Anda di halaman 1dari 8

JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No.

Y, (2022) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1

Pengembangan Sistem Identifikasi Aktivitas IUU Transshipment


Dengan Sistem Logika Fuzzy Tipe 2 Berbasis Data AIS Saat
Terjadi Anomali Data Trayektori
Farah Feba Fortuna, Dr. Suyanto, S.T.,M.T., Prof.Dr.Ir.Aulia Siti Aisjah, M.T
Departemen Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri dan Rekayasa Sistem, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
e-mail: farahfortuna18@gmail.com

Abstrak— Kondisi pelayaran saat ini, menunjukkan banyak Modus IUU Fishing maupun Transshipment dilakukan
kejadian yang dikategorikan sebagai IUU. Sistem pengambilan dengan adanya perluasan area penangkapan dengan
keputusan terjadinya IUU Transshipment diusulkan untuk menggunakan alat tangkap yang sudah dilarang, kegiatan
membantu Kementerian Perikanan dan Kelautan. Sistem ini tersebut tidak dilaporkan secara akurat atau melakukan
bekerja berdasarkan masukan dari data AIS, yang terdiri dari
data statis dan dinamis. Sistem yang dirancang dengan
pemalsuan data hasil tangkapan, dan hasil tangkapan langsung
menggunakan logika fuzzy tipe 2 terdiri dari 3 sub-sistem yaitu dipindah ke kapal lain untuk dibawa ke negara asal. Hal
sub-sistem anomali, sub-sistem selection dan sub-sistem decision. tersebut membuat dampak kerugian ekonomi dan ancaman
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kelestarian sumber daya hasil laut karena adanya eksploitasi di
pergerakan 2 kapal yang diduga melakukan IUU Transshipment. laut perairan Indonesia. Sesuai dengan perkembangan
Data AIS pada kapal yang digunakan adalah data di area laut globalisasi di dunia, teknologi berkembang semakin pesat dan
Arafura yang diperoleh dari marinetraffic.com, NASDEC ITS cepat. Adanya kemajuan manfaat dari teknologi bisa dirasakan
dan Marine Reliability and Safety Laboratory. Data yang oleh pengawas maritim untuk mencegah terjadinya Illegal
dikumpulkan berupa variabel posisi, kecepatan, heading dan rate Fishing dan Trasshipment berbasis data Automatic
of turn 2 kapal. Hasil penelitian menunjukkan beberapa pola
Identification System (AIS) dan Vessel Monitoring System
yang dikategorikan sebagai keluaran sistem adalah nilai koefisien
yang berkorelasi dengan besarnya dugaan terjadi IUU. Nilai lebih (VMS). Pada tahun 2000, International Maritime Organization
dari 50 dikategorikan diduga melakukan IUU dengan rata-rata (IMO) mengeluarkan peraturan bahwa setiap kapal
nilai 74,997 dan nilai kurang dari 50 dengan rata-rata nilai 25,002 penangkapan ikan wajib memasang AIS yang digunakan oleh
yang menunjukkan tidak terjadinya IUU Transshipment. pelabuhan untuk mendeteksi keberadaan kapal di sekitar lokasi
Beberapa pola gerakan dari 2 kapal yang disimulasi dengan pelabuhan.
menggunakan sistem rancangan menghasilkan akurasi rata-rata Automatic Identification System (AIS) adalah suatu
78,008% teknologi yang memiliki fungsi untuk membantu pelacakan
kapal secara otomatis dalam menjalankan navigasi,
Kata Kunci—IUU Transshipment, Sistem Logika Fuzzy tipe 2,
Sub-sistem Decision.
menyediakan informasi pelayaran, identifikasi gerakan kapal,
I. PENDAHULUAN identifikasi tujuan dan posisi kapal. (Mundu, Raya A., 2005).
ndonesia merupakan negara yang dijuluki sebagai negara Beberapa penelitian mengenai identifikasi IUU telah dilakukan
I maritim, mengingat negara Indonesia dikeliling oleh ribuan
kepulauan terbesar di dunia. Indonesia merupakan negara
sebelumnya dan terdapat beberapa macam pengembangan
rancangan sistem yang digunakan. Tahun 2016, Novia Nurul
pantai yang memiliki komponen wilayah yang terdiri dari melakukan perancangan integrasi sistem pengambilan
daratan, lautan dan ruang udara. Dua pertiga dari wilayah keputusan untuk identifikasi terjadinya IUU Fishing dan
tersebut adalah kelautan. Terbentang dari Sabang hingga Transshipment berbasis data AIS menggunakan logika fuzzy
Merauke, Indonesia memiliki 17.499 pulau tipe 1. Hasil rancangan dengan performansi akurasi adalah 75%
dengan luas total wilayah Indonesia sekitar 7,81 juta km2. Dari untuk hasil illegal fishing adalah 81,2% dan illegal
total luas wilayah tersebut, 3,25 juta km2 adalah lautan dan transshipment adalah 83,6%. Penelitian lain dilakukan oleh
2,55 juta km2 adalah Zona Ekonomi Eksklusif (Kementrian Chairani Farahdiba, melakukan perancangan integrasi sistem
Kelautan dan Perikanan, 2020). pengambilan keputusan untuk identifikasi terjadinya IUU
Wilayah perairan di Indonesia yang luas menyebabkan Fishing dan Transshipment berbasis data AIS Adaptive
rawan terjadinya Illegal Fishing maupun Transshipment. Neuro-Fuzzy Interference System atau ANFIS. Akurasi untuk
Transshipment adalah kegiatan pemindahan hasil illegal fishing adalah 89,3% dan illegal transshipment adalah
pembongkaran tangkapan dari kapal penangkap ke kapal yang 87,4%. Tahun 2017, Aulia Siti Aisjah dkk melakukan
berletak jauh dari pelabuhan. Kegiatan transshipment sering perancangan sistem pendukung keputusan IUU Transshipment
terjadi di wilayah yurisdiksi atau wilayah yang berada di luar dengan menggunakan metode logika fuzzy dengan akurasi
dan berdampingan dengan laut terirotial Indonesia dengan lebih dari 75%. Penelitian lanjutan dilakukan oleh Vedanta
batas terluar adalah 200 mil laut dari garis pangkal ke lebar laut Agam, melakukan perancangan pada sistem identifikasi IUU
teritorial yang diukur (Kroodsma, 2018). Adapun sanksi yang fishing dan transshipment dengan pengembangan
diberikan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, tahun 2018 menggunakan logika fuzzy tipe 2 dengan akurasi untuk IUU
tentang pelanggaran penangkapan ikan oleh kapal asing di fishing adalah 85,0377% dan IUU Transshipment adalah
perairan Indonesia dengan cara menenggelamkan dan 75,5%.
membakar kapal pelaku aktivitas illegal. Transshipment Pengembangan rancangan sistem diusulkan dalam
merupakan salah satu modus yang digunakan untuk melakukan penelitian ini yaitu penggunaan metode logika fuzzy tipe 2,
pencurian ikan. yang akan digunakan untuk mengembangkan rancangan sistem
JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. Y, (2022) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 2

identifikasi aktivitas Illegal Trasshipment menggunakan D. Pengolahan Data


metode Logika Fuzzy tipe 2 saat terjadi anomali data trayektori. Pada tahap ini dilakukan pengolahan data yang dilakukan
Rancangan tersebut dibuat dengan menggunakan bantuan untuk mengetahui apakah data yang digunakan merupakan data
software Python untuk menentukkan adanya aktivitas illegal yang sesuai dengan hasil data setelah validasi untuk mendeteksi
transshipment menggunakan variabel posisi 2 kapal (latitude adanya aktivitas IUU Transshipment dengan menggunakan 7
dan longitude), kecepatan 2 kapal, heading 2 kapal, dan variabel, yaitu variabel posisi 2 kapal (latitude dan longitude),
perputaran kapal. kecepatan 2 kapal, heading 2 kapal, dan perputaran kapal.
II. METODOLOGI PENELITIAN E. Perancangan Sistem Identifikasi Aktivitas IUU
Transshipment
Pada tahap ini sistem akan dirancangan dengan
menggunakan software Python dengan metode Fuzzy Logic
tipe 2 melalui pembagian menjadi 3 sub-sistem yaitu anomali,
fuzzy selection dan fuzzy decision.
E.1 Perancangan Sub-sistem Anomali
Perancangan sub-sistem saat terjadi anomali data
dialkuakn dengan mengidentifikasi kapal yang berada
dijalurnya. Kapal yang ditentukan adalah kapal yang memiliki
jalur paling referensi dan jalur yang sebenarnya. Apabila kapal
tersebut keluar dari jalur yang sudah ditentukan, maka kapal
tersebut diduga melakukan IUU Transshipment. Sub-sistem
anomali data ditunjukkan pada Gambar 2.2.

Gambar 2. 2 Diagram Blok sub-sistem Anomali

Sub-sistem anomali dibagi menjadi dua kategori, yaitu kecil


Gambar 2. 1 Diagram Alir Metodologi Penelitian dan besar dari variabel selisih posisi jarak real kapal dengan
A. Studi Literatur posisi jalur referensi. Untuk kategori kecil memiliki rentang
Studi literatur dilakukan dengan menggali informasi nilai 90 s/d 200 dan kategori besar memiliki rentang nilai 500
mengenai Illegal, Unregulated, and Unreported (IUU), s/d 1000. Data target untuk sub-sistem ini merupakan
Automatic Identification System (AIS), dan sistem logika fuzzy keputusan kapal mana saja yang berlayar keluar dari garis jalur
yang digunakan dalam perancangan pengembangan sistem yang sudah ditentukan. Bernilai kurang dari 50% dengan nilai
identifikasi aktivitas IUU Transsshipment untuk menjadi awal keputusan anomali adalah NoAnomaly jika kapal tidak berlayar
dari pemahaman mengenai topik yang dibahas. Studi literatur pada jalur yang sudah ditentukan dan bernilai lebih dari 50%
merupakan acuan teori dasar yang digunakan untuk dengan nilai keputusan anomali adalah YesAnomaly jika kapal
menyelesaikan permasalahan dan menunjang penelitian yang berlayar keluar dari garis jalur yang sudah ditentukan. Berikut
akan dilakukan. Adapun sumber studi literatur yang dapat merupakan rule-base yang dijadikan acuan untuk menentukan
diakses melalui artikel resmi, penelitian-penelitian target sub-sistem anomali:
sebelumnya, buku, dan penunjang lainnya. IF (x is kecil) THEN (keluaran is NoAnomaly)
B. Perumusan Masalah IF (x is besar) THEN (keluaran is YesAnomaly)
Perumusan masalah yang akan diangkat dilakukan dengan F.1 Perancangan Sub-sistem Selection
membaca penelitian-penelitian sebelumnya yang terkait Data yang digunakan untuk training sub-sistem selection
dengan topik Illegal, Unregulated and Unreported adalah dataset masukkan dan target yang digunakan untuk
Transshipment melalui website resmi dan penelitian-penelitian sub-sistem selection. Sub-sistem ini akan mensortir dua buah
sebelumnya. Penelitian yang dilakukan dengan melihat adanya kapal berdasarkan data masukkannya yaitu selisih jarak posisi,
pergerakan pada 2 kapal yang menjadi tersangka pelaku IUU selisih heading dan selisih perputaran. Kemudian, masukkan
Transshipment dengan melakukan perancangan sistem untuk tersebut masuk ke dalam sub-sistem selection dan
mendeteksi dengan menggunakan sistem logika Fuzzy tipe 2. menghasilkan nilai dugaan apakah melakukan IUU
C. Pengumpulan Data Transshipment atau tidak dengan nilai kurang dari 50% maka
Pengumpulan data dilakukan pada laut Arafura. Data AIS diduga tidak melakukan IUU Transshipment, jika lebih dari
yang digunakan diperoleh dari marinetraffic.com , NASDEC 50% maka diduga melakukan IUU Transshipment dengan
ITS, dan Marine Reliability and Safety Laboratory sebagai gambar diagram blok sub-sistem selection dapat dilihat pada
untuk menentukkan trayektori kapal. Data yang diperoleh gambar. 2.3.
untuk mengidentifikasi adanya aktivitas IUU Transshipment
adalah variabel posisi 2 kapal (latitude dan longitude),
kecepatan 2 kapal, heading 2 kapal, dan perputaran kapal.
JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. Y, (2022) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 3

NoTrans)
11. IF (d is far) , (head is HO) AND ( r is kecil) THEN (keluaran is
YesTrans)
12. IF (d is far), (head is HO) AND (r is besar) THEN (keluaran is
NoTrans).

Gambar 2. 3 Diagram Blok Sub-sistem Selection


Data masukkan sub-sistem selection dibagi menjadi
beberapa kategori seperti pada Tabel 2.1.
Tabel 2. 1 Data Masukkan Sub-sistem Selection

Gambar 2. 4 Fungsi Keanggotaan Selisih posisi jarak 2 Kapal

Gambar 2. 5 Fungsi Keanggotaan Selisih Heading 2 Kapal

Sub-sistem selection dirancang menggunakan logika fuzzy


tipe-2. Tipe ini digunakan karena fuzzy type-2 memiliki
kemampuan yang lebih baik untuk pemodelan saat mengambil
keputusan dan menentukan fungsi keanggotaan logika fuzzy
tipe 2, menentukan rule-base fuzzifikasi, interferensi fuzzy,
serta defuzzifikasi antar input dan keluaran logika fuzzy. Fungsi
keanggotaan dari fuzzy type-2 memiliki daerah yang disebut
LMF atau Lower Membership Function dan UMF atau Upper
Membership Function. Berikut merupakan rule-base yang Gambar 2. 6 Fungsi Keanggotaan Selisih Rate of Turn 2 kapal
dijadikan acuan untuk menentukan target sub-sistem selection: G.1 Perancangan Sub-sistem Decision
1. IF (d is near) , (head is OT) AND ( r is kecil)THEN (keluaran is Sub-sistem decision berfungsi untuk mengidentifikasi kapal
YesTrans) mana saja yang diduga melakukan IUU Transhipment.
2. IF (d is near) , (head is OT) AND (r is besar) THEN (keluaran is Sub-sistem ini akan mengidentifikasi lebih lanjut hasil dari
NoTrans) keluaran sub-sistem selection dengan masukkan selisih jarak
3. IF (d is near) , (head is C) AND ( r is kecil) THEN (keluaran is posisi dua kapal, selisih heading dua kapal dan selisih
YesTrans) kecepatan dua kapal. Kemudian, beberapa masukkan tersebut
4. IF (d is near) , (head is C) AND (r is besar) THEN (keluaran is masuk ke dalam sub-sistem decision, sehingga dapat diambil
NoTrans) keputusan apakah kapal tersebut diduga melakukan IUU
5. IF (d is near) , (head is HO) AND ( r is kecil) THEN (keluaran is Transhipment atau tidak seperti pada diagram blok sub-sistem
YesTrans) decision terlihat pada gambar 2.7.
6. IF (d is near) , (head is HO) AND (r is besar) THEN (keluaran is
NoTrans)
7. IF (d is far) , (head is OT) AND ( r is kecil)THEN (keluaran is
YesTrans)
8. IF (d is far) , (head is OT) AND (r is besar) THEN (keluaran is
NoTrans)
9. IF (d is far) , (head is C) AND ( r is kecil) THEN (keluaran is
YesTrans)
10. IF (d is far) , (head is C) AND (r is besar) THEN (keluaran is Gambar 2. 7 Diagram Blok sub-sistem Decision
JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. Y, (2022) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 4

Data masukkan sub-sistem ini dibagi menjadi beberapa YesTrans)


kategori, yaitu near dan far dengan satuan meter, overtake, 10. IF (d is far) , (head is C) AND (V is besar) THEN (keluaran is
crossing dan head on dengan satuan degree, dan kecil dan besar NoTrans)
dengan satuan knot. Variabel masukan sub-sistem decision 11. IF (d is far) , (head is HO) AND ( V is kecil) THEN (keluaran is
dapat dilihat pada Tabel 2.2. YesTrans)
Tabel 2. 2 Data Masukkan Sub-sistem Decision IF (d is far), (head is HO) AND (V is besar) THEN (keluaran is
NoTrans).

Gambar 2. 8 Fungsi Keanggotaan Selisih posisi jarak 2 kapal

Keluaran untuk sub-sistem decision merupakan sebuah hasil


keputusan kapal yang tergolong melakukan tindakan IUU
Transshipment. Nilai keputusan jika kurang dari 50%, maka
menunjukkan kapal tidak diduga melakukan IUU
Transshipment. Sedangkan, nilai keputusan lebih dari 50%
menunjukkan bahwa kapal diduga melakukan IUU
Transshipment. Pada penelitian sebelumnya telah dibahas
bahwa sistem identifikasi IUU Transshipment memiliki rentang
dan dinyatakan bahwa jika 2 kapal memiliki selisih kecepatan
yang kecil, maka 2 kapal diduga melakukan tindakan IUU Gambar 2. 9 Fungsi Keanggotaan Selisih Heading 2 Kapal
Transshipment. (Masroeri & Fatmawati, 2018). Hasil keluaran
identifikasi sub-sistem decision dapat dilihat pada tabel 2.3
Tabel 2. 3 Hasil identifikasi sub-sistem Decision

Penentuan nilai keluaran dibawahi oleh rule-base sistem Gambar 2. 10 Fungsi Keanggotaan Selisih Kecepatan 2 kapal
logika fuzzy tipe 2 yang telah dirancang dipenelitian F. Simulasi Rancangan Sstem
sebelumnya (Fatmawati, 2018). Berikut ini adalah rule-base Pada tahap ini dilakukan dengan menggunakan seleksi data
sistem yang digunakan: AIS dan sistem identifikasi aktivitas IUU Transshipment
1. IF (d is near) , (head is OT) AND ( V is kecil)THEN (keluaran is apakah sudah mencapai dari tujuan permasalahan. Simulasi
YesTrans) dilakukan dengan menggunakan rancangan program yang
2. IF (d is near) , (head is OT) AND (V is besar) THEN (keluaran is sudah dibuat pada software Python. Sistem perancangan
NoTrans) identifikasi dibagi menjadi tiga sub-sistem, yaitu anomali,
3. IF (d is near) , (head is C) AND ( V is kecil) THEN (keluaran is selection dan decision. Sub-sistem selection terdiri dari
YesTrans) masukkan data AIS yang diperoleh dari 2 kapal berupa jarak
4. IF (d is near) , (head is C) AND (V is besar) THEN (keluaran is yang berisi rules untuk mengidentifikasi melakukan aktivitas
NoTrans) IUU Transshipment. Keluaran yang hasilkan oleh selection,
5. IF (d is near) , (head is HO) AND ( V is kecil) THEN (keluaran is digunakan untuk masukkan pada decision untuk menentukkan
YesTrans) 2 kapal tersebut melakukan IUU Transshipment atau tidak.
6. IF (d is near) , (head is HO) AND (V is besar) THEN (keluaran is G. Analisa Data dan Pembahasan
NoTrans) Analisa dilakukan dengan menguji sistem pengambilan yang
7. IF (d is far) , (head is OT) AND ( V is kecil)THEN (keluaran is telah dirancangan menggunakan metode Fuzzy Logic tipe 2
YesTrans) dengan 3 sub-sistem, yaitu anomali, selection dan decision
8. IF (d is far) , (head is OT) AND (V is besar) THEN (keluaran is dengan berbagai parameter, yaitu posisi 2 kapal (latitude dan
NoTrans) longitude), kecepatan 2 kapal, heading 2 kapal, dan perputaran
kapal. Analisa yang dilakukan adalah melakukan identifikasi
9. IF (d is far) , (head is C) AND ( V is kecil) THEN (keluaran is
JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. Y, (2022) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 5

setelah simulasi dan pengujian pada sub-sistem yang 2 kapal dan rate of turn 2 kapal dengan beberapa pola yang
digunakan. Identifikasi dibagi menjadi 2, yaitu melakukan IUU sudah dibentuk sesuai jalur trayektori kapal, maka keluaran
Transshipment dan tidak melakukan IUU Transshipment sistem identifikasi menghasilkan nilai keputusan dugaan
dengan nilai keputusan <50% untuk nilai tidak melakukan IUU apakah kapal melakukan IUU Transshipment atau tidak dengan
Transshipment dan nilai keputusan >50% untuk nilai nilai kurang dari 50% maka diduga tidak melakukan IUU
melakukan IUU Transshipment. Transshipment, maka jika lebih dari 50% maka diduga
Pada pembahasan hasil identifikasi terhadap sub-sistem melakukan IUU Transshipment. Hasil keluaran beberapa pola
decision yang telah dilakukan dengan memberikan beberapa tersebut dapat dilihat pada tabel 3.1.
pola pergerakkan kapal dan variasi kategori yang dirancang. Tabel 3. 1 Hasil Keluaran Sub-sistem Anomali
Sub-sistem dikatakan sudah baik jika keluaran sub-sistem
tersebut dapat mengidentifikasi bahwa kapal melakukan IUU
Transshipment adalah yang memiliki nilai keputusan lebih dari
50%. Jika sub-sistem tidak berhasil, maka nilai keluaran untuk
kapal yang tidak teridentifikasi melakukan IUU Transshipment
adalah kurang dari 50%.
H. Validasi Sistem
Validasi sistem data yang dilakukan untuk menguji sistem
penelitian yang telah dirancang apakah sudah sesuai dengan
kejadian yang sebenarnya atau harus dilakukan percobaan
ulang. Pada hasil keputusan defuzifikasi menunjukkan keluaran
sub-sistem tersebut dapat mengidentifikasi kapal melakukan
IUU Transshipment dengan nilai keputusan lebih dari 50%.
Jika sub-sistem tidak berhasil, maka nilai keluaran untuk kapal
yang tidak teridentifikasi melakukan IUU Transshipment
adalah kurang dari 50%. Validasi sistem yang dilakukan
menggunakan data AIS yang diperoleh dari Marine Reliability
and Safety Laboratory milik AIS ITS pada Departemen Sistem
Perkapalan ITS.
Gambar 3. 2 Hasil Plot Domain Hasil Identifikasi Anomali Pola1
I. Penarikan Kesimpulan dan Saran IUU Transshipment
Setelah dilakukan perancangan dan simulasi sistem, maka
dilakukan penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan
digunakan untuk menjawab tujuan permasalahan pada
penelitian yang sudah dilaksanakan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian pertama, dilakukan dengan merancang
sub-sistem anomali, sistem diuji dengan kasus IUU
Transshipment dengan menunjukkan bahwa dua kapal diduga
melakukan IUU Transshipment di Laut Arafura. Jarak selisih Gambar 3. 3 Hasil Plot Domain Hasil Identifikasi Anomali 2 IUU
kedua kapal tersebut adalah 259,955 meter. Nilai masukkan Transshipment
sistem anomali adalah data saat 2 kapal berada pada posisi jalur
real dan posisi jalur referensi.

Gambar 3. 4 Hasil Plot Domain Hasil Identifikasi Anomali 3 IUU


Transshipment

Gambar 3. 1 Data Trayektori Jalur Referensi Kapal dan Jalur Real


Kapal
Sistem identifikasi aktivitas IUU Transshipment yang
dirancang dalam beberapa sub-sistem, yaitu anomali, selection
dan decision. Keputusan yang dihasilkan dirancang dengan Gambar 3. 5 Hasil Plot Domain Hasil Identifikasi Anomali 1 Tidak
menggunakan beberapa variabel masukkan pada Melakukan IUU Transshipment
sub-sistemnya, yaitu jarak 2 kapal, heading 2 kapal, kecepatan
JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. Y, (2022) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 6

Gambar 3. 6 Hasil Plot Domain Hasil Identifikasi Anomali 2 Tidak Gambar 3. 9 Keluaran sub-sistem selection pola 2 IUU
Melakukan IUU Transshipment Transshipment

Gambar 3. 7 Hasil Plot Domain Hasil Identifikasi Anomali 3 Tidak Gambar 3. 10 Keluaran sub-sistem selection pola 3 IUU
Melakukan IUU Transshipment Transshipment
Beberapa kapal diduga terjadi anomali pada data
trayektori pada sub-sistem anomali untuk menjadi masukkan
pada sub-sistem selection. Data masukkan yang diolah pada
sub-sistem selection adalah variabel selisih jarak 2 kapal,
selisih heading dan selisih rate of turn 2 kapal. Nilai keluaran
dari sub-sistem selection berupa angka minimum yaitu 0 dan
maksimum yaitu 100, jika hasil keputusan kurang dari 50, maka
kapal tidak diduga melakukan IUU Transshipment, jika hasil
keputusan lebih dari 50, maka kapal diduga melakukan IUU Gambar 3. 11 Keluaran sub-sistem selection pola 1 Tidak Melakukan
Transshipment. Hasil keluaran sub-sistem selection dapat IUU Transshipment
dilihat pada tabel 3.2
Tabel 3. 2 Hasil Keluaran Sub-sistem Selection

Gambar 3. 12 Keluaran sub-sistem selection pola 2 Tidak Melakukan


IUU Transshipment

Gambar 3. 13 Keluaran sub-sistem selection pola 3 Tidak Melakukan


IUU Transshipment
Beberapa kapal diduga terjadi IUU Transshipment pada
sub-sistem selection untuk menjadi masukkan pada sub-sistem
decision. Data masukkan yang diolah pada sub-sistem decision
adalah variabel selisih jarak posisi 2 kapal, selisih heading dan
selisih kecepatan 2 kapal. Nilai keluaran dari sub-sistem
decision berupa angka minimum yaitu 0 dan maksimum yaitu
100, jika hasil keputusan kurang dari 50, maka kapal tidak
Gambar 3. 8 Keluaran sub-sistem selection pola 1 IUU
Transshipment diduga melakukan IUU Transshipment, jika hasil keputusan
lebih dari 50, maka kapal diduga melakukan IUU
Transshipment. Hasil keluaran sub-sistem decision dapat
dilihat pada tabel 3.3.
JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. Y, (2022) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 7

Tabel 3. 3 Hasil Keluaran Sub-sistem Decision

Gambar 3. 18 Keluaran sub-sistem decision pola 2 tidak melakukan


IUU Transshipment

Gambar 3. 19 Keluaran sub-sistem decision pola 3 tidak melakukan


IUU Transshipment
Beberapa pola-pola yang dirancang untuk sistem
identifikasi IUU Transshipment, nilai rata-rata hasil keluaran
sistem decision untuk kapal diduga melakukan IUU
Transshipment adalah sebesar 74,997% dan nilai rata-rata hasil
keluaran sub-sistem decision untuk kapal tidak diduga
Gambar 3. 14 Keluaran sub-sistem decision pola 1 IUU melakukan IUU Transshipment adalah sebesar 25,002%. Pada
Transshipment rule-base yang sudah dibentuk dengan nilai kurang dari 50%
menunjukkan kapal tidak diduga melakukan IUU
Transshipment dan nilai diatas 50% menunjukkan kapal diduga
melakukan IUU Transshipment. Nilai akurasi sistem mampu
mengidentifikasi IUU Transshipment menggunakan beberapa
variasi pola didapatkan dari perhitungan rata-rata setiap
pengujian pola pergerakkan kapal. Akurasi total pada sistem
identifikasi IUU Transshipment dapat dihitung dan diperoleh
hasil akurasi total sistem identifikasi IUU Transshipment
adalah 78,088%. Validasi sistem data yang dilakukan untuk
Gambar 3. 15 Keluaran sub-sistem decision pola 2 IUU menguji sistem penelitian yang telah dirancang apakah sudah
Transshipment sesuai dengan kejadian yang sebenarnya atau harus dilakukan
percobaan ulang dengan menggunakan metode logika fuzzy
tipe 2 dan data AIS milik Marine Reliability and Safety
Laboratory. Trayektori kapal dengan data AIS yang telah
diperoleh dapat dilihat pada gambar 3.20.

Gambar 3. 16 Keluaran sub-sistem decision pola 2 IUU


Transshipment

Gambar 3. 20 Data Trayeektori Validasi Sistem


Dari perhitungan yang sudah dilakukan didapatkan selisih
jarak 2 kapal, selisih heading 2 kapal dan selisih kecepatan 2
kapal dengan masing-masing nilai masukkan yaitu sebesar
7,181, 140,439, dan 3,859. Nilai keputusan yang didapatkan
Gambar 3. 17 Keluaran sub-sistem decision pola 1 tidak melakukan adalah 15,433. Selanjutnya, identifikasi apakah kapal tersebut
IUU Transshipment melakukan IUU Transshipment atau tidak disesuaikan dengan
rule-base pada sub-bab perancangan sistem. Maka, rule-base
JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. Y, (2022) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 8

yang berlaku untuk data validasi tidak melakukan IUU sistem dapat dirancang menggunakan metode yang berbeda
Transshipment adalah IF (dealD is near), (delHead is crossing), seperti JST atau ANFIS (Adaptive Neuro-Fuzzy Interference
(delV is besar) THEN (keluaran is NoTrans). System).
UCAPAN TERIMA KASIH
Farah Feba Fortuna sebagai penulis mengucapkan terima
kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya dalam pengerjaan Tugas Akhir ini,
serta Dr. Suyanto, S.T., M.T. dan Prof.Dr.Ir. Aulia Siti Aisjah,
M.T. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan ilmu
dan sabar dalam membimbing sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir. Penulis juga mengucapkan terima
kasih pada pihakpihak yang telah memberikan dukungan dan
Gambar 3. 21 Keluaran hasil validasi sistem tidak melakukan membantu penulis dalam pengerjaan Tugas Akhir.
IUU Transshipment. DAFTAR PUSTAKA
Dari perhitungan yang sudah dilakukan didapatkan selisih [1] Aisjah, A. S., Arifin, S., Masroeri, A. A., & Saiko.
(2011). Perancangan sistem pengendalian pada kapal berbasis data
jarak 2 kapal, selisih heading 2 kapal dan selisih kecepatan 2 ais (Automatic Identification System) untuk menghindari tabrakan
kapal dengan masing-masing nilai adalah sebesar 7,197, di perairan tanjung perak surabaya. Seminar Nasional Senta 2011,
139,595, dan 0,038. Nilai keputusan yang didapatkan adalah (January), 1–10.
15,433. Selanjutnya, identifikasi apakah kapal tersebut [2] Aulia Siti Aisjah, A.A. Masroeri, Yusuf Santoso, Syamsul Arifin, A.
N. A. (2017). A Fuzzy Decision Support System of IUU-
melakukan IUU Transshipment atau tidak disesuaikan dengan Transhipment in Indonesia. Senta 2017, 1–8.
rule-base pada sub-bab perancangan sistem. Maka, rule-base [3] Fatmawati, N. N. (2018): Perancangan Integrasi Sistem Pengambilan
yang berlaku untuk data validasi IUU Transshipment adalah IF Keputusan Untuk Identifikasi Terjadinya Iuu Transhipment Dan
(dealD is near), (delHead is crossing), (delV is kecil) THEN Fishing Berbasis Data Ais (Automatic Identification System)
Menggunakan Logika Fuzzy. Surabaya.
(keluaran is YesTrans). [4] IMO. (1998). Resolution MSC.74(69): Adoption of new amended
performance standards. International Telecommunication Union
(ITU) (2014). Technical Characteristics for an Automatic
Identification System Using Time Division Multiple Access in the
VHF Maritime Mobile Frequency Band. Recommendation ITU-R
M.1371- 5. Available online
at: www.itu.int/dms_pubrec/itu-r/rec/m/R-REC-M.1371-5-201402-
I!!PDF-E.pdf
[5] Istardi, D., Saputra, H., K., A., A., & Satoto, S., (2016).Penggunaan
Data Automatic Identification System (AIS) untuk Mengetahui
Pergerakan Kapal (Studi Kasus Pada Lalu Lintas Kapal Di Selat
Singapura dan Perairan Batam).
Gambar 3. 22 Keluaran hasil validasi sistem IUU [6] Jamali, M. M. (2020). Perancangan Integrasi Sistem Dengan
Transshipment Prediktor Untuk Identifikasi Terjadinya Iuu Fishing Dan
Transhipment Berbasis Data Automatic Identification System
IV. KESIMPULAN DAN SARAN (Ais) Menggunakan Neural Networks. Surabaya.
4.1 Kesimpulan [7] Karnik, N. N., J.M. Mendel And Q. Liang. 1999. Type-2 Fuzzy Logic
Adapun kesimpulan yang didapatkan berdasarkan hasil Systems. IEEE On Fuzzy Systems. Vol. 7, Pp. 643-658
pengujian dan analisa yang telah dilakukan pada penelitian [8] KKP Kementerian Kelautan Dan Perikanan. 2020. Konservasi
yang saya lakukan adlaah sebagai berikut: Perairan Sebagai Upaya Menjaga Potensi Kelautan Dan
Perikanan Indonesia. Jakarta : KKP.
1. Sistem identifikasi IUU Transshipment dirancang memiliki https://kkp.go.id/djprl/artikel/21045-konservasi-perairan-sebagai-u
paya-menjaga-potensi-kelautan-dan-perikanan-indonesia
performansi yang baik karena nilai akurasi yang didapatkan [9] Kroodsma, D.A., Mayorga, J., Hochberg T., Miller, N.A., Boerder,
adalah sebesar 78,088% dapat mengidentifikasi beberapa pola K., Ferretti, F., et al.(2018). Tracking The Global footprint of
trayektori kapal berdasarkan beberapa variable dan rule-base fishers. science 359, 904-908. doi: 10.1126/science.aaao5646
fuzzy type 2 yang sudah ditentukan. [10] Masroeri, A, A., & Fatwamati, N.N. (interviewer). (2018).
Penentuan Variable Masukan Dan Keluaran Sistem Pengambilan
2. Perancangan sistem identifikasi IUU Transshipment yang Keputusan, Tingkatan Fungsi Keanggotaan Pada Logika Fuzzy
dilakukan dengan menggunakan metode logika fuzzy tipe 2 saat Serta Tingkatan (Numerik) Untuk Mengkategorikan
terjadi anomali data trayektori dapat mengidentifikasi beberapa Illegal/Non-Illegal Transshipment Dan Illegal Fishing.
pola yang diketagorikan sebagai keluaran sistem ada nilai [11] Maulida, S. (2016). Perancangan Integrasi Sistem Pengambilan
Keputusan Berbasis Data Automatic Identif Automatic
koefisien yang berkorelasi dengan besarnya dugaan terjadi Identification ication System (AIS) untuk Pemodelan Illegal
IUU. Nilai lebih dari 50 dikategorikan diduga melakukan IUU Unregulated and Unreported (IUU) Fishing dan Transhipment
Transshipment dengan rata-rata hasil keluaran sistem adalah Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan (JST )’, pp. 1–14.
74,997% dan nilai kurang dari 50 dikategorikan diduga tidak [12] Mund, Ray A.; Campbell, J. F. . (2005). Management Systems for
Inland Waterway Traffic Control , Volume II : Vessel Tracking
melakukan IUU Transshipment dengan rata-rata hasil keluaran for Managing Traffi c, II, 1–69.
sistem adalah 25,002%. [13] Murray, B., & Perera, L., P. (2020). A Dual Linear Autoencoder
4.2 Saran Approach For Vessel Trajectory Prediction Using Historical AIS
Adapun saran yang penulis berikan pada penelitian ini bisa Data. Ocean Engineering, 209,
107478,https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.oceaneng.2020.107
dikembangankan dengan adanya penambahan jumlah kapal dan 478
variabel-variabel yang digunakan. Selain itu, perancangan

Anda mungkin juga menyukai