GRID COMPUTING
Disusun oleh :
TEKNIK INFORMATIKA
UNIVERSITAS DARMA PERSADA
JAKARTA
2022
ABSTRACT
Seiring berkembangnya zaman, teknologi yang digunakan kini semakin maju. Begitu pula
juga dengan semakin eksisnya penggunaan Grid Computing. Untuk menghasilkan karya yang
lebih dibutuhkan juga perangkat komputasi yang setara dengan karya tersebut. Habisnya IPv4
valid juga menjadi kendala tersendiri di era sekarang. Implementasi grid computing dengan
menggunakan pengalamatan IPv6 menjadi solusi dari masalah yang ada. Grid Computing
mampu melakukan komputasi dalam skala besar yang terdistribusi dan terpisah secara geografis.
Grid Computing diimplementasikan pada 9 komputer yang membentuk 1 server dan 2 cluster
dimana semua node menggunakan pengalamatan IPv6.
Implementasi cluster menggunakan openmpi, job scheduler menggunakan condor, dan grid
engine menggunakan globus toolkit. Perkalian matrik dan Prime sum digunakan untuk menguji
coba kecepatan dari sistem grid computing untuk menunjukkan seberapa cepat sistem grid
computing mengeksekusi aplikasi (program parallel). Hasil dari uji coba menunjukkan bahwa
implementasi openmpi menggunakan IPv6 mampu meningkatkan komputasi lebih dari 5 kali
dibandingkan dengan komputasi pada 1 komputer, condor tidak bisa diimplementasikan karena
versinya belum memenuhi, dan globus tidak cocok diintegrasikan dengan openmpi. Dua problem
tersebut digantikan dengan Portal PHP yang difungsikan sebagai administrasi jobs. Hasilnya,
aplikasi Prime Sum dapat dijalankan pada Portal untuk diteruskan ke semua node pada cluster.
Referensi (2001-2017)
BAB I
PENDAHULUAN
Komputasi Grid adalah penggunaan sumber daya yang melibatkan banyak komputer
yang terdistribusi dan terpisah secara geografis untuk memecahkan persoalan komputasi dalam
skala besar[1]. Grid Computing erat kaitannya dengan metode komputasi paralel. Metode ini
dapat membagi kerja komputer menjadi beberapa bagian sehingga, tidak memberatkan kerja
komputer itu sendiri dan mempercepat kerja komputer. Sebagai contoh, bila ada suatu perintah
untuk mencari satu angka dari 100 angka, komputer tersebut memiliki 10 processor. Dengan
adanya komputasi paralel, komputer tersebut dapat memecah kerja menjadi 10 bagian untuk
mencari angka tersebut. hal ini tentu saja dapat mempercepat dan memperingan kerja komputer.
Tentu saja masalah pembagian kerja komputer tersebut dalam skala kecil. Tapi dari sinilah grid
computing dikembangkan.
Grid computing semakin dikembangkan dengan adanya jaringan dan internet. Dengan
jaringan, kerja komputer terbagi-bagi di satu tempat dan tempat lain, namun pekerjaannya tetap
satu atau terhubung. Grid Computing memanfaatkan kekuatan pengolahan berbagai unit
komputer, dan menggunakan kekuatan proses untuk menghitung satu pekerjaan. Pekerjaan itu
sendiri dikontrol oleh satu komputer utama, dan dipecah menjadi beberapa tugas yang dapat
dilaksanakan secara bersamaan pada komputer yang berbeda. Tugas-tugas ini tidak perlu saling
eksklusif, meskipun itu adalah skenario yang ideal. Sebagai tugas lengkap pada berbagai unit
komputasi, hasil dikirim kembali ke unit pengendali, yang kemudian collates itu membentuk
keluaran kohesif.
Satu masalah akan kurangnya sumber daya untuk komputasi tinggi sudah terpenuhi
dengan kehadiran grid computing. Namun masalah tidak berhenti di situ saja. Salah satu
komponen yang terpenting juga dalam grid computing adalah konektifitas atau jaringan. Tidak
akan membentuk sebuah grid computing kalau tidak ada jaringan. Didalam sebuah jaringan,
tidak asing lagi dengan penggunaan IP Address. Lebih dari 20 tahun manusia menggunakan IPv4
sebagai protokol jaringan. Namun, jumlah IPv4 yang mencapai 4,3 milyar sudah habis tanggal
15 April 2011 [2]. Tentu saja hal ini menjadi kendala bagi pengguna internet, khususnya grid
computing ini yang juga membutuhkan IP Address valid untuk konektifitasnya. Muncullah
protokol jaringan baru yang merupakan pengganti dari IPv4 yang sudah habis yaitu IPv6.
Dengan protokol ini, pengguna internet tidak perlu khawatir lagi akan kebutuhan penggunaan IP
Address. Atas dasar itulah pada proyek akhir ini, penulis mengimplementasikan grid computing
dengan menggunakan pengalamatan IPv6.
.
1.2 Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
Grid computing adalah cara penggabungan sumber daya yang melibatkan banyak komputer yang
terhubung dalam suatu jaringan yang membentuk suatu kesatuan sistem komputer dengan
sumber daya dalam skala besar yang besarnya hampir sama dengan sumber daya komputasi
dalam komputer-komputer yang membentuknya yang tidak berada dalam suatu kendali terpusat.
Pemilihan nama grid dalam gridcomputing adalah istilah yang diambil dari kata
ketenagalistrikan yaitu dimana pembangkit tenaga listrik dihubungkan satu sama lain untuk
secara bersama-sama memasok kebutuhan tenaga listrik penggunanya. Masing-masing pengguna
hanya menggunakan sebagian dari daya listrik yang dihasilkan oleh seluruh pembangkit tenaga
listrik tersebut. Teknologi gridcomputing komponennya dapat dimanfaatkan sebagai sumber
daya komputasi yang telah dihimpun dengan lebih optimal dan aman. Komponen-komponen dari
grid computing diuraikan dalam sistem Globus Toolkit yang dikembangkan oleh para peneliti di
Argonne National Laboratoty, Amerika Serikat. Sistem Globus Toolkit digunakan oleh pihak-
pihak yang ingin menyatukan sumber daya komputasi yang ada menjadi sebuah kesatuan
Menurut tulisan singkat oleh Ian Foster ada check-list yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi bahwa suatu sistem melakukan komputasi grid yaitu :
1. Sistem tersebut melakukan koordinasi terhadap sumberdaya komputasi yang tidak berada
dibawah suatu kendali terpusat. Seandainya sumber daya yang digunakan berada dalam satu
cakupan domain administratif, maka komputasi tersebut belum dapat dikatakan komputasi grid.
2. Sistem tersebut menggunakan standard dan protokol yang bersifat terbuka (tidak terpaut pada
suatu implementasi atau produk tertentu). Komputasi grid disusun dari kesepakatan-kesepakatan
terhadap masalah yang fundamental, dibutuhkan untuk mewujudkan komputasi bersama dalam
skala besar. Kesepakatan dan standar yang dibutuhkan adalah dalam bidang autentikasi,
otorisasi, pencarian sumberdaya, dan akses terhadap sumber daya.
3. Sistem tersebut berusaha untuk mencapai kualitas layanan yang canggih, (nontrivial quality of
service) yang jauh diatas kualitas layanan komponen individu dari komputasi grid tersebut.
KELEBIHAN :
• Grid computing menjanjikan peningkatan utilitas, dan fleksibilitas yang lebih besar untuk
sumberdaya infrastruktur, aplikasi dan informasi. Dan juga menjanjikan peningkatan
produktivitas kerja perusahaan.
• Grid computing bisa memberi penghematan uang, baik dari sisi investasi modal maupun
operating cost–nya.
KEKURANGAN :
• Manajemen institusi yang terlalu birokratis menyebabkan mereka enggan untuk merelakan
fasilitas yang dimiliki untuk digunakan secara bersama agar mendapatkan manfaat yan lebih
besar bagi masyarakat luas.
• Masih sedikitnya Sumber Daya Manusia yang kompeten dalam mengelola grid computing.
Contonhya kurangnya pengetahuan yang mencukupi bagi teknisi IT maupun user non teknisi
mengenai manfaat dari grid computing itu sendiri.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komputasi grid adalah solusi untuk semua masalah ini dan banyak lagi. Mereka menawarkan
cara yang nyaman untuk menghubungkan banyak perangkat (misalnya;prosesor, memori dan
perangkat I/O) sehingga pengguna akhir dapat, jika diizinkan, menggunakan semua perangkat
komputasi gabungan untuk jumlah waktu tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
https://wahyuwaskito.wordpress.com/2010/10/21/grid-computing-dan-aplikasinya-2/
http://nasyasora.blogspot.com/?m=1
http://muhamadreggi.blogspot.com/2015/06/penjelasan-kekurangan-dan-kelebihan.html?m=1