SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA *
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Desain Model
Penanganan Risiko Kontaminasi pada Industri Susu Pasteurisasi (Studi Kasus di
PT. XYZ) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2018
*
Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerjasama dengan pihak luar IPB harus
didasarkan pada perjanjian dan kerjasama terkait
RINGKASAN
The threat of contamination on food can occur due to intentional act in the
form of food fraud and food defense risks. Food fraud risks include the addition of
an adulterant aimed at obtaining economic benefits. Food defense risks are made
with deliberate contamination to pose a public health hazard or damage the
reputation of the food industry. Treatment of contamination risk in Indonesia is
generally applied only to food safety risks due to unintentional act. Treatment of
contamination risk due to intentional act has not commonly applied. One of the
method that can be use is Threat Assessment Critical Control Point (TACCP).
TACCP has not been widely used food industry in Indonesia. Milk is product that
has experienced intentional contamination. The incident of intentional
contamination on dairy products requires a model of accidental contamination risk
management that can be applied.
This study aims to develop a model of risk treatment of intentional
contamination related to food fraud and food defense risk in pasteurized milk
industry through case study at PT. XYZ. The TACCP stage consists of
identification of the flow of pasteurized milk products, threat assessment,
vulnerability assessment, risk assessment, and the determination of control
measures. The analysis is done descriptively to categorize the prevention
measures that have been applied by PT. XYZ into preventive, detecting, and
deterrence actions. Model of risk treatment will be developed based on TACCP
results and categories of preventive measures, and influence from supply chain
structure and management.
The results show that the threat of intentional contamination related to food
fraud risks in suppliers consists of milk adulteration and milk theft. Threats are
potentially made by suppliers, either farmer, milk cooperation, or companies, as
well as milk truck drivers. Threats related to food defense risks have a greater
potential to be made by employees during the production process at IPS,
compared to external parties and internal parties in distributors and customers.
Vulnerabilities in pasteurized milk production stage is generally related to
equipment that has access to products such as tanks that have manhole or access
such as milk sampling, fresh milk storage, thermized fresh milk storage, dumping,
mixing and preheating, and storage of WIP milk.
The result of risk assessment stated that the threat of milk adulteration
categorized as low risk and the threat of milk theft categorized as negligible risk.
The result of risk assessment stated that the threat to IPS is categorized as
moderate risk and low risk. The intentional contamination threat on distributors
and customers is considered to be low risk.
The model of risk treatment of contamination in the pasteurized milk
industry is carried out by the application of preventive measures in the form of
preventive, detecting, and blocking actions, as well as the influence of supply
chain structures and management. Preventive actions that can be applied based on
case studies can be grouped into education to suppliers, implementation of
standards relating to the prevention of food fraud and food defense risks,
increasing management and employee awareness, implementation of standards
related to quality assurance and food safety, traceability and product withdrawal ,
inspection by SPG, and chiller examination periodically. Detecting actions can be
grouped into tests on raw milk and testing on pasteurized milk production
processes. Deterrence can be grouped into the application of security procedures
and facilities, the use of monitoring technologies (such as CCTV cameras, GPS,
data loggers), locking and capping of areas or equipment that have access to
products, and the use of product packaging that keeps products safe . The role of
supply chain structure and management is grouped into the selection of suppliers,
distributors and customers committed to product quality and safety, milk
acceptance requirements, milk pricing mechanisms, encouraging the
implementation of preventive measures against intentional contamination of food
defense risks to distributors and customers. The implementation of measures to
the model may reduce the risk of intentional contamination of the pasteurized
milk supply chain to be low risk.
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
DESAIN MODEL PENANGANAN RISIKO KONTAMINASI
PADA INDUSTRI SUSU PASTEURISASI
(STUDI KASUS di PT. XYZ)
F351150201
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Teknologi Industri Pertanian
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr.Ir. Sapta Raharja, DEA
PRAKATA
Puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT, Tuhan alam semesta, pemilik
segala ilmu dan kekuasaan, yang atas kehendak dan izin-Nya penulis dapat
menyelesaikan pendidikan S2 di Program Studi Teknologi Industri Pertanian IPB
Bogor. Pada kesempatan ini, penulis menghaturkan terima kasih yang tak
terhingga khususnya kepada:
1. Dr. Ir. Hartrisari Hardjomidjojo, DEA dan Dr. Elisa Anggraeni, S.TP, M.Sc
selaku komisi pembimbing yang senantiasa memberikan bimbingan,arahan,
masukan dengan sabar dan penuh perhatian selama melaksanakanpenelitian
dan penulisan tesis ini.
2. Dr. Ir. Sapta Raharja, DEA dan Dr. Eng. Taufik Djatna, S.TP, M.Si selaku
penguji dan moderator yang memberikan arahan dan masukan dalam
penulisan tesis ini.
3. Keluarga besar Hari Soekoyo dan Nana Suryana, istriku tercinta Nuni
Novitasari serta ananda Lira Nesya Kamila yang senantiasa memberi
semangat dan mendoakan agar tugas belajar ini dapat selesai.
4. Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) yang telah memberikan
beasiswa.
5. Badan Standardisasi Nasional yang memberi kesempatan penulis untuk
menempuh pendidikan lanjut.
6. Pimpinan di PT XYZ dan koperasi pengolahan susu, yang telah bersedia
memfasilitasi penelitian dan membantu menyelesaikan Tesis.
7. Rekan-rekan S2/S3 di Program Studi Teknologi Industri Pertanian IPB
Bogor, khususnya angkatan 2015 yang menyertai penulis dalam menjalani
pendidikan dan saling mendukung dan berbagi dalam proses penyelesaian
studi.
8. Semua pihak yang memberikan kontribusi dalam penyusunan karya tulis ini
yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ini masih memiliki banyak
kekurangan dan dengan lapang dada penulis akan menerima segala bentuk
masukan, saran dan kritik dari semua pihak.
DAFTAR GAMBAR
1 Proses TACCP 4
2 Konfigurasi rantai pasok susu 7
3 Tahapan penelitian 9
4 Contoh saluran tata niaga susu 14
5 Aliran produk susu pasteurisasi PT. XYZ 15
6. Tahapan pada koperasi pengumpul susu 15
7 Tahapan proses pengolahan susu di peternak dan koperasi 16
8 Proses produksi susu pasteurisasi di PT. XYZ 17
9 Tahapan distribusi produk susu pasteurisasi 18
10 Tahapan produk susu pasteurisasi pada pelanggan 19
11 Penilaian kerentanan di PT. XYZ 25
12 Model penanganan risiko kontaminasi disengaja 35
DAFTAR LAMPIRAN
1 Panduan wawancara 48
2. Dokumentasi Penelitian 53
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
yang menjadi bahan baku susu formula di Tiongkok pada tahun 2008. Identifikasi
lanjutan menemukan bahwa melamin terdapat pada susu cair, yoghurt, frozen
desert, susu bubuk, produk sereal, kembang gula, biskut dan cake, bubuk protein,
dan pangan olahan lainnya (Gossner et al. 2009).
Risiko terjadinya ancaman kontaminasi disengaja pada industri pengolahan
susu (IPS) mendorong diperlukannya model penanganan risiko kontaminasi
disengaja. Model penanganan risiko kontaminasi disengaja akan disusun
berdasarkan TACCP yang meliputi penilaian ancaman, kerentanan, risiko, dan
penerapan tindakan pencegahan. Menurut Spink et al. (2016), pencegahan risiko
food fraud dan food defense dapat dilakukan melalui tindakan preventif
(prevention), deteksi (detection), dan menghalangi (deterrence).
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat : (1) menjadi pedoman bagi industri susu
pasteurisasi di Indonesia dalam melakukan penanganan risiko untuk mencegah
kontaminasi yang disengaja terkait food fraud dan food defense, (2) mendukung
penerapan Program Manajemen Risiko bagi institusi pemerintah yang berwenang
dalam keamanan pangan, dan (3) menambah pengetahuan yang dapat dijadikan
sumber informasi atau pembanding dalam melakukan penelitian selanjutnya yang
relevan dibidang food fraud dan food defense.
2 TINJAUAN PUSTAKA
Membentuk Tim
TACCP Tentukan dan
Monitor Kaji ulang dan implementasikan
risiko baru revisi tindakan
pengendalian
Kumpulkan
informasi baru
Identifikasi dan
analisa ancaman Analisa prosedur
(Threat) pada Identifikasi titik
pengendalian yang
operasi kritis pada rantai
ada dapat mendeteksi
pasok
ancaman (Threat)
Susu Pasteurisasi
Menurut SNI 01-3141-1998, Susu murni adalah cairan yang berasal dari
ambing sapi sehat dan bersih, yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar,
yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan
belum mendapat perlakuan apapun (BSN 1998a). Menurut SNI 3141.1:2011, susu
segar adalah cairan yang berasal dari ambing sapi yang sehat dan bersih, yang
diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, yang kandungan alaminya tidak
dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun
kecuali pendinginan (BSN 2011). Produk turunan susu segar antara lain susu
pasteurisasi, susu UHT (Ultra High Temperature), susu bubuk, mentega. Syarat
mutu susu segar sesuai SNI 3141.1:2011 dapat dilihat pada Tabel 1.
6
Menurut CAC (2004), proses pasteurisasi umumnya terdiri dari dua, yaitu
LTLT (low temperature, long time) dan HTST (high temperature, short time).
Proses pasteurisasi LTLT dilakukan secara batch pasteurization dengan suhu
minimum 63 °C selama 30 menit. Proses pasteurisasi HTST dilakukan secara
continuous flow pasteurization dengan suhu minimum 72 °C selama 15 detik.
Disamping kedua proses pasteurisasi tersebut, terdapat proses ultrapasteurisasi.
Menurut Schmidt (2008) ultrapasteurisasi adalah pemanasan susu pada suhu yang
tinggi mencapai 138 °C selama 2 detik. Proses ultrapasteurisasi menyebabkan
susu memiliki umur simpan lebih lama (extended shelf life) hingga mencapai
25 – 45 hari dengan penyimpanan dalam suhu refrigerator.
Sistem agroindustri susu meliputi beberapa sub sistem, yaitu kegiatan usaha
peternakan sapi perah yang memproduksi susu segar, koperasi pengumpul susu
yang menerima susu segar peternak untuk dijadikan bahan baku susu dan Industri
Pengolahan Susu (IPS) yang mengolah susu menjadi produk olahan. Konfigurasi
rantai pasok susu dapat dilihat pada Gambar 2 (Septiani dan Djatna, 2015).
Konsumen
Industri Akhir
Peternakan Koperasi
Pengolahan
Sapi Perah pengumpul
Susu (IPS)
Konsumen
Industri
3 METODE
Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan studi kasus di PT. XYZ. PT.
XYZ merupakan salah satu Industri Pengolahan Susu (IPS) yang berlokasi di
Jakarta. Observasi lapang dan wawancara dilakukan pada salah satu koperasi
pengumpul susu di Bandung yang memasok ke PT. XYZ. Penelitian dilakukan
pada bulan Mei sampai dengan Juli 2017.
Tahapan Penelitian
Mulai
Penilaian Ancaman
(Threat Assesment)
Pelaku dan
ancaman
Penilaian Kerentanan
(Vulnerability Assesment)
Kerentanan di IPS
Penilaian Risiko
(Risk Assessment)
Kategori risiko
dn tipe ancaman
Kategori risiko
dan tipe ancaman
Analisis
Kategori tindakan
pencegahan
Model penanganan
risiko kontaminasi
disengaja
Implikasi
manajerial
Selesai
responden untuk mendapatkan data aktor dan aliran produk susu pasteurisasi
PT. XYZ.
Pada tahap ini dilakukan penilaian risiko terjadinya ancaman pada tiap
tahapan melalui Focus Group Discussion (FGD). Penilaian risiko dilakukan
dengan memberikan skor peluang (likelihood) dan skor dampak (impact) pada tiap
ancaman yang teridentifikasi di tahap sebelumnya. Skor peluang (likelihood) dan
dampak (impact) disusun berdasarkan skor yang tercantum dalam PAS 96:2014.
Kategori peluang (likelihood) dapat dinilai dari kemungkinan kejadian, frekuensi,
dan pengamanan yang diterapkan sesuai Tabel 4. Kategori dampak (impact) dapat
dinilai dari dampak yang ditimbulkan terhadap orang, operasional, atau reputasi
sesuai Tabel 5. Kategori risiko didapat dengan mengkombinasi skor peluang
(likelihood) dan skor dampak (impact) pada matriks risiko sesuai Tabel 6. Matriks
risiko disusun berdasarkan PAS 96:2014. Hasil dari tahapan ini adalah daftar
kategori risiko dan ancaman sesuai Tabel 7.
11
Analisis
atau toko tradisional. Beberapa tipe saluran tata niaga susu dapat dilihat pada
Gambar 4.
Sumber
Sumber : :diolah
diolah
dari dari Tawaf
Budiyono et Tawaf
(2009), al. (2009), Budiyono
et al. (2009), (2009), IFC (2011)
IFC (2011)
PT. XYZ merupakan salah satu industri pengolahan susu di Indonesia yang
berlokasi di Jakarta. Produk yang dihasilkan meliputi susu bubuk, susu cair steril,
susu kental manis, susu UHT, dan susu pasteurisasi. Susu pasteurisasi diproduksi
menggunakan teknologi ultra pasteurisasi (extended shelf life) dan memiliki masa
simpan hingga 21 hari. Varian rasa yang dihasilkan ada dua, yaitu plain dan rasa
cokelat. Bahan baku yang digunakan adalah susu segar.
PT. XYZ menerapkan dan mendapatkan sertifikasi terkait kualitas dan
keamanan produk, yaitu ISO 9001:2008 sistem manajemen mutu, ISO
22000:2005 sistem manajemen keamanan pangan, FSSC 22000 Food Safety
System Certification, dan sertifikat Halal MUI. Laboratorium dikelola melalui
penerapan ISO 17025:2005 Persyaratan umum untuk kompetensi laboratorium
pengujian dan laboratorium kalibrasi.
Aliran produk susu pasteurisasi dan proses produksi di PT. XYZ dapat
dilihat pada Gambar 5. Aktor yang terlibat dalam aliran produk susu pasteurisasi
di PT. XYZ terdiri dari pemasok, manufaktur, distributor, dan pelanggan.
Pemasok susu segar yang memasok ke PT. XYZ terdiri dari dua jenis, yaitu
Koperasi Pengumpul Susu (KUD dan Koperasi Pertanian) dan perusahaan
peternakan. Jumlah pemasok masing-masing terdiri dari 5 koperasi dan 2
perusahaan peternakan. Susu segar yang dipasok dari koperasi sekitar 95 % dan
perusahaan peternakan sekitar 5%.
15
Koperasi
Peternak Pengumpul
Susu
Supermarket
PT. XYZ Depo
PT. XYZ
Distribution Food Service
Institusi
Perusahaan
Peternakan
Tempat
Peternak pengumpulan Milk Treatment
Koperasi (TPK)
Jenis kandang sapi umumnya terdiri dari dua, yaitu kandang ikat dan
kandang koloni. Peternak rakyat umumnya menggunakan kandang sapi ikat
dengan jumlah sapi sedikit dan luas kandang relatif kecil. Kandang sapi koloni
memiliki area yang lebih luas dengan jumlah sapi lebih banyak dan sapi dibiarkan
bebas atau tidak diikat. Pemerahan susu umumnya dilakukan menggunakan
tangan. Vaselin atau mentega digunakan untuk memudahkan proses pemerahan
menggunakan tangan. Pemerahan sapi pada kandang sapi koloni umumnya sudah
menggunakan mesin perah dengan sistem vakum. Susu yang diperah akan
dimasukkan ke dalam milk can. Peternak selanjutnya membawa milk can ke TPK.
Proses pemerahan umumnya dilakukan dua kali, yaitu pagi dan sore hari.
Pemeriksaan susu yang dilakukan pada TPK meliputi kondisi milk can,
visual, berat jenis, suhu dan uji alkohol. Susu yang tidak memenuhi persyaratan
akan ditolak. Susu yang memenuhi persyaratan akan ditimbang dan dimasukkan
ke dalam tangki truk susu. Proses pemasukan susu ke dalam tangki truk susu
16
melalui penyaringan dengan menggunakan kain saring pada manhole truk susu.
Lama waktu pengumpulan susu di TPK sekitar 30 menit. Susu yang berasal dari
sapi yang diberi antibiotik, atau sapi lemah, atau sapi yang baru melahirkan akan
ditampung dalam tempat terpisah.
Proses penerimaan susu di milk treatment atau cooling center diawali
dengan penerimaan truk susu. Petugas akan mengambil sampel susu dari tangki
untuk dilakukan pemeriksaan lanjutan. Uji yang dilakukan antara lain uji
pemalsuan, uji antibiotik, uji kualitas dan mikrobiologi. Susu yang dinyatakan
memenuhi syarat akan ditimbang pada milk reception vat. Penimbangan dilakukan
untuk memeriksa kesesuaian jumlah susu saat di TPK dan di milk treatment.
Proses pendinginan dilakukan dengan melewatkan susu pada plate heat exchanger
dengan suhu target 4 °C. Susu yang sudah didinginkan dapat langsung ditransfer
ke dalam truk atau disimpan sementara dalam tangki cooling unit. Sebagian besar
susu akan dikirim ke IPS. Sebagian kecil susu akan disimpan pada tangki cooling
unit sebelum ditransfer ke pengolahan susu milik koperasi. Susu yang
mengandung antibiotik akan ditempatkan pada tangki terpisah dan
penggunaannya untuk konsumen home industry. Tahapan proses pengolahan susu
di peternak dan koperasi dapat dilihat pada Gambar 7.
Antibiotik, sapi
Mulai lemah, sapi baru
melahirkan
Penerimaan
Penerimaan susu
susu
Pemerahan sapi
Pengambilan
sampel
Tidak
Susu disimpan ke Lulus
Milk Can Pemeriksaan Pemeriksaan
susu susu lanjutan
Lulus Tidak
Pengiriman Susu Lulus Lulus
Penimbangan susu
Penimbangan Pemasukan
ke drum Cooling (PHE) Penyimpanan
(Cooling tank)
Pemasukan ke
Tangki Truk
Penyimpanan
Home
Pengiriman (Cooling Unit)
Tolak Industry
Susu segar
Pengisian ke truk
Pengiriman susu
segar ke IPS
Selesai
Mulai
Pemeriksaan
Tolak
kondisi truk Tidak Lulus
Lulus
Transportasi ke Gudang
Distribusi
Penyimpanan di
Gudang Distribusi
Pemeriksaan
Tolak
kondisi truk Tidak Lulus
Lulus
Transportasi ke
pelanggan
Selesai
Penyimpanan
Penyimpanan Penyimpanan Penyimpanan
di gudang
di Chiller di Chiller di Chiller
(Cold Storage)
Penggunaan
Pengiriman ke untuk aplikasi Konsumen
Product display konsumen produk
Penilaian Ancaman
akan mendapatkan harga susu yang baik bila kualitas susu dinilai baik oleh
koperasi. Hasil uji pemalsuan yang terdeteksi positif di IPS berkurang. Adanya
penerapan uji pemalsuan dan uji kualitas pada saat penerimaan susu baik pada
koperasi dan IPS dapat mendeteksi adanya penambahan adulterant pada susu.
Koperasi tertentu melakukan pengujian kepada peternak atau kelompok
ternak secara acak pada waktu tertentu untuk memonitor kualitas susu yang
dihasilkan. Uji pemalsuan pada tahap koperasi masih terbatas. Pada koperasi
responden, uji pemalsuan hanya mendeteksi karbonat dengan menggunakan uji
kualitatif menggunakan reagen rosalic acid yang akan mengubah warna susu dari
merah jambu menjadi merah tua. Indikasi pemalsuan lainnya dapat dilihat pada
nilai freeze point. PT. XYZ menerapkan uji pemalsuan dengan jumlah adulterant
yang lebih banyak. Pada surat jalan truk, hasil uji parameter kualitas dituliskan,
antara lain berat jenis, temperatur, uji alkohol, lemak, total solid, protein, laktosa,
dan freezing point.
Ancaman lain berkaitan dengan penambahan adulterant adalah pencurian
susu saat pengiriman ke IPS disertai penambahan air. Data historis menunjukkan
bahwa pencurian susu pernah terjadi pada susu yang dipasok ke PT. XYZ.
Penambahan air dilakukan untuk menutupi volume susu yang hilang. Kualitas air
yang digunakan dapat membahayakan karena menggunakan sumber air yang tidak
jelas. Pelaku pencurian susu umumnya adalah supir truk pengirim susu ke IPS
pada saat berhenti. Pencurian dilakukan dengan mengalirkan susu melalui pipa
outlet pada tangki truk. Potensi terjadinya pencurian susu menurun. Hal ini
dikarenakan IPS menggunakan segel khusus dengan nama perusahaan. Segel
dipasang pada valve dan manhole truk tangki susu bagian depan dan belakang.
Apabila valve dibuka maka segel dapat putus. Pada surat jalan truk, nomor segel
dituliskan sehingga dapat diperiksa saat proses penerimaan susu segar di PT.
XYZ.
Berdasarkan hasil studi literatur, wawancara dan FGD, ancaman terkait
risiko food defense adalah kontaminasi disengaja yang dapat membahayakan
kesehatan konsumen produk. Kontaminasi disengaja berpotensi terjadi pada tahap
IPS, distributor, atau pelanggan. Pelaku yang berpotensi melakukan kontaminasi
dapat berasal dari pihak internal atau eksternal organisasi. Penilaian ancaman pada
IPS, distributor, dan pelanggan dapat dilihat pada Tabel 9.
Identifikasi yang dilakukan terhadap pihak internal yang diduga memiliki
potensi untuk melakukan kontaminasi yaitu inspektor QC dan operator produksi
(operator formulasi dan operator proses), supir truk distribusi, karyawan gudang
distributor, dan karyawan pada masing-masing pelanggan. Identifikasi yang
dilakukan terhadap pihak eksternal yaitu teroris, kriminal, kompetitor, tamu
(visitor), atau pihak ketiga.
Kontaminan yang dapat digunakan pada kontaminasi disengaja sangat luas,
baik biologi, kimia, dan radiologi. Beberapa contoh kontaminan yang pernah
digunakan untuk mengkontaminasi secara sengaja antara lain Salmonella
typhimurium yang digunakan pada restoran salad dan Shigella dysenteria type 2.
Bahan kimia yang dapat digunakan untuk mengkontaminasi pangan antara lain
pestisida, mikotoksin, logam berat dan bahan kimia toksik seperti sianida (WHO
2002). Kontaminan yang diduga dapat digunakan pada area pabrik IPS antara lain
kontaminan fisik seperti kayu, baut, paku, kontaminan kimia seperti bahan kimia
untuk cleaning atau CIP. Kontaminan biologi diduga dapat dilakukan kontaminasi
22
silang disengaja dengan memaparkan benda tidak steril atau hygiene yang
mengandung mikroba ke produk. Kontaminan biologi seperti kultur mikroba
relatif sulit digunakan dikarenakan adanya prosedur pengelolaan laboratorium
melalui penerapan standar ISO 17025.
pada kemasan. Umumnya komplain hanya dari konsumen perseorangan dan tidak
melibatkan produk pada lot yang sama. Komplain ditindaklanjuti dengan
melakukan pemeriksaan terhadap sample retain.
Motif kontaminasi disengaja yaitu bertujuan untuk membahayakan
kesehatan masyarakat secara luas atau menciptakan teror. Motif lainnya adalah
merusak brand image produk PT. XYZ dan merugikan perusahaan. Potensi
dilakukannya tindakan kontaminasi oleh operator pada IPS lebih tinggi
dibandingkan pihak eksternal atau pihak internal di distributor dan pelanggan.
Operator pada IPS memiliki pengetahuan dan akses pada proses pembuatan
produk, serta akses terhadap bahan kontaminan di area pabrik. Tindakan mitigasi
yang dilakukan pada masing-masing tahapan menurunkan potensi terjadinya
kontaminasi disengaja. Pihak eksternal memiliki potensi yang lebih rendah karena
membutuhkan pengetahuan mengenai area atau fasilitas pada pabrik, gudang
distributor, dan gudang pada pelanggan. Prosedur dan fasilitas pengamanan
terhadap visitor, serta pendampingan oleh personel area bagi visitor memperkecil
potensi bagi pihak luar mengakses ke produk. Penguncian terhadap muatan truk,
penggunaan GPS, dan data logger pemantau suhu memberikan hambatan dan
ketertelusuran terhadap usaha tindakan pada saat distribusi.
Produk susu pasteurisasi dikemas menggunakan kemasan karton tetra rex.
Dalam distribusi dan penanganan memerlukan kondisi suhu rendah (cold chain).
Produk susu pasteurisasi mudah mengalami kerusakan apabila terjadi kebocoran
kemasan atau tutup/segel yang rusak. Perubahan kualitas produk susu pasteurisasi
dinilai dapat terdeteksi oleh konsumen seperti perubahan rasa atau kemasan
menjadi kembung. Hal ini menurunkan potensi terjadinya kontaminasi disengaja
pada produk akhir yang sudah dikemas baik oleh kayawan distributor atau
pelanggan.
Penilaian Kerentanan
Pada tahapan produksi susu pasteurisasi di PT. XYZ, tahapan yang dilalui
adalah penerimaan truk susu segar, penimbangan truk, pengambilan sampel,
pemeriksaan sampel, penyimpanan susu segar, termisasi, penyimpanan thermized
fresh milk, dumping, mixing dan preheating, homogenisasi, pasteurisasi extended
shelf life, cooling, penyimpanan susu work in process, filling, cartooning,
penyortiran, dan penyimpanan finish goods susu pasteurisasi.
25
Ancaman EMA berupa pemalsuan susu segar yang dipasok ke PT. XYZ
dinilai termasuk kategori low risk. Hal ini dikarenakan kemungkinan terjadinya
dinilai sangat kecil namun dampaknya dapat berakibat susu segar ditolak.
Ancaman pencurian susu disertai penambahan air pada truk susu dinilai termasuk
kategori negligible risk. Hal ini dikarenakan adanya penggunaan segel pada valve
pipa outlet dan manhole tangki susu sehingga sangat kecil kemungkinan dapat
dilakukan pencurian.
Penilaian risiko ancaman kontaminasi disengaja dilakukan terhadap pelaku
internal dan eksternal. Ancaman kontaminasi disengaja berpotensi terjadi di
tahapan produksi susu pasteurisasi pada IPS yang memiliki kerentanan dan
memberi peluang terjadinya tindakan oleh karyawan yang memiliki akses ke
tahapan tersebut. Penilaian menunjukkan bahwa tahapan yang termasuk kategori
moderate risk yaitu tahap pengambilan sampel, penyimpanan susu segar,
termisasi, penyimpanan thermized fresh milk dan dumping. Proses mixing dan
preheating serta penyimpanan susu WIP dinilai termasuk kategori low risk.
Penilaian risiko ancaman kontaminasi disengaja oleh pelaku internal pada tingkat
27
Analisis
Tindakan preventif yang dilakukan PT. XYZ berkaitan dengan risiko food
safety namun meliputi risiko food fraud. Tindakan preventif yang dilakukan
antara lain pembinaan kepada pemasok, baik ke peternak, koperasi pengumpul
susu dan ke perusahaan peternakan yang dilakukan oleh departemen khusus pada
perusahaan. IPS dapat menugaskan tim untuk menelusuri dan menangani bila ada
kasus pada susu segar yang dipasok ke perusahaan. Field service officer akan
dikirim ke pemasok untuk menyaksikan susu yang ditolak tidak dicampur dengan
susu segar yang akan dipasok berikutnya ke IPS serta mencari akar permasalahan
dan solusinya.
Pembinaan oleh koperasi pengumpul susu dilakukan kepada peternak
melalui tenaga penyuluh atau training. Pada peternak responden, adanya
pembinaan meningkatkan pengetahuan peternak tentang mikroba dan cara
pengelolaan ternak yang baik. Pada koperasi responden, tim penyuluh setiap pagi
melihat hasil pengujian susu yang dikeluarkan oleh laboratorium. Penyuluh akan
mendatangi peternak yang memiliki hasil uji susu diluar spesifikasi untuk
mencari penyebab dan memberikan solusi penanggulangannya.
Tindakan preventif lainnya adalah dilakukannya sertifikasi penerapan
standar FSSC 22000 Food Safety System Certification yang diterbitkan oleh
Global Food Safety Initiative (GFSI). Salah satu klausul dari FSSC berkaitan
dengan food fraud prevention dan food defense yang mensyaratkan organisasi
untuk menerapkan dan mendokumentasi prosedur penilaian ancaman dan
penanganan potensi tindakan tersebut. Perusahaan menggunakan Threat
Assessment Critical Control Point (TACCP) untuk memenuhi persyaratan klausul
tersebut. Penyusunan TACCP dikoordinir oleh Departemen Quality dan Food
Safety dan pengerjaannya dilakukan dengan melibatkan masing-masing
Departemen terkait di perusahaan. Training mengenai TACCP dilakukan untuk
memberikan pengetahuan kepada perwakilan masing-masing Departemen.
Masing-masing Departemen akan menyusun TACCP Plan dengan melibatkan
personil internal. Training dan pengerjaan yang melibatkan peran dari personil
dapat mendorong meningkatnya awareness pencegahan ancaman kontaminasi
disengaja bagi manajemen dan karyawan.
Perlindungan produk pangan semakin meningkat dengan penanganan risiko
yang berkaitan dengan food quality, food safety, food fraud, dan food defense.
Penanganan risiko terkait food quality dan food safety telah dilakukan oleh PT.
XYZ dengan penerapan dan sertifikasi standar ISO 9001:2008 mengenai sistem
manajemen mutu, ISO 22000:2005 mengenai sistem manajemen keamanan
pangan, dan ISO 17025:2005 mengenai kompetensi laboratorium. Hal ini
mendorong IPS memiliki infrastruktur dan sistem pengolahan pangan yang baik,
pengendalian bahaya pada pangan, pemantauan kualitas produk, ketertelusuran
produk dan penarikan produk.
Kemampuan penarikan produk dipelihara dengan melakukan mock recall
untuk mensimulasi penarikan produk bila ada permasalahan pada produk di
tingkat pelanggan. Mock recall dilaksanakan setiap 6 bulan. Hal ini turut
mendorong kemampuan perusahaan dalam menangani penarikan produk termasuk
bila terjadi kasus akibat kontaminasi disengaja.
Pada tahapan pelanggan, salah satu tindakan preventif yang berkaitan
dengan risiko food safety adalah dilakukannya pemeriksaan kondisi product
display oleh SPG di supermarket yang dilakukan setiap hari. Hal ini dilakukan
30
untuk memastikan suhu chiller dan produk dalam kondisi baik. SPG akan
melaporkan kepada Divisi Cold Chain melalui email setiap hari. Tindakan ini
memiliki fungsi lain dalam memeriksa adanya kemungkinan kontaminasi
disengaja pada produk akhir sebelum ke konsumen.
Pada studi kasus PT. XYZ, pengujian produk pada pemasok baik dilakukan
oleh koperasi atau IPS memiliki fungsi sebagai parameter penentuan harga dan
penolakan. Pada tempat pengumpulan susu, dilakukan pemeriksaan milk can,
visual, berat jenis, suhu, dan uji alkohol. Kondisi milk can disyaratkan bersih,
bertutup, dan tidak rusak. Susu secara visual terlihat bersih, tidak ada kotoran dan
sudah melalui penyaringan. Berat jenis disyaratkan minimum 1.02. Menurut SNI
3141.1:2011 Susu segar, berat jenis disyaratkan minimum 1.0270 g/ml pada suhu
27.5 °C. Menurut Saleh (2004), uji berat jenis susu dapat mengindikasikan adanya
pemalsuan dengan penambahan air sehingga BJ menjadi turun. Suhu susu
disyaratkan minimum 28 °C. Suhu susu mengindikasikan lamanya waktu susu
dari pemerahan. Uji alkohol disyaratkan negatif. Menurut SNI 01-2782-1998
Metoda pengujian susu segar, uji alkohol berfungsi memeriksa derajat keasaman
susu segar secara cepat. Adanya butiran atau gumpalan susu menunjukkan reaksi
positif (BSN 1998).
Pemeriksaan yang dilakukan di cooling center atau milk treatment koperasi
antara lain organoleptik, uji kualitas, uji mikrobiologi, uji antibiotik, dan uji
emalsuan. Uji kualitas susu menggunakan alat lactoscope yang akan
menghasilkan parameter kualitas seperti lemak, protein, laktosa, total solid, solid
non fat, dan freezing point. Uji pemalsuan menjadi parameter penolakan apabila
hasilnya positif. Prosedur uji pemalsuan yang dilakukan pada koperasi responden
hanya dilakukan terhadap karbonat. Penerapannya dilakukan dengan uji alkohol.
Sampel susu yang lolos uji alkohol akan dilanjutkan ke uji karbonat dengan
menambahkan reagen rosalic acid pada sampel susu. Adanya perubahan dari
warna merah muda menjadi merah tua menunjukkan hasil positif adanya
penambahan karbonat sehingga susu akan ditolak. Nilai freezing point dapat
mengindikasikan adanya pemalsuan. Menurut SNI 01-2782-1998 Metoda
pengujian susu segar, kenaikan titik beku menyatakan adanya indikasi
penambahan air, sedangkan penurunan titik beku menyatakan adanya indikasi
penambahan susu bubuk atau tepung (BSN 1998c). Penyimpangan pada nilai
freezing point akan dikenakan pinalti Rp 300/liter.
Susu yang dihasilkan dari sapi yang diberi antibiotik akan dipisah dengan
susu dari sapi yang sehat. Pemerahan sapi yang diberi antibiotik dilakukan setelah
pemerahan sapi yang sehat. Penambahan antibiotik yang tidak benar apabila
penambahan dilakukan oleh peternak sapi, tidak melapor kepada bagian Keswan,
dan bila susu yang berasal dari sapi yang diberi antibiotik tidak dilaporkan saat
penyerahan di tempat pengumpulan koperasi. Uji antibiotik dilakukan
menggunakan rapid test. Alat yang digunakan disesuaikan dengan jenis antibiotik
yang digunakan oleh bagian kesehatan hewan pada koperasi tersebut. IPS yang
bekerjasama dengan koperasi juga dapat menentukan jenis alat yang dipakai
disesuaikan dengan jenis antibiotik yang ingin dideteksi oleh IPS. Pada koperasi
responden, alat yang digunakan antara lain milk doctor beta, auroflow, dan
delvotest. Hasil uji antibiotik menggunakan milk doctor beta dan auroflow dapat
keluar dalam 3 dan 6 menit, sedangkan delvotest dalam 3 jam. Susu yang diuji
menggunakan alat delvotest akan dikirimkan ke IPS bila hasil uji lainnya sudah
31
lengkap. Apabila hasil uji menggunakan alat delvotest menunjukkan hasil positif
maka truk susu akan dipanggil kembali ke koperasi.
Uji pemalsuan susu segar yang dilakukan di PT. XYZ antara lain
mendeteksi adanya penambahan lemak nabati, pati/tepung, glukosa, sukrosa,
karbonat, boraks, peroksida, formalin, urea, melamin, dan antibiotik. Pemeriksaan
dilakukan saat penerimaan susu segar. Umumnya uji tersebut dilakukan secara
kualitatif atau menggunakan test kit sehingga hasil yang didapat lebih cepat.
Parameter uji pemalsuan yang lebih lengkap dilakukan untuk menjamin susu
segar yang dipasok tidak mengandung adulterant tersebut.
Pengujian lainnya berkaitan dengan kualitas dan keamanan pangan
dilakukan pada beberapa tahapan, yaitu penerimaan raw material, work in process
dan finish goods. Pengujian raw material dilakukan pada susu segar. Pengujian
work in process dilakukan pada susu yang mulai diproduksi menjadi susu
pasteurisasi yaitu pada tahap mixing, homogenisasi, dan filling. Pengujian finish
goods dilakukan pada produk susu pasteurisasi dalam kemasan. Parameter
pengujian dapat dilihat pada Tabel 15.
nomor dan kondisi segel. Apabila nomor segel tidak sesuai atau kondisi segel
tidak utuh maka truk dapat ditolak.
Salah satu kerentanan pada proses produksi susu pasteurisasi adalah adanya
akses manhole tangki penyimpanan susu pada produksi susu pasteurisasi.
Manhole berfungsi untuk melakukan pemeriksaan terhadap produk di dalam
tangki. Namun di sisi lain, hal ini juga memberikan peluang bagi pelaku yang
ingin mengkontaminasi. Potensi tersebut meningkat apabila kondisi tangki
terletak di area yang tidak terlihat. Penguncian manhole dan pembatasan akses
personel dapat mengurangi potensi tersebut.
Fasilitas keamanan area pabrik antara lain dengan adanya pagar sekeliling
pabrik dengan tinggi tertentu dan gerbang. Tiap gerbang dilakukan penjagaan oleh
petugas keamanan. Pencegahan masuknya pihak luar yang tidak berkepentingan
ke PT. XYZ dilakukan dengan menerapkan prosedur penerimaan tamu, antara lain
penggunaan form tamu yang harus ditandatangani personel yang dituju,
pendampingan oleh personel area saat kunjungan, dan penggunaan tag visitor.
Apabila ada pengerjaan proyek tertentu pada area IPS maka dilakukan
pengawasan oleh petugas keamanan. Dalam melakukan monitoring aktivitas suatu
area telah digunakan kamera CCTV. Kamera CCTV tidak hanya digunakan pada
area sekitar pabrik, namun juga pada beberapa area produksi.
Penerapan segregasi area pada IPS seperti clean, medium hygiene, high
hygiene, dan public area dilakukan untuk mencegah bahaya kontaminasi silang
dari lingkungan. Penerapan tersebut umumnya dilengkapi dengan penggunaan
seragam yang berbeda pada tiap area. Prosedur penggunaan seragam tertentu
tersebut dapat mengidentifikasi adanya orang yang tidak berkepentingan apabila
berada di suatu area tertentu. Dalam memasuki area lain dilakukan dengan seizin
kepada area yang dituju dan dilakukan pendampingan. Menurut Voss dan
Whipple (2009), penggunaan kunci, gerbang/pintu, ID Card, dan pengawasan
menggunakan CCTV untuk membatasi akses ke area yang rentan sangat penting.
Pada tahap distribusi, penguncian dilakukan pada boks truk distribusi atau
delivery melalui penggunaan segel atau gembok. Hal ini dilakukan untuk
mengurangi potensi adanya pihak yang dapat mengakses produk selama
transportasi. Pemeriksaan kondisi segel atau gembok dilakukan saat
keberangkatan dari gudang IPS dan kedatangan truk ke gudang distributor.
Penerapan teknologi GPS pada truk diharapkan dapat memantau pergerakan truk
yang tidak sesuai. Penggunaan data logger membantu memantau kondisi
pendingin pada truk dan evaluasi waktu truk dalam kondisi mati. Kemasan produk
dengan seal pada tutup kemasan atau sistem sobek dapat memberikan indikasi bila
ada usaha pemasukan kontaminan ke produk. Pada tahap pelanggan, masing-
masing pelanggan memiliki prosedur pengamanan masing-masing yang
membatasi masuknya pihak luar ke dalam area atau ke gudang penyimpanan
produk.
Faktor lain yang berpengaruh adalah struktur dan manajemen rantai pasok
susu pasteurisasi. Chen et al. (2014) menyatakan bahwa kasus melamin pada susu
formula di Tiongkok secara umum disebabkan karena Sanlu Grup selaku industri
pengolahan susu kurang melakukan supervisi dan pengendalian pada rantai
pasoknya seperti kurangnya pelatihan dan monitoring pemasok, peternak dan
pengumpul susu yang bekerjasama tidak mendapat pelatihan pengetahuan dasar
pengendalian mutu pemeriksaan latar belakang, dan pengumpul susu tidak
33
Struktur rantai pasok susu pasteurisasi PT. XYZ terdiri dari pemasok, IPS,
distributor, dan pelanggan. Pemasok susu segar ke PT. XYZ adalah koperasi
pengumpul susu dan perusahaan peternakan. Kerjasama dengan pemasok
dilakukan oleh PT. XYZ dengan koperasi dan perusahaan yang memiliki badan
hukum. PT. XYZ tidak melakukan kerjasama dengan peternak atau pedagang
pengumpul secara langsung. Hal ini dikarenakan dalam kerjasama yang dilakukan
akan terikat dalam kontrak yang dapat dipertanggungjawabkan.
Pemasaran produk susu pasteurisasi meliputi area pulau Jawa dan Bali.
Pengiriman produk memerlukan distributor untuk mengirimkan produk ke
masing-masing pelanggan. Distributor produk PT. XYZ merupakan perusahaan
yang berasal dari satu grup perusahaan yang sama. Hal ini merupakan kebijakan
dari perusahaan induk yang menaungi. Distributor yang berasal dari grup
perusahaan yang sama memiliki kesamaan komitmen dalam mengjaga kualitas
produk hingga diterima di pelanggan. Pelanggan terdiri dari 4 jenis, yaitu
supermarket, depo, food service, dan konsumen institusi. PT. XYZ tidak
memasarkan produk melalui toko tradisional. Produk susu pasteurisasi memiliki
umur simpan yang pendek dan sifat produk yang mudah rusak. Penanganan
produk memerlukan rantai dingin (cold chain) yang baik dan dapat dicapai dengan
jenis pelanggan yang dipilih.
Koperasi pengumpul susu responden memiliki organisasi dan sumberdaya
untuk memastikan susu yang dipasok sesuai persyaratan. Struktur koperasi
pengumpul susu antara lain memiliki unit pra-budidaya, unit proses budidaya,
pemasaran hasil budidaya, dan unit penunjang usaha. Unit pra-budidaya berkaitan
dengan penyediaan pakan ternak. Unit proses budidaya berkaitan dengan cooling
center atau milk treatment dan penanganan kesehatan hewan. Unit pemasaran
hasil budidaya berkaitan dengan angkutan. Unit penunjang usaha antara lain
berkaitan dengan pembinaan ke peternak.
34
35
36
food defense, implementasi prosedur dan metode penilaian untuk identifikasi dan
mitigasi risiko potensial.
Departemen Quality Assurance atau deprtemen sejenis umumnya memiliki
tugas dalam penyusunan dan implementasi sistem manajemen mutu atau
keamanan pangan dari suatu industri pangan. Penyusunan TACCP Plan atau
manajemen risiko kontaminasi disengaja dapat dilakukan dengan melibatkan
karyawan dari tiap Departemen. Keterlibatan karyawan dari tiap departemen
dalam penyusunan tersebut dapat meningkatkan kesadaran dalam implementasi
sistem baru tersebut.
Konsep perlindungan pangan mendorong organisasi di bidang pangan untuk
menangani risiko terkait tindakan disengaja dan tidak disengaja. Risiko tindakan
tidak disengaja berkaitan dengan risiko food quality dan food safety. Hal ini
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan pangan yang berkualitas
dan aman dikonsumsi.
Trienekens dan Zuurbier (2008) menyatakan bahwa organisasi dapat
menerapkan standar terkait sistem jaminan mutu untuk meningkatkan kualitas dan
keamanan produk dan proses produksi. Sistem jaminan mutu yang paling banyak
digunakan adalah Good Agricultural Practices (GAPs), Hazard Analysis of
Critical Control Points (HACCPs) and International Organisation for
Standardisation (ISO). GAPs berperan sebagai pedoman praktis jaminan mutu di
sektor pertanian. HACCP merupakan pendekatan sistematis untuk
mengidentifikasi, evaluasi, dan mengendalikan tahapan yang kriitis terhadap
keamanan pangan di industri pangan. Standar ISO seri 9000 dan ISO 22000
merupakan dua standar yang digunakan untuk menjamin manajemen mutu dan
manajemen keamanan pangan pada rantai pasok. Penerapan HACCP atau ISO
22000 mensyaratkan implementasi Good Manufacturing Practices (GMP). GMP
adalah persyaratan dasar operasi pengolahan pangan yang dibutuhkan untuk
mencapai kualitas dan keamanan pangan yang konsisten. Dewanti-Hariyadi
(2010) menyatakan bahwa GMP memberikan panduan bagi pemenuhan
persyaratan dasar yang berkaitan dengan karyawan, fasilitas, lingkungan,
peralatan, dan kontrol proses.
Laboratorium merupakan salah satu unsur penting dalam mencapai kualitas
produk. Laboratorium akan melakukan pengujian terhadap produk sesuai dengan
parameter yang ditetapkan, baik pada raw material, work in process, dan finish
goods. Standar ISO 17025 menetapkan persyaratan umum kompetensi
laboratorium dalam melakukan pengujian dan/atau kalibrasi, termasuk
pengambilan contoh. Pengelolaan pereaksi atau bahan habis pakai dapat
menurunkan potensi penggunaannya sebagai agen kontaminasi disengaja.
Jaminan kualitas produk dapat dicapai dengan menetapkan syarat mutu
produk atau mengacu pada standar yang berlaku. Standar yang berkaitan dengan
produk susu antara lain SNI 3141.1:2011 Susu segar-Bagian 1: Sapi dan SNI 01-
3951-1995 Susu pasteurisasi. SNI susu segar memberikan syarat terkait bahan
baku, sedangkan SNI susu pasteurisasi memberikan syarat terkait produk akhir.
Penerapan standar tersebut menjadikan IPS memiliki infrastruktur dan sistem
pengolahan pangan yang dapat memberikan jaminan kualitas dan keamanan
produk pangan yang dihasilkan.
Sistem ketertelusuran merupakan hal yang penting dalam merespon kejadian
kontaminasi yang diakibatkan oleh tindakan tidak disengaja atau disengaja pada
38
susu saat penerimaan serta uji kualitas produk pada raw material, work in process,
dan finish goods. Pengujian untuk memastikan susu yang dipasok dan produk susu
pasteurisasi memenuhi syarat mutu yang ditetapkan dan aman dikonsumsi..
Moore et al. (2012) menyebutkan bahwa adulterant umumnya tidak
menggunakan bahan yang biasa digunakan pada pangan. Kasus melamin
menunjukkan bahwa sebelum tahun 2007 tidak termasuk ke dalam pengujian rutin
pada susu. Oleh karena itu, perkembangan mengenai adulterant yang dapat
dipakai pada susu dan metode ujinya harus selalu diikuti oleh IPS.
Tindakan menghalangi (deterrence) dapat dikelompokkan menjadi
penerapan prosedur dan fasilitas keamanan, penggunaan teknologi untuk
monitoring (seperti kamera CCTV, GPS, data logger), penguncian dan
pembatasan area atau peralatan yang memiliki akses terhadap produk, dan
penggunaan kemasan produk yang menjaga produk tetap aman.
Fasilitas keamanan antara lain dapat dipenuhi melalui penggunaan pagar
yang membatasi dengan area luar, gerbang/pintu masuk ke area dalam yang
terkontrol. Prosedur keamanan dapat diterapkan seperti penggunaan form tamu,
tag visitor, pencatatan tamu, pemeriksaan kendaraan, pendampingan oleh user
area, dan pengawasan saat ada pekerjaan oleh pihak luar. Penggunaan teknologi
dapat dilakukan antara lain dengan kamera CCTV, GPS, dan data logger. Kamera
CCTV umumnya digunakan untuk pengamanan area sekeliling pabrik.
Penggunaan kamera CCTV pada area yang berkaitan dengan proses produksi
dapat menurunkan peluang bila ada karyawan yang ingin melakukan tindakan
ilegal, baik mengkontaminasi produk, merusak produk atau bahan baku, dan
melakukan sabotase pada peralatan.
Penguncian dilakukan pada tahapan yang memiliki akses bagi orang yang
tidak berkepentingan atau mengamankan saat tidak ada pengawasan. Penguncian
dilakukan pada transportasi susu dari pemasok mengunakan segel khusus yang
dapat rusak bila ada usaha mengakses susu yang dikirim. Penguncian dapat
dilakukan pada peralatan produksi yang memiliki akses manhole yang
memberikan peluang untuk dikontaminasi secara disengaja. Penguncian dilakukan
pada truk saat distribusi untuk menghindari adanya usaha mengakses produk saat
truk berhenti. Pembatasan area pada industri pangan merupakan salah satu upaya
untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang dari area kotor ke area yang lebih
bersih.
Adanya pembatasan area dapat membatasi akses masuk dari pihak yang
tidak berkepentingan. Personel dari area lain dapat memasuki area lain atas seizin
dan sepengetahuan dari personel area yang dikunjungi. Adanya pembatasan area
dengan tingkat higienitas yang meningkat mensyaratkan adanya penggunaan
seragam yang berbeda sehingga mempermudah identifikasi bila ada personel yang
tidak berkepentingan.
Produk susu pasteurisasi memerlukan rantai dingin (cold chain) dalam
distribusinya. Produk susu pasteurisasi ESL dikemas dalam kemasan karton tetra
rex. Tutup kemasan dilengkapi segel. Henyon (1999) menyatakan bahwa produk
susu ESL umumnya dikemas secara hermetis pada kemasan yang didisain dan
ditujukan untuk mengamankan produk dari kemungkinan masuknya
mikroorganisme. Penggunaan desain kemasan tersebut juga memiliki fungsi
dalam menjaga produk dari usaha measukkan kontaminan secara disengaja.
40
Implikasi Manajerial
Home industry
Home industry merupakan salah satu pengguna susu yang dihasilkan oleh
koperasi pengumpul susu. Susu merupakan salah satu bahan baku yang digunakan
untuk membuat produk masing-masing. Home industry berpotensi mendapatkan
susu tidak lolos uji pemalsuan oleh IPS, susu yang mengandung antibiotik, atau
susu yang berasal dari sapi lemah. Penetapan persyaratan kualitas susu dan harga
dapat digunakan oleh home industry untuk menjamin susu yang dipasok memiliki
kualitas baik.
42
Pemerintah
Beberapa industri pangan yang menerapkan FSSC 22000 mengetahui
adanya persyaratan mengenai food defense dan food fraud prevention. Istilah food
defense belum dikenal secara luas di Indonesia. Penerapan penanganan risiko
kontaminasi disengaja belum dilakukan oleh industri atau pelaku rantai pasok
pangan. Institusi yang berwenang dalam bidang pangan dapat mendorong
penguatan regulasi yang mendukung implementasi food defense dan pencegahan
pemalsuan pangan.
Metode penanganan ancaman kontaminasi disengaja belum banyak dikenal.
Hal ini turut mendorong kurangnya industri pangan melakukan penanganan
ancaman tersebut. Penanganan kualitas dan keamanan produk lebih banyak
menggunakan pendekatan penerapan standar seperti ISO 9001, ISO 22000, atau
SNI produk. Standar ISO 9001 dan ISO 22000 telah diadopsi menjadi SNI ISO
9001:2015 Sistem manajemen mutu – Persyaratan dan SNI ISO 22000:2009
Sistem Manajemen Keamanan pangan –. Persyaratan untuk organisasi dalam
rantai pangan. Salah satu metode yang tersedia dalam penanganan ancaman
kontaminasi disengaja adalah TACCP yang bersumber dari PAS 96:2014 Guide to
Protecting and Defending Food and Drink from Deliberate Attack. Standar ini
berpotensi untuk diadopsi menjadi SNI sehingga tersedia untuk dipelajari dan
diimplementasikan bagi industri pangan di Indonesia.
Industri pangan
Industri pangan umumnya telah menerapkan persyaratan dasar industri
pangan yaitu penerapan Good Manufacturing Practices (GMP). Penanganan
kualitas keamanan pangan dipenuhi dengan penerapan sistem manajemen mutu
melalui ISO 9001 dan sistem manajemen keamanan pangan melalui ISO 22000.
Penerapan standar yang mensyaratkan penanganan food defense dan food fraud
prevention belum banyak dilakukan baik industri skala kecil maupun besar.
Industri pangan memerlukan penerapan standar tersebut sehingga risiko terkait
food quality, food safety, food fraud, dan food defense dapat ditangani. Tingkat
keamanan produk pangan yang dihasilkan akan meningkat.
Ancaman food fraud berupa pemalsuan pangan umumnya terjadi pada
pemasok bahan baku ke industri. Penanganan risiko adanya pemalsuan pada
bahan baku jenis industri pangan lainnya dapat dilakukan dengan audit pemasok
atau penyertaan sertifikat Certificate of Analysis yang berkaitan dengan adulterant
potensial yang digunakan.
Kelebihan
Metode TACCP memiliki kemudahan untuk digunakan pada industri pangan
Model penanganan risiko kontaminasi disengaja telah diuji dan berfungsi
dalam penanganan ancaman kontaminasi yang disengaja terkait food fraud
dan food defense.
43
Kekurangan
Penilaian kerentanan pada penelitian ini hanya dilakukan pada proses
produksi susu di IPS dan tidak dilakukan pada tahapan lainnya.
Studi kasus hanya dilakukan pada satu IPS sehingga informasi terbatas pada
tindakan yang diterapkan pada IPS tersebut.
Ancaman terkait risiko food fraud berpotensi dilakukan oleh pemasok susu,
baik peternak, koperasi pengumpul susu, atau perusahaan peternakan. Peternak
memiliki pengetahuan terbatas dalam pengunaan adulterant. Koperasi pengumpul
susu atau perusahaan peternakan diduga memiliki kemampuan menggunakan
adulterant yang lebih kompleks. Ancaman terkait risiko food defense memiliki
potensi lebih besar dilakukan oleh karyawan dari pihak internal saat proses
produksi susu pasteurisasi di IPS.
Kerentanan pada tahapan produksi susu pasteurisasi umumnya berkaitan
dengan peralatan yang memiliki akses ke produk seperti tangki yang memiliki
manhole atau akses. Titik kerentanan antara lain pengambilan sampel susu,
penyimpanan susu segar, penyimpanan thermized fresh milk, dumping, mixing dan
preheating, dan penyimpanan susu WIP.
Hasil penilaian risiko menyatakan bahwa ancaman pemalsuan susu
termasuk kategori low risk dan ancaman pencurian susu termasuk kategori
negligible risk. Hasil penilaian risiko menyatakan bahwa ancaman pada IPS
termasuk kategori moderate risk dan low risk. Ancaman kontaminasi disengaja
pada distributor dan pelanggan dinilai termasuk kategori low risk.
Model penanganan risiko kontaminasi disengaja disusun dengan penerapan
tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan yang dapat diterapkan adalah
tindakan preventif, deteksi, dan menghalangi, serta penerapan struktur dan
manajemen rantai pasok. Penerapan tindakan pencegahan dapat menurunkan
risiko kontaminasi disengaja pada rantai pasok susu pasteurisasi dalam kategori
low risk.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2009. Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor
HK.00.06.1.52.4011 Tentang Penetapan Batas Maksimum Cemaran
Mikroba Dan Kimia Dalam Makanan. Jakarta (ID): BPOM.
[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2012. Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor
HK.03.1.23.04.12.2206 Tentang Cara Produksi Pangan Yang Baik Untuk
Industri Rumah Tangga. Jakarta (ID): BPOM.
Bogadi NP, Banovic M, Babi I. 2016. Food defence system in food industry:
perspective of the EU countries. Journal of Consumer Protection and
Food Safety 11(3):217–226.
Bosona T, Gebresenbet G. 2013. Food traceability as an integral part of logistics
management in food and agricultural supply chain. Food Control 33:32 –
48.
[BSI] British Standards Institution. 2014. PAS 96:2014 Guide to protecting and
defending food and drink from deliberate attack. London (UK): BSI.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1995. SNI 01-3951-1995 Susu pasteurisasi.
Jakarta (ID): BSN.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1998a. SNI 01-3141-1998, Susu murni.
Jakarta (ID): BSN.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1998b. SNI 01-3950-1998, Susu UHT
(Ultra High Temperature). Jakarta (ID): BSN.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1998c. SNI 01-2782-1998 Metoda
pengujian susu segar. Jakarta (ID): BSN.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2011. SNI 3141:2011, susu segar. Jakarta
(ID): BSN.
Budiyono H. 2009. Analisis Daya Simpan Produk Susu Pasteurisasi Berdasarkan
Kualitas Bahan Baku Mutu Susu. Jurnal Paradigma 10(2):198 – 211.
[CAC] Codex Alimentarius Commission. 1995. Codex General Standard For
Contaminants And Toxins In Food And Feed. CODEX STAN 193-1995.
[CAC] Codex Alimentarius Commission. 2004. Code of Hygienic Practice for
Milk and Milk Products. CODEX STAN 57-2004.
Chen C, Zhang J, De laurentis T. 2014. Quality control in food supply chain
management : An analytical model and case study of the adulterated milk
incident in China. International Journal Production Economics 152:188–
199
Condrea, E., Constantinescu, G., Stanciu, A.C., Constandache M. 2015.
Particularities of FSSC 22000 – Food safety management system. Journal
of Environmental Protection and Ecology 6(1):274-279
Davidson RK, Antunes W, Madslien EH, Belenguer J, Gerevini M, Perez TT,
Prugger R. 2017. From food defence to food supply chain integrity. British
Food Journal 119(1):52 - 66
Dewanti-Hariyadi R. 2010. Implementation of Food Safety Management at
Industry Level in Developing Countries: is GMP/HACCP Confusing? In
45
PANDUAN WAWANCARA
SEKOLAH PASCASARJANA
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
49
I. INFORMASI PENELITIAN
Tujuan pelaksanaan survey pada tahapan ini adalah untuk mendapatkan diagram
alir produk, tipe-tipe pelaku potensial dan tipe ancaman kontaminasi yang
disengaja potensial, titik kerentanan, dan tindakan pengendalian pada masing-
masing tahapan rantai pasok susu pasteurisasi.
Hormat saya,
Nindya Malvins Trimadya
50
DATA RESPONDEN
PETUNJUK PENGISIAN
1. Jawablah setiap pertanyaan sesuai dengan pendapat Bapak/Ibu.
2. Tulis fomulir ini atau rekam pendapat Bapak dan Ibu dengan kirim via e-mail
yang ada.
3. Pertanyaan ini hanya sebagai panduan atau cek list untuk menggali
permasalahan, jika sudah diungkapkan dalam wawancara tak perlu diulang.
PENDAHULUAN
Food fraud atau pemalsuan pangan adalah terminologi kolektif yang
meliputi substitusi secara disengaja (substitution), penambahan (addition),
tampering, atau penyajian yang keliru (mispresentation) dari pangan, bahan
tambahan pangan, atau kemasan pangan, informasi menyesatkan mengenai suatu
produk, untuk keuntungan ekonomi. Pemalsuan bermotif ekonomi (economically
motivated adulteration/EMA) merupakan salah satu tipe food fraud. FDA
mendefinisikan EMA sebagai fraudulent, penggantian atau penambahan bahan
yang disengaja pada produk dengan tujuan meningkatkan nilai produk atau
mengurangi biaya produksi. EMA meliputi pengenceran produk untuk
meningkatkan kuantitas produk, dan penambahan atau substitusi dari bahan
pangan untuk menutupi hasil dilusi (Spink dan Moyer, 2011). Contoh pemalsuan
pangan yang terjadi pada produk susu antara lain : penambahan air, air santan, air
beras, boraks, serta melamin.
Food defense atau pertahanan pangan adalah usaha untuk mencegah
kontaminasi yang disengaja pada produk pangan dari agen biologis, kimia, fisik,
atau radioaktif yang tidak seharusnya muncul pada rantai pasok pangan (FDA,
2014). Definisi ini sudah diperbaharui oleh FDA (2016) menjadi usaha untuk
melindungi pangan dari tindakan pemalsuan yang disengaja (intentional acts of
adulteration) dimana terdapat niat untuk menimbulkan bahaya kesehatan
masyarakat dengan skala luas. Contoh tindakan yang berkaitan dengan risiko food
defense antara lain : terorisme pangan, pegawai yang tidak puas dengan
perusahaan.
Tindakan kontaminasi yang disengaja dapat dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang yang memiliki motif dan kemampuan untuk melakukannya.
Penggunaan metode TACCP dilakukan untuk menentukan titik-titik kerentanan
dan menentukan tindakan pengendalian yang sesuai.
51
2. Adakah kejadian kontaminasi yang disengaja pada masa lalu yang diketahui
terjadi dalam lingkup organisasi Bapak/Ibu?
Tahapan awal dari metode Threat Assesment Critical Control Point (TACCP)
adalah identifikasi ancaman dan kerentanan. Dalam konteks kontaminasi yang
disengaja pada rantai pasok pangan, ancaman yang utama adalah pemalsuan
bermotif ekonomi (economically motivated adulteration/EMA) dan kontaminasi
membahayakan (malicious contamination). Sebutkan jenis-jenis ancaman
potensial dan titik kerentanan yang dapat terjadi pada rantai pasok susu
pasteurisasi di organisasi Bapak/Ibu.
52
a. Deteksi (Detection)
………………………………………………………………………………..……
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
b. Penghalang (Deterrent)
………………………………………………………………………………..……
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
c. Pencegahan (Prevention)
………………………………………………………………………………..……
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
53
Contoh segel
56
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor, pada tanggal 17 Mei 1982 dari ayah hari
Soekoyo dan Ibu Yarminah. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan S1 Teknologi Pangan dan Gizi di Institut
Pertanian Bogor pada tahun 2005. Penulis melanjutkan program master pada
tahun 2015 di program studi Teknologi Industri Pertanian, Sekolah Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor dengan beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana
Pendidikan (LPDP). Saat ini penulis bertugas di Pusat Perumusan Standar, Badan
Standardisasi Nasional sejak tahun 2010 sampai sekarang.
Penulis menikah dengan Nuni Novitasari dan telah dikaruniai satu putri.
Berkaitan dengan penelitian ini, artikel dengan judul Sistem Manajemen Risiko
Kontaminasi Pada Rantai Pasok Pangan (Studi Kasus : Susu Pasteurisasi) sedang
menunggu penerbitan di Jurnal Teknologi Industri Pertanian..