Anda di halaman 1dari 27

PENDAMPINGAN STRATEGI DIVERSIFIKASI PRODUK

DAN MANAJEMEN RISIKO RANTAI PASOKAN


PADA UMKM UMAMI FOOD

Absen
Nama
NIM
Kelas

Abstrak
Pengelolaan rantai pasokan merupakan suatu upaya meminimalisasi potensi risiko pada
usaha Umami Food. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan meminimalisir
risiko pada rantai pasokan dan penerapan strategi untuk mengembangkan usaha Umami
Food. Penelitian ini menggunakan metode PAR, Wawancara, Obervasi, dan Sosialisasi.
Pada proses pedampingan ini ditemukan masalah ketidakstabilan pasokan bahan baku
dan mengakibatkan proses produksi yang kurang optimal, dan keterlambatan pengiriman
produk sehingga mengakibatkan terganggunya rantai pasokan. Kemudian terjadinya
kecelakaan kerja pada karyawan yang kurang menerapkan alat pelindung diri, dan strategi
dalam mengembangkan usaha melalui diversifikasi. Untuk itu diperlukan usaha untuk
meminimalisir terjadinya risiko dan strategi untuk mengembangkan usaha pada UMKM
Umami Food.
Kata Kunci : Manajemen risiko rantai pasokan, Manjemen rantai pasokan, Strategi
Diversifikasi produk.

Abstrak
Supply chain management is an effort to minimize potential risks in the Umami Food
business. This study aims to identify and minimize risks in the supply chain and implement
strategies to develop the Umami Food business. This study uses PAR, Interview,
Observation, and Socialization methods. In this mentoring process, it was found that the
problem of instability in the supply of raw materials resulted in a less than optimal
production process, and delays in product delivery resulting in disruption of the supply
chain. Then strategies in developing businesses through diversification. For this reason,
efforts are needed to minimize the occurrence of risks and strategies to develop businesses
in Umami Food SMEs.
Keywords : Supply chain risk management, Supply chain management, Product
diversification strategy.

i
DAFTAR ISI

Abstrak ................................................................................................................................. i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN............................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1
B. Tujuan dan Manfaat ................................................................................................ 1
C. Kajian Pustaka dan Teori ........................................................................................ 2
1. Strategi Diversifikasi Produk ............................................................................... 2
2. Risiko .................................................................................................................. 4
3. Supply Chain Managemen (SRM) ....................................................................... 4
4. Manajemen Risiko Pasokan (Supply Chain Risk Management) ......................... 7
D. Metode Pendampingan ............................................................................................ 9
E. Sistematika Pembahasan ......................................................................................... 9
BAB II GAMBARAN LOKASI SASARAN ................................................................... 11
PENDAMPINGAN DAN IDENTIFIKASI MASALAH ................................................. 11
A. Fokus Pendampingan ............................................................................................ 11
B. Lokasi Sasaran Pendampingan .............................................................................. 11
C. Problem atau Masalah yang dihadapi.................................................................... 11
D. Perumusan Masalah............................................................................................... 12
BAB III.............................................................................................................................. 13
PROSES PENDAMPINGAN KEPADA UMKM ............................................................ 13
A. Bidang Pendampingan .......................................................................................... 13
B. Partisipasi dan Pelibatan Para Pihak ..................................................................... 13
C. Tahapan Kegiatan Pendampingan Kepada UMKM .............................................. 13
D. Faktor Pendukung dan Penghambat ...................................................................... 15
E. Solusi ..................................................................................................................... 15
F. Kelebihan dan Kekurangan ................................................................................... 16
BAB IV ............................................................................................................................. 17
HASIL PENDAMPINGAN DAN PEMBAHASAN ........................................................ 17
A. Hasil Pendampingan .............................................................................................. 17
B. Pembahasan ........................................................................................................... 18
BAB V............................................................................................................................... 21
PENUTUP ......................................................................................................................... 21
A. Simpulan ................................................................................................................ 21
B. Saran...................................................................................................................... 21
C. Rencana Tindak Lanjut ......................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 23
LAMPIRAN ...................................................................................................................... 25

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ketidakpastian merupakan risiko yangakan dihadapi semua perusahaan, baik
perusahaan jasa maupun perusahann manufaktur. Perusahaan skala kecil,menengah,
dan perusahaan besar diharuskan memiliki strategi dan kemampuan menngurus serta
meminimalisasi ketidakpastian sepanjang aliran rantai pasokan. Berbagai perusahaan
telah menerapkan manajemen rantai pasok (SCM) dalam bisnisnya untuk
meningkatkan efisiensi proses logistik. SCM adalah suatu konsep yang menyangkut
pola pendistribusian produk yang mampu menggantikan pola-pola pendistribusian
secara tradisional. Pola baru ini menyangkut aktivitas pendistribusian, jadwal
produksi, dan logistik. Dalam proses rantai pasok ditemui berbagai risiko yang dapat
mempengaruhi alur rantai pasok tidak dapat berjalan lancar.
.Umami Food selaku usaha yang memproduksi frozen food juga memiliki
resiko ketidakpastian. Usaha yang memiliki 6 pekerja tersebut beridiri ditahun 2021
berbagai risiko yang terjadi dalam rantai pasok produknya tersebut antara lain
kehabisan stok bahan baku supllier atau bahan baku mengalami kelangkaan,
kerusakan mekanis pada mesin pres dan kompor, dan masih banyak berbagai risiko
lain yang menyebabkan gangguan pasokan sampai ke konsumen akhir menjadi
terlambat sehingga merugikan konsumen. Untuk mengurangi dan mengatasi berbagai
risiko yang terjadi dalam rantai pasok tersebut diperlukan suatu upaya perbaikan
kinerja rantai pasok secara bertahap dan dilakukan terus menerus dengan mengatasi
dan mencegah berbagai risiko.
Berkaitan dengan adanya risiko dalam manajemen rantai pasok maka
manajemen risiko berperan penting untuk menjaga agar sistem rantai pasok tidak
terganggu. Dalam sistem rantai pasok, manajemen risiko memegang peranan sangat
penting karena tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan.
Banyaknya persaingan bisnis membuat perusahaan harus memiliki strategi
yang unggul agar dapat mempertahankan bisnisnya. Untuk itu diperlukan strategi agar
perushaan dapat terus mengembangkan usahanya. Salah strategi yang dapat dilakukan
yaitu dengan melakukan strategi diversifikasi. Strategi ini dilakukan dengan
menyediakan produk-produk yang inovatif. Dan pada umami food saat ini hanya
memiliki 3 produk saja oleh karena itu strategi diversifikasi ini perlu diterapkan oleh
UMKM Umami Food.

B. Tujuan dan Manfaat


Tujuan
Pendampingan ini bertujuan untuk membantu membangun kesadaran masyarakat
khususnya yang memiliki UMKM (usaha Mikro Kecil Menengah) agar lebih
memahami tentang resiko dan strategi untuk pengembangan bisnis mereka.

1
Manfaat
- Dari pendampingan ini diharapkan mampu memberikan informasi dan
pengetahuan baru kepada UMKM yang diamati.
- Dan bagi UMKM dapat memberikan pengetahuan baru serta solusi dan strategi
yang harus dilakukan untuk pengembangan bisnisnya melalui sosialisasi yang
dilakukan.

C. Kajian Pustaka dan Teori


1. Strategi Diversifikasi Produk
Menurut Tjiptono, strategi diversifikasi produk adalah suatu upaya
mencari dan mengembangkan produk atau pasar yang baru, atau keduanya, dalam
rangka mengejar pertumbuhan, peningkatan penjualan, profitabilitas dan
fleksibilitas. Sedangkan menurut Wahyudi, diversifikasi produk merupakan
kegiatan pertumbuhan produk yang dilakukan untuk melakukan hasil penjualan
melalui daur produk1
Diversifikasi produk merupakan usaha peningkatan penjualan dijalankan
dengan cara membuat berbagai jenis produk untuk dikembangkan kedalam pasar
yang baru. Misalkan membuat jenis produk yang berbeda baik dalam hal fungsi
pemakaian harga maupun ukuran untuk pasar yang baru. Produk yang
beranekaragam akan membuat konsumen percaya bahwa berbagai kebutuhannya
dapat terpenuhi oleh pengusaha itu. Keanekaragaman produk yang dipasarkan itu
menjadi sangat penting khususnya bagi pengusaha yang bergerak dalam bidang
bisnis.2
Dari beberapa definisi diatas maka diversifikasi produk dapat dikatakan
sebagai upaya yang dilakukan oleh sebuah perusahaan untuk mengembangkan
produknya dengan menambah produ-produk baru kemudian memanfaatkan
kemampuan inti perusahaan dalam rangka mengejar pertumbuhan, peningkatan
penjualan, profitabilitas, dan fleksibilitas. Program diversifikasi pada umumnya
dirancang untuk mendirikan perusahaan baru dipasar baru guna mencapai sasaran
sasaran seperti peluang pertumbuhan baru atau stabilitas penjualan. Penciptan
sebuah produk diupayakan agar sebuah perusahaan tetap dapat bertahan ditengah-
tengah persaingan yang semakin kompleks. Meskipun masih terdapat produk-
produk lama akan tetapi keadaan tersebut terkadang menyulitkan perusahaan
untuk bangkit. Dimana anggapan konsumen terhadap produk terdahlu adalah
produk yang tidak mengikuti perkembangan zaman sehingga lama kelamaan
produk akan ditinggalkan.

1
Tengku Putri Lindung Bulan, Pengaruh Diversifikasi Produk Dan Harga Terhadap Kepuasan Konsumen
Pada Juragan Jasmine (Langsa: 2020), 680
2
Rafidah, Agustina Mutia, Indriani Ratih, Pengaruh Bauran Pemasaran dan Diversifikasi Produk terhadap
Volume Penjualan Buah Nanas di Desa Tangkit Baru Muaro Jambi, Innovatio, Vol. XVII, No. 1, Januari-
Juni 2017, hlm. 37

2
Dalam diversifikasi produk juga membutuhkan adanya inovasi yang
merupakan hal yang sangat urgent dalam dunia bisnis, karena suatu usaha tidak
dikatakan berhasil ketika hanya jalan di tempat, tanpa menghasilkan suatu
perubahan. Inovasi itu sangat terorganisir, memilki proses, prinsip, tipe, sumber,
tujuan, dan siklus agar mencapai hal yang lebih baik.
Pada dasarnya perusahaan menetapkan strategi melalui penyelarasan
kemampuan perusahaan dengan peluang yang ada dalam industri. Strategi
diversifikasi dapat dilakukan dengan tiga cara diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Diversifikasi konsentris: dimana produk-produk baru yang diperkenalkan
memiliki kaitan atau hubungan dalam hal pemasaran atau teknologi dengan
produk yang sudah ada.
b. Diversifikasi konglomerat adalah dimana produk-produk yang dihasilkan
sama sekali baru, tidak memiliki hubungan dalam hal pemasaran maupun
teknologi dengan produk yang sudah ada dan dijual kepada pelanggan yang
berbeda.
c. Diversifikasi horizontal, dimana perusahaan menambah produk-produk baru
yang tidak berkaitan dengan produk yang telah ada, tetapi dijual kepada
pelanggan yang sama.
d. Diversifikasi sinergitas dalam diversifikasi sinergitas, produk baru dijual ke
pasar baru bilamana sumber daya yang diperlukan untuk menghasilkan atau
memasarkan lini baru itu sangat sesuai dengan sumber daya yang ada. Artinya
sinergi merupakan tata hubungan yang saling memperkuat yang
meningkatkan efisiensi atau efektivitas yang mana sumber daya perusahaan
diproses produksi, keterampilan tenaga penjualan, saluran distribusi,
kemampun penelitian dan pengembangan, atau keterampilan mnajemen
tertentu.3

Tujuan Diversifikasi
Tujuan yang sangat mendasari strategi diversifikasi produk yaitu untuk
memperkecil adanya sebuah resiko ataupun kemungkinan-kemungkinan yang
terjadi pada sebuah perusahaan. Jika ada produk dengan inovasi baru yang
dihasilkan akan membuat konsumen lebih tertarik dan mengkonsumsinya. Selain
itu dengan strategi diversifikasi produk ini dapat memberikan banyak pilihan
produk kepada para pelanggan maupun calon pelanggan. Secara garis besar,
strategi diversifikasi dikembangkan dengan berbagai tujuan diantaranya yaitu
sebagai berikut4:
a. Meningkatkan pertumbuhan bila pasar atau produk yang ada telah mencapai
tahap kedewasaan dalam Product Life Cycle (PLC).
b. Menjaga stabilitas, dengan jalan menyebarkan fluktuasi laba.

3
Joseph P. Guiltinan Dan Gordon W. Paul, Manajemen Pemasaran Strategi Dan Program, (Jakarta:
Erlangga. 1994) ,h. 33-34
4
Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran, Edisi Ke-3, (Yogjakarta: ANDI, 1997), 132

3
c. Meningkatkan kredibilitas di pasar modal.
2. Risiko
Risiko merupakan peristiwa kejadian-kejadian yang berpotensi untuk
menimbulkan kerugian pada usaha. Resiko timbul arena adanya suatu
ketidakpastian dimasa mendatang., Adanya penyimpangan, atau terjadianya
sesuatu yang tidak diharapkan. Resiko bersifat dinamais dan memiliki
interdependensi satu sama lain. Oleh karena itu resiko perlu diantasipasi.
Risiko didefinisikan sebagai serangkaian peristiwa, yang masing-masing
memiliki probabilitas dan konsekuensi (Kaplan et al., 2001). Oleh karena itu,
SRM mencoba mengidentifikasi dan mengurangi risiko yang datang melalui
faktor endogen dan eksogen yang terlibat dalam rantai pasokan yang
menyebabkan gangguan (Guo, 2011; Wu dan Blackhurst, 2009). Resiko endogen
atau risiko intern umumnya sifatnya lebih kecil dan mudah dikendalikan serta
bersifat pasti. Sedangkan risiko eksogen atau risiko ekstern umumnya jauh diluar
kedanli si pembuat keputusan. Tujuan utama SRM adalah untuk mengidentifikasi
sumber risiko potensial dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk
mengurangi risiko yang timbul dari rantai pasokan (Quang et al., 2016; Heckmann
et al., 2015; Hendricks and Singhal, 2005a).
Menurut Darmawi (2010: 21) risiko dihubungkan dengan
kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan, atau tidak
terduga, dengan kata lain “kemungkinan” itu sudah menunjukan adanya
ketidakpastian, ketidakpastian itu merupakan kondisi yang menyebabkan
tumbuhnya risiko. Dan jika kita kaji lebih lanjut “kondisi yang tidak pasti” itu
timbul karena berbagai sebab, antara lain:
1) Jarak waktu dimulai perencanaan atas kegiatan sampai kegiatan itu
berakhir. Makin panjang jarak waktu makin besar ketidakpastiannya.
2) Keterbatasan tersediannya informasi yang diperlukan.
3) Keterbatasan pengetahuan atau keterampilan dan teknik mengambil
keputusan.
3. Supply Chain Managemen (SRM)
Menurut Pujawan (2005: 10) prinsip manajemen rantai pasok pada
dasarnya merupakan sinkronisasi dan koordinasi aktivitas-aktivitas yang
terkait dengan aliran material/produk, baik yang ada dalam suatu organisasi
maupun antar organisasi. manajemen rantai pasok sederhana memiliki
komponen-komponen yang diebut channel yang terdiri atas pemasok, pengolah,
distribution center, wholesaler, dan pengecerer yang semuanya bekerja
memenuhi konsumen akhir. Sebuah rantai pasok bisa saja melibatkan sejumlah
industri pengolah dalam suatu rantai hulu ke hilir. Sebuah rantai pasokan tidak
selamanya merupakan garis lurus.
Dalam kenyataannya, sebuah industri pengolah bisa memilki ratusan
bahkan ribuan pemasok, dan produk-produk yang dihasilkan oleh sebuah
industri didistribusikan ke beberapa pusat yang melayani ratusan bahkan ribuan

4
wholesaler, pengecer, pedagang kecil, maupun konsumen. Setiap channel dalam
suatu rantai pasokan memiliki aktivitas-aktivitas yang saling mendukung baik
meliputi perancangan produk, peramalan kebutuhan, pengadaan material,
produksi, pengendalian persediaan, distribusi, transportasi, penyimpangan atau
pergudangan, dukungan pelayanan kepada pelanggan, dan proses pembayaran.
Pengelolaan manajemen rantai pasokan membutuhkan intervensi pihak-pihak
yang terkait (Anatan dan Elitan, 2008: 82).
Menurut Anatan dan Elitan (2008: 63) manajemen rantai pasok
merupakan wujud implementasi strategi sistem jejaring bisnis dalam
membangunhubungan antara perusahaan yang berbasis pada koordinasi. Konsep
rantai pasokan memperlihatkan proses ketergantungan antar berbagai pihak atau
perusahaan yang terkait dalam sebuah sistem jejaring bisnis yang biasa dikenal
dengan konsep kemitraan.
konsep manajemen rantai pasok menekankan pada bagaimana perusahaan
memenuhi permintaan konsumen tidak hanya sekedar menyediakan barang.
Rantai pasok merupakan proses penciptaan nilai tambah barang dan jasa yang
berfokus pada efisiensi dan efektifitas dari persediaan, aliran kas dan aliran
informasi. Aliran informasi merupakan aliran terpenting dalam pengelolaan
rantai pasokan karena dengan adanya informasi maka pihak pemasok dapat
menjamin tersedianya material lebih tepat waktu, memenuhi permintaan
konsumen lebih cepat dengan kuantitas yang tepat sehingga pada akhirnya dapat
meningkatkan kinerja rantai pasokan secara keseluruhan.
Tujuan utama dalam manajemen rantai pasok adalah untuk memperkuat
hubungan baik antara pengolah dengan pemasok dan saluran distribusinya.
Artinya pengolah perlu menyertakan mereka baik dalam resiko ataupun peluang
bisnis dengan pembagian responbility sebagai sesame produsen. Maka dengan
manajemen rantai pasok perusahaan akan lebih responsif dan kapabilitasnya
memungkinkan untuk memenuhi permintaan konsumen. Fleksibilitas dan
kapabilitas perusahaan untuk merespon permintaan konsumen akan produk yang
lebih bervariasi dapat dilakukan dengan menggunakan sistem produksi masal,
dengan menerapkan desain produk modul untuk mencapai segmentasi pasar yang
lebih luas. Perkembangan teknologi dan pertumbuhan lingkungan pasar, serta
siklus hidup produk yang semakin pendek juga mendorong perusahaan untuk
melempar produk yang berbeda dengan yang lainnya secara lebih cepat.
Perubahan-perubahan tersebut menimbulkan meningkatnya kompleksitas dalam
perencanaan rantai pasokan dan koordinasi proses (Pujawan, 2005: 57).
Seluruh elemen dalam manajemen rantai pasok tidak dapat berjalan
secara terpisah, tetapi harus merupakan satu kesatuan sehingga akan
menghasilkan sinergi. Dalam rantai pasokan yang terpenting adalah saling berbagi
informasi, oleh karena itu dalam aliran material, aliran kas dan aliran informasi
merupakan keseluruhan elemen dalam rantai pasok yang perlu diintegrasikan
(Anatan dan Elitan, 2008: 72

5
Manajemen rantai pasok mewakili manajemen keseluruhan proses
produksi secara keseluruhan dari kegiatan pengolahan, distribusi, pemasaran,
hingga produk yang diinginkan sampai ke tangan konsumen. Manajemen rantai
pasok merupakan serangkaian pendekatan yang diterapkan untuk
mengintegrasikan pemasok, pengusaha, gudang, dan tempat penyimpanan
lainnya secara efisien. Produk yang dihasilkan dapat didistribusikan dengan
kuantitas, tempat, dan waktu yang tepat untuk memperkecil biaya, serta
memuaskan pelanggan.
Ada beberapa pemain utama yang memiliki kepentingan dalam
manajemen rantai pasok, yaitu pemasok, pengolah, pendistribusi, pengecer, dan
pelanggan. Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2000) dalam Marimin (2010:
27) Hubungan organisasi dalam rantai pasok adalah sebagai berikut:
1. Rantai 1 adalah Pemasok, merupakan sumber penyedia bahan pertama,
mata rantai penyaluran barang akan dimulai. Bahan pertama ini bisa
berbentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, bahan dagang, dan
suku cadang.
2. Rantai 1-2 adalah pemasok → pengolah, pengolah yang melakukan
pekerjaan membuat, mempabrikasi, meng-assembling, merakit, mengonversi,
ataupun menyelesaikan barang. Pada rantai pasok pertanian, pengolah adalah
pengolah komoditas produk pertanian yang memberikan nilai tambah untuk
komoditas tersebut.
3. Rantai 1-2-3 adalah pemasok → pengolah → distributor. Barang yang sudah
jadi dari pengolah disalurkan kepada pelanggan. Walaupun tersedia banyak
cara untuk menyalurkan barang kepada pelanggan. Cara yang umum
dilakukan adalah melalui distributor dan biasanya ditempuh dengan rantai
pasok.
4. Rantai 1-2-3-4 adalah pemasok → pengolah → distributor → pengecer,
pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gudang sendiri atau dapat juga
menyewa yang lain. Gudang ini digunakan untuk menimbun barang sebelum
disalurkan lagi ke pihak pengecer.
5. Rantai 1-2-3-4-5 adalah pemasok → pengolah → distributor → pengecer
→ pelanggan, pengecer menawarkan barangnya kepada pelanggan atau
pembeli. Mata rantai pasok akan terhenti ketika barang tersebut tiba pada
pemakai langsung.

6
Pemasok

Pengolah

Distributor

Pengecer

Pelanggan

Gambar 1. 1 Rantai Pasokan

4. Manajemen Risiko Pasokan (Supply Chain Risk Management)


Supply Chain Risk Management (SCRM) merupakan perpaduan antara
konsep Supply Chain Management dan Risk Management (Brindley, 2004 dalam
(Handayani, 2016)), yang mana Supply Chain Risk Management berkolaborasi
dengan partner supply chain dalam mengaplikasikan proses risk management.
Supply Chain Risk Management adalah pendekatan risiko dijalankan dalam
struktur rantai pasokan (Sinha et.al.,). Risiko rantai pasokan yang timbul di
kegiatan rantai pasokan seperti penjadwalan, teknologi, dan biaya tidak pasti. Ini
dapat dikelola secara terpisah berdasarkan risiko persepsi.
Sherlywati, 2016 mengklasifikasikan risiko dalam rantai pasok menjadi tiga
kategori utama dan lima sub-kategori adapun klasifikasinya adalah sebagai
berikut
1. Risiko internal perusahaan merupakan resiko yang muncul dari dalam
perusahaan. Resiko ini terdiri dari:
▪ Risiko proses : muncul dari kegiatan operasional perusahaan dan
manjerial akibat terganggungaya suatu proses.
▪ Risiko kontrol : resiko yang muncul akibat kesalahan dalam
menerapkan aturan yang ditetapkan perusahaan. Misal : besar
Order, kebijakan, safety stock, transportasi..
2. Risiko eksternal rantai pasok : risiko demand(permintaan) dan supply
(penawaran) - risiko yang muncul dari luar organisasi tetapi masih di
dalam supply chain, terjadi akibat interaksi antar mata rantai pasok,
terutama risiko yang berasal dari supplier (realibility, ketersediaan bahan

7
baku, lead time, permasalahan pengiriman, industrial action, dll) dan
risiko yang berasal dari konsumen (variabel demand, payments,
customized requirements, dll)
3. Risiko eksternal perusahaan : risiko lingkungan - risiko yang timbul
dari interaksi dengan lingkungan. Resiko lingukungan dapat disebabkan
oleh bencana alam, politik, dan lain-lain.
Risiko umumnya dipandang sebagai sesuatu yang negatif, seperti
kehilangan, bahaya, dan konsekuensi lainnya. Risiko lebih dikaitkan dengan
kerugian yang diakibatkan oleh kejadian yang mungkin terjadi dalam waktu
tertentu (Jutner et al., 2003 dalam (Handayani, 2016)). Perusahaan harus waspada
dengan risiko yang dapat membahayakan keselamatan jangka pendek jangka
panjang pada supply chain, disamping itu risiko dapat mengganggu, menunda
material, informasi dan arus kas, yang pada akhirnya dapat merusak penjualan,
meningkatkan biaya, atau keduanya (Chopra dan Sodhi, 2004 dalam (Handayani,
2016)).
Menurut Marimin risiko rantai pasok dapat didefinisikan sebagai kerugian
yang dikaji dari sisi kemungkinan terjadinya, sisi kemungkinan penyebabnya,
dan sisi akibatnya dalam sebuah perusahaan dan lingkungannya. Dalam suatu
rantai pasok, jika satu pelaku mengalami masalah dalam rantai pasok, maka akan
berpengaruh baik secara langsung atau tidak langsung kepada mitra
dalam jaringan pasokannya. Begitupun dengan risiko akibat dari permasalahan
tersebut, sehingga terjadi interaksi antar risiko yang menyebabkan kerugian
secara menyeluruh dalam jaringan pasokan. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pengendalian risiko rantai pasok agar dapat terhindar dari akibat berkelanjutan
yang terjadi pada setiap titik dalam jaringan pasokan dengan cara melakukan
analisis risiko.5
Menurut Pujawan dan Geraldin risiko rantai pasokan adalah semua risiko dari
aliran informasi, bahan, dan produk atau gangguan yang disebabkan oleh
kompleksitas hubungan perusahaan dengan pihak eksternal. Menurut (Zsidisin,
2004) Supply Chain Risk Management berkaitan dengan kegagalan pemasok
dalam memasok barang sehingga permintaan konsumen tidak terpenuhi.
Sedangkan (Peck et al., 2003 dalam (Handayani, 2016)) Supply Chain Risk
Management merupakan risiko yang terjadi pada aliran produk, informasi, bahan
baku sampai pengiriman produk akhir.
Risiko pada supply chain dapat didefinisikan sebagai suatu kejadian yang
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara permintaan dan pasokan. Sedangkan
supply chain disruptions (gangguan rantai pasok) adalah peristiwa tak terencana
yang terjadi dalam rantai pasok yang bisa mempengaruhi aliran bahan dan
komponen (Svensson, 2000 dalam (Handayani, 2016)). Gangguan rantai pasok

5
Marimin, dan Nurul Maghfiroh, Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan Dalam
Manajemen Rantai Pasok, (Bogor: IPB Press, 2010), 196

8
dapat mengakibatkan berbagai masalah seperti panjangnya lead time, stock out,
ketidak mampuan untuk memenuhi permintaan pelanggan, dan kenaikan biaya .
Adapun menurut Trkman dan McCormack (2009), manajemen risiko rantai
pasok bertujuan untuk mengembangkan pendekatan untuk mengidentifikasi,
menilai, menganalisis, dan menangani area-area yang rentan dan berisiko dalam
supply chain.6

D. Metode Pendampingan
1. Metode Participatory Action Research (PAR) adalah metode riset yang dilakukan
secara partisipatif kepada masyarakat atau warga untuk mendorong aksi-aksi
perubahan menuju yang lebih baik.
2. Metode Observasi. Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan
melalui pengamatan disertai dengan pencatatan terhadap objek yang diamati.
pengamatan terhadap objek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa.
Observasi dilakukan langsung ke lapangan untuk mengetahui potensi UMKM
Umami Food yang ada di Jepara dan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi.
3. Wawancara. Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan
mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara kepada responden.
Wawancara dilakukan kepada pemilik usaha dan karyawan usaha mikro kecil
menengah Umami Food.
4. Sosialisasi. Sosialisasi merupakan suatu metode yang dilakukan melalui proses
interaksi kepada masyarakat untuk menyampaikan suatu ide atau gagasan yang
diharapkan dapat dipelajari dan diterapkan oleh masyarakat. Sosialisai pada
pedapingan ini dilakukan kepada pemilik dan karyawan Umami food.

E. Sistematika Pembahasan
Sitematika pembahasan terdiri dari lima bab, yaitu masing-masing bab terbagi
menjadi beberapa sub bab dengan rincian sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan. Menguraikan tentang latar belakang pendampingan, tujuan dan


manfaat pendampingan, kajian pustaka dan teori, metode pendampingan kepada
UMKM dan sistematika pembahasan.

Bab II Gambaran Lokasi Sasaran Pendampingan Dan Identifikasi. Bab ini


menguraikan tentang fokus pendampingan, lokasi sasaran pendampingan, problem
atau masalah yang dihadapi dan perumusan masalah.

Bab III Proses pendampingan kepada UMKM. Bab ini menguraikan tentang bidang
pendamping, partisipasi dan pelibatan para pihak, tahapan kegiatan pendampingan

6
Rizqiah, Manajemen Risiko Supply Chain dengan Mempertimbangkan Kepentingan
Stakeholder Pada Industri Gula, (Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember, 2017), 17

9
kepada UMKM, faktor pendukung dan penghambat, solusi, dan kelibihan dan
kekurangan.

Bab IV Hasil Pendampingan dan Pembahasan. Menguraikan tentang Hasil


pendampingan dan pembahasan.

Bab V Penutup. Berisi Kesimpulan, Saran dan Rekomendasi, dan Rencana tindak
lanjut.

10
BAB II
GAMBARAN LOKASI SASARAN PENDAMPINGAN
DAN IDENTIFIKASI MASALAH

A. Fokus Pendampingan
Fokus pendampingan dilakukan pada UMKM yang bernama Umami
Food. Umami Food merupakan usaha makanan yang bergerak dibidang frozen
food. Usaha ini didirikan oleh Ibu Siti Ristianingsih bersama suaminya Pak
Fuad pada tahun 2021 tepatnya dibulan ramadhan. Nama Umami sendiri
berasal dari anaknya yang bernama Umam kemudian dikaitkan dengan
Umami yang artinya enak dan cocok digunakan sebagai merk usahanya.
Usaha ini dimulai dari usaha kecil-kecilan yang dulunya beliau menjual cireng
dengan berbagai macam rasa di tempat yang ramai dikunjungi para pecinta
jajan dan area pabrik, selain itu beliau juga melakukan penjualan rujak cireng
secara online bersama dengan adiknya. Setelah dilihat ternyata mendapatkan
respon atau review baik dari banyak pelanggan. Akan tetapi usaha tersebut
membutuhkan banyak waktu yang membuat beliau harus meninggalkan ketiga
anaknya yang masih kecil-kecil dirumah. Untuk itu beliau berpikir untuk
membuat usaha yang bisa dikerjakan dirumah agar tetap bisa mengurus
anaknya.
Melihat banyaknya agen frozen food di sekitar membuat Bu Siti tertarik
untuk menjadikan produknya sebagai produk frozen food. Oleh karena itu
beliau mencoba memasarkan produknya ke beberapa Agen frozen food
disekitar. Seiring berkembangnya waktu usaha tersebut memiliki respon yang
positif dari para distributor/agen maupun pelanggan, hingga akhirnya beliau
terus memperluas area pemasaran ke berbagai distributor frozen di luar kota.
Adapun produk yang diproduksi oleh umami saat ini terdiri dari 3 produk yaitu
Cireng sebagai produk utama, kemudian Stik Sempolan, dan Rujak Cireng.
Pada pendampingan ini berfokus pada resiko pasokan, dan Strategi
pengembangan usaha melalui diversifikasi produk pada UMKM Umami
Food.

B. Lokasi Sasaran Pendampingan


Lokasi pendampingan UMKM Umami Food berada di desa Robayan RT:
14, Rw: Kecamatan kalinyamatan, Kabupaten Jepara. Selain itu usaha tersebut
masih dalam bentuk rumahan dan belum lama berdiri sehingga diperlukan
strategi-strategi khusus untuk pengembangan usahanya.

C. Problem atau Masalah yang dihadapi


Masalah yang dihadapi pada UMKM Umami food yaitu bahan baku
mengalami kelangkaan atau kehabisan stok bahan baku (tepung) dari suplier
biasanya. kemudian label produk dari jasa percetakan kadang mengalami

11
keterlambatan sehingga pemilik terpaksa harus pergi ke tempat print sekitar
yang harganya lebih mahal selain itu kualitas kertasnya tidak sebagus dari
percetakan yang sudah bekerjasama sebelumnya. Terhambatnya bahan baku
dan label produk membuat proses pengolahan dan pengiriman mengalami
keterlambatan sehingga kurang bisa memenihi pesanan pelanggan.agen,
maupun distributor di berbagai daerah. Jika dari proses produksi karyawan
sering mengalami kecelakaan kerja dibagian tangannya karena terlalu sering
menguleni adonan yang baru mateng atau masih panas. Selain itu terdapat
permintaan produk lain dari umami food akan tetapi dari umami food masih
sedikit belum banyak variasi .
D. Perumusan Masalah
1. Bagaimana implementasi strategi diversifikasi produk apa yang harus
dilakukan Umami Food dalam mengembangkan usahanya?
2. Bagaimana implementasi manjemen rantai pasokan apa yang harus
dilakukan Umami Food dalam mengembangkan usahanya?

12
BAB III
PROSES PENDAMPINGAN KEPADA UMKM

A. Bidang Pendampingan
Pada kegiatan pengabdian kepada UMKM ini penulis mengambil
bidang yang berkaitan dengan masalah yang dialami oleh usaha tersebut.
Bidang tersebut meliputi risiko rantai pasokan yang mana ini berkaitan
sekali dengan proses produksi secara keseluruhan dari kegiatan
pengolahan, distribusi, pemasaran, hingga produk yang diinginkan sampai
ke tangan konsumen. Kemudian penggunaan strategi diversifikasi untuk
mempertahankan dan mengembangkan bisnis yang dikelola.

B. Partisipasi dan Pelibatan Para Pihak


Partisipasi dan pelibatan para pihak ini merupakan keterlibatan
aktif masyarakat atau orang-orang sekitar yang memiliki kemauan secara
suka rela untuk ikut serta pada proses pedampingan yang dilakukan oleh
penulis. Dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian ini ada beberapa pihak
yang terlibat diantaranya ialah
1. Pihak Pertama yaitu pemilik usaha Umami Food yaitu Ibu Siti
Ristianingsih sebagai partisipasi utama dalam menjalankan proses
pedampingan. Dimana keterlibatannya sangat membantu penulis dalam
menggali informasi tentang usaha yang dimilikinya.
2. Pihak Kedua yaitu Karyawan Umami Food yang pada saat peneliti
melakukan kunjungan lokasi usaha Umami Food terdiri dari 4 orang
karena sebagian ada yang tidak berangkat. Keterlibatan karyawan ini
membantu penulis untuk menggali informasi keluhan-keluhan yang
dialami oleh laryawan ketika bekerja sehingga nantinya penulis dapat
membantu memberikan solusi terkait dengan keluahan yang dialami
oleh karyawan.

C. Tahapan Kegiatan Pendampingan Kepada UMKM


Pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat ini meliputi 4 tahap
yaitu:

13
Identifikasi
Tahap Persiapan Sosialisasi
Masalah

Pendampingan
Evaluasi
dan Pelatihan

Gambar 3. 1

1. Tahap Persiapan
Pada tahap imi merupakan tahap awal yang dilakukan dengan cara mencari
sumber literature dan melakukan survei lokasi
2. Identifikasi Masalah
Pada tahap ini merupakan dilakukan identifikasi masalah melalui wawancara
langsung, dan observasi pada UMKM Umami Food.
3. Sosialisasi
Proses ini meliputi beberapa materi kepada pemilik dan seluruh karyawan yang
ada di UMKM Umami food. Adapun materi yang diberikan tersebut antara
lain:
a. Pemberian materi tentang risiko pada usaha
b. Pemberian materi tentang bagaimana cara mengelola risiko rantai pasokan,
c. Memberikan materi tentang strategi diversifikasi dalam mengembangkan
usaha.
4. Pendampingan dan Pelatihan
Setelah mendapatakan materi selanjutnya dilakukan proses pendampingan
pada Umami Food yaitu dengan menerapkan pelatihan bagaimana cara
meminimalisir risiko pasokan yang ada pada usahanya, dan menerapkan
strategi-strategi untuk mengembangkan usahanya melalui diversifikasi. Pada
pedampingan diikuti oleh pemilik dan seluruh karyawan yang ada.
5. Evaluasi
Evaluasai merupakan proses akhir dari sebuah program kegiatan,dalam rangka
upaya mengevaluasi seluruh rangkaian kegitan evaluasi dilakukan oleh semua
pihak secara tersistem, dan cermat, agar semua kendalan dan hambatan dapat
teratasi dengan baik.

14
D. Faktor Pendukung dan Penghambat
Kegiatan Pedampingan pada UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) ini
memiliki faktor pendukung dan penghambat yang mempengaruhi proses
berlangsungnya pendampingan. Adapun Faktor Pendukung dan penghambat
tersebut yaitu:
a) Faktor Pendukung
Kegiatan pendampingan kepada masyarakat memiliki faktor
pendukung:
- Adanya kemajuan teknologi seperti sosial media membuat penulis
mudah untuk melakukan komunikasi dengan pemilik usaha
- Pemilik usaha memiliki karakter yang terbuka sehingga penulis
mudah untuk menggali informasi
- Pemilik usaha sangat ramah sehingga mudah untuk menjalin relasi
yang baik
- Selain itu semua karyawan pada usaha Umami Food mudah diajak
komunikasi dengan baik.
b) Faktor Penghambat
Kegiatan Pendampingan pada Umami Food memiliki faktor
penghambat yaitu
- Adanya keterbatasan waktu dengan pemilik usaha karena harus
mengurus dan mengirimkan pesanan produk yang masih
terpending kepada pelanggan.
- Keterbatasan waktu untuk melakukan komunikasi lebih intens
dengan karyawan karena mereka harus menyelesaikan
pekerjaannya.
- Adanya gangguan dari anak anak sekitar termasuk anak pemiliki
usaha ketika melakukan wawancara dan sosialisasi

E. Solusi
Setiap menjalankan usaha pasti terdapat masalah yang terjadi,
untuk itu UMKM harus dapat memberikan atau memcahkan masalah yang
dihadapinya agar secara keseluruhan proses produksi hingga sampai ke
tangan pelanggan dapat berjalan lancar. Berkaitan dengan permasalahan
yang dialami UMKM Umami Food, maka terdapat solusi yang ditawarkan
- Dengan meningkatkan pengetahuan tentang risiko pada usahanya
salah satunya risiko pada rantai pasokan melalui pendampingan ini
diharapkan perusahaan juga dapat menegetahui tentang cara untuk
meminimalisir terjadinya risiko yang memperngaruhi kegiatan
rantai pasokannya.
- Meningkatkan pengetahuan UMKM untuk mengembangkan
usahanya melalui strategi diversifikasi produk dengan membuat

15
inovasi-inovasi pada produknya sehingga dapat mempertahankan
usaha yang dijalaninya.

F. Kelebihan dan Kekurangan


Kelebihan pada UMKM Umami Food diantaranya yaitu
Mengutamakan kualitas produk, Harganya terjangkau, Pelayanan
ramah, Menggunakan bahan baku yang berkualitas, Dibuat tanpa
bahan pengawet, produk halal, dan Ramah lingkungan. Sedangkan
kekeurangannya yaitu Terbatasnya modal usaha, Varian produk masih
sedikit, Suplier bahan baku masih terbatas, Segmentasi pasar belum
meluas, Terbatasnya keahlian SDM profesional, Belum ada legalitas
usaha, dan Proses pembuatan masih manual

Kelebihan Kekurangan

• Mengutamakan kualitas • Terbatasnya modal usaha


produk • Varian produk masih
• Harga terjangkau sedikit
• Pelayanan ramah • Suplier bahan baku masih
• Menggunakan bahan terbatas
baku yang berkualitas • Segmentasi pasar belum
• Dibuat tanpa bahan meluas
pengawet • Terbatasnya keahlian SDM
• Ramah lingkungan profesional
• Proses pembuatan masih
manual

16
BAB IV
HASIL PENDAMPINGAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pendampingan
1. Implementasi strategi diversifikasi produk apa yang harus dilakukan Umami Food
dalam mengembangkan usahanya
Umami Food merupakan usaha yang dikelola oleh Ibu Ristianingsih yang
berdiri pada tahun 2021. Usaha ini merupakan usaha dibidang frozen food dengan
produk utama Cireng, dan untuk produk yang lainnya ada Rujak cireng, dan Stik
Sempolan. Akan tetapi produksi lebih sering Cireng daripada produk lainnya.
Berdasarkan observasi penulis, usaha ini masih bersifat rumahan dan belum memiliki
tempat khusus untuk produksi. Lokasinya sendiri menurut penulis belum bisa
dikatakan strategis karena areanya berada di dalam pemukiman. Tapi hal tersebut
tidak berpengaruh pada usahanya, karena lokasi tersebut hanya sebagai tempat
produksi saja bukan untuk pemasaran karena biasanya setelah produk jadi barang
langsung disetorkan ke beberapa agen atau distributor. Usaha ini memiliki jumlah
karyawan 4 orang akan tetapi jika terdapat banyak pesenan pemilik usaha ikut terjun
langsung membantu bagian produksi. Mengingat jumlah modal yang digunakan
masih terbatas jadi pemilik usaha belum berani untuk merekrut banyak karyawan.

bu Siti
Ristianingsih
(pemilik)

Fari
Rani Viana Wiwik
(Produksi &
(Produksi) (Produksi) (Produksi)
Keuangan)

Gambar 4. 1 Struktur Organisasi

Tahapan Produksi
Ada beberapa tahapan yang dilakukan dalam pembuatan produk frozen
food pada Umami Food yaitu :
1. Membuat adonan
Dalam pembuatan adonan ini masih dilakukan oleh pemilik usaha sendiri
karena karyawan belum menguasai proses pembuatan adonannya.

17
2. Menuangkan adonan
Setelah adonan dibuat, tahap selanjutnya menuangkan adonan dan
menguleni adonan ditempat yang telah disediakan.
3. Membentuk Adonan
Setelah adonan diuleni, adonan dibagi menjadi beberapa bagian kemudain
diuleni lagi oleh masing-masing karyawan untuk menuju tahap
pemebentukan.
4. Tahap Pembentukan
Pada tahap ini karyawan membentuk udonan tadi menjadi bulat-bulat
seperti bakso setelah itu dipenyet untuk memperoleh bentuk kurang lebih
seperti lingkaran.
5. Menaburkan tepung
Pada tahap ini tepung ditaburkan pada produk sebelum dikemas, hal ini
dilakukan agar produk tidak lengket dan mampu mempertahankan produk
menjadi lebih lama dan tidak cepat lembek.
6. Packing dan labeling
Langkah terkahir yaitu memasukan produk kedalam wadah plastik serta
memberikan label atau cap. Setelah itu dipress menggunakan alat press
dan membuang udaranya agar produk dapat tertata rapi tidak koyak.

2. Implementasi manjemen rantai pasokan apa yang harus dilakukan Umami Food
dalam mengembangkan usahanya
Hasil wawancara yang dilakukan penulis baik kepada pemilik maupun
karyawan Umami food produk umami sudah cukup baik, akan tetapi belum bisa
meminimalisir risiko-risiko yang terjadi terutama pada kegiatan produksinya. Risiko
yang dimaksud yaitu berkaitan dengan risiko rantai pasokan. Kehabisan stok bahan
baku membuat proses produksi mengalami keterlambatan dan bukan hanya itu
pengiriman barang kepelanggan pun ikut tertunda. Hal ini dikarenakan terbatanya
modal yang digunakan, suplier bahan baku berjumlah sedikit sehingga cadangannya
sedikit, atau bahan baku mengalami kelangkaan.
Kemudian mengenai produk pada Umami Food ini tergolong masih sedikit,
sedangkan jika dilihat dari peluang pertumbuhan bisnis frozen food saat ini lumayan
besar, apalagi Umami Food sendiri sudah bisa melakukan pemasaran produk dengan
baik sehingga jika dilakukan inovasi produk baru dengan memanfaatkan pasar yang
sudah ada tentu akan menjadikan produk Umami food lebih banyak dikenal dengan
varian lengkap. Dan permintaan pelanggan pun akan semakin bervariasi produknya.

B. Pembahasan
1. Analisis strategi diversifikasi produk apa yang harus dilakukan Umami Food dalam
mengembangkan usahanya
Produk Umami termasuk masih dalam kategori sedikit oleh karena itu
diperlukan stragi untuk mengembangkan produk melalui diversifikasi. Diversifikasi

18
produk merupakan upaya yang dilakukan oleh untuk mengembangkan produknya
dengan menambah produ-produk baru kemudian memanfaatkan kemampuan inti
perusahaan dalam rangka mengejar pertumbuhan, peningkatan penjualan,
profitabilitas, dan fleksibilitas. Program diversifikasi pada umumnya dirancang untuk
mendirikan perusahaan baru dipasar baru guna mencapai sasaran sasaran seperti
peluang pertumbuhan baru atau stabilitas penjualan. Penciptan sebuah produk
diupayakan agar sebuah perusahaan tetap dapat bertahan ditengah-tengah persaingan
yang semakin kompleks. Meskipun masih terdapat produk-produk lama akan tetapi
keadaan tersebut terkadang menyulitkan perusahaan untuk bangkit. Dimana anggapan
konsumen terhadap produk terdahlu adalah produk yang tidak mengikuti
perkembangan zaman sehingga lama kelamaan produk akan ditinggalkan. Dalam hal
ini Umami Food bisa mengembangkan usahanya dengan membuat inovasi dengan
menambah varian baru misalnya cireng isi ayam, cireng pedas, cinungget dan lain-
lain.

2. Implementasi manjemen rantai pasokan apa yang harus dilakukan Umami Food
dalam mengembangkan usahanya
UMKM Umami Food merupakan usaha dibidang frozen food yang dikelola
oleh Bu Siti Ristianingsih mulai tahun 2021. Awal mula usaha ini dikarenakan
pemilik melihat adanya banyaknya agen frozen food di daerah sekitar, oleh karena itu
beliau mencoba mengubah usaha yang sebelumnya jualan cireng di berbagai stand
area pabrik menjadi bisnis rumahan frozen food. Hal ini dilakukan sekaligus agar
beliau bisa mengurus ketiga anaknya yang masih kecil-kecil. Penawaran produk
frozen food dilakukan di berbagai agen sampai luar kota. Penolakan produk dari agen
dulunya tak jarang terjadi, namun beliau tetap berusaha untuk tetap memperbaiki dari
keseluruhan produk mulai dari pengemasan,isi produk, dan lainnya. Dan akhirnya
produk bisa diterima baik oleh agen maupun distributor. Sampai saat ini ada beberapa
agen atau distributor besar yang bekerjasama dengan Umami Food. Banyaknya
permintaan dari pelanggan membuat Umami Food merekrut beberapa karyawan yang
saat ini diketahui ada 4 orang karyawan yang membantu dalam bagian produksi.
Produk yang diolah Umami Food ada tiga yaitu Umami Cireng, Umami, Stik
Sempolan, dan Rujak cireng.
Berkaitan dengan bidang yang difokuskan pedampingan penulis ada beberapa
kendala yang dialami oleh Umami Food yaitu kurangnya kesadaran akan risiko
sehingga tidak bisa meminimalisir dari risiko yang terjadi. Pada risiko rantai pasokan
UMKM Umami Food mengalami kehabisan stok bahan baku karena terjadi
kelangkaan ini termasuk risiko eksternal, karena permasalahan muncul daripada
suplier, dalam hal ini Umkm ini perlu memperluas mitra usaha atau suplier bahan
baku dari berbagai daerah. Namun jika kehabisan stok bahan baku terjadi dikarenakan
terbatasnya modal ini disebut sebagai risiko internal maka Umami food dapat
melakukan pinjaman sementara atau menjual aset yang sekiranya kurang diperlukan.
Hal ini perlu dilakukan agar produksi pada perusahaan dapat berjalan dengan lancar.

19
Karena dalam manajemen rantai pasokan menekankan pada bagaimana perusahaan
memenuhi permintaan konsumen. Tujuan utama dalam manajemen rantai pasokan ini
adalah untuk memperkuat hubungan baik antara pengolah dengan pemasok dan
saluran distribusinya. jika satu pelaku mengalami masalah dalam rantai pasok,
maka akan berpengaruh baik secara langsung atau tidak langsung kepada mitra dalam
jaringan pasokannya. Begitupun dengan risiko akibat dari permasalahan
tersebut, sehingga terjadi interaksi antar risiko yang menyebabkan kerugian secara
menyeluruh dalam jaringan pasokan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengendalian
risiko rantai pasok agar dapat terhindar dari akibat berkelanjutan yang terjadi pada
setiap titik dalam jaringan pasokan.

20
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
1. Strategi diversifikasi dilakukan untuk mengembangkan produk Umami
Food dengan menambah produk-produk baru kemudian memanfaatkan
kemampuan inti perusahaan dalam rangka mengejar pertumbuhan,
peningkatan penjualan, profitabilitas, dan fleksibilitas
2. Pada risiko rantai pasokan UMKM Umami Food mengalami kehabisan
stok bahan baku. Terhambatnya bahan baku membuat proses pengolahan
dan pengiriman mengalami keterlambatan sehingga kurang bisa memenihi
pesanan pelanggan.agen, maupun distributor di berbagai daerah. Tujuan
utama dalam manajemen rantai pasokan ini adalah untuk memperkuat
hubungan baik antara pengolah dengan pemasok dan saluran
distribusinya. jika satu pelaku mengalami masalah dalam rantai pasok,
maka akan berpengaruh baik secara langsung atau tidak langsung kepada
mitra dalam jaringan pasokannya.

B. Saran
Berdasarkan penelitian ini maka penulis dapat memberikan saran
sebagai berikut :
1. UMKM Umami food disarankan untuk terus mengembangkan produknya
melalui strategi diversifikasi dengan melakukan inovasi produk baru. Agar
produk yang dikenal pada Umami Food lebih variatif dan dapat mengikuti
trend perkembangan pasar.
2. Memperluas suplier pemasok bahan baku diutamakan dari tangan pertama,
sehingga harganya akan lebih murah dan ketika bahan baku sedang sulit
bisa dilakukan cadangan dibeberapa suplier lain untuk melakukan
pembelian bahan baku

C. Rencana Tindak Lanjut


Setelah melakukan kegiatan pada UMKM Umami Food, mengingat
masih banyak kekeurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki, penulis
memiliki rencana tindak lanjut untuk membantu UMKIM Umami Food dalam
mengelola risiko yang dialaminya. Untuk itu penulis akan segera
mengkoordinasikan dengan pemilik usaha untuk segera diterapkan bagaimana
mengelola risiko rantai pasokan dan kendala lain yang dialaminya. Selain itu
berencana akan membantu Umami Food dalam mengembangkan usahanya
melalui strategi-strategi yang telah dipelajari oleh penulis. Tentu hal ini bukan
hanya melibatkan pemilik akan tetapi seluruh karyawan pada Umami Food
harus ikut serta dalam rencana tindak lanjut yang akan diterapkan. Agar semua

21
bisa berjalan dengan lancar dan maksimal demi perkembangan usaha Umami
Food.

22
DAFTAR PUSTAKA

Anggrahini, D., Karningsih, P. D., & Sulistiyono, M. (2015). Managing quality risk in a
frozen shrimp supply chain: a case study. Procedia Manufacturing 4, 252-260.
Aryncha, Gilang Riski, and Nina Aini Mahbubah. "Analisis Pengelolaan Risiko Rantai
Pasokan Produksi Palet Kayu Berbasis Pendekatan HOR." (2021).
Bulan, Tengku Putri Lindung. Pengaruh Diversifikasi Produk Dan Harga Terhadap
Kepuasan Konsumen Pada Juragan Jasmine. Langsa: 2020
Elvandra, A. R., Maarif, M. S., & Sukardi. (2018). Management of Supply Chain Risk in
Cattle Slice Fattening at PT. Catur Mitra Taruma. Indonesian Journal of Business
and Entrepreneurship, Vol. 4 No. 1, 88-98.
Guiltinan, Joseph P. Dan Gordon W. Paul, Manajemen Pemasaran Strategi Dan
Program.Diterjemahkan Oleh agus Maulana, Dengan Judul Asli Marketing
Management Strategies And Programs. Jakarta: Erlangga. 1994.
Handayani, D. I. (2016). Potensi Risiko Pada Supply Chain Risk Management. Spektrum
Industri, Vol. 14, 1-108.
Quang, H.T., Sampaio, P., Carvalho, M.S., Fernandes, A.C., Binh AN, D.T. and
Vilhenac, E. (2016), “An extensive structural model of supply chain quality
management and firm performance”, International Journal of Quality &
Reliability Management, Vol. 33 No. 4, pp. 444-464.
Hendricks, K. and Singhal, V.R. (2005a), “The effect of supply chain disruptions on long-
term shareholder value, profitability, and share price volatility”, Production and
Operations Management, Vol. 14 No. 1, pp. 35-52.
Indrajit, Richardus E., Djokopranoto, Richardus. Konsep Manajemen Supply Chain:
Cara Baru Memandang Rantai Penyediaan B
Kaplan, R.S. and Norton, D.P. (1995), “Putting the balanced scorecard”, Performance
measurement, management, and appraisal sourcebook, p. 66.
Tjiptono, Fandy. Strategi Pemasaran, Edisi Ke-3. Yogjakarta: ANDI. 1997
Rafidah, Agustina Mutia, Indriani Ratih. Pengaruh Bauran Pemasaran dan Diversifikasi
Produk terhadap Volume Penjualan Buah Nanas di Desa Tangkit Baru Muaro
Jambi. Innovatio, Vol. XVII, No. 1, Januari-Juni 2017,
Guo, Y. (2011), “Research on knowledge-oriented supply chain risk management system
model”, Journal of Management and Strategy, Vol. 2, p. 72.
Mangkunegara. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2000.
Marimin, dan Maghfiroh, Nurul. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan Dalam
Manajemen Rantai Pasok. Bogor: IPB Press. 2010

23
Pernanda, Inggit Riszia, Akhmad Riyadi Wastra, and Akhmad Mahbubi. "Strategi
pengelolaan risiko rantai pasok komoditas kentang di Kabupaten
Bandung." AGRIBUSINESS JOURNAL 12.2 (2018): 96-102.
Pujawan, I., N. Suplly Chain Management. Institut Teknologi Sepuluh Nopember:
Surabaya. 2005.
Rizqiah, E. Manajemen Risiko Supply Chain dengan Mempertimbangkan Kepentingan
Stakeholder Pada Industri Gula. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh
Nopember. 2017
Sherlywati. 2016. Pengelolaan Risiko Rantai Pasok Sebagai Keunggulan
Bersaing Perusahaan. Maranata Economics & Bussiness Conference 2016.
Universitas Kristen Maranata.
Trkman, P., McCormack, K. 2009. “Supply chain risk in turbulence environments-
A conceptual model for managing supply chain network risk”,
International Journal of Production Economics, Vol. 119, No. 2, hal. 247-258.
Ulfah, Maria, Mohamad Syamsul Maarif, and Sapta Raharja Sukardi. "Analisis dan
perbaikan manajemen risiko rantai pasok gula rafinasi dengan Pendekatan house
of risk." Jurnal Teknologi Industri Pertanian 26.1 (2016).
Wu, T. and Blackhurst, J.V. (Eds), (2009), Managing Supply Chain Risk and
Vulnerability: Tools and Methods for Supply Chain Decision Makers, Springer
Science & Business Media, Springer, London, pp. 1-5.
Zsidisin, G.A., Ellram, L.M., Carter, J.R. and Cavinato, J.L. (2004), “An analysis of
supply risk assessment techniques”, International Journal of Physical
Distribution & Logistics Management, Vol. 34 No. 5, pp. 397-413.

24
LAMPIRAN

Dokumentasi Keadaan UMKM

Dokumentasi Proses Produksi

Dokumentasi Produk UMKM

Dokumentasi Wawancara, Sosialisasi

25

Anda mungkin juga menyukai