Anda di halaman 1dari 9

Muzeliati, Army Auliah, Agustinawati (2022). Jurnal Pendidikan dan Profesi Keguruan Vol 2(1) pp.

57-65
September 2022 p-ISSN 2809-4794, e-ISSN 28094492

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING


BERBASIS KAHOOT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA

Muzeliati
Kimia, Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Tambang Provinsi Riau
zellycrv@gmail.com

Army Auliah
Kimia, Universitas Negeri Makassar
auliaarmy@ymail.com

Agustinawati
Kimia, Sekolah Menengah Atas Negeri 11 Makassar
agustinawatidra@gmail.com

ABSTRAK - Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang bertujuan dalam meningkatkan hasil
belajar kimia pada siswa kelas XII MIPA 2 SMA Negeri 2 Tambang menggunakan model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) berbasis Kahoot. Metode yang digunakan adalah diskusi dan dengan pendekatan Santifik-
TPACK. Tahapan PTK ini terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Untuk pengumpulan data
menggunakan metode observasi dan tes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan model PBL
berbasis Kahoot hasil belajar siswa setiap siklusnya mengalami perubahan secara signifikan. Nilai rata-rata hasil
belajar pada siklus I sebesar 69 dengan ketuntasan 60%, nilai rata-rata hasil belajar siklus II terjadi peningkatan
menjadi 81 dengan ketuntasan 80% dan pada siklus III nilai rata-rata mencapai 91 dengan ketuntasan mencapai
93%. Setelah diterapkannya metode PBL berbantuan kuis interaktif Kahoot, maka hasil belajar kimia pada siswa
kelas XII IPA 2 SMAN 2 Tambang dapat meningkat.

Kata kunci: Problem Based Learning, Kahoot, Hasil Belajar

ABSTRACT - This research is a classroom action research (CAR) with aims to improve Chemistry learning outcomes
of the third grade students (XII IPA 2) of SMA Negeri 2 Tambang using the Kahoot-based Problem Based Learning
(PBL) learning model. The method used is the discussion and the Scientific-TPACK approach. The research stages
consist of planning action, observation and test methods. The results showed that by using Kahoot-Based PBL model,
student learning outcomes changed significantly in each cycle. The average value of learning outcomes in the first cycle
is 69 with 60% completeness, the average value of learning outcomes in the second cycle increases to 80 with 86%
completeness and in the third cycle the average value reaches 90 with 92 % completeness. After the implementation
of the PBL method with the help of the Kahoot interactive quiz, the learning outcomes of Chemistry of the third grade
students (XII MIPA 2) of SMA Negeri 2 Tambang can increase.

Keywords: Problem Based Learning, Kahoot, Learning Outcomes

PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha untuk membantu peserta didik mengembangkan seluruh potensinya untuk
menghadapi masa depan. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan yang terdapat dalam Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa, tujuan Pendidikan Nasional
adalah usaha yang secara sadar dan terencana untuk mewujudkan kondisi belajar dan proses
pembelajaran supaya siswa secara aktif mengembangkan potensi yang dimilikinya (bakat dan minat)
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Untuk mencapai tujuan pendidikan
tersebut, tentu tidak terlepas dari proses belajar. Proses belajar merupakan adanya interaksi antara
seseorang dengan lingkungannya. Adapun tiga aspek dalam proses belajar diharapkan yaitu aspek sikap,
pengetahuan dan keterampilan.
Adapun kunci keberhasilan tercapainya tujuan pembelajaran salah satunya pada proses
pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan suatu interaksi interaktif dan juga suatu upaya untuk

PROGRESIF | 57
Muzeliati, Army Auliah, Agustinawati (2022). Jurnal Pendidikan dan Profesi Keguruan Vol 2(1) pp.57-65
September 2022 p-ISSN 2809-4794, e-ISSN 28094492

mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap siswa sehingga mereka dapat menyusun
pemikirannya berdasarkan proses kognitif, afektif dan psikomotorik.
Guru yang merupakan perancang pembelajaran perlu menciptakan proses dan lingkungan
pembelajaran yang dapat mendukung siswa untuk dapat mengembangkan berbagai kompetensi dan
meningkatkan daya pikir siswa, karena keterampilan abad 21 diperlukan agar setiap individu jika ingin
bersaing secara global maka perlu memiliki 4 keterampilan, meliputi keterampilan berpikir kritis,
kolaborasi, kreatif dan komunikatif.
Didalam kimia terdapat paradigma baru yang mengandung tiga ide pokok utama. Pertama,
pembelajaran materi kimia SMA harus diawali dengan membangun cara berpikir baru siswa tentang
mata pelajaran kimia dengan cara menjelaskan bahwa kimia itu penting, menyenangkan, dan bermanfaat
bagi semua orang. Kedua, materi kimia SMA harus dikaitkan kembali dengan penerapan kimia dalam
kehidupan disekitar / sehari-hari. Ketiga, dalam pelajaran kimia harulah berpikir kritis dan kreatif
terhadap setiap aspek dalam materi kimia yang dipelajari. Sehingga siswa dapat mengetahui penerapan
kimia dalam menjelaskan atau memecahkan masalah sehari-hari jadi bukan hanya dilihat sebagai
pengetahuan belaka melainkan praktik/penerapannya. Dengan tiga cara tersebut diharapkan, kesadaran,
minat dan motivasi siswa belajar kimia dapat ditingkatkan dalam pembelajaran (Subagia, 2014).
Keterampilan berpikir kritis(critical thinking) adalah kemampuan untuk merespon,menganalisis,
memecahkan permasalahandan mencari solusi terhadappermasalahan yang dihadapi. Kreatif (creativity)
merupakansuatu kemampuan untuk menemukan atau menciptakan berbagai ide-ide dan pemikiran baru.
Kolaborasi(collaboration), merupakan kemampuanbekerjasama dengan orang lain untuk menghadapi
suatu persoalan atau untuk memaksimalkan hasil yang hendak dicapai. Selanjutnya komunikasi
(communication) merupakan suatu kemampuan untuk berkomunikasi sehingga ia bisa hidup ditengah-
tengah masyarakat. Tuntutan keterampilan pembelajaran abad 21 ini lah yang mendorong setiap guru
untuk menciptakan kondisi dan proses pembelajaran yang lebih menitik beratkan pada aktivitas siswa
secara aktif.
Berdasarkan hasil belajar yang sudah peneliti lakukan pada siswa kelas XII MIPA di SMA Negeri
2 Tambang, ditemukannya beberapa masalah dalam proses pembelajaran. Diantaranya yaitu banyaknya
siswa yang tidak begitu memperhatikan penjelasan guru, mengganggu teman sebelahnya, dan ada pula
yang mengantuk ataupun tertidur di kelas. Faktor penyebab ini terjadi karena proses pembelajaran yang
dirancang oleh guru masih belum efektif, baik dari segi model pembelajaran, metode pembelajaran,
maupun media pembelajaran yang tidak menarik minat siswa. Kemudian, hasil wawancara peneliti
dengan salah satu guru kimia di SMA Negeri 2 Tambang, diperoleh informasi bahwasannya siswa tidak
memperhatikan guru, yang ditunjukkan dengan adanya beberapa siswa yang main-main sendiri dan
terkadang main HP karena di SMA Negeri 2 Tambang siswa di bebaskan untuk membawa HP dalam
proses pembelajaran dengan tujuan dapat digunakan sebagai sumber belajar. Namun hal ini banyak
disalah gunakan oleh siswa, HP yang mereka bawa untuk main-main saja hal ini tentunya tidak
menunjukkan sikap ilmiah seorang siswa dalam pembelajaran kimia. Walau sebenarnya dalam proses
pembelajaran guru memang sudah melakukan penilaian sikap siswa, tapi guru tidak pernah
memperhatikan sikap ilmiah pada saat proses belajar mengajar. Seharusnya dalam kegiatan belajar
mengajar kimia sikap ilmiah penting untuk diperhatikan terlebih bahwa kimia sebagai suatu proses,
yang merupakan serangkaian proses ilmiah yang dilakukan dalam menenemukan pengetahuan-
pengetahuan tentang materi kimia. Hal ini tentunya membutuhkan sikap ilmiah dalam mempelajari
kimia. Selain itu disebabkan oleh faktor yang berasal dari siswa seperti sikap dan minat mereka terhadap
pelajaran kimia, mereka beranggapan bahwa pelajaran kimia itu sulit, sehingga siswa merasa jenuh dan
kurang serius dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal ini dapat mempengaruhi hasil belajar kimia
siswa yang rendah, terlihat dari rata-rata dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Adapun KKM
untuk mata pelajaran kimia di SMA Negeri 2 Tambang adalah 70. Data hasil belajar siswa kelas XII
MIPA SMA Negeri 2 Tambang dapat dilihat pada Tabel 1.

PROGRESIF | 58
Muzeliati, Army Auliah, Agustinawati (2022). Jurnal Pendidikan dan Profesi Keguruan Vol 2(1) pp.57-65
September 2022 p-ISSN 2809-4794, e-ISSN 28094492

Tabel 1. Nilai rata-rata Ulangan Harian Mata Pelajaran Kimia Materi Elektrolisis Siswa kelas
XII MIPA SMA Negeri 2 Tambang
No. Kelas Nilai Rata-rata KKM Keterangan
1. XII MIPA 1 65 Tidak Tuntas
2. XII MIPA 2 55 Tidak Tuntas
3. XII MIPA 3 58 70 Tidak Tuntas
4. XII MIPA 4 70 Tuntas
5. XII MIPA 5 60 Tidak Tuntas
(Sumber : Guru Mata Pelajaran kimia, 2020)
Berdasarkan data tersebut, maka dibutuhkan solusi alternatif yang dapat membantu siswa belajar
efektif sehingga akan berdampak pada hasil belajar kimia siswa terutama materi elektrolisis yang
dianggap sulit oleh siswa. Tidak selamanya salah ada pada siswa, karena kurikulum 13 sebenarnya
sudah menuntun pembelajaran yang berpihak pada murid untuk berfikir kritis, kreatif dan lain
sebagainya namun hal itu tidak secara utuh diterapkan sehingga menimbulkan beberapa masalah dalam
proses pembelajaran sebagaimana uraian di atas. Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti mengambil
suatu alternatif solusi pembelajaran yakni dengan menerapkan model Problem Based Learning (PBL)
dengan metode eksperimen dan metode diskusi. PBL merupakan model pembelajaran yang menantang
siswa untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja sama secara kelompok untuk mencari solusi dari
permasalahan yang ada. Model PBL ini terfokus pada pembelajaran dimana masalah yang dipilih
sehingga siswa tidak saja mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga
metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut. Berdasarkan hal tersebut siswa tidak saja harus
memahami konsep yang sesuai dengan masalah yang menjadi pusat perhatian tetapi juga memperoleh
pengalaman belajar yang sesuai dengan keterampilan yaitu dalam menerapkan metode ilmiah dalam
memecahkan masalah serta menumbuhkan pola berpikir kritis /creative thinking.
Dengan adanya keterampilan menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan masalah maka akan
memicu siswa untuk terus giat belajar dan mencari solusi untuk mengatasi setiap permasalahan yang
terjadi khususnya dalam pembelajaran kimia. Dengan demikian, diharapkan siswa dapat belajar dengan
baik dan berpengaruh pada hasil belajar siswa. Keterlibatan aktif siswa dalam proses pembelajaran dapat
dilakukan dengan penerapan strategi dan model pembelajaran yang tepat. Hal ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh bahwa model problem based learning (PBL) berpengaruh signifikan
terhadap hasil belajar kimia siswa (Suswati Sman, 2021). Berfikir kritis juga dapat ditingkatkan dengan
model pembelajaran PBL dalam proses pembelajaran (Educatio, 2021).
Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan peneliti diketahui bahwadalam proses pembelajaran
di kelas XII MIPA 2 SMA Negeri 2 Tambang, metode pembelajaran yang paling sering digunakan
adalah presentasi sebesar 40%, diskusi dan tanya jawab 40%, dan metode lainnya 20%. Proses
pembelajaran denganmetode presentasi dan diskusi dinilai dapat mengembangkan daya kreatifitasdan
kemampuan berpikir kritis pada mahasiswa, sebagaimana yang diungkapkan oleh (Khairul Azmi &
Rahayu, 2016) dalam hasilpenelitiannya yang mengungkapkan bahwa penggunaan model problem
based learning dengan metode diskusi berpengaruh pada peningkatan sikap ilmiah peserta didik,
meliputi sikap rasa ingin tahu, berpikir kritis, kolaboratif, dan tanggung jawab.
Siswa aktif dalam pembelajaran dapat terjadi jika siswa tersebut mempunyai motivasi yang tinggi
dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Keterampilan pembelajaran abad 21 menuntut dan
mendorong setiap pendidik, yaitu guru untuk menciptakan kondisi dan proses pembelajaran yang
berpusat pada siswa dan lebih menitikberatkan pada aktivitas mahasiswa secara aktif. Keterlibatan siswa
dalam proses pembelajaran dapat dikombinasikan selain dengan PBL yaitu dengan mengadakan kuis
interaktif melalui game Kahoot. Diharapkan dengan adanya game Kahoot ini dapat menyebabkan siswa
aktif karena pembelajaran itu akan menjadi menyenangkan serta dapat mencapai tujuannya yaitu
meningkatkan hasil belajar siswa.
Adanya masalah-masalah yang dihadapi dalam pembelajaran kimia dikelas XII MIPA salah
satunya tentang rendahnya hasil belajar siswa dalam pelajaran kimia khususnya materi elektrolisis dan
banyaknya penelitian yang telah diterbitkan banyak guru di Indonesia menjadikan guru untuk
mempunyai solusi terhadap permasalahan tersebut. Berdasarkan pernyataan itu maka peneliti peneliti

PROGRESIF | 59
Muzeliati, Army Auliah, Agustinawati (2022). Jurnal Pendidikan dan Profesi Keguruan Vol 2(1) pp.57-65
September 2022 p-ISSN 2809-4794, e-ISSN 28094492

tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan model pembelajaran problem based
learning berbasis Kahoot untuk meningkatkan hasil belajar siswa”.

METODE
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Adapun yang menjadi
objek dalam penelitian ini adalah kelas XII MSMA Negeri 2 Tambang Penelitian ini dilaksanakan di
SMA Negeri 2 Tambang pada siswa kelas XII Tahun Pelajaran 2021/2022. Adapun penelitian ini di
lakukan selama 1 bulan dari 20 Oktober sampai dengan 1 Desember 2021. Penelitian ini melibatkan 15
orang siswa kelas XII MIPA 2 SMA Negeri 2 Tambang Penelitian ini dilakukan secara luar jaringan
(luring) tepatnya pembelajaran tatap muka terbatas dan objek yang menjadi fokus perhatian penelitian
adalah hasil belajar kimia materi Elektrolisis.
Penelitian ini direncanakan dilakukan 3 siklus, tiap siklusnya terdiri dari empat tahap, yaitu: (1)
perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi dan evaluasi, dan (4) refleksi. Dalam tahapan perencanaan /
persiapan tindakan langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut: a) menyusun rencana pembelajaran
yang dilengkapi dengan RPP, bahan ajar, media pembelajaran, LKPD, dan instrumen penilaian, b)
meminta teman sejawat untuk menjadi observer.
Langkah pada Pelaksanaan tindakan yaitu; Pada siklus I model pembelajaran yang digunakan yaitu
Problem Based Learning (PBL) dengan sintak (orientasi pada masalah, mengorganisasikan peserta
didik, membimbing penyelidikan kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta
menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah). Pada siklus II model pembelajaran yang
digunakan juga PBL namun berdasarkan hasil belajar di siklus I maka diadakan tambahan yaitu
menggunakan kuis interaktif menggunakan game Kahoot. Siklus III juga mengunakan model
pembelajaran PBL berbasis Kahoot. Tahapan dalam siklus penelitian ini disajikan pada Gambar 1 di
bawah ini.

Gambar 1. Tahapan Siklus Pembelajaran

III

Gambar 1. Tahapan Siklus Pembelajaran


Pengamat / observer juga dilibatkan dalam penelitian ini. Pengamat bertugas untuk melihat
aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung di kelas. Pengamat melakukan hal tersebut
untuk memberi masukan dan pendapat terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru,
sehingga masukan-masukan dari pengamat dapat dipakai untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus
berikutnya sebagai bahan refleksi juga. Adapun evaluasi dilakukan dengan cara tes tertulis dengan
bentuk soal pilihan ganda. Hasil observasi dan evaluasi dikumpulkan dan dianalisis. Dari hasil tersebut
guru dapat merefleksikan diri dengan melihat data observasi guru dan siswa serta selama pembelajaran
berlangsung serta data hasil belajar diakhir pembelajaran.
Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data
kualitatif merupakan data tentang aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran
yang diperoleh melalui lembar observasi yang diisi oleh observer. Data kuantitatif merupakan data
tentang kemampuan siswa dalam menyerap materi pembelajaran dengan model PBL dilengkapi dengan
game kahoot yang diperoleh melalui tes hasil belajar.

PROGRESIF | 60
Muzeliati, Army Auliah, Agustinawati (2022). Jurnal Pendidikan dan Profesi Keguruan Vol 2(1) pp.57-65
September 2022 p-ISSN 2809-4794, e-ISSN 28094492

Data-data diolah dengan menggunakan rumus persentase sebagai berikut :


P = F x 100 %
N
Keterangan : F = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N = Number of Cases (jumlah frekuensi / banyaknya individu)
P = Angka persentase
100 = Bilangan tetap

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada siklus I penerapan model pembelajaran PBL didapatkan rata-rata nilai hasil belajar siswa kelas
XII MIPA 5 dalam pelajaran kimia materi elektrolisis yaitu 69. Siklus II dilaksanakan pembelajaran
dengan model PBL berbasis Kahoot dengan nilai rata-rata hasil belajar siswa yaitu 81. Dan pada siklus
III dilaksanakan pembelajaran model PBL berbasis game Kahoot didapatkan rata-rata nilai hasil belajar
siswa yaitu 91. Penjelasan lengkap penelitian berdasarkan hasil belajar siswa dari siklus I, II dan III
dapat dilihat pada gambar diagram berikut ini :
Peningkatan Hasil Belajar Siswa
100 91
81
80 69
60
40
20
0
siklus 1 siklus 2 siklus 3
Gambar 2. Diagram Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Pada siklus I penerapan model pembelajaran PBL didapatkan 9 orang yang tuntas diatas nilai KKM
70 dari 15 orang siswa didapat hasil 60 persen tuntas. Siklus II dilaksanakan pembelajaran dengan model
PBL berbasis Kahoot yaitu 12 orang yang tuntas didapat sebanyak 80 persen. Dan pada siklus III
dilaksanakan pembelajaran model PBL berbasis game Kahoot didapatkan 14 orang yang tuntas jika
dihitung persentasenya diperoleh 93 persen.
Hasil tersebut didapatkan dari jawaban dari soal evaluasi yang dibagikan kepada siswa diakhir
pembelajaran kimia di kelas XII MIPA 2 SMA Negeri 2 Tambang pada siklus 1, siklus 2 dan siklus 3.
Penilaian dilakukan menggunakan secara online menggunakan Google formulir sehingga siswa juga
dapat melihat hasil evaluasai mereka pada saat itu juga. Sehingga mereka bisa melihat nilai mereka
tuntas atau tidaknya. Sehingga guru dapat mengambil langkah selanjutnya dari hasil belajar tersebut.
Adapun penjelasan lengkap hasil penelitian dapat dilihat pada gambar diagram berikut ini :

Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa


100 93
80
80
60
60
40
20
0
siklus 1 siklus 2 siklus 3

Gambar 3. Diagram Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa

PROGRESIF | 61
Muzeliati, Army Auliah, Agustinawati (2022). Jurnal Pendidikan dan Profesi Keguruan Vol 2(1) pp.57-65
September 2022 p-ISSN 2809-4794, e-ISSN 28094492

Pelajaran kimia yaitu salah satu pelajaran pokok pada jenjang pendidikan menengah yang
bertujuan yaitu untuk membekali siswa dengan kemampuan berfikir logis, analistis, sistematis, kreatif
dan kritis. Sehingga pelajaran kimia harusnya dapat dikuasai oleh siswa. Namun prestasi belajar siswa
pada mata pelajaran kimia masih rendah pada kenyataannya di sekolah. Masih rendahnya prestasi
belajar siswa dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor dalam kegiatan pembelajaran baik faktor internal
maupun faktor eksternal. Siswa pada tingkat awal Sekolah Menengah Atas sering berkesan sulit pada
mata pelajaran kimia, sehingga mempengaruhi hasil belajar. Siswa banyak menganggap kimia adalah
pelajaran yang membosankan karena mempelajari materi yang dianggap abstrak yaitu atom (partikel-
partikel kecil) yang tidak dapat dilihat dan reaksi-reaksi kimia yang hanya bisa dilihat gejalanya
sehingga siswa tidak tertarik mempelajari kimia lebih dalam lagi. Sehingga pandangan dari siswa ini
akan mempengaruhi perhatian dan minat belajarnya. Karena sebenarnya untuk menjamin hasil belajar
yang baik, maka siswa harus memiliki sikap terhadap bahan materi yang dipelajarinya. Apabila bahan
pelajaran tersebut tidak menjadi perhatian siswa, maka akan timbul kebosanan, jadi berdampak pada
kurang tertariknya untuk belajar kimia. Kondisi inilah yang dapat mempengaruhi terhadap prestasi
belajar kimia nantinya.
Pandangan dan sikap siswa mengenai mata pelajaran kimia tersebut merupakan salah satu faktor
penting dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran di kelas. Dapat diketahui dari cara siswa
belajar atau memberikan tanggapan terhadap materi kimia ketika kegiatan pembelajaran berlangsung.
Misalnya ada kecendrungan untuk menyenangi, mendekati dan mengharapkan objek tertentu
merupakan sikap positif dari siswa. Sikap negatif dari siswa dapat pula dilihat yaitu dengan
menghindari, menjauhi, membenci dan tidak menyukai objek tertentu. Siswa yang memiliki sikap
positif, maka mereka akan menganggap kimia itu sebagai pelajaran yang mudah dan asyik untuk
dipelajari. Sehingga mereka akan bersemangat dan selalu memperhatikan penjelasan dari guru ketika
pembelajaran berlangsung. Jika siswa tersebut sudah memiliki sikap positif terhadap kimia makan
mereka akan belajar atas kesadaran sendiri dan secara mandiri sehingga hasil belajarnya pun akan bagus
karena sikap positif mereka pada pelajaran kimia jadi memudahkan mereka untuk menguasai materi
yang didapatkan dalam proses pembelajaran di kelas yang ditunjukkan dari hasi belajar yang tinggi.
Begitu juga sebaliknya siswa yang memiliki sikap negatif terhadap kimia, mereka akan beraganggapan
kimia itu sebagai pelajaran yang sulit dan tidak menarik, mereka juga akan malas dan merasa terpaksa
dalam belajar kimia, sehingga hasil belajarnya kurang baik dan tidak memuaskan karena sikap negatif
terhadap kimia maka akan berakibat pada rendahnya hasil berlajar siswa tersebut. Hal ini juga sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Rosa (Rosa, 2015) yang menyatakan terdapat pengaruh sikap
pada mata pelajaran kimia dan konsep diri secara bersama-sama terhadap prestasi belajar kimia.
Berdasarkan hal itu untuk mendukung daya kritis dan kreativitas siswa dibutuhkan lingkungan
belajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa karena mengingat tantangan saat ini yang semakin
kompleks. Dengan menggunakan proses pembelajaran dengan model problem based learningdimana
siswa dituntut untuk mampu menganalisis, menyusun, dan menemukan solusi terkait permasalahan yang
terjadi pada kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kemampuan analisis yang mereka miliki diharapkan
dapat dimanfaatkan dalam kehidupan untuk turut serta mengatasipermasalahan yang sedang terjadi.
Seorang guru dituntut untuk dapat memilih cara mengajar yang tepat, strukturpembelajaran, jenis
penilaian, dan membentuk interaksi yang sesuai, selain itu juga menggunakan berbagai strategi ataupun
metode yang memiliki pengaruh besar dalam meningkatkan hasil belajar siswa dengan menciptakan
pembelajaran yang menyenangkan dengan menggunakan media pembelajaran yang baik. Hal senada
juga diungkapkan oleh (Nurrita, 2018) dalam hasil penelitiannya bahwa media pembelajaran dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Adapun media pembelajaran yang diberikan pada penelitian ini yaitu
media Power Point Presentation (PPT) yang dilengkapi dengan animasi yang menarik, serta
memasukkan video pembelajaran didalamnya.
Namun, pada pendidikan abad 21 ini siswa dituntuk untuk mempunyai keterampilan berfikir kritis.
Untuk itu diperlukan model pembelajaran yang mendukung untuk tercapainya tujuan dari keterampilan
berfikir kritis tersebut. Oleh karena itu berdasarkan banyak literatur yang dibaca bahwa salah satu model
pembelajaran yang direkomendasikan adalah model Problem Based Learning (PBL). Model PBL ini

PROGRESIF | 62
Muzeliati, Army Auliah, Agustinawati (2022). Jurnal Pendidikan dan Profesi Keguruan Vol 2(1) pp.57-65
September 2022 p-ISSN 2809-4794, e-ISSN 28094492

juga dapat meningkatkan keterampilan Sains pada siswa (Safrina et al., 2015). Selain keterampilan sains
juga dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah (Yustianingsih et al., 2017).
Dalam penelitian ini pada siklus I menggunakan model PBL dalam pembelajaran. Siswa diawal
diberikan tayangan video pembelajaran tentang materi elektrolisis. Kemudian diberikan waktu untuk
menemukan masalah yang terdapat dalam video tersebut. Siswa diberikan kesempatan untuk
mengungkapkan secara langsung masalahnya. Namun hanya beberapa saja yang berani
mengungkapkan. Oleh karena itu peneliti mengarahkan siswa untuk menuliskannya pada LKPD untuk
kegiatan awal pada diskusi kelompok. Siswa juga mengerjakannya bersama teman satu kelompok. Kelas
XII MIPA 2 ini dibagi menjadi 3 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang. Siswa
mengumpulkan informasi untuk menyelesaikan masalah tersebut dari berbagai sumber belajar seperti
dari bahan ajar yang diberikan guru, buku paket kimia, buku kimia lainnya dan juga dari internet
dikarenakan siswa boleh membawa alat elektronik seperti HP dan Laptop dalam pembelajaran. Hasil
diskusi kelompok didiskusikan didepan kelas oleh perwakilan kelompok, dan kelompok lain
menanggapi. Kemudian disesi akhir pembelajaran diberikan soal evaluasi sebanyak 5 soal dalam bentuk
pilihan ganda. Hasil yang didapat yaitu hanya 60 persen siswa yang tuntas. Hal ini menurut peneliti
masih kurang dari target yang ingin dicapai.
Oleh karena hasil dari siklus I itu kurang memuaskan, maka peneliti melakukan perubahan dalam
pembelajaran. Peneliti mencoba melakukan game kuis interaktif sesuai dengan literatur yang dibaca
dapat meningkatkan hasil belajar siswa (Adiwisastra, 2015). Salah satunya adalah game Kahoot dalam
penelitian (Irwan et al., 2019) menujukkan efektivitas yang meningkat dalam penggunaan game Kahoot
pada pelajaran dikelas. Berdasarkan itu pada siklus II peneliti melaksanakan model PBL namun
ditambah dengan kuis interaktif game Kahoot.
Pembelajaran berbasis permainan /kuis interaktif ini menjadi alat pembelajaran yang efektif karena
dapat membuat siswa aktif didalam kelas. Kahoot merupakan sebuah platform yang menyediakan
beberapa bentuk kuis bersifat interaktif yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Tahapan dalam
menggunakan aplikasi “kahoot!” adalah sebagai berikut:
1) Masuk ke laman kahoot.com, untuk pendidik yang akan membuat dan mengembangkan konten
pembelajaran dapat mengakses create.kahoot dan kahoot.it digunakan siswa untuk mengikuti kuis
interaktif yang digunakan. Berikut adalah tampilan utama platform “kahoot!”
2) Guru wajib Sign up kahoot untuk mendaftar dan membuat akun. Jika sudah terdaftar maka akan
dapat memanfaatkan konten di dalamnya untuk membuat quiz.
3) Kuis interaktif kahoot ini dapat berupa pilihan ganda dan true or false serta dapat juga mengatur
waktu atau lamanya untuk menjawab pertanyaan
4) Kuis yang telah disusun dapat dimainkan secara individu maupun kelompok sesuai dengan materi
yang dipelajari.
5) Kuis ini dapat digunakan melalui laptop atau smartphone yang telah terkoneksi dengan jaringan
internet. Siswa yang hendak mengikuti kuis dapat mengakses www.kahoot.it kemudian menginput
game pin yangditampilkan guru.
6) Siswa yang telah bergabung dalam permainan dapat menjawab pertanyaan yang ditampilkan. Siswa
yang menjawab secara tepat dan cepat akan mempengaruhi skor dan peringkat pada kuis ini
7) Diakhir kuis kahoot ini akan ditampilkan langsung yang menjadi pemenang dalam bentuk tiga
podium, yakni siswa yang mampu menjawab pertanyaan dengan tepat dan dalam waktu yang cepat.
Hasil kuis ini juga dapat diunduh oleh guru sehingga hasil penilaian dapat melihat nilai siswa.
Hasil pembelajaran atau hasil pembelajaran biasa digunakan melalui tes. Tes pada hakikatnya
adalah suatu alat yang berisi serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau soal-soal yang harus
dikerjakan atau dijawab oleh siswa untuk mengukur suatu aspek tertentu (Penilaian - Google Books,
n.d.). Tes yang dilakukan pada penelitian ini tiap siklusnya adalah tes tertulis sebanyak 5 soal dalam
bentuk pilihan ganda. Tes tertulis ini dilakukan diakhir pembelajaran untuk melihat sejauh mana
pemahaman siswa tentang materi yang diberikan. Pembelajaran ini juga menggunakan Technological
Pedagogical Content Knowledge (TPACK) merupakan pengetahuan yang diperlukan untuk
mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran contohnya dalam memberikan tes tertulis ini dengan

PROGRESIF | 63
Muzeliati, Army Auliah, Agustinawati (2022). Jurnal Pendidikan dan Profesi Keguruan Vol 2(1) pp.57-65
September 2022 p-ISSN 2809-4794, e-ISSN 28094492

menggunakan google formulir melalui gawai ataupun gadget mereka, jadi siswa langsung menjawab
soal evaluasi dengan google formulir tersebut. Google formulir merupakan salah satu software yang
banyak direkomendasikan sebagai alat penilaian online yang sering digunakan dalam proses penilaian
dikelas. Karen tampilannya sederhana, mudah digunakan dan dimengerti, serta mampu menampung data
dalam jumlah banyak, dan juga bisa tersimpan dalam jangka waktu yang lama. Adapun tanggapan siswa
dalam penggunaan Google formulir sebagai alternatif evaluasi sangat baik, karena siswa langsung
memperoleh hasilnya. Siswa memberikan tanggapan yang baik dalam penilaian hasil pembelajaran
yang diberikan oleh guru. Dan guru juga memberikan tanggapan dalam penggunaan Google formulir
sebagai alternatif evaluasi terhadap siswa mempermudah dalam menganalisis soal, menghemat waktu
dan mempercepat perolehan hasil (Wulandari et al., 2019)
Implementasi model problem based learning berbantuan kuis interaktif kahoot yang telah
dilaksanakan dalam proses pembelajaran di kelas XII MIPA 2 SMA Negeri 2 Tambang menunjukkan
bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa yaitu 12 orang yang tuntas atau sekitar 80%. Dimana
awalnya pada siklus I hanya 60% yang tuntas. Berarti telah terjadi peningkatan 20% dari sebelumnya.
Hasil belajar yang meningkat ini juga bisa disebabkan oleh meningkatnya motivasi belajar siswa sesuai
juga dengan jurnal penelitian yang pernah peneliti baca (Irwan et al., 2019). Game Kahoot ini membuat
suasana kelas menjadi hidup, dikarenakan masing-masing kelompok bersaing dalam podium 3 teratas
yang langsung bisa terlihat ketika mereka selesai mengerjakan soal yang ada pada game Kahoot tersebut.
Antusias siswa ketika bermain game Kahoot ini sangat bagus sekali, sehingga mereka bisa memahami
materi lebih cepat dari siklus sebelumnya. Oleh karena itu pada siklus berikutnya diadakan kembali
untuk membuktikan bahwa pelaksanaan PBL berbasis Kahoot ini dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
Untuk menyakinkan peneliti tentang hasil tersebut, maka peneliti melakukan kembali siklu III
dengan cara yang sama dengan siklus II yaitu menggunakan model pembelajaran PBL dan
menggunakan game Kahoot. Hasil belajar siswa yang didapat dari siklus III mengalami peningkatan
kembali yaitu 14 orang yang tuntas dari 15 orang total siswa atau sekitar 93% ketuntasan di kelas XII
MIPA 2 pada mata pelajaran kimia materi elektrolisis dengan rata-rata nilai evaluasi tersebut adalah 91.
Hasil ini sangat sesuai dengan yang diharapkan guru sebagai peneliti. Peningkatan hasil belajar ini bisa
juga dikarenakan siswa sudah mulai terbiasa dalam melaksanakan PBL dan menggunakan game Kahoot
seperti yang dilakukan pada siklus sebelumnya. Sehingga siswa merasa senang belajar kimia dengan
cara seperti siklus II dan siklus III.
Peningkatan hasil belajar kimia terutama materi elektrolisis pada penelitian ini , menggunakan
model pembelajaran PBL berbasis Kahoot dapat juga memotivasi siswa dalam belajar. Jadi ada
hubungan atau korelasi antara motivasi siswa dengan hasil belajar (Budiariawan, 2019) seperti yang
sudah dibuktikan oleh penelitian. Hasil penelitian lain juga menunjukkan adanya pengaruh yang positif
dan signifikan dari minat belajar dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa baik secara simultan
maupun parsial. Penelitian tersebut menekankan pentingnya kedua variabel tersebut dalam
meningkatkan hasil belajar siswa (Ricardo Ricardo, 2017).
Jadi hasil penelitian penerapan model PBL berbasis Kahoot dalam pembelajaran kimia kelas XII
MIPA 2 di SMA Negeri 2 Tambang ini sesuai dengan literatur yang sudah dibaca dan dipahami. Oleh
karena itu hasil ini akan peneliti lanjutkan pada topik/materi kimia lainnya dengan model dan
pendekatan pembelajaran yang sesuai agar hasil belajar kimia bisa ditingkatkan.

KESIMPULAN
Penerapan Problem Based Learning berbasis kuis interaktif kahoot dapat meningkatkan hasil
belajar siswa yaitu dari siklus I rata-rata nilai siswa 69, siklus II rata-rata nilai 81 dan rata-rata nilai
siswa pada siklus III adalah 93. Hal ini termasuk peningkatan yang diharapkan dari penelitian ini.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwasannya terdapat perbedaan yang signifikan antara
hasil belajar siswa sebelum dan setelah menerapkan problem based learning berbasis kuis interaktif
kahoot pada pelajaran kimia siswa kelas XII MIPA 2 SMA Negeri 2 Tambang.
Penggunaan Problem Based Learning berbantuan kuis interaktif kahoot terhadap hasil belajar
mahasiswa memberikan dampak yang baik bagi siswa dan guru, jadi harapannya agar dapat terus

PROGRESIF | 64
Muzeliati, Army Auliah, Agustinawati (2022). Jurnal Pendidikan dan Profesi Keguruan Vol 2(1) pp.57-65
September 2022 p-ISSN 2809-4794, e-ISSN 28094492

diterapkan dalam proses pembelajaran selanjutnya, serta dikemas dengan lebih menarik dan tidak
monoton, karena hasil belajar sangat penting dalam keberhasilan pembelajaran.
Penelitian ini hendaknya dilanjutkan lagi dengan mengkombinasikan lagi model pembelarajaran
lain sesuai dengan tuntutan pembelajaran abad 21 yang berpihak pada siswa menuju program
pemerintah yaitu merdeka belajar dengan visi menciptakan siswa yang berprofil pancasila. Games
edukasi lainnya juga bisa diterapkan agar siswa mendapatkan pelajaran kimia yang menyenangkan dan
tidak sesulit yang mereka bayangkan. Dan satu lagi sebaiknya pembagian kelompok belajar dikelas itu
berdasarkan kebutuhan siswa (kesiapan belajar, minat dan gaya belajar) sehingga pembelajaran yang
berdiferensiasi dapat mengembangkan potensi yang dimiliki siswa agar lebih memahi materi.

DAFTAR PUSTAKA
Adiwisastra, M. F. (2015). Perancangan Game Kuis Interaktif Sebagai Multimedia Pembelajaran Drill
and Practice Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Informatika, Ii (1).
Budiariawan, I. P. (2019). Hubungan Motivasi Belajar Dengan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran
Kimia. Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia, 3(2), 103–111.
Https://Doi.Org/10.23887/Jpk.V3i2.21242
Educatio, J. (2021). Penerapan Model Pbl Dalam Matakuliah Teori Pengambilan Keputusan Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa. 7(3), 922–928.
Https://Doi.Org/10.31949/Educatio.V7i3.1290
Irwan, I., Luthfi, Z. F., & Waldi, A. (2019). Efektifitas Penggunaan Kahoot! Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa [Effectiveness of Using Kahoot! To Improve Student Learning Outcomes].
Pedagogia: Jurnal Pendidikan, 8(1), 95–104. Https://Doi.Org/10.21070/Pedagogia.V8i1.1866
Khairul Azmi, M., & Rahayu, S. (2016). Pengaruh Model Problem Based Learning Dengan Metode
Eksperimen Dan Diskusi Terhadap Hasil Belajar Fisika Ditinjau Dari Sikap Ilmiah Siswa Kelas
X Mipa Sma N 1 Mataram. Ii(2), 2407–6902.
Nurrita, T. (2018). Pengembangan Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.
Misykat Jurnal Ilmu-Ilmu Al-Quran Hadist Syari Ah Dan Tarbiyah, 3(1), 171–210.
Penilaian—Google Books. (N.D.). Retrieved December 29, 2021, From
Https://Www.Google.Co.Id/Books/Edition/Penilaian/Sibhdwaaqbaj?Hl=Id&Gbpv=1&Dq=Pe
ngertian+Hasil+Belajar&Printsec=Frontcover
Ricardo Ricardo, R. I. M. (2017). Impak Minat Dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa.
Ricardo & Meilani, 2(2), 188–201. Https://Doi.Org/10.17509/Jpm.V2i2.8108
Rosa, N. M. (2015). Pengaruh Sikap Pada Mata Pelajaran Kimia Dan Konsep Diri Terhadap Prestasi
Belajar Kimia. Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan Mipa, 2(3).
Safrina, S., Saminan, S., & Hasan, M. (2015). Pengaruh Penerapan Model Problem Based Learning
(Pbl) Terhadap Keterampilan Proses Sains Dan Pemahaman Siswa Pada Materi Zat Kimia
Dalam Makanan Pada Siswa Kelas Viii Mtsn Meureudu. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia,
3(1).
Subagia, I. W. (2014). Paradigma Baru Pembelajaran Kimia Sma. Prosiding Seminar Nasional Mipa,
0(0).
Suswati Sman, U. (2021). Penerapan Problem Based Learning (Pbl) Meningkatkan Hasil Belajar Kimia.
Teaching: Jurnal Inovasi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, 1(3), 127–136.
Https://Doi.Org/10.51878/Teaching.V1i3.444
Wulandari, P., Khotimah Sekolah Menengah Negeri, H., Tangerang, K., & Banten, P. (2019). Google
Form Sebagai Alternatif Evaluasi Pembelajaran di Sman 2 Kota Tangerang. Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan Fkip, 2(1), 421–425.
Yustianingsih, R., Syarifuddin, H., & Dan Yerizon, Y. (2017). Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Matematika Berbasis Problem Based Learning (Pbl) Untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemecahan Masalah Peserta Didik Kelas Viii. Jurnal Nasional Pendidikan Matematika), 1(2),
258–274.

PROGRESIF | 65

Anda mungkin juga menyukai