Anda di halaman 1dari 6

KESEHATAN DAERAH MILITER III/SILIWANGI

FKTP KLINIK WIRASAKTI

KERANGKA ACUAN PROGRAM KEGIATAN KESELAMATAN DAN


KEAMANAN LABORATORIUM FKTP KLINIK WIRASAKTI

1. LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan kebutuhan dasar dan hak setiap manusia, keluarga dan
masyarakat dan merupakan investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Hal ini seperti
dinyatakan dalam Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan, bahwa setiap orang
mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Oleh karena
itu pembangunan kesehatan menjadi kewajiban negara untuk melaksanakan secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan oleh berbagai sektor diberbagai jenjang
pembangunan dengan tujuan meningkatkan kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Hal tersebut
diperkuat dengan dicantumkannya pada Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945
alinea ke-empat (4), bahwa Negara Indonesia bertekad untuk memajukan kesejahteraan umum
dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pembangunan Kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Konstitusi WHO Dan Amandemen UUD 1945 Pasal 28
H menegaskan bahwa kesehatan adalah hak asasi manusia yang fundamental bagi setiap
individu, kesehatan merupakan investasi yang sangat strategis dalam membangun Sumber
Daya Manusia, saat ini pembangunan mengarah kepada industrialisasi dimana persaingan
pasar bebas semakin ketat, untuk itu diperlukan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Searah
dengan hal tersebut kebijakan pembangunan di bidang kesehatan ditujukan untuk mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal bagi seluruh masyarakat termasuk masyarakat pekerja. Dalam
Undang - Undang No.36 tahun 2009 tentang kesehatan menyatakan bahwa upaya kesehatan
kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan
kesehatan serta pengaruh buruk oleh modernisasi dan industrialisasi serta globalisasi selain
dampak positif berupa tersedianya lapangan pekerjaan dan kemudahan dalam memperoleh
kesempatan bekerja juga memberikan dampak negatip khususnya terhadap kesehatan pekerja.
Kesehatan kerja memiliki hubungan erat dengan kehidupan personal dan sosial
seseorang.apabila seseorang pekerja menderita kesakitan atau bahkan sampai cacat yang
berhubungan dengan pekerjaannya maka hal tersebut akan menghambat produktivitas baik
bagi pekerja maupun bagi perusahaan dalam persaingan di dunia usaha.
Kesehatan kerja terkait kondisi sosial dan ekonomi serta melibatkan berbagai sektor dan
lintas program, sehingga diperlukan lintas sektor yang kuat dan searah. Oleh karena itu
pencapaian tujuan kesehatan kerja bagi semua membutuhkan strategi dalam mengamankan
kondisi kerja yang dapat melindungi dan mempromosikan kesehatan kerja,terutama pada
kelompok berisiko seperti pekerja wanita,pekerja anak, pekerja usia lenjut dan pekerja yang
terpajan bahan berbahaya.
Setiap pekerja dalam melakukan pekerjaannya berhak mendapat perlindungan atas
keselamatan dan kesehatannya, karena keselamatan dan kesehatan merupakan unsur penting
untuk menjadikan pekerja yang berkualitas dan produktif. Oleh karena itu perlu dilakukan
upaya untuk membina norma-norma perlindungan kerja. Pembinaan norma-norma
tersebut diwujudkan dalam undang-undang dan peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
yang memuat ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan dan
kesehatan kerja serta hal-hal lain yang yang berhubungan dengan kerja.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselam atan Kerja adalah s a l a h satu bentuk
upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat m e n g u r a n g i d a n a t a u b e b a s d a r i
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktifitas kerja.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja laboran & analis pada
khususnya dan manusia pada umumnya. Petugas laboratorium merupakan pekerjaan
yang membutuhkan ketelitian serta keamanan kerja yang sangat tinggi. Khususnya pada
laboratorium kesehatan sebaiknya dilakukan tindakan pencegahan seperti pemakaian APD,
apabila petugas laboratorium tidak menggunakan alat pengaman, akan semakin besar
kemungkinan petugas laboratorium terinfeksi bahan berbahaya khususnya berbagai jenis virus.
Manajemen keamanan kerja laboratorium yang meliputi tingakatan manajemen keamanan
kerja,kewajiban petugas atau tim keamanan kerja dalam laboratorium, sistem pencatatan dan
pelaporan adanya bahaya dalam laboratorium, pelatihan keamanan kerja dalam laboratorium,
praktek laboratorium yang benar,pengelolaan spesimen, tata ruang dan fasilitas laboratorium,
sterilisasi, desinfeksi, dekontaminasi dan tata laksana limbah laboratorium, peralatan
laboratorium, dan bahaya yang dapat dicegah serta kesehatan petugas laboratorum.

2. TUJUAN KEGIATAN
a. Tujuan Umum :
Meningkatkan mutu pelayanan yang optimal terhadap pasien dalam keselamatan pasien
serta keselamatan kerja.
b. Tujuan Khusus
Menjamin keselamatan kesehatan kerja bagi petugas laboratorium.
3. DASAR HUKUM
a. Undang Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
b. Kepmenkes No.920/Per/Menkes/XII/86 Tentang Pembinaan dan Pengawasan Upaya
Yanmedik
c. Kepmenkes No.1758/Menkes/SK/XII/2003 Tentang Standar Pelayanan Kesehatan Kerja
Dasar
d. Kepmenkes No.13/Menkes/SK/II/2004 Tentang Sistim Kesehatan Nasional
e. Kepmenkes RI No.1244/Menkes/SK/XII/1994 Tentang Pedoman Keamanan Laboratorium
Mikrobiologi dan Medis
f. Peraturan Menteri kesehatan RI No.472/Menkes/Per/V/1996 Tentang Pengamanan Bahan
Berbahaya bagi Kesehatan

4. PERATURAN TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI


Dasar Hukum :
a. Undang-undang No 1 tahun 1970
1) Pasal 3 ayat (1) butir f : Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat untuk
memberikan APD
2) Pasal 9 ayat (1) butir c : Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap
tenaga kerja baru tentang APD
3) Pasal 12 buti b: Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga
kerja untuk memakai APD
4) Pasal 14 butir c : Pengurus diwajibkan menyediakan APD secara Cuma-Cuma
b. Permenakertrans No.Per.01/MEN/1981 Pasal 4 ayat (3) Menyebutkan kewajiban pengurus
menyediakan alat pelindung diri dan wajib bagi tenaga kerja untuk menggunakannya untuk
pencegahan penyakit akibat kerja
c. Permenakertrans No.Per.03/MEN/1982 Pasal 2 butir 1 Menyebutkan memberikan nasehat
mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja, pemilihan alat pelindung diri yang
diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan makanan ditempat kerja

5. SASARAN KEGIATAN
Sasaran kegiatan Program Keselamatan Kesehatan Kerja, adalah sebagai berikut :
a. Petugas Laboratorium
b. Petugas Cleaning Service
c. Karyawan FKTP Klinik Wirasakti
d. Pasien
6. PELAKSANAAN KEGIATAN

Jadwal Pelaksanaan Kegiatan


No. Kegiatan Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV
Jan Feb Mrt Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

1.                        

2.                        

3.                        

4.                        

5.                        

7.                        

7. PENDANAAN KEGIATAN
Kegiatan Program Keselamatan Kesehatan Kerja untuk saat ini belum ada anggaran dananya.

No. Kegiatan Jumlah Biaya (Rp)

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
JUMLAH TOTAL
8. LINGKUP KEGIATAN
Lingkup kegiatan program Keselamatan Kesehatan Kerja adalah sebagai berikut :

Sub Jumlah
Kegiatan Tujuan Target Pelaksanaan
Target Pelaksanaan

9. JANGKA WAKTU KEGIATAN


Kegiatan dilaksanakan dalam waktu 12 bulan

10. INPUT KEGIATAN

Kegiatan Input

11. OUTPUT KEGIATAN

No. Kegiatan Output

12. OUTCOME KEGIATAN

No. Kegiatan Outcome


INPUT, OUTPUT, OUTCOME KEGIATAN KESELAMATAN
KESEHATAN KERJA ADALAH SEBAGAI BERIKUT :

NO. INDIKATOR TOLAK UKUR KINERJA TARGET KERJA

1. INPUT

2. OUTPUT

Ditetapkan di Bandung
Pada Tanggal 2019

Kepala FKTP Klinik Wirasakti,

dr. Linda Tri Wulandari


Letnan Satu Ckm (K)NRP. 11140029161089

Anda mungkin juga menyukai