja didalam
perorangan adalah si pemilik usaha.
d) Tidak melalui proses administrasi hukum yang terlalu kompleks, biasanya

hanya sampai akte notaris, dan surat keterangan domisili dari kelurahan saja.
tidak perlu melalui proses pembuatan SIUP, atau TDP ataupun hingga
membutuhkan surat keputusan dari Menkeh dan HAM.
e) Proses pembentukan usaha yang sangat cepat.

19
f) Apabila dalam bisnis perorangan terjadi kerugian maka kompensasi kerugian
dapat dimasukan dalam perhitungan pajak penghasilan pemilik.
g) Seluruh laba menjadi miliknya. Bentuk perusahaan
perorangan
memungkinkan pemilik menerima 100% laba yang dihasilkan perusahaan.
h) Kepuasan Pribadi. Prinsip satu pimpinan merupakan alasan yang baik untuk
mengambil keputusan.
i) Kebebasan dan Fleksibilitas. Pemilik perusahaan perorangan tidak perlu
berkonsultasi dengan orang lain dalam mengambil keputusan.
j) Sifat Kerahasiaan. Tidak perlu dibuat laporan keuangan atau informasi yang
berhubungan dengan masalah keuangan perusahaan. Dengan demikian
masalah tersebut tidak dapat dimanfaatkan oleh pesaing.
k) Peraturan minim. Jika pada persekutuan dengan firma, komanditer, PT,
terdapat banyak peraturan-peraturan pemerintah yang harus dituruti maka
perusahaan perorangan hanya sedikit peraturan yang dikenakan.
l) Dorongan perusahaan. Pengusaha perusahaan perorangan selalu berusaha
sekuat tenaga agar perusahaannya mendapatkan keuntungan tanpa
memperhatikan lamanya waktu bekerja dalam perusahaan.
m) Lebih mudah memperoleh kredit. Perusahaan perseorangan lebih mudah
mendapatkan kredit karena tanggung jawab atau jaminannya tidak terbatas
pada modal usaha sendiri saja tetapi juga kekayaan pribadi dari pemilik maka
resiko kreditnya lebih kecil.
Kelemahan Perusahaan Perseorangan
Berikut beberapa kelemahan dari perusahaan perseorangan:

a) Tanggung jawab pemilik tidak terbatas. Artinya seluruh kekayaan pribadinya


termasuk sebagai jaminan terhadap seluruh utang perusahaan.
b) Sumber keuangan terbatas. Karena pemiliknya hanya satu orang, maka usaha-
usaha yang dilakukan untuk memperoleh sumber dana hanya bergantung pada
kemampuannya.

20
c) Kesulitan dalam manajemen. Semua kegiatan seperti pembelian, penjualan,
pembelanjaan, pengaturan karyawan dan sebagainya dipegang oleh seorang
pimpinan. Ini lebih sulit apabila manajemen dipegang oleh beberapa orang.
d) Kelangsungan usaha kurang terjamin. Kematian pimpinan atau pemilik,
bangkrut, atau sebab-sebab lain dapat menyebabkan usaha ini berhenti
kegiatannya.

2. Badan Usaha Tidak Berbadan Hukum


1) Persekutuan Perdata
a. Pengertian:
Persekutuan Perdata adalah ” badan usaha bukan hukum yang setiap
sekutunya bertindak atas nama sendiri serta bertanggung jawab sendiri terhadap
pihak ketiga”
b. Pendirian:
a) didirikan berdasarkan perjanjian persekutuan perdata
b) dibuat dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia.
c) Persekutuan Perdata mulai berlaku sejak tanggal akta notaris atau tanggal
kemudian yang ditentukan dalam akta notaris tersebut.
d) akta perjanjian Persekutuan Perdata memuat paling sedikit:
e) Akta perjanjian Persekutuan Perdata yang menetapkan ketentuan bahwa:
-sekutu tertentu tidak memperoleh bagian laba adalah batal karena hukum.
-semua kerugian ditanggung oleh satu orang atau lebih sekutu adalah sah.
c. Hak dan Kewajiban Sekutu:
a) Setiap sekutu wajib memberikan pemasukan berupa uang, barang, tenaga,
keahlian dan/atau klien/pelanggan.
b) Pemasukan berupa barang:
- harus disebut dengan jelas rincian dan nilainya.
- Cara pemasukan:
- penyerahan kepemilikan atas barang kepada sekutu bersama-sama dalam ikatan
persekutuan, atau

21
- penyerahan pemanfaatan atas barang kepada persekutuan.
c) Pemasukan uang dan/atau barang:
- apabila pemasukan tidak ditentukan pada tanggal yang
diperjanjikan, dapat dibebani:
- bunga sesuai dengan yang diperjanjikan dan- tambahan
penggantian biaya dan/atau ganti rugi.
d) Pemasukan berupa tenaga dan/atau keahlian:
- Sekutu yang menyanggupi pemasukan berupa tenaga dan/atau keahlian, wajib
memberikan pertanggungjawaban kepada persekutuan tentang semua hasil yang
diperoleh dari tenaga dan/atau keahliannya sesuai dengan yang diperjanjikan.
- Kerugian persekutuan yang disebabkan karena kesalahan atas kelalaian sekutu.-
Bagian masing-masing sekutu dalam laba dan kerugian persekutuan ditetapkan
dalam akta perjanjian persekutuan berdasarkan kesepakatan sekutu dengan
memperhatikan pemasukan masing-masing sekutu.
d. Pengurusan Persekutuan
Apabila tidak diperjanjikan secara khusus mengenai cara pengurusan,
maka dilakukan secara bersama-sama dengan ketentuan:
a) setiap sekutu dianggap secara timbal balik telah memberi kuasa kepada sekutu
lainnya untuk melakukan pengurusan;
b) dengan tidak mengurangi ketentuan pada huruf a, setiap sekutu berhak
menolak tindakan pengurusan oleh sekutu lain selama tindakan tersebut belum
dilakukan;
c) setiap sekutu boleh memakai barang milik persekutuan sesuai dengan
peruntukannya; dan
d) setiap sekutu berhak mewajibkan sekutu lainnya untuk turut menanggung
biaya yang diperlukan untuk memelihara barang milik persekutuan.
e. Sekutu Pengurus
Sekutu Pengurus adalah sekutu yang diberi kewenangan melakukan
pengurusan persekutuan, melakukan tindakan hukum dengan itikad baik dan
penuh tanggung jawab untuk kepentingan persekutuan. Kewenangan tersebut

22
ditentukan dalam akta perjanjian persekutuan. Kewenangan yang telah diberikan
tidak dapat ditarik kembali kecuali dengan mengubah perjanjian persekutuan.
f. Perikatan Sekutu terhadap Pihak Ketiga
Perikatan sekutu terhadap pihak ketiga diatur dalam pasal 31 sampai dengan pasal
33 RUU.
-Perikatan yang dibuat:
a) tidak berdasarkan kuasa dari sekutu lainnya, hanya mengikat sekutu yang
bersangkutan dan tidak mengikat sekutu lainnya.
b) berdasarkan kuasa dari sekutu lainnya, maka sekutu bertindak atas nama
sekutu dalam ikatan persekutuan dan masing-masing sekutu serta persekutuan
bertanggungjawab atas perikatan tersebut.
g. Pembubaran Persekutuan dan Likuidasi
2) Persekutuan Firma
Persekutuan firma adalah badan usaha bukan badan hukum yang setiap
sekutunya berhak bertindak untuk dan atas nama Persekutuan Firma serta
bertanggung jawab terhadap pihak ketiga secara tanggung renteng sampai harta
kekayaan pribadi.
Ketentuan mengenai Persekutuan Perdata yang diatur dalam RUU mutatis
mutandis berlaku terhadap Persekutuan Firma, kecuali ditentukan lain dalam bab
Persekutuan Firma.
a) Persekutuan Firma memakai satu nama yang telah disepakati bersama untuk
menjalankan suatu usaha.
b) Nama persekutuan firma harus didahului dengan perkataan “Firma” atau “Fa”.
c) Nama persekutuan firma yang telah bubar dapat dipakai oleh sekutu yang
akan melanjutkan usaha persekutuan, jika:
- ditentukan dalam akta perjanjian persekutuan firma atau
- disetujui oleh seluruh sekutu dari persekutuan firma yang telah bubar atau ahli
waris dari sekutu yang meninggal dunia
d. Hak dan Kewajiban Sekutu Firma

23
a) Setiap sekutu firma berhak untuk mengurusi, mewakili dan melakukan
tindakan hukum untuk dan atas nama persekutuan firma sesuai dengan
maksud dan tujuan persekutuan firma, kecuali ditentukan lain.
b) Setiap sekutu firma bertanggung jawab secara tanggung renteng dengan
persekutuan firma untuk semua perikatan persekutuan firma terhadap pihak
ketiga.
c) Setiap sekutu baru yang akan masuk dalam persekutuan firma harus mendapat
persetujuan terlebih dahulu dari seluruh sekutu yang ada.
d) Tanggung jawab sekutu baru terhadap semua perikatan persekutuan firma
adalah secara tanggung renteng dengan sekutu firma lainnya dan persekutuan
firma.
e. pembubaran Persekutuan Firma dan Likuidasi
a) Persekutuan firma bubar karena:
- hal-hal yang diatur dalam perjanjian,
- musnahnya barang atau diselesaikannya usaha yang menjadi tujuan
persekutuan,
- kesepakatan para sekutu,
- keluarnya satu orang sekutu atau lebih,
- satu sekutu meninggal dunia, ditaruh dibawah pengampuan atau dinyatakan
pailit sehingga hanya tinggal satu sekutu, atau
- putusan pengadilan yang membubarkan persekutuan firma dan telah
mempunyai kekuatan hukum tetap.
b) Pembubaran persekutuan firma harus dibuat dengan akta otentik dihadapan
notaris dan diumumkan dalam surat kabar berbahasa Indonesia yang
mempunyai peredaran nasional.
c) Persekutuan firma yang bubar harus dilikuidasi oleh para sekutu firma atau
mengangkat pihak ketiga sebagai likuidator dan likuidator tersebut bertindak
sebagai sekutu firma yang berkuasa penuh.
d) Tugas dan tata cara likuidator diatur dalam RUU pasal 49 dan pasal 50,
bahkan dalam pasal 51 ditegaskan bahwa likuidator dapat meminta
kekurangan dari sekutu firma secara seimbang dengan bagian dari masing-

24
masing persekutuan firma jika kekayaan persekutuan tidak mencukupi untuk
membayar semua hutang persekutuan..
e) Sisa kekayaan hasil likuidasi dibagikan kepada sekutu secara seimbang.
3) Persekutuan Komanditer
a. Persekutuan Komanditer adalah badan usaha bukan badan hukum
yang mempunyai:
a) satu atau lebih sekutu komplementer yang masing-masing berhak bertindak
untuk dan atas nama bersama semua sekutu serta bertanggung jawab terhadap
pihak ketiga secara tanggung renteng, dan
b) satu atau lebih sekutu komanditer yang tidak boleh bertindak atas nama
bersama semua sekutu dan tidak bertanggung jawab terhadap pihak ketiga
melebihi pemasukannya.
b. Ketentuan mengenai Persekutuan Perdata yang diatur dalam RUU
mutatis mutandis berlaku terhadap Persekutuan Komanditer, kecuali ditentukan
lain dalam Bab Persekutuan Komanditer.
c. a) Persekutuan komanditer memakai satu nama yang telah disepakati
bersama untuk menjalankan suatu usaha,
b) Nama persekutuan komanditer harus didahului dengan ”frase”
Persekutuan Komanditer atau disingkat ”PK” atau ”CV” (Commanditaire
Vennootschap)
c) Nama persekutuan komanditer tidak boleh memuat nama sekutu
komanditer, kecuali nama tersebut merupakan nama marga atau keluarga sekutu
komplementer.
d. Hak dan Kewajiban
a) Sekutu komplementer yang keluar dari Persekutuan Komanditer dan
Persekutuan Komanditer dilanjutkan, maka sekutu komplementer yang keluar
tetap bertanggung jawab atas kewajiban persekutuan komanditer sebelum
sekutu yang bersangkutan keluar.
b) Setiap sekutu baru yang akan masuk harus disetujui oleh semua sekutu yang
ada dan dinyatakan dalam akta perubahan yang dibuat secara notariil.

25
c) Tanggung jawab sekutu baru yang masuk dibedakan apabila sekutu baru yang
masuk adalah sekutu komplementer maka yang bersangkutan bertanggung
jawab penuh secara tanggung renteng.
d) Sekutu komanditer bertanggung jawab tidak melebihi pemasukannya dan
tidak berkewajiban untuk mengembalikan bagian keuntungan yang pernah
diterimanya.
e) Sekutu komanditer tidak berwenang melakukan pengurusan persekutuan
terhadap pihak ketiga, apabila ketidakwenangan tersebut dilanggar maka ia
bertanggung jawab penuh terhadap pihak ketiga.
f) Sekutu komanditer dapat ditugaskan sebagai pengawas dalam akta perjanjian
persekutuan dan ditentukan bahwa untuk tindakan tertentu sekutu
komplementer harus mendapat persetujuan lebih dulu dari sekutu komanditer.
e. Pembubaran dan Likuidasi
a) Persekutuan komanditer bubar karena hal-hal sebagaimana diatur dalam pasal
65 RUU yang pada prinsipnya sama dengan persekutuan firma, dengan
catatan kalimatnya perlu disinkronisasikan.
b) Ketentuan pasal 66 RUU mengatur bahwa persekutuan komanditer yang
didirikan untuk jangka waktu terbatas, sebelum jangka waktu tersebut lewat,
tidak dapat dituntut pembubarannya oleh seorang sekutu komanditer atau
sekutu komplimenter.
c) Seperti halnya dengan persekutuan firma maka apabila persekutuan
komanditer bubar harus dilakukan likuidasi.

26
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas maka disimpulkan, hukum suatu badan
usaha pada ditentukan oleh hubungan hukum yang dibangun dalam hal pendirian
suatu badan usaha. Secara sederhana undang-undang membedakan bentuk hukum
suatu badan usaha menjadi badan usaha yang berbadan hukum dan badan usaha
yang bukan badan hukum. Badan usaha yang berbadan hukum adalah badan usaha
yang memisahkan antara harta kekayaan pribadi pemilik/pendirinya dan harta
kekayaan badan usaha. Badan usaha yang tidak berbadan hukum adalah badan
usaha yang tidak memiliki memisahkan yang tegas antara harta kekayaan pribadi
pemilik/pendirinya dan harta kekayaan badan usaha. Usaha Bukan Badan Hukum
adalah badan usaha yang didirikan berdasarkan perjanjian persekutuan antara dua
orang atau lebih yang mengikatkan diri untuk bekerja sama secara terus menerus
dengan memberikan pemasukan berupa uang, barang, tenaga, keahlian dan/atau
klien/pelanggan guna diusahakan bersama, mempunyai nama dan tempat
kedudukan tetap dengan tujuan mencari dan membagi bersama keuntungan yang
diperoleh.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyarankan agar kita semua bisa
lebih memahami pengertian, perbedaan usaha yang berbadan hukum dan tidak
berbadan hukum, guna menambah wawasan atau pemahaman kita serta jika kita
menjalankan usaha hendaknya kita harus mengetahui beberapa aspek yang
mengatur hukum dagang. Dan semua hal-hal tersebut sudah di atur dalam KUHD.
Dalam berdagang kita harus jujur, artinya jujur dalam arti usaha yang kita
jalankan harus diketahui oleh pemerintah atau mempunyai SIUP (Surat Izin Usaha
Perdagangan) dan jujur dalam hal lainnya. Disamping itu usaha yang kita jalankan
juga harus bermanfaat bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya.

27
DAFTAR PUSTAKA

Djoko ImbawaniAtmadjaja. 2016. Hukum Dagang Indonesia. Malang:


Setara Pers.
Nidya Octaviani. Perbedaan Bentuk Usaha Berbadan Hukum Dan Tidak
Berbadan Hukum.
https://www.scribd.com/document/360149854/Perbedaan-Bentuk-Usaha-Berbada
n-Hukum-Dan-Tidak-Berbadan-Hukum. (9 November 2022)
Putu Devi Yustisia Utami. Pengaturan Pendaftaran Badan Usaha Bukan
Badan Hukum Melalui Sistem Admistrasi Badan Usaha.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/jkh/article/view/23432 (7 November
2022)
Moh. Kholilur Rahman. Badan Usaha Yang Tidak Berbadan Hukum.
https://www.academia.edu/34579739/HUKUM_DAGANG_Kelompok_2_Badan
_Usaha_Yang_Tidak_Berbadan_Hukum (9 November 2022)
Samira Amri. Perusahaan Berbadan Hukum.
https://www.kompasiana.com/samira76660/61b83c62df66a71d696e5dc2/perusah
aan-berbadan-hukum (9 November 2022)
Pradana Vincentiar. Usaha Perseorangan: Pengertian, Kelebihan dan
Kelemahannya. https://klikpajak.id/blog/usaha-perseorangan/. (10 November
2022) http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/doc/782_ratnawati.pdf (9

November 2022)
https://www.bphn.go.id/data/documents/na_ruu_badan_usaha.pdf (9
November 2022) https://jasanib.co/pt-perorangan/ (10 November 2022)

https://legalitas.org/tulisan/inilah-cara-mendirikan-pt-perorangan-sesuai-uu

-cipta-kerja (10 November 2022)

28

Anda mungkin juga menyukai