PENGATURAN TEGANGAN
PADA SISTEM DISTRIBUSI
(Distribution System Voltage Regulation)
4.1. UMUM
Tujuan utama dari kendali tegangan sistem ialah penggunaan setiap daya dan
tegangan menjadi ekonomis; yaitu tegangan yang digunakan sesuai dengan tegangan
yang didesain dari peralatan yang dipakai, sampai pada suatu batas tertentu.
Kebanyakan hampir semua peralatan yang dipakai, dibuat untuk tegangan tertentu,
yaitu tegangan terminalnya yang besarannya sudah tertentu, dan tegangan ini
tercantum pada papan pengenalnya (name plate). Secara ekonomis, tidaklah mungkin
bagi setiap pelanggan, tegangan pelayan-nya dibuat konstan sesuai dengan tegangan
yang tertera pada papan-namanya. Untunglah semua peralatan listrik mempunyai
toleransi-tegangan, seperti yang tertera papan pengenalnya.
Seperti diketahui, tegangan satu untuk setiap pelanggan tidak mungkin sama,
hal ini disebabkan karena adanya impedansi dari jaringan pemasoknya. Jadi, jatuh
tegangan selalu ada pada setiap bagian dari sistem tenaga, mulai dari sumber sampai
ke para pelanggan. Jatuh tegangan juga terdapat pada instalasi dalam rumah. Jatuh
tegangan berbanding lurus dengan besamya arus dan sudut pasanya, yaitu arus yang
mengalir di seluruh sistem tenaga. Agar para pelanggan pada titik penerimaan tidak
mengalami terlalu banyak penurunan tegangan, maka tegangan pengirim dinaikkan.
Akibat tegangan pengirim dinaikkan, maka para pelanggan yang dekat sumber akan
menerima tegangan yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan para, pelanggan yang
jauh dari sumber.
Dalam kenyataannya, setiap pelanggan menggunakan jenis-jenis peralatan
yang sejenis; oleh karena itu tegangan pelayanan bagi setiap pelanggan paling sedikit
harus sama. Untuk itu perlu adanya toleransi tegangan dari setiap peralatan yang
dipakai, yaitu batas atas dan batas bawah dari tegangan, nominal-nya; batas toleransi
tegangan suatu peralatan tercantum pada papan namanya.
Toleransi tegangan pelayanan, yaitu catu tegangan sampai meter pelanggan
untuk beberapa negara, sebagai perbandingan adalah sebagai berikut :
- Inggris ± 6%
- Perancis ± 10%
- Amerika ± 5%
- Rusia ± (5 dan 6%)
- Indonesia + 5% s/d - 10%
Erhaneli/TE/2020 32
Pengaturan tegangan sistem, tidak lebih dari, membuat tegangan yang diterima
pelanggan masih dalam batas-batas yang diizinkan, yaitu dengan menggunakan
peralatan pengatur tegangan dan menempatkannya pada tempat yang strategis pada
sistem tersebut. Dalam bab ini kita akan membahas penggunaan alat pengatur
tegangan, dan berbagai ragam cara pengendalian tegangan pada sistem disiribusi.
Erhaneli/TE/2020 33
Pengaturan tegangan adalah jatuh tegangan dalam prosen, dengan tegangan ujung
terima sebagai referensinya.
Pengaturan tegangan dalam prosen adalah :
|Ek|−|Et|
¿ x 100 % 4.1
|Et|
Dimana :
Ek = tegangan ujung kirim
Et = tegangan ujung terima
Jatuh tegangan dari setiap komponen system distribusi selalu dinyatakan dalam jatuh
tegangan dalam %. Jatuh tegangan dalam % untuk setiap komponen system distribusi
dinyatakan dalam basis tegangan yang sama.
Secara umum, sistem pelayanan listrik yang didambakan oleh para pelanggan
ialah terjaminnya kelangsungan penyaluran tenaga listrik secara terus menerus
dengan mutu yang memadai. Mutu listrik yang memadai, mencakup sejumlah kriteria
dasar, antara lain adalah :
1. Variasi tegangan
2. Variasi frekwensi
3. Kedip tegangan (voltage-dip)
4. Kelip tegangan (voltage flicker)
5. Harmonisa
6. Tegangan tak seimbang
7. Pemadaman
Seperti telah diuraikan pada bagian sebelumnya, mutu listrik atau mutu listrik
yang disalurkan, didasarkan pada sejumlah kriteria dasar. Parameter (kriteria dasar)
tersebut menggambarkan ciri-ciri mutu penyalurannya. Dapat juga dikatakan bahwa
mutu listrik yang disalurkan akan mengalami pengurangan, bila terjadi penyimpangan
pada :
1. Tegangan : mengalami penyimpangan yang tetap dari batas toleransi;
2. Frekwensi : adanya hubung singkat serta pemasukan/pengeluaran beban
yang besar atau sekelompok pelanggan
3. Keandalan : adanya gangguan serta kejadian-kajadian 'yang tidak
direncanakan sebelumnya pada unsur jaringan.
Erhaneli/TE/2020 34
mempertahankan mutu pemakaian tenaga listriknya, misalnya dalam syarat
penyambungan, pelanggan dituntut untuk memperhatikan dan menjaga:
a. faktor daya ( cos φ)
b. ketidak seimbangan beban
c. kadar frekwensi lebih
Erhaneli/TE/2020 35
Pada beban -ringan, tegangan pelanggan yang dekat sumber 226 V dan yang
terjauh dari sumber 216 V, dengan catatan bahwa trafo distribusinya tanpa sadapan
(tapping), dan di gardu Induk, tegangan JTM nya dapat diatur.
Untuk menjaga. agar batas toleransi tegangan pelayanan, masih dalam batas-
batas yang diperbolehkan, maka pada Gardu Induknya tegangan jaring primemya
dikendalikan; dinaikkan pada keadaan beban berat dan pada beban ringan diturunkan.
Selain di gardu induk, trafo distribusinya juga dilengkapi sadapan tanpa beban (no-
load tap changing) baik di sisi TM maupun disisi TR-nya guna menanggulangi jatuh-
tegangan pada sistem penyalumya. Sebagai gambaran, jaring distribusi di Inggris,
terlihat pada gambar 4.2, di mana saluran II KV nya men-catu sejumlah penyulang
cabang; peyulang cabang ini mencatu pula trafo-trafo distribusi, di mana tegangan
sekundemya 420 V; dan setiap fasanya melayani beban yang terpisah.
33/11 kV
1
R S T R S
Yang menjadi masalah pokok dari disainnya, ialah menjaga agar tegangan yang
diterima oleh pelanggan 415 V dengan toleransi ±6%. Untuk itu pada trafo utama di
gardu induk 33/11 KV, tegangan 11. kv nya dapat dinaikkan 5% antara beban nol dan
beban penuh. Trafo distribusinya pada sisi TM 2,5 %, keluaran sekundemya 250 volt
atau 4% dari nilai nominalnya 240 volt. Macam jatuh tegangan distribusi di
Inggris adalah sebagai berikut :
Erhaneli/TE/2020 36
Untuk mengimbangi jatuh tegangan tersebut, diatur sebagai berikut Trafo
utama di gardu induk +5 % (pada beban ringan 0 %); trafo distribusi, sisi TR + 4%,
sisi TM 2,5%; sehingga tegangan pada pelanggan bervariasi antara (- 17,5% +11,5%)
= -6% dan (0+4+2,5)% - 1,5% = +5%; jadi masih dalam batas yang diperbolehkan.
Untuk Indonesia, trafo tenaga yang ada di G.I., tegangannya dapat diatur ±
5% dari nilai nominalnya. Pada trafo distribusinya, sisi primemya dilengkapi dengan
sadapan tanpa beban (No-load tap changing) ± 5%; sedangkan tegangan sekundemya
dibuat 231/399 V atau 5% dari nilai nominalnya 220/380 Volt.
Macam jatuh-tegangan distribusinya adalah sebagai berikut
- penyulang-utama 7%
- trafo-dis-tribusi 4%
- JTR 5%
- sambungan rumah 2%
Jumlah 18%
Karakteristik kerja dari suatu peralatan listrik, dipengaruhi oleh tegangan yang
diterapkan padanya; yaitu tegangan yang dipakai pada terminal peralatan listrik
tersebut. Oleh karenanya, tegangan pelayanan yang dipakai oleh peralatan listrik
tersebut berbeda dengan tegangan yang tertera pada papan namanya, sehingga.
performance karakteristik juga akan berbeda demikian pula umumnya.
a) Lampu Pijar
Pada lampu pijar variasi tegangan pelayanan akan mempengaruhi kapasitas
terangnya (lumen) maupun umumnya. Seperti yang terlihat pada gambar 4.3;
turunnya tegangan sebesar 10% dari nominalnya, kapasitas terangnya (lumen)
berkurang menjadi 70% dari nominalnya dan pemakaian dayanya juga berkurang
menjadi 85% dari teraannya. Jadi penurunan daya sebesar 15% yang diperoleh
Perusahaan Listrik. Umur teoritis dari lampu pijar naik menjadi 350%. Pada tegangan
10% di atas nominalnya, umur teoritisnya berkurang kira-kira 30% dan kapasitas
terangnya (lumen) naik menjadi 140% dan pemakaian dayanya naik menjadi 115%.
Erhaneli/TE/2020 37
Karakteristik dari lampu neon sebagai fungsi dari tegangan yang diterapkan
pada ballasnya dapat dilihat pada Gambar 4.4. Kapasitas terangnya (lumen) dari
lampu neon, akibat pengaruh variasi tegangan tidak begitu terasa bila dibandingkan
dengan lampu pijar. Secara umum, untuk perubahan sebesar 1% dari tegangannya;
baik di alas maupun dibawah nominalnya, lumennya berkurang sesuai dengan
perubahan tegangannya. Pada lampu neon tegangan merupakan faktor yang
menentukan dalam kemampuan mengasut (starting); bila tegangannya kurang lebih
90% dari nominalnya atau kurang dari itu, lampu neon tidak dapat diasut.
Umur teoritis dari lampu neon berbeda dengan lampu pijar, terhadap pengaruh
variasi tegangan. Pada lampu jenis ini, pengaruh variasi tegangan, diatas maupun di
bawah tegangan nominalnya, akan mengurangi umur dari jenis lampu ini, sedangkan
pada lampu pijar tidak demikian halnya. Pada umumnya, umur lampu neon
didasarkan atas 3 jam operasi untuk setiap diasut. Bila pada tegangan normal,
frekwensi asutnya meningkat;.yaitu bila jam operasinya per kali asut menjadi 10,
maka umur lampu meningkat + 35%
c) Lampu Mercuri
Pada lampu mercuri (mercury, vapor atau mercury floorescent) variasi
tegangan pelayanan akan mempengaruhi kemampuan asutnya, kapasitas terangnya
dan juga pemakaian dayanya,
Erhaneli/TE/2020 38
bagaimana daya masukan untuk beban yang berupa tahanan bervariasi terhadap,
tegangan yang diterapkan padanya. Pada industri, tegangan yang rendah memerlukan
waktu yang lebih lama dan ini mempengaruhi produksi.' Dalam setiap kasus tegangan
lebih yang berlebihan memberi dampak terhadap umur dari elemen-pemanasnya.
e) Motor Induksi
Sebagian besar pelanggan Industri menggunakan motor induksi, variasi
tegangan pelayanan. akan mempengaruhi kerja motor tersebut. Karakteristik motor
induksi standar sebagai fungsi dari tegangan yang diterapkan padanya, dapat dilihat
pada gambar 4.7. Bila tegangan turun di bawah normalnya, maka kopel asutnya
merosot secara cepat, hal ini disebabkan karena kopel asut tersebut berbanding lurus
dengan kwadrat tegangan yang diterapkan padanya. Pada tegangan 100%' dibawah
nominalnya, kopel asutnya merosot menjadi -81% dari kopel nominalnya. Pada
umumnya tegangan 10% dari tegangan nominalnya masih dalam batas yang diizinkan
f) Motor Sinkron
Pengaruh variasi tegangan pada motor sinkron Gambar 4.7 Karakteristik
standard motor sinkron hampir sama seperti motor induksi. sebagai fungsi dari
tegangan terminalnya.
g) Peralatan Elektronik
Pada umumnya batas variasi untuk peralatan elektronik dirancang untuk ± 5%
dari tegangan nominalnya.,
Erhaneli/TE/2020 39
impedansi sistem secara keseluruhan. Batas variasi ± 0,2% (sama dengan 0,1 Hz)
selama 24 jam misalnya, perlu dipertahankan sebagai suatu pedoman.
Penyimpangan frekwensi, disebabkan antara lain:
1. terjadinya perubahan yang besar yang berlangsung secara cepat;
2. terjadinya gangguan, yang menyebabkan adanya Pusat-Pusat Pembangkit
yang terlepas dari jaringannya;
3. terjadi hubung singkat. Akibat adanya perubahan frekwensi, amat
berpengaruh pada moment putar maupun moment puntir dari motor-motor
sinkron dan asinkron, akan tetapi peralatan penerangan dan pemanas
listrik, tidak begitu peka terhadap perubahan frekwensi ini. Pengaturan
frekwensi, dilakukan pada pusat-pusat pembangkit (generator).
Secara umum, fluktuasi tegangan dan kedip lampu (lamp flicker) pada sistem
distribusi, disebabkan oleh peralatan listrik yang digunakan para pelanggan. Kedip
lampu, didefinisikan sebagai "perubahan mendadak dari intensitas terang flumen)",
yang disebabkan oleh perubahan mendadak tegangan terminal dari lampu tersebut".
Kebanyakan kedip ini, disebabkan oleh arus asut motor. Adanya anis. asut yang besar
dari motor ini, menimbulkan turunnya intensitas terangnya dari lampu pijar atau
lampu neon, hal ini disebabkan karena intensitas terangnya merupakan fungsi dari
tegangan.
Oleh karenanya, dilihat dari segi mutu pelayanan, Perusahaan yang mengelola
listrik, selalu mencoba agar pelanggan tidak mengalami kedip tegangan di luar batas
yang diperbolehkan. Untuk itu, setiap proses penyambungan baru bagi calon
pelanggan, selalu menjadi pertimbangan, apakah calon pelanggan ini dapat
menimbulkan kedip yang berlebihan dari standar. Jadi, sebelum calon pelanggan
tersebut diterima, terlebih dahulu diperiksa jaringan distribusi yang akan
disambungkan pada calon pelanggan baru ini,untuk menentukan apakah beban dari
calon pelanggan ini, akan menambah kedip tegangan yang sudah ada, sehingga
melebihi dari yang diperbolehkan. Keputusan, disambung tidaknya calon pelanggan
ini, didasarkan pada, lokasi calon pelanggan (bebannya), macam beban, tegangan pe-
layanan yang disyaratkan oleh calon pelanggan, kekerapan meng-asut motor, daya
motor. Beban yang turun naik, diperhitungkan per satuan waktu, baik dari segi
keperluan mengasut maupun perubahan daya.
Kedip lebih banyak disebabkan oleh beban yang turun naik (pulsating load),
dari pada arus asut motor. Biasanya beban yang turun naik itu, antara lain dapur
listrik, mesin las listrik, mesin pemecah batu dan sebagainya, dimana untuk kasus
seperti ini diperlukan studi khusus dalam hal penyambungan kejaringan. Jadi dapat
dikatakan, bahwa karakteristik dari kedip ditentukan oleh :
1. besarnya perubahan tegangan
2. frekwensi kedip dan lamanya setiap kedip terjadi
Erhaneli/TE/2020 40
Tegangan yang berubah-ubah, menghasilkan kedip lampu, dapat berupa siklis
maupun non-siklis, akan tetapi kedip siklis pengaruhnya amat buruk.
Kedip tegangan akibat mengasut motor dapat dikurangi dengan jalan, antara
lain :
1. Gunakan motor yang sedikit memerlukan Kva/Tk untuk mengasutnya;
2. Pilihlah motor yang kopel mulanya rendah, b-Ala motor bekerja pada
beban ringan;
3. Gantilah motor ukuran besar dengan beberapa motor ukuran keeil;
4. Menggunakan motor-asut, untuk mengurangi arus asut pada motor
utamanya;
5. Gunakan kapasitor shunt atau seri untuk mengkoreksi faktor daya
Pelanggan
rumah tangga
Beban yang
berfluktuasi
Gambar 4.8 Lokasi pemasangan kapasitor seri
untuk mengatasi kedip tegangan
Memasang kapasitor antara beban rumah tangga dan beban yang berfluktuasi,
tidak akan mengurangi kedip tegangan karena pada keadaan ini impedansi antara
sumber dan titik beban rumah tangga tidak berkurang. Karenanya kapasitor seri
yang dipasang permanen pada penyulang utama harus dipasang alat khusus untuk
melindungi terhadap tegangan lebih akibat resonansi.
Erhaneli/TE/2020 41
Jatuh tegangan yang diakibatkan oleh arus asut dari motor induksi, tergantung
pada ukuran motor, faktor dayanya waktu di-asut, impedansi sistemnya dan cara
mengasutnya. Untuk motor pasa tiga, jatuh-tegangannya didapat dengan cara
extrapolasi,yaitu menganalisa ekivalen satu fasanya. Jadi untuk satu fasanya;
jatuh-tegangannya adalah :
V =E k −E t=I x R cos φ as + I x sin φ as
dimana:
Ek = tegangan supply phasa ke netral
Et = tegangan beban phasa ke netral
I = arus asut motor
R = tahanan sistem
X = reaktansi sistem
Cos φ as = faktor daya beban pada waktu meng-asut
( )
2
Vm
I asut = xI 4.3
V 1 a1
dimana: Vm = tegangan sekunder autotrafo
V1 = tegangan supply
Ia1 = arus asut hubungan langsung
Bilamana di suatu tempat terdapat banyak peralatan listrik yang sama, yang
instalasinya sedemikian rupa sehingga alat-alat tersebut dapat beroperasi secara
terpisah atau sendiri-sendiri dan setiap alat tersbut bekerja dalam waktu tertentu,
persoalan kedip mungkin tidak akan timbul. Akan tetapi bila alat-alat tersebut bekerja
secara serentak, maka mungkin akan terjadi tegangan kedip yang melebihi batas.
Erhaneli/TE/2020 42
Peralatan seperti thermostat pengkontrol panas, mesin las, instalasi dari sejumlah
motor-motor, termasuk kategori ini, yaitu yang dapat menimbulkan kedip.
Contoh 7.1
Sebuah motor dari 50 Tk., 400 V, dihubungkan langsung ke jaring. Tentukanlah
toleransi kedip tegangannya terhadap para pelanggan yang disupply dari jaring yang
sama.
Penyelesaian:
Misalkan faktor daya motor 85%, efesiensi maximumnya 90%. Panjang kabel TR
yang menghubungkan motor ini 100 meter, tahanannya 0,0326 ohm dan reaktansinya
0,0084 ohm.
Bila arus beban penuh motor adalah :
50 x 746 x 100
I n= =70,376
√3 x 400 x 0,85 x 90
Karena tidak ada data lainnya, besarnya arus asut motor hubung lansung :
Ia1 = 6 x In = 422,25 Amper
Bila memakai alat hubung bintang delta, maka arus asut menjadi :
422,25
I a 1= =140,75
3
a) Hubung lansung tanpa alat :
Faktor daya waktu asut = cos φ = 0,3 dan sin φ = 0,954
Maka jatuh tegangan per fasa adalah :
∆ V =I a1 R cos φ as+ I a 1 sin φas
∆ V =422,25(0,326 x 0,8+0,008 x 0,954)
= 7,513
Jatuh tegangan dalam persen :
( )
∆V
Vf
x 100 %=
7,513 x √ 3
400
x 100 %=3,25 %
4.3.2.7 HARMONISA
Erhaneli/TE/2020 43
Pengaruh harmonisa pada jaringan
Harmonisa dalam jaring distribusi, dapat menyebabkan akibat-akibat sebagai
berikut:
1. Pembebanan lebih, karena kapasitor yang digunakat, sebagai koreksi
faktor daya, disetel pada frekwensi tertentu
2. Resonansi antara kapasitor dan reaktansi dari trafo yang menghasilkan
tegangan dan arus yang berlebih.
3. Interferensi dengan saluran telepon dan pemancar yang disebabkan oleh
arus harmonisa urutan nol.
4. Tidak bekerja peralatan kontrol/pengatur, sebagai akibat distorsinya
bentuk gelombang,yapg memlSengaruhi titik kerja sirkuit thyristor.
5. Kesalahan pengukuran Energi (Kwh) dari meter-meter yang menggunakan
piringan berputar.
6. Mesin-mesin yang berputar, mengalami panas yang berlebihan (Over
heating), akibat meningkatnya rugi besi yang disebabkan oleh arus-arus
eddy.
7. Belitan delta dari trafo mengalami pembebanan lebih, karena adanya
harmonisa ke-3 yang berlebihan atau arus pemagnit yang berlebihan yang
disebabkan mengalirnya arus searah pada belitan trafo tersebut.
Secara umum dapat dikatakan bahwa suatu sistem dengan n fasa tegangan
(arus) yang tidak seimbang dapat diuraikan menjadi (n-1) sistem seimbang dan
sebuah sistem, fasa tunggal. Jadi untuk sistem pasa tiga yang tidak seimbang, tega-
ngan (arus) nya dapat diuraikan menjadi sistem fasa tiga. simetris yang mempunyai
urutan positip, sistem fasa tiga simetris yang mempunyai urutan negatip dan sistem
urutan nol.
Terjadinya tegangan (arus) yang tak seimbang disebabkan oleh :
1. Impedansi pada ketiga pasanya tidak sama,
2. Beban pada ketiga pasanya tidak sama.
Pengaruhnya :
1. Menyebabkan pembebanan thermis lebih pada motor-motor, mempengaruhi
momen dan umurnya Tegangan urutan negatif tidak akan lebih 3% pada JTR.
2. Arus urutan negatif umumnya membahayakan generator-generator. Menurut
konstruksi, lamanya pembebanan arus urutan negatif ini 3 sampai 15% masih
diperbolehkan pada generator.
3. Arus urutan negatif dapat mencapai 3 sampai 6% pada JTT dan 10% pada
JTR.
4. Arus urutan nol akan dapat menyebabkan Rele-gangguan tanah pada
pentanahan tidakefektif, tidak bekeda menurut semestinya. Pada pentanahan
titik bintang yang efektif, besamya tidak boleh melebihi 5%.
Erhaneli/TE/2020 44
4.4 PENGENDALIAN TEGANGAN
Untuk menjaga agar tegangan sirkit distribusi masih dalam batas-batas yang
diperbolehkan, maka ini berarti bahwa tegangan perlu dikendalikan , misalnya,
menaikkan tegangan sirkit bila rendah dan menurunkannya bila tinggi. Ada beberapa
cara/jalan guna memperbaiki pengaturan tegangan secara keseluruhan dari sistem
distribusi. Cara-cara tersebut adalah :
1. Menggunakan pengatur tegangan pada generator
2. Memakai alat pengatur tegangan pada Gardu Induk (G.I.)
3. Memasang kapasitor pada Gardu Induk
4. Beban penyulang dibuat seimbang
5. Memperbesar penampang penyulang
6. Merubah penyulang fasa-tunggal menjadi penyulang fasa-tiga
7. Memindahkan beban ke penyulang yang baru
8. Membangun Gardu Induk dan penyulang TM yang baru
9. Menaikkan kelas tegangan penyulang TM
10. Memakai alat pengatur tegangan pada penyulang TM
11. Memasang kapasitor shunt pada penyulang TM, dan
12. Memasang kapasitor seri pada penyulang TM
Tehnik mana yang dipilih, tergantung pada keperluan tertentu dari sistem
tersebut. Akan tetapi, pengatur tegangan otomatis (automatic voltage regulation),
selalu dilengkapi :
1. Pengatur tegangan rel pada GI
2. Pengatur tegangan individu penyulang pada G1, dan
3. Dilengkapi alat pengatur tegangan saluran, yang dipasang pada tiang
SUTM-nya.
Trafo utama pada Gardu Induk (GI) dilengkapi dengan sadapan berbeban
(on Load Tap Changing = LTC), yang bekerja secara otomatis terhadap setiap
perubahan bebannya, sehingga tetap dapat dijaga agar tegangan yang diinginkan
dapat dicapai. Bila beban meningkat, alat pengatur tegangan ini, menaikkan tegangan
penyulang TM nya di GI, guna mengkompensirjatuh-tegangan pada saluran
distribusinya. Pada kasus; dimana pelanggan letaknya cukup jauh dari gardu atau
jatuh-tegangan pada saluran utamanya sudah cukup besar atau inelebihi dari yang
diperbolehkan, maka hal ini dapat ditanggulangi baik dengan menggunakan sadapan
tanpa beban dari trafo distribusinya maupun dengan tambahan alat pengatur lainnya,
misalnya kapasitor, yang ditempatkan sedemikian rupa pada saluran, sehingga
didapatkan kenaikan tegangan yang optimum.
Kapasitor umumnya tidak dipasang seri pada saluran utama, dan pada G1,
kapasitor dipasang hanya untuk mendapatkan faktor daya yang ekonomis.
Kebanyakan instalasi kendali disainnya cukup rumit agar saklarnya dapat berfungsi
Erhaneli/TE/2020 45
sebagai sakelar hubung otomatis. Tentu saja kapasitor tetap (fixed capacitors) bukan
merupakan alat pengatur tegangan dan tidak bisa dibandingkan dengan alat pengatur
tegangan, tetapi dalam hal tertentu, seperti kapasitor yang dilengkapi saklar hubung
otomatis, dapat menggantikan pengatur tegangan type sadap (tap) yang konvensional,
untuk mengontrol tegangan pada saluran Distribusi.
4.5 Pengubah sadapan berbeban (On Load Tap Changing = LTC) pada
Transformator
Erhaneli/TE/2020 46
Gambar 4.9 Pengubah Sadapan Berbeban
4.6 Sadapan tanpa beban (no-load tap changing) pada trafo distribusi
Erhaneli/TE/2020 47
Salah satu perlengkapan untuk mengusahakan agar tegangan pelayanan masih
dalam batas-batas yang diperbolehkan~ maka trafo distribusinya dilengkapi dengan
sadapan tanpa beban pada sisi tegangan tingginya, di samping itu pada sisi tegangan
rendahnya, tegangan keluarannya atau tegangan terminal sisi sekunder trafonya sudah
dibuat 231/400 V atau +5% di atas nilai nominalnya 220/380 V. Pengaturan sadapan
tanpa beban pada trafo distribusi ini, harus dikaitkan dengan pengaturan tegangan
sadapan berbeban pada trafo utama di Gardu-Induk yang bersangkutan.
Dalam mengatur tegangan pelayanan dengan menggunakan dua sadapan dari
trafo utama maupun trafo distribusinya, hanya dimungkinkan pada jaringan yang
beroperasi radial. Pemanfaatan sadapan tanpa beban dari trafo distribusi, umumnya
dilakukan pada SUTM yang panjang, di daerah yang kepadatan bebannya relatif
masih rendah.
Ada transformator distribusi yang mempunyai 3(tiga) sadapan tanpa beban
yaitu,+5%, 0% dan -5%; pada sistem 20 W, ekivalen dengan 21 kV, 20kV dan l9kV.
Pada trafo distribusi yang mempunyai 5(lima) sadapan tanpa beban, sadapannya
adalah +10%, 5%, 0%, -5% dan -10%; pada sistem 20kV, ekivalen dengan 22kV, 2 1
W, 20kV, l9kv dan 11 8kV.
Sisi Tegangan Rendah(TR) dari kedua macam trafo tersebut diatas, tegangan
terminal sekundernya (tanpa beban) sudah dibuat 231/400 V atau +5% di atas nilai
nominalnya 220/380 V.
Rele Pengatur Tegangan disingkat RPT dapat diatur berkisar antara 110
sampai 125 V untuk basis 120 V, berkisar antara, 200,V sampai 230 V untuk basis
220 V. Bila menggunakan kompensator saluran (Line drop compensator--LDC) RPT
mengatur tegangaq pada titik sasaran pengaturan yTp, yaitu tegangan F%
R dan X pada kompensator saluran, lihat gambar 7.24 besarnya dapat diatur.
Lebar jalur variasi dari RPT dan berkisar ± 3/4 V sampai ± 1 V2 V pada basis 120 V
dan untuk basis 220 V ± 11/2 sampai * 2,75 V.
Lokasi titik sasaran pengaturan (SP) dikendalikan oleh pengaturan dari R dan
X dari peralatan kompensator-saluran tersebut. Bila R dan X dibuat pada nilai 0,
maka alat pengatur mengatur tegangar, pada terminal lokalnya, jaitu pada yTp=y,,
disini keadaannya RPT ± Lebarjalur variasi.
Erhaneli/TE/2020 48
Misalkan tegangan maximum dari Transmisi VTT Max.= 73,50 KV atau 1,05 pu
yang terjadi selama di luar beban puncak dan arusnya 0,25 pu Kiloamper dengan
faktor-daya 0,95 mendahului. Tegangan'' transmisi VTT Min.= 70 KV atau 1,00 pu
yang terjadi selama periode beban puncak dan arusnya 1,00 pu Kiloamper de'ngan fa
k-tor da y"a 0,85 tertinggal.
Misalkan tegangan sekunder maximum adalah 231 V atau 1,05 pu V (basis 220 V)
dan tegangan sekunder minimum 198 V a . tau-0,90 pu V, dan jatuh tegangan
maximum pada JTRnya hdalah 0,005 pu V. Misalkan.pula tegangan maximum dari
distribusi primernya VP Max-- 1,0417 pu pads beban nol dan pada. beban puneak
tahunannya, adalah 1,0917 pu V (1,0417+0,05) yang merupakan besarnya tegangan
yang terdekat dengan alat pengatur dan tegangan minimum adalah 0,95 (0,9+0,005)
pu V yang merupakan besarnya tegangah pada tempat yang terjauh dari alat
pengatur.
Data penyulang
Misalkan beban puncak tahunannya adalah 9000 KVA pada faktor-daya 0,85 dan
tersebar disepanjang saluran yang panjang SUTM utamanya 20 Km. SUTM utama ini
memakai penghantar AAC 150 mm2 Dimana impedansinya(0,1961+jO,3305)/km
Misalkan GI tersebut menggunakan trafo tenaga yang dilengkapi "Sadapan
berbeban", guna mengatur tegangan rel 20 KV nya.
Gunakan Lebar Jalur Variasi ± 2,0 V atau 0,00909 (2/220) pu V. Selanjutnya untuk
perhitungan gunakan pembulatan untuk nilai- nilai Tegangan min dan Tegangan
max. dari penyulang TM pada beban puncak masing-masing menjadi 1',09,pu d
ainl,00 pu V'
(a) Tentukanlah pengaturan dari RPTnya (Rele pengatur Tegangan) untuk
tegangan primer yang tertinggi (Vp) dengan. Lebar-jalur variasi seperti
tersebut di atas, ambil bilangan bulat yang memadai untuk penempatan
posisinya.
(b) Tentukanlah jumlah step maximum yang diperlukan dalam pengurangan dan
penaikan.
(c) Sket profil dari penyulang pada beban nol dan pada beban puncak
tahunannya.
Penyelesaian.
(a) Karena kompensator saluran (LDC) tidak digunakan, maka:
Rset = 0 dan Xset = 0
Besaran dari Rele pengatur tegangan (RPT) untuk tegangan yang tertinggi
yang diperkenankan pada beban nol dan dengan mempertimbangkan lebar
jalur variasi, adalah:
Erhaneli/TE/2020 49
RPT = (Vp) max- Lebar jalur variasi
= 1,0417 - 0,00909
= 1,03261 pu V
= 1,033 pu V
= 227,26 V
(b) Untuk mendapatkan angka maximum dari step/langkah pengurangan dan
penaikan yang diperlukan, perlu diketahui terlebih dahulu tegangan primer
distribusi yang tertinggi yang diperkenankan di luar beban puncak dan pada
saat beban puncak. Jadi tegangan primer tertinggi yang diperkenankan di luar
beban puncak adalah:
V P,pu = VTT.pu - IP'Pu X ZT.PU
dimana:
VTT,pu = tegangan transmisi pu
= 1,05100 pu V, diluar beban puncak.
= 1,00/00 pu V pada saat beban puncak.
lp,pu = arus beban trafo tenaga disisi TT dalam pu
= 0,25 pu A ; cos φ= 0,95 mendahului pada beban nol;1,00 pu A ;
cos φ = 0,85 tertinggal pada beban puncak.
ZT.PU = impedansi trafo tenaga dalam pu.
= 0 +j0,125 pu .
Jadi tegangan primer distribusi yang tertinggi yang diperkenankan di luar beban
puncak adalah:
Vp.pu = VTT,pu. – IP.pu x ZT.pu
= 1,05 00 - 0,25<18,190x0;125<-900
= 1,O5<00- 0,03125<1,08,190
= 1,05 + 0,009754 – j0,02976
= 1,05975 –j0,02967
∣Vp.pu∣ = 1,0616 pu V
Contoh 7.4
Gunakan informasi pada contoh 7.3, dan, tentukan lokasi alat pengatur tegangan
penyulang dari GI sehingga tegangan masukan pada, alat tersebut:
(a) VP,PU 1,010 pu V
(b) VP,PU 1,000 pu V
Penyelesaian:
(a) Vp,pu = 1,010 pu V merupakan tegangan masukan pada alat pengatur tegangan
pada jarak yI dari GI, seperti yang terlihat pada gambar 7.27, maka jatuh tegangan pu
sampai pada lokasi alat pengatur adalah:
∆VyI = RPTpu – Vp,pu
= 1,035 - 1,010
Erhaneli/TE/2020 50
= 0,025 pu V
Jadi jatuh tegangan dalam pu padajarak y1 dari GI = 0,025 pu Volt
i tot 259,876 A
i= = =12,966638 A /km
20 km 20 km
Untuk beban merata sebesar (i A/km), maka jatuh tegangan pada jarak y dari GI
adalah :
∆ V =¿
Dimana L= panjang total saluran = 20 km
∆ V y =¿
∆V y −5 2
∆ V y. pu= =0,00767 y−1,475674 x 10 y
20.000
√3
Pada soal (a)
∆ V y. pu=0,025 pu Volt maka :
Atau :
2
y −40 y+ 182,58=0
Erhaneli/TE/2020 51
Erhaneli/TE/2020 52