TINNITUS
(Musik Elektro-Akustik)
Oleh:
Ferdi Pebbrian
NIM. 03204818
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pendengaran tanpa sumber akustik yang jelas karena mekanis yang tidak sesuai
pada koklea. Bunyi denging yang menjadi gangguan sebagian besar penderita
Tinnitus diantaranya bunyi jangkrik, angin, air keran yang jatuh, baja gerinda, uap
yang keluar, lampu neon, mesin yang berjalan. Umumnya yang sering dirasakan
insomnia, intensitas bicara yang berkurang dan faktor umur. (Jastreboff, 1990).
dan menggunakan sumber bunyi yang berasal dari benda atau instrumen akustik.
(Otto Sidharta, 2016). Elektro-akustik sendiri merupakan ilmu yang diukur dari
interaksi manusia dan seni. Bahkan, hubungan terdekat antara manusia dan
sebagian besar instrumen musik, maupun ruang dimana mereka beroperasi bisa
menjadi sangat emosional. Musik Elektro-Akustik berusia kurang dari satu abad
dan synthesizer yang berusia kurang dari 50 tahun. Elektro-akustik relatif baru.
yaitu bunyi-bunyi yang terdengar tetapi tidak terlihat lagi sumber bunyi aslinya.
Dengan demikian, bunyi yang dijadikan sebagai bahan dalam proses pengolahan
musik Elektro-Akustik bisa dari rekaman alat musik, rekaman vokal, bunyi
lingkungan yang sudah direkam atau apapun, tidak terkecuali Digital Signall
Processing seperti yang dihasilkan oleh komputer dan diproses secara elektronik.
dapat mewujudkan ekspresi subjektif dari fenomena yang terjadi oleh penderita
Tinittus. Material bunyi dan rentang frekuensi yang menjadi kebisingan pada
lebih besar namun bukan tidak memikirkan kerasionalan sama sekali. Dalam
konteks ini, ekspresi musik sebagai salah satu bentuk seni yang mampu ditangkap
oleh manusia secara alami dan merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari
penderita Tinnitus.
A. Tujuan penciptaan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan komposisi musik ini
B. Manfaat penciptaan
Tinnitus.
akustik.
D. Tinjauan Karya
pengkarya dalam karya Fantasia Tinnitus terinspirasi dari beberapa karya akhir
Tinjauan karya pertama, Iran Amri yang berjudul Noise Ambience, 2010.
Karya akhir musik multimedia Institut Seni Indonesia Padangpanjang. Karya ini
yang mengangkat Noise atau bising dan yang menjadi perbedaan adalah cara
DAW.
World, 2015. Karya akhir ini berbentuk komposisi musik elektro-akustik yang
Karya “mimpi” oleh Otto Sidarta, karya ini sama menggunakan konsep
saluang, ipad, saxophone dan gendang, sedangkan karya Tinnitus fokus pada
pengolahan. dalam karya ini pengkarya memainkan instrumen dan melakukan
Karya “The Sound Of Gasiang Tangkurak” oleh Andre Wibowo. Karya ini
dari Gasiang Tangkurak yang dimainkan dan efek dari permainan tersebut yang
Karya Eggi Sukma yang berjudul Sound Of Black Hawk Down adalah
karya music multimedia yang juga berbentuk musik ilustrasi yang berangkat dari
Black Hawk Down ini terletak pada ide gagasan karya yang diangkat dan
E. Landasan Teori
barasal dari bahasa Latin Tinnire yang berarti menimbulkan suara atau dering.
Tinnitus adalah suatu gangguan pendengaran berupa keluhan perasaan pada saat
mendengarkan bunyi tanpa ada rangsangan bunyi atau suara dari luar. (Jastreboff
menunjukan semua jenis musik dimana listrik memiliki peran selain penggunaan
acousmatic sounds yaitu bunyi yang terdengar tapi tidak terlihat lagi sumber
ke digital. Sound design memiliki tiga pilar yaitu Physical, Matematis dan
Psikologis, yang menjadi landasan utama untuk technique dan design. Selain itu
esensial teknik dalam sound design diantaranya yaitu waveshapes atau waveform,
envelope (ADSR) serta LFO (low frequency oscillator) (Andy Farnell. 2010).
Proses pengolahan musik Elektro-Akustik bisa dari rekaman alat musik, rekaman
vokal, bunyi lingkungan yang sudah direkam atau apapun, tidak terkecuali Digital
Signall Processing seperti yang dihasilkan oleh komputer dan diproses secara
music ialah cara berkesenian dengan memiliki ekspresi artistik, membiarkan sifat
intuitif bekerja lebih besar namun bukan tidak memikirkan kerasionalan sama
sekali. Dalam konteks ini, ekspresi musik sebagai salah satu bentuk seni yang
mampu ditangkap oleh manusia secara alami dan merupakan bagian yang tidak
bisa dipisahkan dari proses eksperimentasi bunyi-bunyian yang dihasilkan dari
BAB II
A. Konsep Penciptaan
denging pada telinga. Pengkarya tertarik pada bunyi Bising yang putus-putus
dengan frekuensi tinggi, yang dirasakan penderita Tinnitus. Bunyi tersebut dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, jadi pengkarya mengambil salah satu yaitu
teralih konsentrasi.
dengan bentuk Experimental music lalu menggunakan teknik sound design dan
untuk membuat dan mengolah ekspresi pada karya. dipadu dengan imajinasi
langsung.
a. Bentuk garapan
didesain menggunakan audio dengan rentang frekuensi yang luas dan terputus-
putus.
rakitan yang diolah menjadi sound design sebagai input penangkap suara yang
Tinnitus terbagi menjadi tiga bagian yang setiap bagian mempunyai suasana yang
berbeda
NO BAGIAN MENIT
1 A 0-3.30
2 B 3.30-5.30
Adapun Perangkat lain yang dibutuhkan dalam pembuatan pada karya ini adalah :
diperdengar.
earphone sebagai media pendukung dalam pengolahan karya ini. ada beberapa
instrumen musikal yang digunakan seperti violin, lonceng, dan vocal. Instrument
menghadirkan bunyi frekuensi dengan jangkauan yang luas. Selain itu instrument
akustik dapat diolah secara eksploratif baik dari teknik, tekstur maupun timbre
B. Metode Penciptaan
Dalam penciptaan karya Tinnitus ada beberapa metode yang digunakan dalam
1. Persiapan
a. Observasi
ilmiah yang di rasakan Tinnitus. Dalam menciptakan suatu karya, ide atau gagasan
untuk menciptakan suatu karya musik sangat diperlukan sebagai landasan dari
b. Wawancara
Nadya Dwi Karsa dan penderita Tinnitus yaitu Ibu Yuliana untuk mendukung
Berikut gambar hasil dari audio metri beserta alat pengukur frekuensi.
c. Studi Pustaka
penggarapan karya.
interface, microphone, pick up, speaker monitor, dan beberapa instrumen yang
akan dipakai pada karya Tinnitus. Pengkarya juga menggunakan indikator waktu
seperti stopwatch agar bunyi dari setiap instrumen lebih teratur. Selanjutnya karya
ini menggunakan penerapan sound design dalam pengolahan suara seperti VSTfx
yang ada pada DAW yang diterapkan pada karya Tinnitus ini.
memberikan keterangan bahwa sound design memiliki tiga pilar yaitu Physical,
Matematis dan Psikologis, yang menjadi landasan utama untuk technique dan
design.
yang dapat diukur dengan persepsi suara dan fenomena subjektif seperti
sebuah gambaran besar. Gambaran yang dimaksud oleh Andy Farnel itu
Farnell, 2010).
software Digital Audio Work station (DAW) yaitu Ableton live 11 sebagai wadah
tempat penggarapan musik dan pengolahan audio dari hasil live record maupun
b. Eksplorasi
milah, berimajinasi tentang tema yang sesuai dengan suasana yang akan
c.Eksperimentasi
beberapa sample yang udah direkam melalui audio interface. VSTfx yang dipakai
seperti tremolo, distort , Echo, delay, doubler ether, phaser guitar, dan dark hall.
1. Echo
melakukan menaikkan sampai penuh pada tombol feedback pada sebuah track
2.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Baguley DM, Williamson CA, Moffat DA. 2006. Treating tinnitus in patients
with otologic conditions. New York. Tyler RS. Tinnitus treatment
Dobie RA. 2004. Overview: suffering fromTtinnitus. In: snow JB. Tinnitus: theory
and management. Ontario, BC Decker Inc.
Russ, Martin. 2004. Sound Synthesis and Sampling, 2nd edition. London, Oxford
Elsevier’s Science & Technology.
Sidharta, Otto. 2018. Musik Ekperimental Elektronik .Pekan Komponis
Indonesia. Jakarta, Dewan Kesenian Jakarta.
Skripsi
Amri, Iran. 2010. “Noise Ambience”, Laporan Karya Strata-1 Jurusan Seni
Musik Fakultas Seni Pertunjukan ISI Padangpanjang.
Zaini, Arfa. 2015. “War of Imagination World”, Laporan Karya Strata-1 Jurusan
Seni Musik Fakultas Seni Pertunjukan ISI Padangpanjang.
Biodata pengkarya