Anda di halaman 1dari 30

Alam semesta 

(disebut pula jagat raya atau universal[9]) merupakan istilah yang digunakan untuk


menjelaskan seluruh ruang waktu kontinu tempat kita berada, dengan energi dan materi yang
dimilikinya pada pertengahan pertama abad ke-20. Usaha untuk memahami pengertian alam
semesta dalam lingkup ini pada skala terbesar yang memungkinkan, ada pada kosmologi, ilmu
pengetahuan yang berkembang dari fisika dan astronomi.
Model-model ilmiah awal untuk Alam semesta dikembangkan oleh para filsuf Yunani kuno dan filsuf
India kuno dan bersifat geosentris, menempatkan Bumi di pusat Alam semesta.[10][11] Selama
berabad-abad, pengamatan astronomi yang lebih tepat membuat Nicolaus
Copernicus mengembangkan model heliosentris dengan Matahari di pusat Tata Surya. Dalam
mengembangkan hukum gravitasi universal, Sir Isaac Newton berdasar pada karya Copernicus
serta pengamatan oleh Tycho Brahe dan hukum gerak planet Johannes Kepler.
Pada pertengahan terakhir abad ke-20, perkembangan kosmologi berdasarkan pengamatan, juga
disebut fisika kosmologi, mengarahkan pada pembagian kata alam semesta ini, antara kosmologi
pengamatan dan kosmologi teoretis; yang (biasanya) para ahli menyatakan tidak ada harapan untuk
mengamati keseluruhan dari ruang waktu kontinu, kemudian harapan ini dimunculkan, mencoba
untuk menemukan spekulasi paling beralasan untuk model keseluruhan dari ruang waktu, mencoba
mengatasi kesulitan dalam mengimajinasikan batasan empiris untuk spekulasi tersebut dan risiko
pengabaian menuju metafisika.
Alam Semesta juga dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dianggap ada secara fisik,
seluruh ruang dan waktu, dan segala bentuk materi serta energi. Istilah semesta atau jagat raya
dapat digunakan dalam indra kontekstual yang sedikit berbeda, yang menunjukkan konsep-konsep
seperti kosmos, dunia, atau alam.

Definisi
Alam semesta fisik didefinisikan sebagai keseluruhan ruang dan waktu[a] (secara kolektif
disebut ruang-waktu) dan isinya.[12] Isi tersebut terdiri dari semua energi dalam berbagai bentuk,
termasuk radiasi elektromagnetik dan materi.[13][14][15] Alam semesta juga mencakup hukum-hukum
fisika yang memengaruhi energi dan materi, seperti hukum kekekalan, mekanika klasik,
dan relativitas.[16]
Alam semesta sering didefinisikan sebagai "keseluruhan keberadaan", atau segala sesuatu yang
ada, segala sesuatu yang telah ada, dan segala sesuatu yang akan ada.[16] Bahkan, beberapa filsuf
dan ilmuwan mendukung penyertaan gagasan dan konsep abstrak – seperti matematika dan logika
– dalam definisi Alam semesta.[17][18][19] Kata alam semesta juga dapat merujuk pada konsep-konsep
seperti kosmos, dunia, dan alam.[20][21]

Penamaan dan Pemaknaan Alam Semesta yang


mencangkup ruang dan waktu
Kata Universe (Semesta) biasanya didefinisikan mencakup keseluruhan. Namun, dengan
menggunakan definisi alternatif, beberapa kosmolog berspekulasi bahwa Universe hanya merujuk
pada alam di mana keberadaan kita berada. Hal ini terkait dengan pemaknaan alam semesta kita
yang hanya merupakan satu dari banyak "semesta" yang secara kolektif disebut multiverse[1].
Sebagai contoh, dalam banyak hipotesis dunia semesta baru yang melahirkan dengan setiap
gagasan kutipan pengukuran kuantum, semesta ini biasanya dianggap benar-benar terputus dari
kita sendiri dan tidak mungkin dapat diamati memalui indra kontektual manusia. Pengamatan bagian
yang lebih tua dari alam semesta (yang jauh) menunjukkan bahwa alam semesta telah diatur
oleh hukum fisika yang sama dan konstan di sebagian besar wilayah luas yang mengandung
sejarah. Namun, dalam teori gelembung alam semesta, mungkin ada variasi tak terbatas semesta
yang dibuat dalam berbagai cara, dan mungkin masing-masing memiliki konstanta fisik yang
berbeda.
Sepanjang sejarah mencatat, beberapa kosmolog telah diusulkan untuk menjelaskan pengamatan
Semesta. Model paling awal ialah geosentris yang dikembangkan oleh seorang filsuf Yunani kuno
bernama Claudius Ptolomeuses. Ia berpendapat bahwa alam semesta memiliki ruang yang tak
terbatas dan telah ada sebuah kekekalan, tetapi berisi satu set bola konsentris dengan ukuran
terbatas sesuai dengan bintang tetap, Matahari dan berbagai planet berputar
mengelilingi Bumi yang bulat dan tak bergerak. Selama berabad-abad, peningkatan keselarasan
pemikiran manusia yang ditopang oleh penemuan teori gravitasi Newton membuat
teori heliosentris Copernicus mengenai Tata Surya mulai diyakini. Perbaikan lebih lanjut
dalam astronomi menyebabkan kesadaran bahwa tata surya tertanam dalam galaksi yang terdiri
dari jutaan bintang, Bima Sakti, dan bahwa ada galaksi lain di luar itu, sejauh selama instrumen
astronomi dapat mencapainya. Studi yang meneliti terhadap distribusi galaksi-galaksi dan garis
spektrum telah menyebabkan banyak kosmologi modern terkuap. Penemuan pergeseran
gelombang merah dan radiasi gelombang mikro, latar belakang kosmik, mengungkapkan bahwa
alam semesta berkembang dan tampaknya memiliki awal dan akhir.
Menurut model ilmiah yang berlaku di Alam Semesta, dikenal sebagai Big Bang, alam semesta
berkembang dari sebuah fase, sangat panas padat yang disebut zaman Planck, di mana semua
materi dan energi alam semesta terkonsentrasi. Sejak zaman Planck, Semesta telah berkembang
untuk membentuk saat ini, mungkin dengan jangka waktu singkat (kurang dari 10-32 detik) inflasi
kosmik. Beberapa pengukuran eksperimental independen mendukung ekspansi teoretis dan, lebih
umum, teori Big Bang. Pengamatan terbaru menunjukkan bahwa ekspansi ini telah mempercepat
energi gelap, dan bahwa sebagian besar masalah di Semesta mungkin dalam bentuk yang tidak
dapat dideteksi oleh instrumen ini, dan karenanya tidak diperhitungkan dalam model alam semesta
sekarang ini; ini telah dinamai materi gelap. Kekurangakuratan pengamatan saat ini telah
menghambat prediksi nasib akhir alam semesta. Arus interpretasi pengamatan astronomi
menunjukkan bahwa umur alam semesta adalah 13,73 (± 0,12) miliar tahun, [2] dan bahwa diameter
alam semesta yang teramati paling tidak 93 milyar tahun cahaya, atau 8,80 × 1026 meter. [3]
Menurut relativitas umum, ruang dapat memperluas lebih cepat dari kecepatan cahaya, meskipun
kita dapat melihat hanya sebagian kecil dari alam semesta karena pembatasan yang diberlakukan
oleh hukum kecepatan cahaya itu sendiri. Tidak pasti, apakah ukuran Semesta terbatas atau tak
terbatas.

Etimologi, Sinonim dan Definisi[sunting | sunting sumber]


Lihat pula: Kosmos, Alam, dan Bumi

Alam Semesta, atau lebih sering disebut Jagat Raya adalah keseluruhan dari ruang dan waktu yang terdiri dari
triliyunan galaksi yang terbentuk dari bintang-bintang seusai peristiwa Big Bang ratusan milyar tahun yang lalu.
Grup bintang-bintang ini terlihat membentuk sebuah konstelasi bintang yang oleh budaya Indonesia banyak
dimanfaatkan dalam masa pertanian.

Kata Alam Semesta berasal dari kata-kata Univers (Prancis), yang pada gilirannya berasal dari


kata Latin Universum [4]. Bahasa Latin banyak digunakan oleh Cicero dan penulis lainnya, yang
kemudian, banyak penggunaan indra makna yang sama seperti kata bahasa Inggris modern yang
digunakan. [ 5] Kata Latin berasal dari kontraksi Unvorsum puitis - pertama kalinya digunakan
oleh Lucretius dalam Buku IV (baris 262) De Rerum natura (Dalam Sifat Pemikiran) - yang
menghubungkan un, uni (bentuk kombinasi dari Unus, atau "satu") dengan vorsum, versum (sebuah
kata benda yang terbuat dari participle pasif vertere sempurna, yang berarti "sesuatu yang dirotasi,
digiling, diubah"). [5] Lucretius digunakan dalam arti kata "segalanya digulung menjadi satu,
semuanya digabungkan menjadi satu".
Artistik rendition (sangat berlebihan) dari pendulum Foucault menunjukkan bahwa Bumi tidak diam,
tetapi berputar.
Interpretasi alternatif unvorsum adalah "semuanya diputar sebagai salah satu" atau "segalanya
diputar oleh salah satu". Dalam pengertian ini, dapat dianggap sebagai terjemahan dari sebuah
kata Yunani sebelumnya untuk Semesta, περιφορα, "sesuatu diangkut dalam lingkaran", awalnya
digunakan untuk menggambarkan suatu program makan, makanan yang dibawa berkeliling
lingkaran para tamu makan malam. [6] Bahasa Yunani ini mengacu pada model Yunani
awal alam semesta, di mana semua materi yang terkandung dalam bidang berputar berpusat di
Bumi. Menurut Aristoteles, rotasi lingkup terluar bertanggung jawab atas gerak dan perubahan dari
segala sesuatu. Itu adalah wajar bagi orang-orang Yunani untuk menganggap bahwa Bumi telah
berubah dan bahwa langit berputar mengelilingi bumi, karena
pengukuran astronomi dan fisik dengan teliti (seperti pendulum Foucault) diperlukan untuk
membuktikan sebaliknya.
Istilah yang paling umum untuk "Alam Semesta" di antara para filsuf Yunani
kuno dari Pythagoras adalah το παν (Semuanya), yang didefinisikan sebagai semua materi (το
ολον) dan semua ruang (το κενον). [7][8] Lainnya, sinonim untuk alam semesta antara filsuf Yunani
kuno termasuk κοσμος (artinya dunia, kosmos) dan φυσις (artinya Alam, dari mana kita berasal) [9]
memiliki arti kata yang sama, yang ditemukan di penulis Latin (totum, Mundus, natura) [10] dan
bertahan dalam bahasa modern, misalnya, kata-kata Jerman Das Semua, Weltall, dan Natur untuk
Universe. Sinonim yang sama ditemukan dalam bahasa Inggris, seperti semua (seperti dalam teori
segala sesuatu), kosmos (seperti dalam kosmologi), dunia (seperti pada banyak-dunia hipotesis),
dan Alam (seperti dalam hukum alam atau filsafat alam ). [11]

Definisi Luas: Realitas dan Probabilitas


Definisi luas dari alam semesta ditemukan dalam naturae De divisione oleh filsuf abad
pertengahan Johannes Scotus Eriugena, yang didefinisikan sebagai segala sesuatu hanya, segala
sesuatu yang ada, dan segala sesuatu yang tidak ada. Waktu tidak dipertimbangkan dalam definisi
Eriugena's; demikian, definisinya mencakup segala sesuatu yang ada, telah ada dan akan ada,
serta segala sesuatu yang tidak ada, belum pernah ada dan tidak akan pernah ada. Definisi ini
mencakup segalanya yang tidak diadopsi oleh sebagian besar filsuf di kemudian hari, tetapi sesuatu
yang tidak sepenuhnya berbeda muncul kembali dalam fisika kuantum, mungkin paling jelas dalam
perumusan jalan-terpisahkan dari Feynman. [12] Menurut formulasi itu, amplitudo probabilitas untuk
berbagai hasil percobaan yang diberikan sangat ditentukan oleh keadaan awal sistem tersebut yang
termajukan dari awal ke keadaan akhir. Tentu saja, percobaan hanya dapat memiliki satu hasil,
dalam kata lain, hanya satu hasil yang mungkin adalah menjadi nyata di Alam Semesta ini, melalui
proses misterius pengukuran kuantum, juga dikenal sebagai runtuhnya fungsi gelombang (namun
lihat-banyak dunia hipotesis di bawah ini yang dijelaskan di bagian Multiverse). Dalam hal
ini, matematika didefinisikan dengan baik, bahkan yang tidak ada (semua path yang mungkin) dapat
mempengaruhi yang akhirnya tidak ada (pengukuran eksperimental). Sebagai contoh khusus,
setiap elektron intrinsik identik dengan setiap lainnya, sehingga amplitudo probabilitas harus dihitung
memungkinkan untuk kemungkinan bahwa mereka bertukar posisi, sesuatu yang dikenal sebagai
simetri tukar. Konsepsi ini merangkul baik Semesta ada dan non-paralel longgar ada doktrin-doktrin
Buddhis shunyata dan pengembangan saling bergantung realitas, dan Gottfried Leibniz dengan
konsepnya yang lebih modern dari kontingensi dan identitas indiscernibles.

Definisi Sebagai Kenyataan


Lebih lazim, Semesta didefinisikan sebagai segala sesuatu yang ada, telah ada, dan akan ada.
Menurut definisi dan pemahaman kita, Semesta terdiri dari tiga unsur: ruang dan waktu, yang
dikenal sebagai ruang-waktu atau vakum, materi dan berbagai bentuk energi dan momentum
menempati ruang-waktu dan hukum-hukum alam yang mengatur semesta raya. Elemen-elemen ini
akan dibahas secara lebih rinci di bawah ini. Sebuah definisi terkait istilah Semesta, segala sesuatu
yang ada pada saat satu waktu kosmologis, seperti saat ini, seperti dalam kalimat "Jagat Raya
sekarang bermandikan seragam dalam radiasi gelombang mikro".
Tiga unsur alam semesta (ruang-waktu, materi-energi, dan hukum fisika) sesuai terhadap ide-
ide Aristoteles. Dalam bukunya The Phsyics (Φυσικης, dari mana asal kata "fisika"), Aristoteles
membagi το παν (semuanya) menjadi tiga elemen analog kira-kira: materi (hal-hal yang Semesta
dibuat), bentuk (susunan yang materi dalam ruang) dan perubahan (bagaimana hal diciptakan,
dihancurkan atau diubah dalam sifat-sifatnya, dan sama, bagaimana bentuk yang berubah). Hukum
fisika dipahami sebagai aturan yang mengatur sifat materi, bentuk dan perubahan mereka.
Kemudian filsuf seperti Lucretius, Ibn Rusyd, Ibn Sina dan Baruch Spinoza diganti atau
disempurnakan dalam divisi tersebut, misalnya, Ibn Rusyd dan Spinoza melihat naturans
natura (prinsip-prinsip aktif yang mengatur Universe), unsur-unsur yang pasif atas tindakan
sebelumnya.

Definisi Yang Dikaitkan Ruang dan Waktu

Adalah sebuah kemungkinan untuk membayangkan ruang-waktu yang terputus, masing-masing


sudah ada tapi tidak dapat berinteraksi satu sama lain. Sebuah metafora mudah divisualisasikan
adalah sekelompok gelembung sabun terpisah, di mana pengamat yang tinggal di satu gelembung
sabun tidak dapat berinteraksi dengan orang-orang pada gelembung sabun lain, bahkan pada
prinsipnya. Menurut salah satu istilah umum, masing-masing "gelembung sabun" ruang-waktu
dilambangkan sebagai alam semesta, seperti yang kita sebut bulan kami Bulan. Seluruh koleksi
ruang ini yang terpisah-dilambangkan sebagai multiverse. [13] Pada prinsipnya, semesta tidak
berhubungan satu dengan lainnya, yang mungkin memiliki dimensionalitas topologi dan ruang-waktu
yang berbeda. Berbagai bentuk materi, energi, dan hukum fisik yang berbeda dari fisik konstanta
yang kita ketahui, meskipun kemungkinan tersebut saat ini spekulatif.

Definisi Sebagai Sebuah Realitas Yang Diamati

Menurut definisi yang "masih lebih restriktif", Semesta adalah segalanya dalam waktu kita yang
terhubung ruang untuk bisa memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan kita dan sebaliknya.
Menurut teori relativitas umum, beberapa daerah ruang mungkin tidak pernah berinteraksi dengan
kita, bahkan dalam seumur hidup, karena kecepatan cahaya dan ruang ekspansi yang sedang
berjalan. Sebagai contoh, pesan radio yang dikirim dari Bumi tidak pernah dapat mencapai
beberapa daerah ruang, bahkan jika Semesta akan hidup selamanya; ruang dapat memperluas
lebih cepat daripada cahaya yang melintas. Perlu penekankan bahwa daerah-daerah yang jauh dari
ruang yang diambil ada dan menjadi bagian dari realitas sebanyak seperti kita; namun kita tidak
pernah bisa berinteraksi dengan mereka. Wilayah spasial di mana kita dapat mempengaruhi dan
akan terpengaruh dilambangkan sebagai alam semesta teramati. Sebenarnya, seluruh alam
semesta yang teramati bergantung pada lokasi pengamat. Dengan perjalanan, pengamat dapat
datang ke dalam kontak dengan wilayah yang lebih besar dari ruang-waktu daripada seorang
pengamat yang teta di tempatnya, sehingga seluruh alam semesta teramati untuk yang pertama
lebih besar daripada yang kedua. Namun demikian, bahkan oleh orang yang paling cepat, mungkin
tidak dapat berinteraksi dengan semua ruang. Biasanya, seluruh alam semesta yang teramati
diambil yang berarti alam semesta diamati dari sudut pandang kami di Galaksi Bima Sakti.

Ukuran, Usia, Isi, Struktur, dan Hukum


Semesta adalah ruangan yang sangat besar dan mungkin tak terbatas dalam volume, hal yang
dapat diamati adalah tersebarnya ruang pada ukuran setidaknya 93 miliar tahun cahaya [14].
Sebagai perbandingan, diameter sebuah galaksi khas hanya 30.000 tahun cahaya, dan jarak khas
antara dua galaksi tetangga hanya 3 juta tahun cahaya. [15] Sebagai contoh, panjang diameter
Galaksi Bima Sakti kira-kira 100.000 tahun cahaya, [16] dan galaksi saudara terdekat kita,
galaksi andromeda, terletak sekitar 2,5 juta tahun cahaya.[17] Mungkin ada lebih dari 100 miliar
(1011) galaksi di alam semesta teramati. [18] galaksi kerdil umumnya memiliki sesedikitnya sepuluh
juta [19] (107) raksasa bintang sampai dengan satu triliun [20] (1012) bintang-bintang, semua
mengorbit masa pusat galaksi. Dengan demikian, perkiraan yang sangat kasar dari angka-angka ini
akan menyarankan ada sekitar satu sextillion (1021) bintang di seluruh alam semesta telah teramati,
meskipun studi 2003 oleh astronom Universitas Nasional Australia menghasilkan angka 70 sextillion
(7 x 1022) [21].
Hal diamati tersebar merata (homogen) di seluruh alam semesta, ketika rata-rata jarak lebih dari 300
juta tahun cahaya. [22] Namun, pada skala lebih kecil-panjang, hal ini diamati untuk membentuk
"gumpalan", yaitu untuk kluster hierarkis ; banyak atom terkondensasi menjadi bintang, bintang yang
paling dalam galaksi, galaksi yang paling dalam cluster, supergugus dan, akhirnya, struktur skala
terbesar seperti Tembok Besar galaksi. Hal diamati dari alam semesta juga menyebar isotropically,
yang berarti bahwa tidak ada arah pengamatan tampaknya berbeda dari yang lain; setiap wilayah
langit telah kira-kira konten yang sama. [23] Semesta juga mandi di sebuah radiasi gelombang mikro
yang sangat isotropik yang sesuai ke spektrum kesetimbangan termal benda hitam sekitar 2,725
kelvin. [24] Hipotesis bahwa alam semesta skala besar adalah homogen dan isotropik dikenal
sebagai prinsip kosmologis, [25] yang didukung oleh pengamatan astronomi.
Kepadatan keseluruhan kini Semesta sangat rendah, sekitar 9,9 × 10-30 gram per sentimeter kubik.
Massa-energi ini tampaknya terdiri dari 73% energi gelap, 23% materi gelap dingin, dan 4% materi
biasa. Dengan demikian kepadatan atom adalah atas perintah dari atom hidrogen tunggal untuk
setiap empat meter kubik volume [26] Sifat energi gelap dan materi gelap yang belum diketahui.. Hal
Dark gravitates sebagai hal biasa, sehingga bekerja untuk memperlambat ekspansi dari alam
semesta; Sebaliknya, energi gelap mempercepat ekspansi.
Semesta sudah tua dan JUGA berkembang. Perkiraan paling tepat dari usia alam semesta adalah
13,73 ± 0.12 miliar tahun, berdasarkan pengamatan radiasi latar belakang gelombang mikro kosmik.
[27] Independen perkiraan (berdasarkan pengukuran seperti radioaktif dating) setuju, walaupun
mereka kurang tepat, mulai dari 11-20 miliar tahun [28] untuk 13-15 miliar tahun [29] Alam semesta
belum sama pada setiap saat dalam sejarahnya. Misalnya, relatif populasi quasar dan galaksi telah
berubah dan ruang itu sendiri tampaknya diperluas. Perluasan ini account untuk bagaimana Bumi
terikat ilmuwan dapat mengamati cahaya dari 30 miliar tahun cahaya dari galaksi, bahkan jika
cahaya telah pergi untuk hanya 13 milyar tahun ruang yang sangat di antara mereka telah diperluas.
Perluasan ini konsisten dengan pengamatan bahwa cahaya dari galaksi jauh telah redshifted; foton
dipancarkan membentangkan panjang gelombang frekuensi yang lebih rendah lagi dan selama
perjalanan mereka. Tingkat ekspansi ini spasial adalah percepatan, berdasarkan penelitian
supernova IA Jenis dan diperkuat oleh data lain.
Fraksi relatif dari unsur-unsur kimia yang berbeda (khususnya atom ringan seperti hidrogen,
deuterium dan helium) tampaknya sama di seluruh alam semesta dan sepanjang sejarah yang
diamati [30] Alam semesta tampaknya memiliki masalah lebih dari antimateri. Asimetri yang
mungkin berkaitan dengan pengamatan pelanggaran CP. [31] The Universe tampaknya tidak
memiliki muatan listrik bersih, dan karena itu gravitasi tampaknya menjadi dominan interaksi pada
skala kosmologis panjang. Semesta juga tampaknya tidak memiliki momentum bersih atau
momentum sudut. Tidak adanya biaya bersih dan momentum akan mengikuti dari hukum-hukum
fisika yang berlaku (hukum Gauss dan perbedaan-non dari pseudotensor stres-energi-momentum,
masing-masing), jika alam semesta itu terbatas
Alam semesta adalah fana. Pengertian dari alam semesta adalah ruang dimana di dalamnya
terdapat kehidupan biotik maupun abiotik serta segala macam peristiwa alam yang dapat
diungkapkan maupun yang belum dapat diungkapkan oleh manusia. Ada penciptaan, proses dari
ketidakadaan menjadi ada, dan akhirnya hancur. Di antaranya ada penciptaan manusia dan
makhluk hidup lainnya. Di sana berlangsung pula ribuan, bahkan jutaan proses fisika, kimia,
biologi dan proses-proses lain yang tak diketahui. Sebenarnya seluruh kejadian di alam semesta
ini, sudah terjadi dan kejadiannya mengikuti segala rencana dan konsep yang sudah tertera di
dalam Al Qur'an. 

A. Keterkaitan Islam dan Alam Semesta

Al Quran menyimpan banyak teori yang sangat besar peluang kebenarannya bahwa sebenarnya
seluruh kejadian di alam semesta ini dengan konsep yang sudah tertera di dalam Al-Quran.
Tentang apa hakikat alam semestamenurut Al-Quran, dalam beberapa tempatpada surat-surat Al-
Quran disingung tentang apa itu alam semesta. Suatu kali Al-Quran menjelaskan bahwa, alam
semestaadalah langit dan bumi.

Jagad raya ini adalah sebuah massa atau susunan unsur-unsur itu berada dalam perbentangan.
Sehingga alam semesta dalam persfektif Al-Quran dapat dipahami sebagai perbentangan unsur-
unsur yang saling mempunyai keterkaitan.Sedang jagad raya dimana alam semesta yang
terbentang ini mempunyai atau mencakup pula hukum-hukum atau sebab-sebab alamiahnya. Jadi
pada hakikatnya, alam semesta haruslah dipahami sebagai wujud dari keberadaan Allah SWT,
sebab alam semesta dan seluruh isinya serta hukum-hukumnya tidak ada tanpa keberadaan Allah
Yang Maha Esa. Segala sesuatu termasuk langit dan bumi merupakan ciptaan Allah Yang Maha
Kuasa (Ibrahim,14:11). Allah adalah pemilik mutlak dari alam semesta dan penguasaalam
semesta serta pemeliharanya Yang Maha Pengasih (Al-Baqarah, 1: 1-3) sebagai ciptaannya,alam
semesta ini menyerah kepada kehendak Allah (Ali Imran, 3: 83) dan memuji Allah(Al-Hadid,
57: 1), (Al-Hasyr, 59:1), (As-Saff, 61:1), lihat pula ayat (Al-Isra, 17:44), (An-Nur24: 41). Antara
alam semesta (makhluk) dan Allah mempunyai keterikatan erat, dan bahkan meskipun
mempunyai hukumnya sendiri, ciptaanamat bergantung pada pencipta yang tak terhingga dan
mutlak

B. Penciptaan Alam Semesta

Jika kita mencari proses penciptaan alam semesta di dalam AL-Quran terdapat salah satu ayat
yang menjelaskan prosesnya seperti di surah (As-Sajdah, 32:4 yang artinya "Allah-lah yang telah
menciptakan langit dan bumi dan segala yang ada diantara keduanya dalam waktu enam hari,
kemudian dia bersemayam di atas Arsy.Kamu semua tidak memiliki seorang penolong dan
pemberi syafaat pun selain diri-Nya. Lalu, apakah kamu tidak memperhatikannya ?" . Dari salah
satu ayat tersebut Allah SWT menyebutkan penciptaan langit dan bumi dalam enam masa (sittati
ayyaamin) selanjutnya para mufasir bersepakat dalam menafsirkan ayat ini, bahwa yang disebut
dengan  (sittati ayyaamin) adalah enam tahapan atau proses bukan enam hari sebagaimana
mengartikan kata Ayyamin. Selain itu juga terdapat ayat yang mendukung proses penciptaan
berlangsung selama 6 masa ataupun tahapan di  dalam surah (An Naaziat,79: 27-33) yang
menerangkan proses penciptaan alam semesta terbagi menjadi enam masa yaitu
 Masa pertama di dalam ayat 27 membahas mengenai penciptaan bumi. Pada masa pertama ini
dijelaskan mengenai penciptaaan langit yang dikenal hingga sekarang  dengan istilah "Teori Big
Bang". Awan debu (dukhan) yang terbentuk dari ledakan tersebut, terdiri dari hidrogen.
Hidrogen adalah unsur pertama yang terbentuk ketika dukhan berkondensasi sambil berputar dan
memadat. Ketika temperatur dukhan mencapai 20 juta derajat celcius, terbentuklah helium dari
reaksi inti sebagian atom hidrogen. Sebagian hidrogen yang lain berubah menjadi energi berupa
pancaran sinar infra-red. Perubahan wujud hidrogen ini mengikuti persamaan E=mc2, besarnya
energi yang dipancarkan sebanding dengan massa atom hidrogen yang berubah. Selanjutnya,
angin bintang menyembur dari kedua kutub dukhan, menyebar dan menghilangkan debu yang
mengelilinginya. Sehingga, dukhan yang tersisa berupa piringan, yang kemudian membentuk
galaksi. Bintang-bintang dan gas terbentuk dan mengisi bagian dalam galaksi, menghasilkan
struktur filamen (lembaran) dan void (rongga). Jadi, alam semesta yang kita kenal sekarang
bagaikan kapas, terdapat bagian yang kosong dan bagian yang terisi
 Masa kedua didalam ayat 28 membahas mengenai penciptaan bumi, karena didalam ayat ini
berisi bahwa "Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya"Kata "meninggikan
bangunan" dianalogikan dengan alam semesta yang mengembang, sehingga galaksi-galaksi
saling menjauh dan langit terlihat makin tinggi. Ibaratnya sebuah roti kismis yang semakin
mengembang, dimana kismis tersebut dianggap sebagai galaksi. Jika roti tersebut mengembang
maka kismis tersebut pun akan semakin menjauh. Mengembangnya alam semesta sebenarnya
adalah kelanjutan big bang. Jadi, pada dasarnya big bang bukanlah ledakan dalam ruang,
melainkan proses pengembangan alam semesta. Dengan menggunakan perhitungan efek doppler
sederhana, dapat diperkirakan berapa lama alam ini telah mengembang, yaitu sekitar 13.7 miliar
tahun. Sedangkan kata "menyempurnakan", menunjukkan bahwa alam ini tidak serta merta
terbentuk, melainkan dalam proses yang terus berlangsung. Misalnya kelahiran dan kematian
bintang yang terus terjadi. Alam semesta ini dapat terus mengembang, atau kemungkinan lainnya
akan mengerut.
 Masa ketiga didalam ayat 29 membahas mengenai kejadian yang dapat kita saksikan dengan
seksama, karena diayat ini berisi bahwa "Dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan
menjadikan siangnya terang benderang". Ayat tersebut dapat ditafsirkan sebagai penciptaan
matahari sebagai sumber cahaya dan Bumi yang berotasi, sehingga terjadi siang dan malam.
Pembentukan tata surya diperkirakan seperti pembentukan bintang yang relatif kecil, kira-kira
sebesar orbit Neptunus. Prosesnya sama seperti pembentukan galaksi seperti di atas, hanya
ukurannya lebih kecil. Seperti halnya matahari, sumber panas dan semua unsur yang ada di Bumi
berasal dari reaksi nuklir dalam inti besinya. Lain halnya dengan Bulan. Bulan tidak mempunyai
inti besi. Unsur kimianya pun mirip dengan kerak bumi. Berdasarkan fakta-fakta tersebut,
disimpulkan bahwa Bulan adalah bagian Bumi yang terlontar ketika Bumi masih lunak. Lontaran
ini terjadi karena Bumi bertumbukan dengan suatu benda angkasa yang berukuran sangat besar
(sekitar 1/3 ukuran Bumi). Jadi, unsur-unsur di Bulan berasal dari Bumi, bukan akibat reaksi
nuklir pada Bulan itu sendiri.
 Masa keempat didalam ayat 30 membahas mengenai bumi yang kita tinggali ini sudah mulai
terbentuk, karena di ayat ini berisi bahwa "Dan bumi sesudah itu dihamparkanNya". Pada masa
ini Bumi yang terbentuk dari debu-debu antar bintang yang dingin mulai menghangat dengan
pemanasan sinar matahari dan pemanasan dari dalam (endogenik) dari peluruhan unsure-unsur
radioaktif di bawah kulit bumi. Akibat pemanasan endogenik itu materi di bawahkulit bumi
menjadi lebu,antara lain muncul sebagai lava dari gunung api. Batuan basalt yang menjadi  dasar
lautan dan granit yang menjadi batuan utama di daratan merupakan hasil pembekuan materi
leburan tersebut. Pemadatan kulit bumiyang menjadi dasar lautan dan daratan itulah yang
tampaknya dimaksudkan "penghamparan bumi"
 Masa kelima didalam ayat 31 membahas mengenai penciptaan air yang melimpah di bumi,
karena pada masa 1 hingga 4 bumi dibentuk belum disertai dengan adanya air sehingga muncul
beberapa tumbuhan yang baru pada masa ini. Jadi, darimana datangnya air? Air diperkirakan
berasal dari komet yang menumbuk Bumi ketika atmosfer Bumi masih sangat tipis. Unsur
hidrogen yang dibawa komet kemudian bereaksi dengan unsur-unsur di Bumi dan membentuk
uap air. Uap air ini kemudian turun sebagai hujan yang pertama. Bukti bahwa air berasal dari
komet, adalah rasio Deuterium dan Hidrogen pada air laut, yang sama dengan rasio pada komet.
Deuterium adalah unsur Hidrogen yang massanya lebih berat daripada Hidrogen pada umumnya.
 Masa keenam didalam ayat 32 membahas mengenai penciptaan gunung yang setelah sebelumnya
diciptakan oleh Allah SWT yaitu berupa daratan, air, tumbuhan. 
 Dan di ayat 33 membahas mengenai penciptaan hewan, manusia yang setelah sebelumnya Allah
SWT menciptakan daratan, air, tumbuhan, pegunungan, dan lain sebagainya

C. Pelestarian Alam Semesta

Ada beberapa hal yang harus diketahui dalam melestarikan Alam Semesta yang telah diberikan
oleh Allah SWT kepada manusia. Di dalam hal melestarikan Alam Semesta beserta isinya ini
tidak hanya dilakukan secara lahiriyah saja melainkan juga dari kesadaran manusianya itu sendiri
yang tidak lepas dari keimanan. Kita juga sebagai umat manusia yang bertugas untuk
melestarikan Alam Semesta juga harus mempunyai prinsip dalam melestarikannya, yaitu:

 Sikap Hormat terhadap Alam (Respect For Nature)

Di dalam Al Qur'an surat Al-Anbiya 107, Allah SWT berfirman:

Artinya : "Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam".

Rahmatan lil alamin bukanlah sekedar motto Islam, tapi merupakan tujuan dari Islam itu sendiri.
Sesuai dengan tujuan tersebut, maka sudah sewajarnya apabila Islam menjadi pelopor bagi
pengelolaan alam dan lingkungan sebagai manifestasi dari rasa kasih bagi alam semesta tersebut.
Selain melarang membuat kerusakan di muka bumi, Islam juga mempunyai kewajiban untuk
menjaga lingkungan dan menghormati alam semesta yang mencakup jagat raya yang didalamya
termasuk manusia, tumbuhan, hewan, makhluk hidup lainnya, serta makhluk tidak hidup.

 Prinsip Tanggung Jawab (Moral Responsibility For Nature)

Terkait dengan prinsip hormat terhadap alam di atas adalah tanggung jawab moral terhadap
alam, karena manusia diciptakan sebagai khalifah (penanggung jawab) di muka bumi dan secara
ontologis manusia adalah bagian integral dari alam. Sesuai dengan firman Allah dalam surah al
Baqarah : 30
Artinya : Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi.

Kenyataan ini saja melahirkan sebuah prinsip moral bahwa manusia mempunyai tanggung jawab
baik terhadap alam semesta seluruhnya dan integritasnya, maupun terhadap keberadaan dan
kelestariannya Setiap bagian dan benda di alam semesta ini diciptakan oleh Tuhan dengan
tujuannya masing-masing, terlepas dari apakah tujuan itu untuk kepentingan manusia atau tidak.
Oleh karena itu, manusia sebagai bagian dari alam semesta, bertanggung jawab pula untuk
menjaganya.

 Solidaritas Kosmis (Cosmic Solidarity)

Terkait dengan kedua prinsip moral tersebut adalah prinsip solidaritas. Sama halnya dengan
kedua prinsip itu, prinsip solidaritas muncul dari kenyataan bahwa manusia adalah bagian
integral dari alam semesta. Lebih dari itu, dalam perspektif ekofeminisme, manusia mempunyai
kedudukan sederajat dan setara dengan alam dan semua makhluk lain di alam ini. Kenyataan ini
membangkitkan dalam diri manusia perasaan solider, perasaan sepenanggungan dengan alam
dan dengan sesama makhluk hidup lain.

 Prinsip Kasih Sayang dan Kepedulian terhadap Alam (Caring For Nature)

Sebagai sesama anggota komunitas ekologis yang setara, manusia digugah untuk mencintai,
menyayangi, dan melestarikan alam semesta dan seluruh isinya, tanpa diskriminasi dan tanpa
dominasi. Kasih sayang dan kepedulian ini juga muncul dari kenyataan bahwa sebagai sesama
anggota komunitas ekologis, semua makhluk hidup mempunyai hak untuk dilindungi, dipelihara,
tidak disakiti, dan dirawat. Sebagaimana dimuat dalam sebuah Hadis shahih yang diriwayatkan
oleh Shakhihain:

Dari Anas radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Tidak seorang
pun muslim yang menanam tumbuhan atau bercocok tanam, kemudian buahnya dimakan oleh
burung atau manusia atau binatang ternak, kecuali yang dimakan itu akan bernilai sedekah
untuknya."

Mengetahui bahwa suatu proses ekologi dapat menjadi terganggu jika dimasukkan kedalamnya
sesuatu benda yang asing atau memasukkan sesuatu yang tepat namun dalam jumlah besar atau
secara berlebihan. Mengingat karena semua kerusakan atau pencemaran lingkungan di dunia ini
di sebabkan karena tangan ulah tangan manusia, maka dalam hal pelestarian ini haruslah diingat
hal-hal yang berhubungan dengan kerusakan lingkungan hidup, diantaranya adalah :

1. Penebangan pohon di hutan hutan secara liar tanpa menanam kembali pohon yang telah
ditebangnya yang berdampak kepada terjadinya banjir, erosi, tanah longsor dan sebagainya

2. Membuang sampah sembarangan, limbah industri yang mengakibatkan pencemaran air,


sumber penyakit dan dan dapat memusnahkan habitat hewani dan sebagainya
3. Polusi udara menyebabkan menyebarnya penyakit bagi makhluk hidup

Adapun untuk melestarikan lingkungan hidup yang telah diberikan oleh Allah SWT adalah dari
kesadaran manusia itu sendiri. Hal-hal yang harus diketahui dalam melestarikan lingkungan
hidup seperti air, udara, tanah diantaranya adalah :

Air:

 Melakukan penyuluhan mengenai penghematan air yang dilakukan sedini mungkin


 Melakukan penanaman pohon kembali atau reboisasi di setiap hutan yang dikategorikan gundul,
karena dari akar pohon dapat menyimpan air
 Tidak membuang sampah secara sembarangan maupun tidak membuang limbah pabrik ke aliran
sungai, dikarenakan akan membuat tercemar aliran air tersebut sehingga tidak dapat digunakan
bahkan akan bedampak terjadinya banjir

Tanah:

 Menggunakan pupuk kimia secara bijaksana


 Memberikan penyuluhan mengenai tidak membuang sampah sembarangan dan mendaur ulang
sampah
 Melakukan reboisasi atau penanaman kembali
 Menerapkan Wanatani

Udara:

 Melakukan penanaman kembali atau Reboisasi


 Mengurangi penggunanaan kendaraan pribadi dan beralih kepada transportasi umum yang dapat
meminimalkan pembuangan asap kendaraan
 Mengurangi penggunaan Freon, semisalnya dari ac dirumah-rumah penduduk
 Tidak membakar sampah secara berlebihan
A.    ALAM SEMESTA
1. Pengertian Alam Semesta
Alam adalah segala sesuatu yang ada atau yang dianggap ada oleh manusia di dunia ini selain
Allah beserta Dzat dan sifat-Nya. Alam dapat dibedakan mrnjadi beberapa jenis, diantaranya adalah
alam ghoib dan alam syahadah. Alam syahadah dalam istilah Inggris disebut universe yang artinya
seluruhnya, yang dalam bahasa sehari-hari disebut sebagi alam semesta. Alam semesta
merupakan ciptaan Allah yang diurus dengan kehendak dan perhatian Allah. Allah menciptakan
alam semesta ini dengan susunan yang teratur dalam aspek biologi, fisika, kimia, dan geologi
beserta semua kaidah sains. Definisi dari alam semesta itu sendiri adalah segala sesuatu yang ada
pada diri manusia dan di luar dirinya yang merupakan suatu kesatuan system yang unik dan
misterius. Alam syahadah atau alam materi sering juga disebut dengan alam fisik karene alam
syahadah merupakan alam yang dapat dicapai oleh indera manusia baik dengan menggunakan alat
atau tidak, berbeda dengan alam ghoib yang tidak dapat tercapai oleh indera. Alam syahadah dapat
dibedakan menjadi alam raya (makrokosmos) dan alam zarrah (mikrokosmos). Dan dapat pula
dibedakan menjadi alam nabati, hewani, dan insani Al Quran menggambarkan alam semesta
laksana sebuah kitab yang disusun oleh satu wujud yang arif, yang setiap baris dan katanya
merupakan tanda kearifan penulisnya.

2. Penciptaan Alam Semesta


a.       Menurut Teori Big Bang
Alam semesta telah diciptakan sekitar 15 miliar tahun yang lalu. Tidak seorangpun tahu kenapa,
mengapa, dan bagaimana alam semesta ini terbentuk. Akan tetapi, dari beberapa penelitian yang
memakan waktu yang lama, bermunculanlah berbagai teori penciptaan alam semesta. Pada abad
ke 19, banyak orang mempercayai teori alam semesta yang tetap. Teori ini mengatakan bahwa
alam semesta tidak memiliki permulaan, dengan kata lain alam semesta ini telah ada sejak dahulu
kala dan tidak berubah (statis). Teori ini muncul dari kalangan materialis yang tidak percaya tentang
penciptaan.

     Kemudian, pada abad 20 muncul suatu teori baru tentang penciptaan alam semesta, yaitu teori
Big Bang. Teori ini mengatakan bahwa alam semesta memiliki permulaan. Pada teori ini, dikatakan
bahwa alam semesta terbentuk karena sebuah ledakan besar yang disebut Big Bang. Teori Big
Bang merupakan kebalikan dari teori alam semesta yang tetap. Teori Big bang menyatakan bahwa
alam semesta terbentuk oleh suatu ledakan besar. Pernyataan ini mengindikasikan bahwa terdapat
permulaan pada alam semesta. Banyak orang yang menganut paham materialis yang tidak percaya
dan menyanggah teori ini.

      Akan tetapi, tidak lama setelah teori ini muncul, banyak bukti -bukti yang ditemukan
membenarkan teori ini seperti ditemukannya sisa-sisa gema radiasi dentuman dari ledakan tersebut.
Sungguh menakjubkan karena sisa-sisa gema dentuman tersebut masih ada meskipun proses-
proses pendinginan dari dentuman besar tersebut telah berlangsung selama 15 miliar tahun. Sisa-
sisa radiasi gema tersebut dapat ditemukan pada suhu 5 kelvin. Kemudian teori Big Bang pun
diterima oleh berbagai kalangan di seluruh dunia.

b.      Menurut Al Quran
Menurut pandangan Al Quran, penciptaan alam semesta dapat dilihat pada surat Al Anbiya ayat
30.
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian kami pisahkan antara keduanya. dan dari
air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”

Menurut ayat di atas dikatakan bahwa langit dan bumi dahulunya merupakan satu kesatuan
yang padu.

“Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan
kepada bumi, “  Datanglah kamu keduanya menuruti perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”.
Keduanya  menjawab, “Kami datang dengan suka hati”
“ Maka Dia menjadikannya 7 langit dalam 2 masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit
urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami
memeliharanya dengan sebaik-baiknya`” ( Fushshilat 11-12)
Surat ini menerangkan bahwa yang pertama kali Allah ciptakan sebelum ada bintang-bintang
dan galaksi, adalah bumi, kemudian Allah swt siapkan makanan di bumi bagi subject utama
penciptaan alam semesta , yaitu manusia. Baru setelah itu Allah ciptakan langit dan bintang-bintang
dalam enam masa. Seperti diterangkan dalam Surat Al A’raf ayat 54, alam semesta ini diciptakan
selama 6 masa.
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam
masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya
dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing)
tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci
Allah, Tuhan semesta alam.
Bumi sebelumnya adalah planet yang mati dan Allah menghidupkannya dengan menu-runkan
air dari langit.
“ Dan Allah menurunkan dari langit air dan dengan air itu dihidupkannya bumi sesudah
matinya.”. (QS`An Nahl ; 65). Pertanyaannya adalah darimana air ini berasal ? Padahal waktu itu
belum ada awan yang bisa menghasilkan hujan, belum ada langit yang bisa menahan uap air. Maka
satu-satunya kemungkinan asal air adalah dari Arasynya Allah.
“ Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi,
dan sesungguhnya Kami benar-benar kuasa menghilangkannya.”( QS  Al- Mu’minun ; 18 )
Perhatikan kalimat “lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi” , ini menerangkan bahwa air bukanlah
pemukim asli bumi tetapi pendatang  (alien).
“ ……….Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup, Maka mengapakah mereka tiada juga
beriman “ ( QS. Al-Anbiya ;30 ).
“ …. Maka Kami tumbuhkan dengan air itu berjenis-jenis tumbuhan yang bermacam-macam “ ( QS
Tha Ha ; 53)
“ Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air … (QS An Nur ; 45).
Ketiga ayat tersebut makin menjelaskan kepada kita bahwa setelah air diturunkan ke bumi,
maka sebelum Allah ciptakan hewan , tentunya yang terlebih dahulu Allah cipakan adalah tumbuh-
tumbuhan sebagai cadangan makanan hewan. Kemudian hewan-hewan ada juga yang menjadi
cadangan makanan untuk hewan-hewan predator. Semua jenis hewan, baik burung maupun hewan
darat, ternyata menurut ilmu pengetahuan memang asal-usulnya dari hewan air.
Misteri berikutnya adalah dikatakan dalam Al Qur’an bahwa langit dan bumi dulunya adalah
suatu yang padu. Jadi bukan bumi dan bintang-bintang yang dulunya sesuatu yang padu.
“ ………bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian kami
pisahkan antara keduanya……. “ ( QS. Al-Anbiya ;30 ).
Selanjutnya  Allah swt katakan menciptakan langit dari asap (lihat kembali surat Al Fushilat ayat
11). Bumi, sebelum Allah swt hidupkan dengan menurunkan air dari langit, pada mulanya adalah
sebuah bola api yang sangat panas. Ilmu pengetahuanpun mengakui hal tersebut. Tetapi tanpa
perlu pembuktian, kita tahu bahwa perut bumi masih mengandung lumpur dan lahar yang sangat
panas sampai saat ini. Sebuah benda yang panas, seperti sebatang besi yang membara misalnya,
apabila disiram air akan menyebabkan munculnya asap dan uap air. Demikian juga dengan bola
panas bumi pada waktu air diturunkan maka dia mengeluarkan asap dan uap air. Apa bedanya asap
dengan uap air ? Asap bersifat adhesive (mengikat) sedangkan uap bersifat kohesip (tidak
mengikat). Asap dari bumi inilah yang kemudian Allah swt ciptakan menjadi langit yang tujuh lapis.
Kemudian dalam tempurung langit yang pertama Allah ciptakan bintang-bintang. Darimana Allah swt
ciptakan bintang-bintang. Wallahu a’lam, tidak ada penjelasan dalam Al Qur’an. Allah swt Kuasa
menciptakan segala sesuatunya dari yang tiada menjadi ada.

3. Karakteristik Integral Alam Semesta


a.       Terbatas, segala sesuatu yang dapat tertangkap oleh indera, ruang dan waktunya terbatas.
b.      Berubah, segala sesuatu berubah tidak tahan lama, segala sesuatu yang dapat ditangkap oleh
indera, keadaannya tidak akan berhenti, kalau tidak berkembang, ya rusak.
c.       Ditentukan.
d.      Bergantung.
e.       Relative.

4. Tujuan Penciptaan Alam


Pada hakekatnya segala sesuatu yang tercipta, benda hidup maupun mati, nyata ataupun tidak,
semuanya adalah milik Allah semata yang pada akhirnya semuanya akan kembali kepada-Nya. Baik
secara suka atau terpaksa, segala alam yang ada itu menjadi tunduk dan patuh pada hukum dan
ketetapan Allah.
Hanya karena sifat kasih dan saying dari Allah maka manusia yangi ciptakan adalah diberi tugas
sebagai kholifah di bumi ini bertugas untuk megelola, membudayakan, memanfaatkan dan
melestarikan alam. Tugas tersebut diberikan kepada manusia karena Allah menciptakn manusia
sebagai makhluk yang terbaik, seperti yang disebutkan dalam surat At Tiin ayat 4. Manusia di dalam
kehidupannya di dunia dibekali oleh Allah dengan potensi dasar. Potensi dasar itu dapat nampak
dan dilihat dalam jiwa, raga, tubuh, dan ruh.
Dari potensi dasar manusia yang berupa akal yang bias melahirkan daya berfikir dan daya nalar,
akhirnya manusia dapat menundukkan, menguasai, dan memanfaatkan alam. Dengan akal itu pula
manusia dapat mengamati, meneliti, menganalisis gejala-gejala alam yang timbul, dan menguasai
rahasia-rahasianya. Sehingga pada puncak penelitian dan penemuannya itu, akan wujud dan
keagungan Allah sebagai penciptanya.
Dengan demikian, tujuan alam diciptakan adalah bukan untuk dirusak, dicemari, dan dihancurkan.
Akan tetapi adalah untuk difungsikan semaksimal mungkin dalam kehidupan. Tujuan alam
diciptakan juga  bukan untuk disembah, dikultuskan, dan dimintai pertolongan. Akan tetapi adalah
untuk dikelola, dibudidayakan, dan dimanfaatkan dalam kehidupan. Pada akhirnya alam diciptakan
hanya sebagai fasilitas semata bagi manusia untuk mengenal dan lebih mendekatkan diri pada
Allah.
                                        
  
B.     MEKANISME ALAM (SUNNATULLAH)

Mekanisme alam atau sunnatullah adalah suatu ketentuan yang telah ditetapkan Allah demi
keteraturan, keserasian, dan keharmonisan alam jagat raya ini serta kesejahteraan manusia yang
hidup di dunia ini. Atau dengan kata lain, sunnatullah dapat diartikan sebagai hukum-hukum Allah
yang berlaku di alam raya ini atau biasa disebut sebagai hukum alam. Hukum-hukum Allah
diantaranya ada hukum yang berkaitan dengan alam raya dan ada pula hukum yang berkaitan
dengan manusia. Kalau hukum Allah yang berlaku bagi manusia dalam kehidupan bermasyarakat,
disebut sunnatullah, kalau hukum yang berlaku antara manusia dengan alam disebut dengan takdir.

Ada tiga sifat utama sunnatullah yang diterangkan dalam Al Qur’an, yaitu
1.Exact (pasti) dalam surat Al Furqan : 2, At Tholaq : 3,
2.Immutable, dalam surat Al Israa : 77, Al An’am : 115,
3.Objective, dalam surat Al Anbiya : 105.
Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini adalah ciptaan Allah, maka segala sesuatu yang
ada di alam ini Allah yang mengatur semuanya dan Allah juga yang berkehendak untuk menetapkan
semua yang ada di alam semesta ini. Sunnah/ketetapan Allah antara lain sebagai berikut :
1. Selalu ada dua kondisi saling ekstrim (surga-neraka, baik-buruk, benar-salah)
2. Segala sesuatu diciptakan saling berpasangan, saling cocok atupun saling bertolakan
3. Selalu terjadi pergantian dan perubahan dari suatu kondisi yang saling berbeda
4. Perubahan, penciptaan, maupun penghancuran selalu melewati suatu proses
5. Alam diciptakn dengan keteraturan
6. Alam diciptakan dalam keadaan seimbang
7. Alam diciptakan terus berkembang
8. Setiap terjadi kerusakn di alam manusia, Allah mengutus seseorang untuk memberi peringatan atau
memperbaiki kerusakan tersebut.
Pada intinya, Allah menciptakan alm semesta beserta isinya dilengkapi dengan hukum-hukum
(sunnatullah). Dan jika hukum-hukum tersebut dilanggar, maka alam akan hancur. Itulah hakikat
sunnatullah yang telah ditentukan oleh Dzat Yang Maha Tinggi sebagai Sang Pencipta, Pengatur
dan tempat kembali seluruh alam.

C.                HUBUNGAN MANUSIA DENGAN ALAM SEMESTA


1. Hubungan Historis 
Asal usul manusia dikaitkan dengan keberadaan alam semesta ini dilandaskan pada adanya
persamaan bentuk morfologis dan fisiologis (dan alas an yang bersifat ideologis). Pada abad ke 19
muncul suatu pemahaman asal usul manusia yang dikaitkan dengan primata. Penciptaan manusia
pada awal kehidupan dari Ramapithecus-oseopithecus-Australopithecus-Pitecanthropus Erectus-
Neandertal-Homo Sapien yang kini dikenal sebagai manusia modern seperti sekarang ini. Dari
evolusi awal terciptanya manusia yang rumit inilah ada hubungan historis/sejarah antara manusia
dan alam semesta.
Kerumitan yang ada pada persoalan asal usul manusia hamper sama dengan kerumitan asal
usul alam semesta. Apalagi jika dihubungkan bahwa evolusi manusia dahulu sampai sekarang
sesungguhnya menyangkut perubahan gejala-gejala jagat raya/alam meliputi tingkah laku, unsure,
atom, dan elemen. Dari hal itulah terdapat hubungan historis antara manusia dan alam semesta.

2. Hubungan Fungsional
Proses penciptaan manusia adalah integral dari alam semesta. Dalam sisitem kosmos, manusia
dan alam semesta merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Karena memiliki keunggulan
dalam system kesadaran, maka alam semesta menjadi obyek yang penting dalam kehidupan
manusia. Seiring dengan kemajuan pengetahuan terhadap alam dan teknologi yang diterapkannya,
menempatkan alam semesta dalam posisi sebagai sumber kehidupan yang tidak terbatas bagi
manusia. Maka wajarlah jika semakin dalam pengetahuan semakin teraasa hubungan antara fungsi
manusia dan fungsi alam.
Salah satu teori yang menunjukkan hubungan antara manusia dengan alam adalah teori
anthroposentris yang menyebutkan bahwa manusia menjadi pusat alam. Maksudnya semua yang
ada di alam adalah untuk manusia, seperti firman Allah dalam Q.S. Al Baqarah ayat 29 yang
artinya : “Dan Dialah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu.”
Menurut pandangan Islam, manusia ditempatkan sebagai rahmat bagi alam. Seperti disebutkan
dalm Q.S. Al Anbiya ayat 107 yang artinya : ”Dan tiadalah kami mengutus kamu melainkan sebagai
rahmat seluruh alam.”
Pada intinya, alam dan manusia saling bergantung, alam menyediakan segala sesuatu yang
manusia butuhkan, dan alam membutuhkan manusia untuk menjaga kelestariannya. Alam
diciptakan oleh Allah sebagai objek untuk mengembangkan potensi dan pengetahuan yang dimiliki
manusia agar mereka bisa berkembang dan memakmurkan alam, dan mengetahui tanda-tanda
kebesaran penciptanya, yaitu Allah SWT.

D.                KESIMPULAN
1.      Alam adalah segala sesuatu yang ada atau yang dianggap ada oleh manusia di dunia ini selain
Allah beserta Dzat dan sifat-Nya. Alam semesta adalah segala sesuatu yang ada pada diri manusia
dan di luar dirinya yang merupakan suatu kesatuan system yang unik dan misterius dan dapat
dicapai oleh indera manusia yang merupakan ciptaan Allah yang diurus dengan kehendak dan
perhatian Allah.
2.      Teori Big bang menyatakan bahwa alam semesta terbentuk oleh suatu ledakan besar. Pernyataan
ini mengindikasikan bahwa terdapat permulaan pada alam semesta.
3.      Al Qur’an menerangkan bahwa yang pertama kali Allah ciptakan sebelum ada bintang-bintang dan
galaksi, adalah bumi, kemudian Allah swt siapkan makanan di bumi bagi subject utama penciptaan
alam semesta , yaitu manusia. Baru setelah itu Allah ciptakan langit dan bintang-bintang dalam
enam masa. Seperti diterangkan dalam Surat Al A’raf ayat 54, alam semesta ini diciptakan selama 6
masa.
4.      Karakteristik integral alam ada 5, yaitu terbatas, berubah, tergantung, ditentukan, dan relative.
5.      Tujuan alam diciptakan adalah bukan untuk dirusak, dicemari, dan dihancurkan. Akan tetapi adalah
untuk difungsikan semaksimal mungkin dalam kehidupan. Tujuan alam diciptakan juga  bukan untuk
disembah, dikultuskan, dan dimintai pertolongan. Akan tetapi adalah untuk dikelola, dibudidayakan,
dan dimanfaatkan dalam kehidupan. Pada akhirnya alam diciptakan hanya sebagai fasilitas semata
bagi manusia untuk mengenal dan lebih mendekatkan diri pada Allah.
6.      Mekanisme Alam (Sunnatullah) adalah ketentuan-ketentuan Allah sebagai hukum yang mengatur
alam semesta ini beserta isinya. Allah menciptakan alm semesta beserta isinya dilengkapi dengan
hukum-hukum (sunnatullah). Dan jika hukum-hukum tersebut dilanggar, maka alam akan hancur.
Itulah hakikat sunnatullah yang telah ditentukan oleh Dzat Yang Maha Tinggi sebagai Sang
Pencipta, Pengatur dan tempat kembali seluruh alam.
7.      Hubungan histories manusia dan alam semesta adalah terletak pada kerumitan proses permulaan
keduanya ada di dunia ini. Alam dan manusia saling bergantung, alam menyediakan segala sesuatu
yang manusia butuhkan, dan alam membutuhkan manusia untuk menjaga kelestariannya. Alam
diciptakan oleh Allah sebagai objek untuk mengembangkan potensi dan pengetahuan yang dimiliki
manusia agar mereka bisa berkembang dan memakmurkan alam, dan mengetahui tanda-tanda
kebesaran penciptanya, yaitu Allah SWT.
AGAMA - Alam Semesta dalam Pandangan Islam
  

Alam Semesta dalam Pandangan Islam


KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah, penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kami sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah “ALAM SEMESTA MENURUT PANDANGAN ISLAM”.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini dapat terselesaikan kerena adanya
bantuan beberapa pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, izinkanlah penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada :
   Selaku dosen penganpu mata kuliah Pendidikan Agama Islam.

   Rekan-rekan penyyusun yang telah memberikan bantuan, baik berupa ide, waktu maupun tenaga

demi terselesaikan makalah ini.


Penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna dan
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran pada semua
pihak demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat berguna bagi penyusun khususnya dan bagi rekan-
rekan mahasiswa yang bermunat pada umumnya.       

                                                                                      Penyusun

BAB 1

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Alam semesta adalah fana. Pengertian dari alam semesta adalah ruang dimana di
dalamnya terdapat kehidupan biotik maupun abiotik serta segala macam peristiwa alam yang
dapat diungkapkan maupun yang belum dapat diungkapkan oleh manusia.
Ada penciptaan, proses dari ketia-daan menjadi ada, dan akhirnya hancur. Di antaranya
ada pen-ciptaan manusia dan makhluk hidup lainnya. Di sana berlang-sung pula ribuan, bahkan
jutaan proses fisika, kimia, biologi dan proses-proses lain yang tak diketahui. Sebenarnya seluruh
kejadian di alam semesta ini, sudah terjadi dan kejadiannya mengikuti segala rencana dan konsep
yang sudah tertera di dalam Al Qur’an. Gambaran jelasnya, bahwa semua proses alam semesta
ini mengikuti dan mengekor pada segala yang tertuang dalam Al Qur’an, apakah diketahui atau
tidak tabir rahasianya oleh manusia.

B.   Tujuan
   Memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam

   Mengetahui konsep alam semesta

   Mengetahui proses kejadian alam semesta

   Mengetahui hubungan manusia dengan alam

BAB II

PEMBAHASAN

ALAM SEMESTA MENURUT PANDANGAN ISLAM

KONSEP ALAM SEMESTA


    

Al Qur’an dapati kesimpulan yang cukup besar peluang kebenarannya bahwa sebenarnya
seluruh kejadian di alam semesta ini, sudah terjadi dan kejadiannya mengikuti segala rencana
dan konsep yang sudah tertera di dalam Al Qur’an. Gambaran jelasnya, bahwa semua proses
alam semesta ini mengikuti dan mengekor pada segala yang tertuang dalam Al Qur’an, apakah
diketahui atau tidak tabir rahasianya oleh manusia.
Dengan kata lain, kejadian dunia ini adalah sebagai “cermin manifestasi” dan “kenyataan
lahir” dari rencana Allah yang sebenarnya sudah diberitahukan kepada manusia lewat Al Qur’an,
sebelum kejadian tersebut terjadi, dengan tidak ada tekanan apakah manusia mau atau tidak
memahaminya guna mendapatkan takwil isyarat-Nya.
Al Qur’an diturunkan bukan hanya kepada umat Islam, tetapi sebagai mediator
menyampaikan pesan Tuhan Pencipta Alam kepada semua makhluk-Nya. Al Qur’an yang
sedemikian sempurna ini memberi kabar dan cerita semua kejadian di alam semesta ini.
Kemukjizatan Al-Qur'an ditandai dengan keorisinilannya sejak diturunkan . Kitab suci ini
juga tidak dapat ditandingi oleh siapa pun di dunia ini hingga akhir zaman. Ia tidak akan lekang
dimakan pergeseran masa dan dapat diuji dari sudut mana pun juga. Sekarang pun, saat ilmu
pengetahuan berkembang pesat, ternyata Al-Qur'an sanggup menjawab tantangan sains modern.
Salah satu hal yang membuat takjub para ilmuwan adalah adanya persesuaian antara
konsep penciptaan alam semesta menurut Al-Qur'an dan sains (ilmu pengetahuan) modern.
Dalam pandangan sains modern, pada awalnya alam semesta ini masih berupa kabut gas yang
panas dan kemudian terpisah. Terpisahnya kabut gas ini merupakan proses awal terciptanya
galaksi-galaksi. Dari pecahan-pecahan kabut gas tersebut selanjutnya melalui proses evolusi
terbentuk milyaran matahari dengan planet-planetnya, termasuk bumi yang kita huni ini.
Ilmuwan cerdas yang pertama kali mengemukakan teori di atas bernama Laplace dari Perancis
dan Immanue Kant dari Jerman.
Meskipun demikian, ratusan tahun sebelum ilmuwan itu mengemukakan teorinya, Al-
Qur'an telah menyebutkan secara gamblang. sebagaimana tertulis dalam Surat Al Anbiya ayat
30: "Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah sesuatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan
daripada air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga
yang beriman?"
Ayat tentang asal mula alam semesta dari kabut/nebula (QS 41/11).

Artinya : “11. Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap,
lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku
dengan suka hati atau terpaksa." Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati."
Teori alam semesta ini berasal dari kabut gas yang panas, dapat juga dibaca dalam surat
Fushillat ayat 9-12.
Ada beberapa kesimpulan penting yang dapat kita petik dari ayat-ayat di atas,yaitu:
1. Disebutkan bahwa antara langit dan bumi (kosmos) semula merupakan satu kesatuan (ratg)
lalu mengalami proses pemisahan (fatg). Perlu ditegaskan di sini, bahwa fatg dalam bahasa Arab
artinya memisahkan dan ratg artinya perpaduan atau persatuan beberapa unsur untuk dijadikan
suatu kumpulan yang homogen.
2. Disebutkan adanya kabut gas (dukhan) sebagai materi penciptaan kosmos.
3. Disebutkan pula bahwa penciptaan kosmos (alam semesta) tidak terjadi sekaligus,tetapi secara
bertahap.
          Apabila dikaitkan dengan sejumlah teori seputar terjadinya kosmos menurut sains modern,
maka konsep penciptaan semesta yang tertera dalam Al-Qur'an tidak dapat disangkal lagi
kebenarannya.
          Adanya kumpulan kabut gas dan terjadinya pemisahan-pemisahan kabut gas tersebut atau
dikenal dengan proses evolusi terbentuknya alam semesta, sudah dipaparkan secara jelas oleh
Al-Qur'an jauh sebelum sains modern mengemukakannya.
          Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah penjelasan tentang proses terciptanya alam
semesta menurut ilmu pengetahuan modern.
Semula alam semesta ini terdiri dari satu kumpulan gas, yakni gas hidrogen dan sedikit
helium yang berputar secara pelan. Itu terjadi pada zaman kuno, bermilyar-milyar tahun yang
lalu. Kumpulan gas tersebut kemudian menjasi potongan-potongan yang sangat besar dan
banyak. Ahli-ahli astrofisika (fisika bintang) memperkirakan tiap potongan tersebut besarnya
satu milyar sampai seratus milyar kali dari matahari. Sedangkan besarnya matahari sekitar
300.000 kali dari bumi.

    PROSES KEJADIAN ALAM SEMESTA


Allah swt telah mengatur semua proses penciptaan bumi. Dan Allah telah
memberitahukan kepada umatnya mengenai penciptaan bumi dan alam semesta melalui Al-
quran. Kitab suci umat islam inilah sumber dari segala macam ilmu pengetahuan.
Di dalamnya semua ilmu pengetahuan tertulis untuk membantu kita mencari pengetahuan
dan terus mengimani isi-isinya. Dalam hal ini saya berupaya untuk sedikit menkaji mengenai
ayat dalam al-quran yang membahas megenai penciptaan bumi.
Dalam surat An Naaziat (79) ayat 27 – 33 menerangkan proses penciptaan bumi dan alam
semesta. Dalam ayat tersebut tertulis bumi dan alam semesta tercipta dalam enam masa. Masih
dalam perdebatan mengenai enam masa yang dimaksud. Entah itu enam tahun, enam hari, enam
periode, ataupun enam tahapan. Dalam hal ini kami mencoba mengkaji enam masa yang
dimaksud. Tulisan ini kami ambil dari berbagai sumber.

Annaziat ayat 27 :
”Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah membinanya,(27)”
          Dalam ayat tersebut dimulailah mengenai masa I penciptaan bumi. Pasa masa I ini
dijelaskan mengenai penciptaaan langit. Dalam ilmu tata surya dikenal dengan istilah ”Teori Big
Bang”. Teori Big Bang adalah salah satu teori ilmu pengetahuan yang menjelaskan
perkembangan dan bentuk awal dari alam semesta. Teori ini menyatakan bahwa alam semesta ini
berasal dari kondisi super padat dan panas, yang kemudian mengembang sekitar 13.700 juta
tahun lalu. alam semesta pertama kali terbentuk dari ledakan besar. Bukti dari teori ini ialah
gelombang mikrokosmik di angkasa dan juga dari meteorit. Awan debu (dukhan) yang terbentuk
dari ledakan tersebut, terdiri dari hidrogen. Hidrogen adalah unsur pertama yang terbentuk ketika
dukhan berkondensasi sambil berputar dan memadat. Bisa diaktakan awan dan langit yang kita
lihat selama ini adalah bentuk pertama dari penciptaan bumi dan alam semesta.
     Selanjutnya, angin bintang menyembur dari kedua kutub dukhan, menyebar dan
menghilangkan debu yang mengelilinginya. Sehingga, dukhan yang tersisa berupa piringan, yang
kemudian membentuk galaksi. Bintang-bintang dan gas terbentuk dan mengisi bagian dalam
galaksi, menghasilkan struktur filamen (lembaran) dan void (rongga). Jadi, alam semesta yang
kita kenal sekarang bagaikan kapas, terdapat bagian yang kosong dan bagian yang terisi.
Annaziat ayat 28 :
          ”Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya,(28)”
Ayat ini menerangkan masa II dari penciptaan bumi. Dua kata kunci dalam ayat ini adalah
“meninggikan dan menyempurnakan”. Mengembang yang dimaksud adalah proses
berkembangnya seluruh galaksi yang saling menjauh antar satu sama lain. Dan langit-langit
menjadi semakin meninggi. Mengembangnya alam semesta sebenarnya adalah kelanjutan big
bang.
          Sedangkan kata ”menyempurnakan”, menunjukkan bahwa alam ini tidak serta merta
terbentuk, melainkan dalam proses yang terus berlangsung. Misalnya kelahiran dan kematian
bintang yang terus terjadi. Alam semesta ini dapat terus mengembang, atau kemungkinan lainnya
akan mengerut.
          Annaziat ayat 29 :
          ”Dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang
(29)”
          Memasuki masa III, di sini yang dapat kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari. Allah
SWT telah membuat siang-malam secara bergantian. Allah menjadikan malam yang gelap gulita
dan menjadikan siang yang terang benderang. Dapat diartikan dalam ayat ini Matahari sebagai
sumber cahaya dan bumi berputar mengelilinya. Karena perputaran bumi tersebut terjadilah
siang dan malam.
      Annaziat ayat 30 :
          ”Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya (30)” Di masa IV inilah mulai bumi terbentuk.
dimulai dengan pembentukan superkontinen Pangaea di permukaan Bumi.
Annaziat ayat 31 :

“Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya(31)”


Pada ayat ini, dijelaskan mengenai masa V penciptaan bumi yaitu evolusi air. Ketika bumi
terbentuk air belum ada. Air diperkirakan berasal dari komet yang menumbuk Bumi ketika
atmosfer Bumi masih sangat tipis. Unsur hidrogen yang dibawa komet kemudian bereaksi
dengan unsur-unsur di Bumi dan membentuk uap air. Uap air ini kemudian turun sebagai hujan
yang pertama. setelah air terbentuk, kehidupan pertama berupa tumbuhan bersel satu pun mulai
muncul di dalam air.
Annaziat ayat 32 :
     “Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh, (32)”
Memasuki masa VI, atau masa terakhir, bumi mulai diisi dengan gunung-gunung yang terbentuk
setelah penciptaan daratan, pembentukan air dan munculnya tumbuhan pertama. Gunung-gunung
terbentuk dari interaksi antar lempeng ketika superkontinen Pangaea mulai terpecah.
     Setelah terbentuk gunung, maka diciptakanlah hewan-hewan, dan manusia hingga sekarang
ini. Dijelaskan dalam Annaziat ayat 33 :
”(semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu”.
     Begitulah kira-kira proses penciptaan bumi. Banyak dari ayat-ayat dan surat lain yang
menjelaskan mengenai penciptaan bumi. Namun saya hanya memfokuskan kepada surat
Annaziat, ayat27-33. untuk lebih jelasnya bisa kaji bersama-sama kedepannya nanti.
Hikmah apa yang bisa petik?
      Dalam surat Al baqarah ayat 2 dijelaskan:
”Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang        bertaqwa”
Sangat jelas di dalam al quran tidak keraguan seluruh isi di dalamnya. Semuanya isinya telah
terbukti berdasarkan alam yang telah ada, dan juga melalui ilmu pengetahuan. jika kita terus
berpegang teguh pada Al Quran insya Allah kita termasuk orang yang bertaqwa.
      Al quran tidak hanya untuk sekadar di baca, namun diperlukan pengkajian lebih dalam

mengenai segala macam isi-isinya. Di dalamnya terdapat segala macam ilmu pengetahuan yang
bisa terus kita gali.
     Segala sesuatu mengenai kehidupan di bumi ini, telah diatur oleh Allah SWT. Kita tinggal

bertaqwa kepada Allah SWT agar diberikan petunjuk kebenaran dalam hidup ini.
Penemuan di bidang astronomi menyebabkan kosmologi terbagi dalam dua kelompok.:
     Kelompok pertama beranggapan bahwa alam semesta ini statis, dari permulaan diciptakannya

sampai sekarang ini tak berubah.


     Kelompok kedua dan yang paling diakui saat ini beranggapan bahwa alam semesta ini dinamis,

bergerak atau beruba dan sampai saat ini masih terus mengembang/membesar.
Kelompok yang beranggapan bahwa alam semesta ini dinamis ditunjang oleh ilmu
pengetahuan modern. Menurut teori evolusi, pengembangan seperti dibuktikan oleh adanya big
bang, ditafsirkan bahwa alam semesta ini dimulai dengan satu ledakan dahsyat. Materi yang
terdapat dalam alam semesta itu mula-mula berdesakan satu sama lain dalam suhu dan kepadatan
yang sangat tinggi, sehingga hanya berupa proton, neutron, dan elektron, tidak mampu
membentuk susunan yang lebih berat. Karena mengembang, maka suhu menurun sehingga
proton dan neutron berkumpul membentuk inti atom. Kecepatan mengembang ini menentukan
macam atom yang terbentuk.
Para ahli ilmu alam telah menghitung bahwa masa mendidih itu tidak lebih dari 30 menit.
Bila kurang artinya mengembung lebih cepat, alam semesta ini akan didominir oleh unsur
hidrogen. Apabila lebih dari 30 menit, berarti mengembung lambat, unsur berat akan dominan
Selama 250 juta tahun sesudah ledakan dahsyat, energi sinar dominan terhadap materi,
transformasi di antara keduanya bisa terjadi sesuai dengan rumus Einstein, E = mc 2. Dalam
proses pengembungan ini energi sinar banyak terpakai dan materi semakin dominan. Setelah 250
juta tahun maka masa dari materi dan sinar menjadi sama. Sebelum itu, tidak dibayangkan behwa
materi larut dalam panas radiasi, seperti garam larut di air. Pada masa itu, setelah lewat 250 juta
tahun, materi dan gravitasi dominan, terdapat differensiasi yang tadinya homogen. Bola-bola gas
masa galaxi terbentuk dengan garis tengah kurang lebih 40.000 tahun cahaya dan masanya 200
juta kali massa matahari kita. Awan gas gelap itu kemudian berdifferensiasi atau berkondensasi
menjadi bola-bola gas bintang yang berkontraksi sangat cepat. Akibat kontraksi atau pemadatan
itu maka suhu naik sampai 20.000.000 derajat, yaitu threshold reaksi inti, dan bintang  itupun
mulai bercahaya.
Karena sebagian dari materi terhisap ke pusat bintang, maka planet dibentuk dari sisa-
sisanya. Yaitu butir-butir debu berbenturan satu sama lain dan membentuk massa yang lebih
besar, berseliweran di ruang angkasa dan makin lama makin besar sehingga terbentuk planet-
planet ataupun benda angkasa lainnya selain bintang.
Diperkirakan proses pengembangan alam semesta tersebut  masih berlangsung hingga saat
ini. Dimana setiap galaksi satu dan galaksi lainnya saling berjauhan satu sama lain setiap
waktunya. Proses ini akan terus berlangsung hingga akhir jaman, dimana alam semesta sudah
tidak memiliki energi yang menopangnya lagi dan alam ini sudah mencapai batas akhir dari
proses pengembangannya. Hingga akhirnya alam semesta ini runtuh. Tak bisa kita bayangkan
kerusakan apa yang akan terjadi ketika bumi, planet yang menjadi rumah bagi manusia, tertimpa
reruntuhan alam semesta yang tak terhingga besarnya.
HUBUNGAN MANUSIA DENGAN ALAM
   

Manusia dan alam mempunyai keterikatan yang kuat dimana keduanya mempunyai hak
dan kewajiban antara satu dengan yang lain untuk menjaga keseimbangan alam. Hubungan
antara manusia dengan alam atau hubungan manusia dengan sesamanya, bukan merupakan
hubungan antara penakluk dan yang ditaklukkan, atau antara tuhan dengan hamba, tetapi
hubungan kebersamaan dalam ketundukan kepada Allah SWT. Manusia diperintahkan untuk
memerankan fungsi kekhalifahannya yaitu kepedulian, pelestarian dan pemeliharaan. Berbuat
adil dan tidak bertindak sewenang -wenang kepada semua makhluk sehingga hubungan yang
selaras antara manusia dan alam mampu memberikan dampak positif bagi keduanya. Oleh
karena itu manusia diperintahkan untuk mempelajari dan mengembangkan pengetahuan alam
guna menjaga keseimbangan alam dan meningkatkan keimanan kepada Allah SWT. Itu
merupakan salah satu bentuk rasa syukur kepada Allah SWT.
Dalam pelajaran ekologi manusia, kita akan dikenalkan pada teori tentang hubungan
manusia dengan alam. Salah satunya adalah anthrophosentis. Di sana dijelaskan mengenai
hubungan manusia dan alam. salah satu bentuknya adalah anthoposentris. dimana manusia
menjadi pusat dari alam. maksudnya semua yang ada dialam ini adalah untuk manusia. Kalau
dipikir-pikir emang benar sih. buat apa coba, ada sapi, ikan, padi, kalau bukan untuk makanan
kita. buat apa ada kayu, batu, pasir, kalau bukan buat bangunan untuk manusia. buat apa ada
emas, berlian kalau gak dipakai oleh manusia sebagai perhiasan.
Allah SWT. juga menjelaskannya dalam Al Qur’an, bahwa semua yang ada dialam ini
memang sudah diciptakan untuk kepentingan manusia.
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu” (al baqarah: 29)
Tapi berbeda dengan anthoroposentris yang menempatkan manusia sebagai penguasa yang
memiliki hak tidak terbatas terhadap alam, maka islam menempatkan manusia sebagai rahmat
bagi alam.
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”(al
anbiyaa’:107)
walaupun kita diberi kelebihan oleh Allah atas segala sesuatu di alam ini, tapi kelebihan itu tidak
menjadikan kita sebagai penguasa atas alam dan isinya. Karena alam dan isinya tetaplah milik
Allah. Kita hanya diberikan kekuasaan atas alam tersebut sebagai pengelola dan pemelihara, dan
pemakmur.
Kemudia ketika kita berinteraksi dengan alam, tidak seperti paham antroposentris yang
menghalalkan sebgala cara asal kebutuhan manusia terpenuhi, islam mengajarkan bahwa hak kita
dalam memanfaatkan alam juga dibatasi oleh hak alam dan isinya itu sendiri.
“Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung,
pohon kurma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa
(bentuk dan warnanya), dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-
macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan
dikeluarkan zakatnya); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (al an’am:141)” kita tidak boleh berlegih-lebihan
dalam memanfaatkannya, sehingga menimbulkan kerusakan. seharusnya semua yang ada dialam
ini kita jadikan sebagai sarana untuk berpikir akan kebesaran Allah SWT.
“Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur,
tanaman-tanaman dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan
air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain
tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah)
bagi kaum yang berpikir.(ar ra’du: 4)”
Ada fungsi utama manusia di dunia, yaitu 'abdun' dan khalifah Allah dibumi.Esensi dari
'abdun' adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan Allah,
sedangkan esensi khalifah adalah tanggung jawab terhadap diri sendiri dan alam lingkungannya,
baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam.
Dalam kontek 'abdun', manusia menempati posisi sebagai ciptaan Allah.Posisi ini
memiliki konsekuensi adanya keharusan manusia untuk taat dan patuh terhadap
penciptanya.Keengganan manusia menghambakan diri kepada Allah sebagai pencipta akan
menghilangkan rasa syukur atas anugerah yang diberikan Sang Pencipta berupa potensi yang
sempurna yang tidak diberikan kepada makhluk lainnya yaitu potensi akal.Dengan hilangnya
rasa syukur mengakibatkan ia menghambakan diri kepada selain Allah termasuk menghambakan
diri kepada selain Allah termasuk menghambakan diri kepada hawa nafsunya. Keikhlasan
manusia menghambakan dirinya kepada Allah akan mencegah penghambaan manusia kepada
sesama manusia termasuk pada dirinya.
Manusia diciptakan Allah dengan dua kecenderungan yaitu kecenderungan kepada
ketakwaan dan kecenderungan kepada dan kecenderungan kepada perbuatan fasik.Sebagaimana
firman Allah, faalhamaha fujuroha watakwaha.Artinya "maka Allah mengilhamkan kepada jiwa
manusia kefasikan dan ketakwaan".Dengan kedua kecenderungan tersebut Allah berikan
petunjuk berupa agama sebagai alat manusia untuk mengarahkan potensinya kepada keimanan
dan ketakwaan bukan pada kejahatan yang selalu didorong oleh nafsu amarah. Untuk itu Allah
berfirman "wahadainahu najdaini"."Aku tunjukan kamu dua jalan".Akal memiliki kemampuan
untuk memilih salah satu yang terbaik bagi dirinya.
Fungsi yang kedua sebagai Khalifah Allah di bumi, ia punya tanggung jawab untuk
menjaga alam.Manusia diberikan kebebasan untuk memanfaatkan sumberdaya.Oleh karena itu
perlu adanya ilmu dalam memanfaatkan sumberdaya agar tetap terdapat keseimbangan dalam
alam.
Kerusakan alam lebih banyak disebabkan karena ulah manusia sendiri.Sebagaimana firman
Allah dalam Qs.Arrum 41.

Artinya: “41. Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka,
agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Untuk melaksanakan tanggung jawabnya, manusia diberikan keistimewaan berupa
kebebasan untuk berkreasi sekaligus menghadapkan dengan tuntutan kodratnya sebagai makhluk
psikofisik.Namun ia harus sadar akan keterbatasannya yang menuntut ketaatan dan ketundukan
terhadap aturan Allah, baik dalam konteks ketaatan terhadap perintah beribadah secara langsung
(fungsi sebagai abdun) maupun konteks ketaatan terhadap sunatullah (fungsi sebagai
khalifah).Perpaduan antara tugas ibadah dan khalifah inilah yang akan mewujudkan manusia
yang ideal yakni manusia yang selamat dunia akherat
Setelah kita mengetahui betapa tinggi perhatian Islam terhadap ilmu pengetahuan dan
betapa Allah SWT mewajibkan kepada kaum muslimin untuk belajar dan terus belajar, maka
Islampun telah mengatur dan menggariskan kepada ummatnya agar mereka menjadi ummat yang
terbaik (dalam ilmu pengetahuan dan dalam segala hal) dan agar mereka tidak salah dan tersesat,
dengan memberikan bingkai sumber pengetahuan berdasarkan urutan kebenarannya sebagai
berikut : Al-Qur’an dan as-Sunnah : Allah SWT telah memerintahkan hamba-Nya untuk
menjadikan al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai sumber pertama ilmu pengetahuan. Hal ini
dikarenakan keduanya adalah langsung dari sisi Allah SWT dan dalam pengawasannya, sehingga
terjaga dari kesalahan, dan terbebas dari segala vested interest apapun, karena ia diturunkan dari
Yang Maha Berilmu dan Yang Maha Adil. Sehingga tentang kewajiban mengambil ilmu dari
keduanya, disampaikan Allah SWT melalui berbagai perintah untuk memikirkan ayat-ayat NYA
dan menjadikan Nabi SAW sebagai pemimpin dalam segala hal.

BAB III

KESIMPULAN

Allah menciptakan alam semesta ini bukan untukNya, tetapi untuk seluruh makhluk yang
diberi hidup dan kehidupan. Sebagai pencipta dan sekaligus pemilik, Allah mempunyai
kewenangan dan kekuasaan absolut untuk melestarikan dan menghancurkannya tanpa diminta
pertanggungjawaban oleh siapapun. Namun begitu, Allah telah mengamanatkan alam seisinya
dengan makhlukNya yang patut diberi amanat itu, yaitu MANUSIA. Dan oleh karenanya
manusia adalah makhluk Allah yang dibekali dua potensi yang sangat mendasar, yaitu kekuatan
fisi dan kekuatan rasio, disamping emosi dan intuisi. Ini berarti, bahwa alam seisinya ini adalah
amanat Allah yang kelak akan minta pertanggungjawaban dari seluruh manusia yang selama
hidupnya di dunia ini pasti terlibat dalam amanat itu.
Manusia diberi hidup oleh Allah tidak secara outomatis dan langsung, akan tetapi melalui
proses panjang yang melibatkan berbagai faktor dan aspek. Ini tidak berarti Allah tidak mampu
atau tidak kuasa menciptakannya sekaligus. Akan tetapi justru karena ada proses itulah maka
tercipta dan muncul apa yang disebut “kehidupan” baik bagi manusia itu sendiri maupun bagi
mahluk lain yang juga diberi hidup oleh Allah, yakni flora dan fauna.
Kehidupan yang demikian adalah proses hubungan interaktif secara harmonis dan
seimbang yang saling menunjang antara manusia, alam dan segala isinya utamanaya flora dan
fauna, dalam suatu “tata nilai” maupun “tatanan” yang disebut ekosistem. Tata nilai dan tatanan
itulah yang disebut pula “moral dan etika kehidupan alam” yang sering dipengaruhi oleh
paradigma dinamis yang berkembang dalam komunitas masyarakat disamping pengaruh ajaran
agama yang menjadi sumber inspirasi moral dan etika itu.
Menurut Islam pandangan terhadap alam semesta bukan hanya berdasarkan akal semata. Alam
semesta difungsikan untuk menggerakkan emosi dan prasaan manusia terhadap keagungan al-
Khaliq, kekerdilan manusia di hadapan-Nya, dan pentingnya ketundukan kepada-Nya. artinya, alam
semesta dipandang sebagai dalil qath’i yang menunjukkan keesaan dan ketuhanan Allah.

1. Alam semesta: diciptakan untuk satu tujuan


Alam semesta ini tidak diciptakan berdasarkan permainan atau senda gurau. Firman Allah:
“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dengan
bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan haq, tetapi kebanyakan
mereka tidak mengetahui.” (ad-Dukhaan: 38-39)
“Kami tiada menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan
[tujuan] yang benar dan dalam waktu yang ditentukan.” (al-Ahqaf: 3)
Kepada manusia disajikan berbagai pertanyaan dan anjuran untuk beribadat kepada Allah sekaligus
mengesakan-Nya setelah manusia merenungkan makhluk-makhluk ciptaan-Nya, firman Allah:

“Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu. Kepunyaan-Nyalah kunci-
kunci (perbendaharaan) langit dan bumi. dan orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah,
mereka Itulah orang-orang yang merugi. Katakanlah: “Maka Apakah kamu menyuruh aku
menyembah selain Allah, Hai orang-orang yang tidak berpengetahuan?” Dan mereka tidak
mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya Padahal bumi seluruhnya dalam
genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha suci Tuhan
dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.” (az-Zumar: 62-64, dan 67)

Pandangan Islam terhadap alam semesta menimbulkan berbagai dampak dalam bidang pendidikan,
diantaranya adalah:

Pertama: keterkaitan seorang muslim dengan Pencipta semesta melalui tujuan yang paling tinggi,
yaitu beribadat kepada Allah.
Kedua: mendidik manusia supaya bersungguh-sungguh karena seluruh semesta ini diciptakan
untuk tujuan tertentu serta masa yang ditentukan pada sisi Allah, bukan untuk main-main atau
senda gurau.
Firman Allah: “Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di antara
keduanya dengan bermain-main. Sekiranya Kami hendak membuat suatu permainan [istri dan
anak], tentulah Kami membuatnya dari sisi Kami. Jika Kami menghendaki berbuat demikian,
[tentulah Kami telah melakukannya].” (al-Anbiyaa’: 16-17)
Ayat tersebut mengajak manusia untuk mencapai tujuan dari berbagai fenomena semesta melalui
cara yang serius, tanpa main-main, senda gurau, dan kesia-siaan. Selain itu, hendaknya, perenungan
terhadap alam semesta ini merupakan perenungan yang logis dan ilmiah. Untuk mewujudkan ini, al-
Qur’an mengarahkan pandangan si perenung pada masalah-masalah yang lebih mendalam.

2. Tunduknya semesta adalah takdir Allah.


Firman Allah:
“Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan
siang dari malam itu, Maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan. Dan matahari
berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha
mengetahui. Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah Dia
sampai ke manzilah yang terakhir) Kembalilah Dia sebagai bentuk tandan yang tua. Tidaklah
mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. dan
masing-masing beredar pada garis edarnya.” (Yaasiin: 37-40)
“Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami
tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. Dan Kami telah menjadikan untukmu di
bumi keperluan-keperluan hidup, dan (kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu
sekali-kali bukan pemberi rezki kepadanya. Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-
lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.” (al-
Hijr: 19-21)
Peredaran matahari dan bulan pada garis edarnya tidak akan menyimpang dan tidak akan berbeda
musimnya. Masing-masing berjalan menurut sunah kauniyah yang telah diciptakan Allah dan
selaras dengan ketetapan Allah. Demikian pula dengan gerak kehidupan di bumi, Allah telah
memberikan penghidupan yang sesuai dengan kadar dan ketentuan. Dia telah menurunkan sesuatu,
hujan misalnya, kecuali menurut kadarnya. Kepada manusia, Allah telah mengajarkan ihwal
perhitungan melalui pergantian siang dan malam, pergantian musim, dan bulan-bulan Komariyah.

“Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda malam dan
Kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari kurnia dari Tuhanmu, dan supaya kamu
mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan. dan segala sesuatu telah Kami terangkan
dengan jelas.” (Al-Israa’: 12)
“Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan)
matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah yang Maha Perkasa lagi Maha
mengetahui.” (al-An’am: 96)
Dari ayat-ayat di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya, seluruh ilmu hitung bertumpu pada
pengulangan satuan bilangan yang sama dan penambahan bilangan yang satu ke bilangan yang
lainnya. Konsep tersebut berlaku pada sistem penjumlahan, yang menambahkan berbagai kelompok
bilangan yang berbeda; sistem perkalian yang mengulang kelompok bilangan yang sama; sistem
pengurangan yang membuang salah satu satuan bilangan; serta sistem pembagian yang membagian
perkalian satuan bilangan sejenis dan sama. Konsep tersebut melahirkan manusia-manusia yang
pakar dalam bidang aritmatika, aljabar, kalkulus, diferensial, atau kalkulus integral. Dengan
demikian konsep dasar bidang-bidang ilmu hitung itu lahir dari perhitungan hari, bulan, dan tahun
yang semuanya itu berkaitan erat dengan kekuasaan Allah untuk menentukan rotasi bumi, bulan
dan musim.

Dari gambaran di atas kita menemukan bahwa dalam mendidik manusia, al-Qur’an memiliki dua
prinsip ilmiah yang melengkapi aspek pasivisme, finalitas dan logika. Dua prinsip itu adalah:

A. Pertama. Berulangnya berbagai kejadian semesta melalui sunnah yang ditetapkan Allah. Dia
yang Mahaagung dan Mahatinggi berkuasa mengubah sunnah itu jika Dia kehendaki. Prinsip itu
merupakan landasan dalam berfikir ilmiah, dengan landasan itu, manusia bereksploitasi dan
berkreasi dalam segala fenomena peradaban.
B. Kedua, sesungguhnya sunnah-sunnah semesta dengan segala kejadian, fenomena dan
wujudnya, mulai dari yang berupa atom hingga yang terbesar, merupakan ciptaan Allah yang
diturunkan sesuai dengan kadarnya, tidak lebih dan tidak kurang. Tidak ada satupun perkara yang
melampaui batasan-Nya dan merusak keseimbangan atau sistem lain yang berdekatan, baik dengan
mempengaruhi maupun dipengaruhi. Prinsip tersebut telah diambil oleh ilmuwan muslim dari al-
Qur’an dan dikembangkan dalam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Dalam perkembangannya, ilmu-
ilmu itu dikuasai oleh ilmuwan Eropa, terutama untuk hal-hal yang berhubungan dengan metode
berfikir ilmiah, kaidah ilmu modern, dan logika. Prinsip inilah yang menunjukkan logika yang
ilmiah, yaitu melakukan observasi ilmiah berdasarkan analogi kuantitatif, bukan berdasarkan
deskripsi kualitatif. Dengan demikian, kita dapat mengembangkan akal secara cermat dan
mengambil segala sesuatu berdasarkan analogi.
3. Keteraturan semesta: Kekuasaan Allah
Allah adalah penata sunnah semesta yang dengan topangan kekuasaan-Nya, Dia menjalankan dan
mengatur semesta sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya:
“….dan Dia menahan [benda-benda] langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya…” (al-Hajj:
65)
“Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika
keduanya akan lenyap tidak ada seorangpun yang dapat menahan keduanya selain
Allah…” (Fathir: 41)
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan iradat-Nya.
Kemudian apabila Dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu [juga] kamu keluar
[dari kubur].” (ar-Ruum: 25)
Manusia merupakan bagian dari alam semesta ini. Karenanya dalam segala persoalan hidup dan
matinya, manusia harus tunduk pada ketentuan Allah, Penguasa tertinggi dan sunnah-sunnah
ciptaan-Nya.

“Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya
kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang
di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat- Malaikat Kami itu
tidak melalaikan kewajibannya.” (al-An’am: 61)
4. Sunnatullah untuk Manusia
Agar hidup manusia teratur, Allah telah menyusun sunnah-sunnah yang diberikan melalui para
Rasul. Dengan Sunnah-Nya, Allah berhak mengadzab umat, membinasakan sebagian umat,
menetapkan ajal, dan mengubah berbagai kondisi seperti yang digambarkan dalam firman-Nya:
“Sama saja (bagi Tuhan), siapa diantaramu yang merahasiakan ucapannya, dan siapa yang
berterus-terang dengan Ucapan itu, dan siapa yang bersembunyi di malam hari dan yang
berjalan (menampakkan diri) di siang hari. Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu
mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan
yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu
kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka
selain Dia.” (ar-Ra’du: 10-11)
“Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah. Karena itu berjalanlah kamu di
muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan.” (Ali ‘Imraan:
137)
Sunnah-sunnah Allah tersebut sangat mempengaruhi kehidupan ilmuwan muslim. Dalam
Muqadimah-nya Ibnu Khaldun memperoleh arah yang jelas dari sunnah-sunnah kemasyarakatan
yang dituturkan dalam al-Qur’an, terutama dalam bahasan tentang asas-asas sosiologi.

5. Alam semesta tunduk kepada Allah


Dari bahasan terdahulu, kita dapat menyimpulkan bahwa seluruh semesta ini tunduk pada
pengaturan, perintah, iradat dan kehendak Allah. Allah menjelaskan hal itu dalam berbagai ayat:
“Mereka [orang-orang kafir] berkata: ‘Allah mempunyai anak.’ Mahasuci Allah, bahkan apa yang
ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah; semua tunduk kepada-Nya. Allah Pencipta
langit dan bumi, dan apabila Dia berkehendak [untuk menciptakan] sesuatu, maka [cukuplah] Dia
hanya mengatakan kepadanya: ‘Jadilah.’ Lalu jadilah ia.” (al-Baqarah: 117-118)
“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tidak ada
satupun melainkan bertasbih dengan memujinya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih
mereka. sesungguhnya Dia adalah Mahapenyantun lagi Mahapengampun.” (al-Israa’: 16-17)
Ketaatan dan ketundukan alam semesta membuktikan keagungan dan kesucian Allah. Maka
manusia yang berfikir dan berakal, lebih layak lagi untuk mengakui nikmat dan karunia Allah,
merasakan kebesaran-Nya, atau memuji dan menyucikan-Nya dengan bertasbih. Inilah pendidikan
manusia yang paling mendasar.

6. Alam semesta: ditaklukkan untuk manusia


Agama Islam adalah agama yang istimewa. Melalui pengarahan bahwa manusia telah diberi
kekuasaan oleh Allah untuk memanfaatkan segala potensi alam semesta ini. Yang jelas, Allah telah
menaklukkan alam semesta bagi manusia, mulai dari yang pengaruhnya besar, seperti matahari,
hingga yang pengaruhnya kecil, seperti atom dan lebah.
Firman Allah:
“Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit,
kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu;
dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan
kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. Dan Dia telah
menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya);
dan telah menundukkan bagimu malam dan siang. Dan Dia telah memberikan kepadamu
(keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung
nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim
dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (Ibrahim: 32-34)
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak
(menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha mengetahui segala
sesuatu.” (al-Baqarah: 29)
“Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. dan bintang-bintang itu
ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-
benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (Nya), Dan Dia
(menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di bumi ini dengan berlain-lainan
macamnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan
Allah) bagi kaum yang mengambil pelajaran. Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan
(untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu
mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar
padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu
bersyukur. Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang
bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat
petunjuk, dan (dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). dan dengan bintang-bintang Itulah
mereka mendapat petunjuk. Maka Apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak
dapat menciptakan (apa-apa) ?. Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran. Dan jika kamu
menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya
Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (an-Nahl: 12-18)
Ayat-ayat di atas dan juga ayat lain yang sejenis mendorong manusia untuk melembutkan hati,
memuji Allah, menyukuri nikmat Allah, bertasbih kepada Allah, dan bertauhid kepada Allah, serta
mampu mendidik daya afeksi dan emosional manusia untuk tunduk kepada Allah. Selain itu melalui
ayat tersebut, akal manusia terdidik untuk terbiasa dalam kondisi ilmiah. Artinya kita menggunakan
prinsip praktis dan penggunaan kaidah-kaidah ilmiah dalam mengolah potensi alam untuk
kesejahteraan manusia.

Setiap ayat yang diturunkan sejak 14 abad silam, menuturkan pemanfaatan sinar matahari, cahaya
bulan, tenaga angin, cahaya bintang, gunung-gunung, lautan, dan segala perkara yang telah
ditundukkan Allah bagi manusia dan Allah pun telah memberikan kunci-kuncinya kepada manusia.
Ketentuan tersebut mencakup segala perkara yang ada di bumi, sebagaimana difirmankan Allah:

“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak
(menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha mengetahui segala
sesuatu.” (al-Baqarah: 29)
Dilihat dari segi pendidikan, al-Qur’an telah mendidik manusia dalam pemanfaatan alam semesta
melalui cara yang tidak menyesatkan atau melampaui batas. Dengan demikian pemanfaatan tersebut
mengotori air sungai, tidak berlebihan dalam memanfaatkan satwa lautan, serta tidak mendhalimi
saudaranya lewat permusuhan atau dusta.

Anda mungkin juga menyukai