open-summary
IVA test dan pap smear sama-sama bertujuan untuk mendeteksi kanker serviks. Bedanya, tingkat
akurasi tes pap smear lebih tinggi, namun IVA test mampu lebih cepat mendeteksi penyakit.
close-summary
12 Okt 2020
IVA test dan pap smear memiliki tingkat akurasi dan kecepatan yang berbeda
IVA test dan pap smear, dua metode berbeda untuk ketahui kondisi serviks
Table of Content
IVA test dan pap smear adalah pemeriksaan untuk melihat kondisi vagina dan mendeteksi
keberadaan sel kanker pada leher rahim (serviks).
Pemeriksaan (skrining) ini penting bagi setiap perempuan. Sebab, data dari KPKN Kemenkes
melaporkan kanker serviks adalah jenis kanker kedua terbanyak yang diidap penduduk Indonesia.
KPKN Kemenkes juga memprediksi jumlah penderita baru kanker serviks berkisar 90-100 kasus per
100 ribu penduduk. Dalam setiap tahun, muncul 40 ribu kasus kanker serviks.
Kedua tes ini memiliki tujuan yang sama, yaitu mendeteksi risiko kanker seviks sejak dini. Namun,
Secara umum ada empat perbedaan utama pada IVA test dan pap smear, dari proses hingga hasil
akhirnya.
Hasil tes IVA dan pap smear dapat menentukan tindakan selanjutnya, baik itu pencegahan kanker
serviks maupun pengobatan kanker serviks. Skrining dengan IVA test dan pap smear pun mampu
menekan risiko kematian akibat kanker serviks.
Studi pada Journal of Lower Genital Tract Disease menemukan, memulai skrining pertama sebelum
usia 25 tahun mampu mencegah risiko kanker di masa akan datang.
Masing-masing tes memiliki perbedaan keuntungan. Dalam hal ini, keuntungan yang didapat pun
menyesuaikan dengan kebutuhan setiap para wanita.
no caption
IVA test adalah singkatan dari inspeksi visual asetat. Melansir World Health Organization (WHO), tes
IVA memeriksa kondisi leher rahim dengan mengoleskan asam asetat 3%-5%.
Saat skrining IVA test, asam asetat dioles ke serviks. Hal ini bertujuan untuk melihat proses peralihan
bentuk cairan ke padat (koagulasi) pada protein yang ditemukan di permukaan leher rahim. Hal yang
diamati saat IVA test adalah perubahan bentuk protein pada permukaan serviks.
Tes IVA biasanya dapat menunjukkan yang perlu diamati adalah adanya bercak putih (acetowhite)
dan padat pada dinding rahim. Hasil tes IVA bisa dilihat segera secara kasat mata dalam
pencahayaan ruang yang baik.
Sementara itu, pap smear adalah pemeriksaan dengan cara mengumpulkan sampel sel dari leher
rahim. Berdasarkan paparan National Cancer Institute, sampel sel serviks didapat dengan cara
memasukkan alat bernama spekulum agar leher rahim dapat terlihat.
Selanjutnya, petugas kesehatan mengambil sel serviks dengan pengeruk atau sikat khusus. Sampel
sel serviks dimasukkan ke dalam botol berisi pengawet cair.
Nantinya, sampel sel leher rahim ini dibawa ke laboratorium dan diuji apakah ada tanda-tanda
perubahan sel yang mengarah ke pertumbuhan kanker.
Baca Juga
WHO menyatakan IVA test dan pap smear merupakan prosedur yang aman, cepat, dan dapat
diandalkan untuk mendeteksi kanker serviks. Perbedaannya adalah IVA test cenderung lebih murah
dibanding pap smear.
no caption
Perbedaan pada IVA test dan pap smear juga dilihat dari hasilnya.
Pada IVA test, jika kondisi serviks tidak bermasalah, maka tidak ditemukan bercak putih pada leher
rahim setelah dioles asam asetat. Hal ini dikarenakan pada serviks yang normal, dinding
permukaannya mengandung protein yang sangat rendah.
Sementara jika hasil menunjukkan adanya bercak putih yang padat sesaat setelah dioles asam
asetat, maka hal itu bisa menandakan prakanker serviks. Semakin padat dan semakin banyak bercak
putih, semakin tinggi derajat prakankernya.
Ada tiga jenis hasil yang bisa dibaca dari hasil IVA test. Tiga kategori hasil IVA test, yaitu:
Negatif, tidak ditemukan area dengan acetowhite atau jika ditemukan, bentuknya samar dan tipis,
batas areanya tidak jelas.
Positif, area leher rahim dengan acetowhite berwarna buram.
Dugaan kanker, ditandai dengan adanya pertumbuhan sel atau luka. Area dengan acetowhite sudah
tidak terlihat lagi akibat adanya pendarahan.
Sementara itu, menurut American Cancer Society, ada tiga kategori hasil tes pap smear, yaitu:
Negatif, berarti tidak ditemukan luka atau tanda-tanda sel ganas yang dicurigai kanker atau tumor.
Kelainan sel epitel, yaitu adanya perubahan sel pada serviks yang berisiko menjadi kanker atau
prakanker.
Kumpulan sel abnormal ganas, ditandai dengan adanya luka dan pertumbuhan sel yang tidak wajar.
no caption
IVA test hanya sekali, pap smear diulang per tiga tahun
Perbedaan IVA test dan pap smear lainnya adalah soal jadwal pemeriksaan ulang.
Pap smear perlu diulang per tiga tahun sekali. Hal ini pun hanya berlaku jika pap smear yang
dilakukan hanya untuk mengecek sel yang ada pada serviks, bukan mengecek virus penyebab kanker
serviks, Human papilomavirus.
Di sisi lain, IVA test tidak perlu diulang. Jadi, jika hasil IVA test pertama Anda negatif, tidak perlu dites
lagi beberapa tahun mendatang.
Mana yang lebih akurat antara pemeriksaan IVA dan pap smear?
no caption
Sel yang diambil untuk pap smear menunjukkan hasil lebih tepat
Perbedaan lainnya yang bisa dilihat dari IVA test dan pap smear adalah kecepatan dan seberapa
akurat hasil tes.
Penelitian yang diterbitkan pada Journal of Mid-Life Health menunjukkan, IVA test lebih sensitif
daripada pap smear. Penelitian ini menemukan, IVA test 89% lebih sensitif daripada pap smear, yang
hanya sebesar 52 persen.
Artinya IVA test mampu lebih cepat mendeteksi penyakit. Meski demikian, hasil pap smear dinilai
lebih akurat daripada IVA test.
Riset ini juga menunjukkan akurasi pap smear bisa mencapai 93% sementara IVA test hanya
mencapai 87 persen.
IVA test dan pap smear memiliki empat perbedaan yang kentara. IVA test lebih unggul dalam soal
kecepatan mendeteksi penyakit, sementara hasil pap smear lebih akurat.
Hal yang bisa digarisbawahi adalah pemeriksaan IVA dan pap smear sama-sama baik untuk
mendeteksi risiko kanker serviks.
Mendeteksi kanker sedini mungkin berguna untuk Anda menentukan langkah ke depan, apakah
harus melakukan tindakan pencegahan atau pengobatan lebih lanjut.
Jika Anda sedang mempertimbangkan antara IVA test dan pap smear, tidak ada salahnya konsultasi
dulu dengan dokter melalui chat di aplikasi kesehatan SehatQ agar lebih yakin.
Baca Juga