Abstrak
Isu keamanan makanan menjadi sangat penting seiring dengan semakin meningkatnya kasus keracunan
makanan di Indonesia. Berdasarkan data BPOM tahun 2014 telah terjadi 766 kasus keracunan yang
diakibatkan oleh makanan. Kasus keracunan pangan terjadi paling banyak pada tingkat industri rumah
tangga. Fried chicken merupakan salah satu olahan makanan yang sedang banyak diminati oleh
masyarakat, salah satunya OTI fried chicken yang berada di Bulusan, Tembalang. Berdasarkan hasil
wawancara dengan owner OTI fried chicken, diketahui bahwa terdapat banyak komplain dari konsumen
mengenai produk olahan OTI, khususnya mengenai tingkat kematangan daging ayam.Tingkat
kematangan daging yang tidak sesuai dapat menyebabkan masalha kesehatan. Dan juga mengingat
bahan baku olahan makanan ini adalah ayam yang rentan terhadap bahaya biologi, fisik dan kimia.
Metode yang digunakan adalah metode HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Points) karena
metode ini dapat mengidentifikasi potensi bahaya yang ada serta dapat dilakukan langkah pengendalian.
Penerapan metode ini bukan hanya cocok untuk perusahaan besar saja tetapi juga pada usaha makanan
menengah (UKM) dan kecil. Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan dengan metode HACCP,
maka potensi bahaya yang sering dijumpai dalam kegiatan proses produksi di OTI fried chicken yaitu
potensi bahaya biologi (adanya bakteri Salmonella, Clostridium, Listeria monocytogenes,dan
Campylobacter spp yang terdapat pada tubuh ayam), kimia (mesin yang berkarat serta reaksi oksidasi
dan polimerisasi pada minyak, akrilimida,) dan fisika (adanya benda-benda seperti kerikil, sisa bulu
ayam, dan rambut). Titik kendali kritis pada kegiatan produksi di OTI Fried Chicken adalah saat proses
penerimaan bahan baku ayam dan proses penggorengan. Tindakan pencegahan perlu dilakukan terutama
untuk proses yang merupakan titik kendali kritis. Pencegahan yang perlu dilakukan untuk proses
penerimaan bahan baku adalah dengan melakukan pengujian secara visual (inspeksi), perabaan
(palpasi), dan atau penyayatan (insisi).
Kata kunci : Potensi Bahaya, HACCP, Pengendalian
Abstract
Food security issues become very important due to the increasing cases of food poisoning in Indonesia.
Based on data from BPOM in 2014 there has been a 766 cases of poisoning caused by food. Cases of
food poisoning occur at most at the level of domestic industry. Fried chicken is one of the processed foods
that are much in demand by the public, one of which OTI fried chicken that was in Bulusan, Tembalang.
In interviews with the owner OTI fried chicken, it is known that there are a lot of complaints from
consumers regarding OTI refined products, particularly on the level of maturity of chicken meat. Given
the raw material is processed food chickens are susceptible to the dangers of biological, physical and
chemical. The method used is the method of HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Points)
because this method can identify potential hazards that exist and can be done control measures.
Application of this method is not only suitable for large companies but also the medium food enterprises
(SMEs) and small. Based on the discussion that has been done with the HACCP method, then the
potential dangers often encountered in the production process in OTI fried chicken is the potential
biological hazards (bacteria Salmonella, Clostridium, Listeria monocytogenes and Campylobacter spp
contained in the body of the chicken), chemical (machinery rusting and oxidation and polymerization
reactions on oil, akrilimida,) and physics (for objects such as gravel, leftover chicken feathers, and hair).
Critical control point in production activities in OTI Fried Chicken is the time of the receipt of raw
materials and the process of frying chicken. Precautions need to be done, especially to a process which is
a critical control point. Prevention needs to be done for the receipt of raw materials is by performing a
visual examination (inspection), touching (palpation), or incision (incision).
Pendahuluan
Makanan menjadi aspek penting bagi kehidupan manusia, sehingga keamanan pangan harus
dijaga sedemikian rupa agar tidak tercemar oleh bahan berbahaya bagi kesehatan seperti bakteri, bahan
kimia dan material asing. Isu keamanan makanan menjadi sangat penting seiring dengan semakin
meningkatnya kasus keracunan makanan di Indonesia. Berdasarkan data BPOM tahun 2014 telah terjadi
766 kasus keracunan yang diakibatkan oleh makanan. Kasus keracunan pangan terjadi paling banyak
pada tingkat industri rumah tangga, salah satu penyebabnya adalah karena keberadaan keberadaan bakteri
Eschericia coli, yang dapat mengakibatkan diare hingga infeksi kronis, seperti gagal ginjal bahkan
kematian. Oleh karena itu, setiap kegiatan yang menghasilkan produk makanan harus melakukan
pengolahan makanan menggunakan manajemen kualitas untuk memastikan bahwa hasil makanan telah
memenuhi standar persyaratan yang ditetapkan.
Fried chicken merupakan salah satu olahan makanan yang sedang banyak diminati oleh
masyarakat, salah satunya OTI fried chicken yang berada di Bulusan, Tembalang. Berdasarkan hasil
wawancara dengan owner OTI fried chicken, diketahui bahwa terdapat banyak komplain dari konsumen
mengenai produk olahan OTI, khususnya mengenai tingkat kematangan daging ayam. Tingkat
kematangan daging yang tidak sesuai dapat menyebabkan masalha kesehatan. Mengingat bahan baku
olahan makanan ini adalah ayam yang rentan terhadap bahaya biologi, fisik dan kimia. Selain bahaya
yang berasal dari bahan baku, bahaya juga dapat timbul pada saat penerimaan maupun persiapan bahan
baku. Bahaya tersebut timbul bila kualitas bahan tidak sesuai dengan standar, ada kontaminasi dengan
bahan makanan lain dan kebersihan alat pada waktu digunakan.
Berdasarkan masalah tersebut, maka metode yang dianggap tepat untuk menganalisa potensi bahaya
OTI fried chicken adalah metode HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Points) karena metode
HACCP merupakan metode pengendalian kualitas pangan yang telah diakui oleh dunia internasional.
Metode ini dianggap tepat karena dapat mengidentifikasi potensi bahaya yang ada serta dapat dilakukan
langkah pengendalian. Penerapan metode ini bukan hanya cocok untuk perusahaan besar saja tetapi juga
pada usaha makanan menengah (UKM) dan kecil. Dalam Renosori dkk (2012) Internasional Commision
On Microbiological Specification For Food (IC MSF) tahun 1998 menjelaskan konsep HACCP dapat dan
harus diterapkan pada seluruh rantai produksi makanan, yaitu industri pangan produksi makanan catering
atau tata boga, makanan untuk hitel dan restoran bahkan dalam pembuatan makanan jajanan. Penerapan
metode ini dapat mengurangi resiko bahaya dalam kegiatan produksi sehingga produk yang dihasilkan
lebih terjamin mutu dan keamanannya.Pada era globalisasi, setiap perusahaan bersaing untuk
mengembangkan perusahaannya.Pencapaian perusahaan dapat dilihat dari produktivitas yang
dihasilkan.Karena hal ini yang menjadikan perusahaan semakin berkembang.Oleh karena itu, diperlukan
suatu pengukuran produktivitas agar peningkatan produktivitas dapat terkendali dan sesuai dengan target
perusahaan. Pengukuran ini mempunyai banyak manfaat yang akan menjadi landasan dalam membuat
kebijakan secara keseluruhan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi potensi bahaya yang mungkin terjadi pada
olahan OTI fried chicken, mengetahui bahaya yang paling potensial pada olahan OTI fried chicken,
memberikan usulan tindakan pencegahan sebagai masukan bagi pemilik olahan OTI fried chicken.
II.
produk akhir. Sistem HACCP bukan merupakan sistem jaminan keamanan pangan yang tanpa resiko atau
zero-risk. Akan tetapi, HACCP dirancang untuk meminimumkan risiko bahaya keamanan pangan dalam
suatu proses produksi pangan. Sistem HACCP juga merupakan suatu alat manajemen risiko yang
digunakan untuk melindungi rantai pasokan pangan dan proses produksi terhadap kontaminasi bahayabahaya mikrobiologis, kimia dan fisik. Dalam Daulay (2013) ada 7 prinsip penting HACCP yang harus
diterapkan, yaitu :
1. Membuat daftar bahaya yang mungkin timbul dan cara pencegahan untuk mengendalikan
bahaya.
2. Menetapkan titik kendali kritis (CCP = Critical Control Point).
III.
3.
4.
5.
Analisa Bahaya
Bahaya adalah suatu factor yang dapat mempengaruhi kepuasan konsumen secara negative yang
meliputi bahan biologi, kimia dan fisik yang dapat merugikan kesehatan.
Analisis bahaya meliputi kegiatan (Koswara,2009) :
a. Mengidentifikasi bahaya
Dengan merujuk pada diagram alir proses, peneliti mendaftarkan semua bahaya yang nyata dan
potensial yang mungkin diperkirakan terjadi pada setiap tahap proses. Bahaya tersebut meliputi
bahaya bilogi atau mikrobiologis, bahan kimia, dan bahaya fisik.
b. Menentukan tingkat kepentingan bahaya
Peneliti perlu mempertimbangkan kemungkinan peluang untuk setiap bahaya yang telah
diidentifikasi. Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah keseriusan bahaya yang dapat
ditetapkan dengan melihat dampak tehadap kesehatan konsumen, dan juga dampak terhadap
reputasi bisnis. Penentuan kategori risiko atau signifikansi bahaya diberikan pada Tabel 4.2
berikut.
Tabel 2. Penentuan Kategori Risiko atau Signifikansi Bahaya
Tingkat Keparahan (Severity)
L
M
H
Peluang Terjadi
L
LL
LM
LH
(Reasonably likely to occur)
M
ML
MM
MH*
H
HL
HM*
HH*
c.
Keterangan :
L=Low ; M=Medium ; H=High
*Umumnya dianggap signifikan dan akan dipertimbangkan dalam penetapan CCP
Mengidentifikasi tindakan pencegahan
Hasil analisis bahaya dituangkan dalam tabel 3 untuk olahan fried chickhen OTI.
No
1.
Input/Tahapa
n proses
Penerimaan
Bahan Baku
(ayam)
B
:
Mikroba
Patogen
(
Salmonela,
clostridium
perfringens,
Listeria
monocytogenes,
E.Coli O157:H7
K : residu asap
kendaraan
Signifikan
F : Benda asing
(rambut,bulu,
kerikil, dan logam
Tidak
Signifikan
Jenis Bahaya
Pencegahan
Faktor Risiko
Signifikan
Proses
penerimaan
secara cepat
Pemantauan
rutin
pemasok
dilakukan
terhadap
2.
Penyimpana
n ayam di
dalam
freezer
B : Salmonella, E.
Coli, Listeria
Signifikan
3.
Penerimaan
Bahan
pendukung
(tepung
terigu)
B : B : Kutu
(Sithopillus,
tribolium), Jamur
Penyimpanan
Tidak
Signifikan
F : kerikil, logam
Penyimpanan
Tidak
Signifikan
No
Input/Tahapan
proses
Penerimaan bahan
pendukung
Jenis Bahaya
Persiapan peralatan
B : kontaminasi
mikroba
6.
Pengolahan bumbu
6.
Penggunaan air
7.
Melumuri
ayam
dengan bumbu dan
tepung
B : Kontaminasi
mikroba
B : E.Coli
Fisik : Serangga,
benda asing
B : Kontaminasi
mikroba
F : debu, rambut
4.
8.
Penggorengan
B : Ulat
K : Pestisida
K: heterocyclic
amines,
akrilamida,
senyawa
hasil
oksidasi
F : Debu, rambut
9
Penyajian
dine)
In
M
:
Kontaminasi
patogen
F : rambut debu
Pencegahan
Faktor Risiko
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Mencuci semua
dengan bersih
peralatan
Tidak Signifikan
M
M
H
L
Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Melakukan 5S
Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Mengganti minyak
Melakukan
housekeeping
terhadap
Mencuci peralatan dengan air
mengalir
4.
Ya
Tidak
5.
Ya
Tidak
P3
P4
Tidak
Tidak
CCP
CCP
Bukan CCP
Bukan CCP
Bukan CCP
Bukan CCP
Bukan CCP
Bukan CCP
Bukan CCP
CCP
Bukan CCP
Sumber : OTI Fried Chicken
Menentukan Batas Kritis dan Menetapkan Prosedur, Pemantauan dan Tindakan Koreksi
Batas kritis harus ditetapkan dan divalidasi untuk setiap titik kendali kritis. Kemudian dilakukan
pemantauan dengan mengukur dan mengamati suatu CCP yang berhubungan dengan batas kritisnya.
Tindakan perbaikan yang spesifik harus dikembangkan untuk setiap CCP dalam sistem agar dapat
menangani penyimpangan bila terjadi (Badan Standarisasi Nasional, 2011). Proses penetapan batas
kritis untuk bahaya kimia pada proses penggorengan berdasarkan hasil pengamatan, standar
ketentuan pemilik restoran, serta beberapa acuan publikasi ilmiah dan pustaka. Kegiatan monitoring
dan tindakan koreksi perlu dilakukan untuk mengawasi proses produksi dari fried chicken seperti
yang disajikan dalam Tabel 5 berikut.
Tabel 5 Pemantauan dan Tindakan Koreksi Untuk Proses yang Critical Control Point
No
1.
2.
Proses CCP
Penerimaan
ayam
Penggorengan
Jenis bahaya
B : Mikroba
Patogen
(
Salmonela,
clostridium
perfringens,
Listeria
monocytogenes,
E.Coli)
O157:H7
F : Benda asing
(bulu, kerikil,
dan logam
K : senyawa
heterocyclic,
akrilamida, hasil
oksidasi minyak
Batas kritis
Tidak ada bau
menyimpang
Tidak
ada
memar, benda
asing dan darah
Kombinasi suhu
dan
waku
penggorengan
Minyak hanya
boleh digunakan
2 kali
Monitoring
Metode
Mengukur suhu internal produk
Tindakan koreksi
Frekuensi
Setiap
penerimaan
P.Jawab
Asisten
Manager
Setiap
penggorengan
Pekerja
10
6.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan dalam laporan ini dapat diambil kesimpulan :
1. Potensi bahaya yang sering dijumpai dalam kegiatan proses produksi di OTI Fried Chicken
yaitu adanya potensi bahaya biologi, kimia dan fisika. Potensi bahaya biologi yaitu adanya
bakteri Salmonella, Clostridium, Listeria monocytogenes,dan Campylobacter spp yang terdapat
pada tubuh ayam. Sedangkan bahaya fisika yaitu adanya benda-benda seperti kerikil, sisa bulu
ayam, dan rambut. Kemudian potensi bahaya kimia yaitu terletak pada mesin yang berkarat
serta reaksi oksidasi dan polimerisasi pada minyak, akrilimida, dan . Adanya potensi bahaya
tersebut sangat berpengaruh terhadap keamanan produk
2. Titik kendali kritis pada kegiatan produksi di OTI Fried Chicken adalah saat proses penerimaan
bahan baku ayam dan proses penggorengan
3. Tindakan pencegahan perlu dilakukan terutama untuk proses yang merupakan titik kendali
kritis. Pencegahan yang perlu dilakukan untuk proses penerimaan bahan baku adalah dengan
melakukan pengujian secara visual (inspeksi), perabaan (palpasi), dan atau penyayatan (insisi).
Untuk proses penggorengan dibutuhkan suhu minyak dan waktu penggorengan yang optimal
dengan menggunakan Deep-fat frying
Saran
Dari keseluruhan laporan ini didapatkan hasil dari kegiatan analisis ini, maka saran dan usulan
yang dapat direkomendasikan yaitu :
1. Perlu adanya prosedur serah terima daging ayam menurut acuan standar hygiene
2. Memperketat proses penggorengan sehingga menghasilkan produk dengan mutu yang baik
3. Hendaknya dilakukan pemantaun secara berkala
4. Perlu adanya pemberian pengetahuan mengenai konsep hygiene dan sanitasi kepada pekerja
Daftar Pustaka
Badan Standarisasi Nasinal. 2009. Standar Nasional Indonesia 3924:2009. Mutu Karkas dan Daging
Ayam. Jakarta
Badan Standarisasi Nasional. 2011. Standar Nasional Indonesia CAC/RCP 1:2011. Rekomendasi
Nasional Kode Praktis Prinsip Umum Higinen Pangan. Jakarta
Daulay,S., S., Madya, W. 2013. Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) dan Implementasinya
Dalam Industri Pangan. Pusdiklat Industri
Koswara,Sutrisno. 2009. HACCP dan Penerapannya Pada Produk Bakeri. Ebookpangan.com
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. 2004. Nomor 28/2014. Tentang Keamanan Mutu dan Gizi
Pangan. Jakarta
Renosari, P., Ceha, R., Utari, R. 2012. Upaya Meningkatkan Pengendalian Kualitas Keamanan Pangan
UKM Melalui Penerapan Prinsip Hazard Analysis & Critical Control Points (HACCP).
Undang Undang Presiden Republik Indonesia. 1996. Nomor 7/1996. Tantang Pangan. Jakarta
11