Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Asimilasi Pendidikan Oktober 2023 Vol 1.

No 2
http://asimilasi.journalilmiah.org. E-ISSN : 3021-7083
Page. 110-118

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING


TERINTEGRASI CULTURALLY RESPONSIVE TEACHING (CRT) UNTUK
MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X IPA
2 SMA NEGERI 7 MATARAM PADA MATA PELAJARAN KIMIA TAHUN
AJARAN 2022/2023

Anjalika Sari1, Yunita Arian Sari2, Dina Namira3


1,2,3
Program Studi Pendidikan Profesi Guru, Universitas Mataram, 83125
Corresponding author email: anjalika.sari26@gmail.com

History Article
ABSTRACT
Article history: This study is a Classroom Action Research that aims to investigate
Submission 05 Oktober 2023 whether the implementation of the Problem-Based Learning model
Received 09 Oktober 2023 integrated with Culturally Responsive Teaching (CRT) can enhance
Approved 14 Oktober 2023
Published 26 Oktober 2023
the motivation and learning outcomes of X IPA 2 at SMA Negeri 7
Mataram in the subject of Chemistry for the academic year 2022/2023.
Keywords: The research employs the Classroom Action Research method,
consisting of planning, acting, observing, and reflecting. Data sources
Hasil Belajar, Motivasi include both quantitative and qualitative data, encompassing pre-test
Belajar, Problem Based and post-test results, observations of the teaching and learning
Learning, Culturally process, questionnaire responses, daily journals/field notes, and
Responsive Teaching activity photos. The research is conducted collaboratively with fellow
teachers to assess student motivation and learning outcomes after
implementing the intervention in two cycles, with each cycle
comprising two sessions. The results of the study indicate that the
application of the Problem-Based Learning model integrated with
Culturally Responsive Teaching demonstrates high student
motivation, with an agreement percentage of 89%. Additionally, there
is an evident improvement in student engagement, as shown by an
average class activity percentage of 60.96% in the first cycle and 87%
in the second cycle. Furthermore, there is an enhancement in student
learning outcomes, with a proficiency percentage increasing from 77%
in the first cycle to 86% in the second cycle.

ABSTRAK
Penelitian ini merupakan Penilitian Tindakan Kelas yang bertujuan
untuk mengetahui apakah melalui penerapan model pembelajaran
Problem Based Learning terintegrasi Culturally Responsive Teaching
(CRT) dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X
IPA 2 SMA Negeri 7 Mataram Pada Mata Pelajaran Kimia Tahun
Ajaran 2022/2023. Penelitian ini dilakukan dengan menerapkan
metode penelitian tindakan kelas yaitu, planning-acting-observing-
reflecting. Sumber data dari penelitian ini adalah data kuantitaif dan
kualitatif yang meliputi data hasil pre test dan pos test, hasil observasi
terhadap proses kegiatan belajar-mengajar, jawaban angket, jurnal
harian/catatan lapangan dan foto kegiatan. Penelitian dilakukan
secara kolaborasi dengan teman guru untuk melihat motivasi dan hasil
belajar siswa setelah tindakan dilakukan dalam 2 siklus, dimana setiap
siklus dilakukan dua kali pertemuan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwasannya melalui penerapan model Problem Based Learning

110
Jurnal Asimilasi Pendidikan Vol 1- NO 2- Oktober 2023

terintegrasi Culturally Responsive Teaching menunjukkan motivasi


siswa yang tinggi dengan persentase setuju sebesar 89%, selain itu
ditunjukkan juga dari peningkatan aktivitas peserta didik yakni pada
siklus I rata-rata persentase aktivitas kelas sebesar 60,96% dan pada
siklus II rata-rata persentase aktivitas kelas sebesar 87%. Serta
terdapat peningkatan hasil belajar peserta didik dengan persentase
ketuntasan belajar dari siklus I ke siklus II masing-masing sebesar
77% dan 86%.

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu hal penting yang harus dilakukan seluruh umat
manusia guna meningkatkan taraf serta kualitas hidupnya. Melalui proses pendidikan seorang
individu akan dapat merubah tingkah laku dan pengetahuan menjadi lebih baik (Rahmawati,
2018; Ramadhona & Izzati, 2018). Pendidikan dilakukan melalui proses memperoleh dan
menanamkan keterampilan dari guru kesiswa dengan tujuan untuk mengembangkan berbagai
potensi yang ada dalam diri siswa sehingga siswa dapat berfikir secara kritis dan kreatif
(Maemanah et al., 2019).
Mata pelajaran kimia di SMA mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi
komposisi, struktur, sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat dalam tingkat ukuran
molekuler yang melibatkan keterampilan dan penalaran (Astuti, 2020). Berdasarkan observasi
yang telah dilakukan di SMA Negeri 7 Mataram, khususnya pada kelas X.B didapatkan
bahwasannya pada pembelajaran kimia siswa cenderung mengalami kesulitan belajar pada
materi-materi kimia yang sifatnya abstrak. Selain itu mereka juga kesulitan untuk mengaitkan
konsep kimia dengan kehidupan relevannya sehari-hari. Salah satu hal yang terjadi yakni
adanya kesulitan belajar pada siswa yang dapat dilihat dari rendahnya hasil belajar yang
diperoleh oleh siswa. Rendahnya hasil belajar juga dikarenakan motivasi belajar siswa untuk
belajar kimia masih kurang, siswa sering menganggap materi kimia tidak sesuai dengan
kebutuhan mereka, tidak sesuai dengan kemampuan mereka, dan keahlian mereka, sehingga
siswa merasa terpaksa untuk mempelajarinya.
Studi tentang hasil belajar rendah telah dilakukan oleh berbagai peneliti dan organisasi
di berbagai tingkat pendidikan. Hal ini dapat berupa kurangnya motivasi, keterampilan belajar
yang buruk, dan kurangnya perhatian atau fokus pada pembelajaran dapat menyebabkan hasil
belajar siswa rendah (Martin, 2013). Guna memperbaiki mutu pembelajaran, maka perlu
dicarikan solusinya melalui suatu kegiatan pembaharuan atau perbaikan yang dilakukan.
Salah satunya melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dengan
pendekatan Culturally Responsive Teaching (CRT). Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Andriani dkk Tahun 2017 mengatakan bahwa salah satu model pembelajaran yang
digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan pengajaran berdasarkan
masalah (Problem Based Learning) merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran
proses berfikir tingkat tinggi.
Hasil penelitian Samanthis dan Sulistiyo (2014) dan Jagantara, Adnyana, dan Widiyanti
(2014) menunjukkan bahwa model Project Based Learning sangat efektif digunakan pada
beberapa mata pelajaran bahkan pada jenjang yang berbeda. Pada model ini pembelajaran
dimulai dengan menyajikan masalah nyata yang penyelesaiannya membutuhkan kerjasama
antara siswa, guru memandu siswa menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi
tahap-tahap kegiatan, Guru menciptakan suasana kelas yang fleksibel dan berorientasi pada
upaya penyelidikan oleh siswa.
Pendekatan Culturally Responsive Teaching (CRT) adalah suatu pendekatan dalam
dunia pendidikan yang berfokus pada mengenali, menghormati dan merespon keberagaman
budaya, latar belakang dan pengalaman siswa dalam proses pembelajaran. Tujuannya adalah
untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan mengakomodasi kebutuhan belajar

111
Jurnal Asimilasi Pendidikan Vol 1- NO 2- Oktober 2023

serta pengalam unik setiap siswa. Dalam pendekatan ini, guru mengakui bahwa setiap siswa
membawa pengetahun, nilai-nilai dan pengalaman budaya yang berbeda ke dalam kelas. guru
kemudian berusaha untuk mengintegrasikan konten dan strategi pembelajaran yang relevan
dengan keberagaman budaya ini ke dalam kurikulum dan metode pengajaran. Tujuannya
adalah untuk membuat siswa merasa diterima, dihormati dan terlibat aktif dalam proses
pembelajaran.
Sehingga Peneliti mencoba untuk menerapkan model Pembelajaran Problem Based
Learning terintegrasi Culturally Responsive Teaching (CRT) dalam upaya meningkatkan
motivasi dan hasil belajar siswa kelas X.B di SMA Negeri 7 Mataram.

METODE
1. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang disebut juga Classroom Action
Research / CAR (Kunandar,2008:41). PTK adalah suatu jenis penelitian yang berbasis kepada
kelas. Oleh karena itu, penelitian ini harus dilakukan di kelas yang sehari-hari diajar oleh guru,
dengan tujuan agar guru dapat memperbaiki kegiatan pembelajaran menjadi lebih baik.
Perbaikan yang dimaksudkan dalam penelitian ini berupa peningkatan motivasi dan hasil
belajar siswa.
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) bertujuan untuk menyelesaikan
masalah yang dialami guru dan siswa sebagai tindak lanjut bagi guru untuk memperbaiki hal-
hal yang kurang tepat dilakukannya di saat berlangsungnya proses belajar mengajar di kelas.
Penelitian ini dilakukan dengan menerapkan metode penelitian tindakan kelas yaitu,
planning-acting-observing-reflecting (Ristata,2007). Pada tahap planning (perencanaan)
dilakukan penyusunan tindakan, melalui tahap observasi dan analisis data tahap awal untuk
menentukan tindakan yang akan dilakukan. Tahap acting (tindakan) dilakukan penerapan
tindakan yang sebelumnya telah direncanakan pada tahap planning. Tahap observing
(pengamatan) dilakukan selama proses tindakan dilakukan untuk mendapatkan data nilai
afektif dan psikomotorik. Tahap reflection dilakukan setelah satu siklus dilakukan, merefleksi
berarti mengkaji kembali pembelajaran yang telah dilakukan.
2. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek adalah siswa kelas X.B di SMA Negeri 7
MATARAM yang berjumlah 35 orang, terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada Kelas X.B di SMA Negeri 7 MATARAM. Sekolah
tersebut dipilih karena kemampuan siswa dalam pelajaran Kimia yang masih rendah dan
kurangnya motivasi belajar.
3. Sumber Data Penelitian
Sumber data dari penelitian ini adalah data kuantitaif dan kualitatif yang meliputi data
hasil pre test dan pos test, hasil observasi terhadap proses kegiatan belajar-mengajar,
jawaban angket, jurnal harian/catatan lapangan dan foto kegiatan. Penelitian dilakukan secara
kolaborasi dengan teman guru untuk melihat motivasi dan hasil belajar siswa setelah tindakan
dilakukan dalam 2 siklus, dimana setiap siklus dilakukan dua kali pertemuan.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penilitian ini adalah melalui kegiatan observasi untuk
mengamati aktivitas siswa dengan menilai frekuensi aktivitas dan peningkatan kerjasama
antar siswa. Angket digunakan untuk melihat motivasi siswa untuk melihat tanggapan dari
seluruh siswa setelah mereka mengikuti proses pembelajaran. Jurnal Harian yang bertujuan
untuk membantu dalam merekam perilaku khusus siswa maupun permasalahan yang
didapatkan untuk dijadikan pertimbangan bagi pelaksanaan pembelajaran di langkah-langkah
berikutnya. Foto kegiatan kelas untuk membantu evaluasi tentang data-data lainnya. Serta
data tes hasil belajar berupa data kuantitaif yang diperoleh melalui pretest dan postes.
5. Teknik Analisis Data
a. Observasi
Pada tahapan observasi melalui pengamatan oleh kolaborator sebagai observer yang
112
Jurnal Asimilasi Pendidikan Vol 1- NO 2- Oktober 2023

dilakukan pada saat proses pembelajaran di kelas dengan pengolahan menggunakan rumus:
𝐴
𝐵
𝑥100% , dimana: A = Jumlah siswa yang
melakukan kegiatan
B = Jumlah siswa keseluruhan
b. Data Angket
Analisis data menggunakan rumus:

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛 𝑑𝑒𝑛 𝑎𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙


𝑥 100 %
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛

c. Data Hasil Belajar


Peneliti menentukan nilai setiap siswa dari hasil pretest dan postes masing-masing
siklus dengan pemberian nilai skala 100, dimana KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) untuk
pelajaran Kimia adalah 75. Kemudian menentukan banyaknya siswa yang mendapat nilai
diatas atau sama dengan 75 (siswa yang sudah tuntas). Banyaknya siswa yang mendapat
nilai ≤75 dihitung persentasenya dengan menggunakan:

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠


𝑥100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎

Sementara skor nilai rata-rata diperoleh dengan cara menjumlahkan skor nilai seluruh
siswa dibagi dengan jumlah siswa.
d. Data Jurnal Harian
Peneliti sebagai orang yang terlibat secara aktif dalam pelaksanaan tindakan, dan juga
guru lain sebagai observer menyimpulkan dan mendeskripsikan kejadian selama penelitian
berlangsung baik pada siklus I maupun siklus II.

HASIL PENELITIAN
Penelitian ini berupaya untuk mengungkapkan hasil dari implementasi pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning
terintegrasi Culturally Ressponsive Teaching dalam rangka meningkatkan motivasi dan hasil
belajar yang diperoleh siswa.
A. Hasil dan Pembahasan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Di
awal masing-masing siklus diadakan pretest 1 dan pretest 2, demikian pula dengan diakhir
setiap siklus yaitu dilaksanakan postes 1 dan postes 2 setelah proses pembelajaran berakhir
atau setelah diberi tindakan.
Adapun hasil penelitian dan beberapa temuan saat pelaksanaan berlangsung beserta
pembehasannya adalah sebagai berikut:
1. Siklus I
a. Aktivitas Belajar
Pada pertemuan pertama di siklus I, yaitu pada hari Jum’at tanggal 21 Juli 2023,
dilakukan pretes siklus I, setelah melakukan pretes siswa diorganisasikan ke dalam 5
kelompok belajar yaitu setiap kelompok terdiri dari 6-7 orang. Kemudian guru menjelaskan
materi pelajaran secara umum terkait materi perubahan kimia dan fisika.
Dalam melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran problem-based
learning terintegrasi CRT, peneliti melakukan pengamatan diantaranya kerjasama dalam
kelompok, bertanya dan kemampuan dalam memberikan tanggapan. Pada pertemuan
pertama yang di bahas adalah pengertian dari perubahan fisika dan perubahan kimia serta
contoh-contoh dari perubahan fisika dan kimia dalam peristiwa sehari-hari yang sering ditemui
oleh siswa. Sedangkan pada pertemuan kedua membahas tentang 113ampe-ciri perubahan
kimia yang terdapat pada budaya suku sasak yakni makanan khas Lombok “Poteng Jaje

113
Jurnal Asimilasi Pendidikan Vol 1- NO 2- Oktober 2023

Tujak”.

Tabel 1. Aktivitas siswa siklus I


pertemuan pelaksanaan pertemuan 1 pertemuan 2
pembelajaran /kelompok bekerja Memberikan bekerja Memberikan
bertanya bertanya
belajar sama tanggapan sama tanggapan
kelompok 1 6 5 4 6 5 5
kelompok 2 5 4 4 6 5 5
kelompok 3 4 3 3 6 5 4
kelompok 4 6 4 4 6 5 5
kelompok 5 4 3 2 5 5 3
Total aktivitas 25 19 17 29 25 22
% aktivitas 71% 54% 49% 83% 71% 63%

Berdasarkan tabel hasil analisis data terhadap aktivitas siswa pada siklus 1, dimana
pada pertemuan pertama ini belum 114amper adanya aktivitas siswa yang mencolok, namun
siswa selain bekerja sama juga cenderung bertanya terkait hal-hal yang masih belum
dipahaminya. Berdasarkan hasil pada pertemuan pertama diperoleh sebanyak 25 siswa dari
seluruh kelompok (71%) yang bekerjasama, 19 siswa dari seluruh kelompok (54%) yang
bertanya dan 17 siswa dari seluruh kelompok (49%) mampu meberikan tanggapannya.
Sehingga persentase aktivitas belajar secara keseluruhan diperoleh sebesar 58,0%.
Sedangkan pada pertemuan kedua dalam siklus I ini yang dilaksanakan pada hari
Jum’at tanggal 28 Juli 2023, terdapat peningkatan aktivitas belajar siswa, dimana guru
mengangkat salah satu budaya berupa makanan khas Lombok yaitu “Poteng Jaje Tujak”.
Sehingga berdasarkan pada tabel hasil aktivitas belajar peserta didik di diperoleh sebanyak
29 siswa dari seluruh kelompok (83%) yang bekerjasama, 25 siswa dari seluruh kelompok
(71%) yang bertanya dan 22 siswa dari seluruh kelompok (63%) mampu memberikan
tanggapannya. Sehingga persentase aktivitas belajar secara keseluruhan diperoleh sebesar
72,0%. Dibandingkan dengan pertemuan pertama, sudah terdapat peningkatan aktivitas kelas
sebesar 14,0%
b. Hasil Belajar
Pada awal kegiatan penelitian, sebelum pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan
pertama siklus I, tepatnya hari Jum’at tanggal 21 21 Juli 2023, siswa diberikan tes awal berupa
pretes I yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal sebelum diadakan proses
pembelajaran tentang materi perubahan fisika dan perubahan kimia. Hasil pretest
menunjukkan skor nilai rata-rata siswa 58,57 dan persentase ketuntasan belajar sebesar
22,86% yaitu hanya 8 orang siswa yang sudah tuntas dari 35 siswa. Hal ini menunjukkan
bahwa kemampuan pemahaman konsep siswa terkait perubahan fisika dan perubahan kimia
secara umum masih di bawah criteria ketuntasan minimum yang telah di tetapkan yaitu 75.
Walaupun demikian skor nilai ini masih dianggap wajar, karena memang belum diajarkan
(belum dilakukan proses pembelajaran di kelas). Sehingga hal ini dapat dijadikan
pertimbangan dalam melakukan upaya peningkatan pemahaman peserta didik dengan
menggunakan model pembelajaran problem-based learning terintegrasi CRT.
Setelah proses pembelajaran yang dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan pada siklus I
siswa diberikan postes pada hari Jum’at tanggal 28 Juli 2023. Berdasarkan hasil postes I
diperoleh skor nilai rata-rata sebesar 73,57 dengan persentase ketuntasan belajar sebesar
63% yaitu hanya 27 orang siswa yang sudah tuntas dan 8 siswa tidak tuntas.

114
Jurnal Asimilasi Pendidikan Vol 1- NO 2- Oktober 2023

Tabel 2. Hasil belajar siklus I


Siklus I
Siklus Pretest 1 Posttest 1
Rata-Rata 58,57 77,29
nilai
% 22,86% 77%
Ketuntasan

2. Siklus II
a. Aktivitas Belajar
Pada siklus II ini materi yang diajarkan adalah materi metode ilmiah. Pada pertemuan
pertama yaitu hari jum’at tanggal 4 Agustus 2023 konsep yang dibahas adalah langkah-
langkah dalam metode ilmiah, kemudian memberikan contoh permasalahan dari budaya
makanan khas Lombok yaitu “Poteng Jaje Tujak” berdasarkan pada pembelajaran
sebelumnya mengenai perubahan fisika dan perubahan kimia, permasalahan yang diberikan
yakni berupa kegagalan dalam membuat “poteng jaje tujak” atau dalam hal ini gagal membuat
tape ketan dengan meminta siswa mengidentifikasi permasalahan tersebut melalui cara-cara
metode ilmiah dengan membuat laporan ilmiah. Berikut tabel hasil aktivitas belajar pada
pertemuan pertama siklus II.

Tabel 3. Aktivitas belajar siklus II

pertemuan pertemuan 1 pertemuan 2


pelaksanaan bekerja Memberikan bekerja Memberikan
bertanya bertanya
pembelajaran sama tanggapan sama tanggapan
kelompok 1 7 6 6 7 6 6
kelompok 2 7 6 6 7 7 6
kelompok 3 6 5 5 7 5 6
kelompok 4 7 6 6 7 7 6
kelompok 5 6 5 4 6 6 5
Total aktivitas 33 28 27 34 31 29
% aktivitas 94% 80% 77% 97% 89% 83%

Persentase aktivitas siswa secara keseluruhan meningkat dari pertemuan sebelumnya


yaitu 79,05% menjadi 84,0%. Peningkatannya sebesar 4,95%. Pada pertemuan ini yang
bekerjasama sebanyak 32 siswa dari keseluruhan kelompok (91%) yang bekerjasama, 26
siswa dari keseluruhan kelompok (74%) yang bertanya dan 23 siswa dari keseluruhan
kelompok (66%) yang memberikan tanggapan.
Sedangkan pada pertemuan kedua sekaligus pertemuan terakhir yang dilaksanakan
pada hari jum’at tanggal 11 Agustus 2023, hal yang di bahas adalah bagaimana langkah-
langkah metode ilmiah dalam mengatasi sampah 115amper115 yang dihasilkan dari tradisi
suku Sasak yaitu Begawe. Aktivitas peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran semakin
terlihat kondusif karena 115amper seluruh siswa terlibat dalam aktivitas pembelajaran baik
yang bekerjasama, yang bertanya atau memberikan tanggapannya. Hasil yang diperoleh
adalah 34 siswa dari keseluruhan kelompok (97%) yang bekerja sama, 31 siswa dari
keseluruhan kelompok (89%) yang aktif bertanya dan 29 siswa dari keseluruhan kelompok
(83%) yang aktif dalam memberikan tanggapan. Sehingga persentase aktivitas
keseluruhannya mencapai 90,0% dari pertemuan yang sebelumnya 84,0%.
b. Hasil Belajar
Pada awal pertemuan siklus II, sebelum pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan
pertama siklus II, tepatnya hari Jum’at tanggal 4 Agustus 2023, siswa diberikan tes awal
115
Jurnal Asimilasi Pendidikan Vol 1- NO 2- Oktober 2023

berupa pretes II yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal sebelum diadakan proses
pembelajaran tentang materi metode ilmiah tentang langkah-langkah metode ilmiah. Hasil
pretest menunjukkan skor nilai rata-rata siswa 67,14 dan persentase ketuntasan belajar
sebesar 46,0% yaitu 16 orang siswa yang tuntas dari 35 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan awal siswa terkait materi metode ilmiah masih kurang, namun hal ini wajar karena
ini adalah materi baru dan belum dilaksanakan tindakan menggunakan model pembelajaran
PBL dengan CRT, akan tetapi hasil pretes II lebih tinggi dibandingkan dengan pretes I pada
siklus I.
Setelah proses pembelajaran yang dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan pada siklus II
siswa diberikan postes pada hari Jum’at tanggal 11 Agustus 2023. Berdasarkan hasil postes
II diperoleh skor nilai rata-rata sebesar 80,14 dengan persentase ketuntasan belajar sebesar
86% yaitu 30 orang siswa yang sudah tuntas dan 5 siswa tidak tuntas.

Tabel 4. Hasil belajar siklus II


Siklus II
Siklus Pretest II Posttest II
Rata-Rata 67,14 80,14
nilai
% 46,0% 86,0%
Ketuntasan

c. Motivasi Belajar
Setelah proses pembelajaran ditempuh selama 4 kali pertemuan mulai dari siklus I
sampai dengan siklus II, siswa diberikan angket isian untuk mengetahui motivasi siswa dalam
pembelajaran kimia dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning
terintegrasi Culturally Responsive Teaching (CRT), karena dengan adanya motivasi belajar
tersebut aka nada dorongan belajar dalam diri siswa. Berikut adalah tabel analisis terhadap
motivasi siswa.

Tabel 5. Motivasi Siswa Belajar Kimia

Jumlah Persentase
Responden Pernyataan
No Pertanyaan pada setiap Responden
S RR TS % % %
Saya senang belajar Kimia jika dikaitkan dengan
1 29 5 1 83% 14% 3%
kehidupan yang relevan
Belajar Kimia dengan membahas tradisi/budaya
2 33 1 1 94% 3% 3%
daerah setempat sangat menyenangkan
Saya merasa mudah memahami konsep kimia jika
3 31 4 - 89% 11% -
mengangkat budaya/tradisi dari daerah setempat
Menurut saya kegiatan belajar seperti ini perlu
4 32 2 1 91% 6% 3%
dikembangkan
Jumlah 357 34 9
Rata-Rata Persentase 89% 9% 3%

Berdasar hasil angket yang diberikan kepada siswa diperoleh hasil rata-rata persentase
siswa yang setuju dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning
terintegrasi Culturally Responsive Teaching adalah sebesar 89%, sedangkan rata-rata
persentase siswa yang masih ragu-ragu adalah sebesar 9% dan yang rata-rata persentase
siswa yang tidak setuju adalah sebesar 3%.

116
Jurnal Asimilasi Pendidikan Vol 1- NO 2- Oktober 2023

B. Refleksi Pembelajaran
Berdasarkan hasil analisis data serta pembahsannya dapat dikatakan bahwasannya
diperoleh peningkatan aktivitas siswa yang cukup berarti. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut ini:

Tabel 6. Persentase Aktivitas Kelas

Siklus Siklus I Siklus II

Pertemuan 1 2 1 2

42,86 79,05 84,0% 90,0%


Persentase Aktivitas Kelas % %

60,96% 87,0 %
Rata-Rata Persentase Aktivitas
Persiklus
Peningkatan perssentase aktivitas kelas ini, ternyata bisa terwujud apabila proses
pembelajarannya diperbaiki dan disempurnakan. Sehingga proses pembelajaran dapat
dikatakan berhasil sesuai dengan pernyataan (Mulyasa, 2006) bahwasannya tindakan
dikatakan berhasil jika seluruh atau sebagian besar siswa (≥75%) memiliki aktivitas baik
selama pembelajaran. Adanya aktivitas pembelajaran yang meningkat tidak terlepas dari
penerapan model pembelajaran yang terintegrasi budaya lokal, dengan menginternalisasikan
budaya setempat ke dalam pembelajaran agar topik yang disampaikan dapat terjangkau oleh
nalar siswa sebab berkaitan dengan pengalaman nyata atau peristiwa relevan yang telah
mereka alami.
Adapun persentase ketuntasan belajar yang diperoleh setelah proses pembelajaran
pada siklus I dan siklus II adalah sebagai berikut:

Tabel 7. Persentase Ketuntasan Belajar

Siklus
Siklus I Siklus II

Prete Poste Prete Postes


s s s

22,86 77,0% 46,0% 86,0%


Persentase Ketuntasan %
Belajar

Beradasarkan dari data tersebut bahwasannya persentase ketuntasan siswa dari siklus
I ke Siklus II mengalami peningkatan, hal ini menandakan bahwasannya penerapan model
pembelajaran yang terintegrasi dengan budaya memberikan peningkatan pada hasil belajar
peserta didik.

117
Jurnal Asimilasi Pendidikan Vol 1- NO 2- Oktober 2023

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil tindakan yang telah dilaksanakan pada siklus pembelajaran siklus I dan
siklus II menunjukkan bahwasannya melalui penerapan model Problem Based Learning
terintegrasi Culturally Responsive Teaching menunjukkan motivasi siswa yang tinggi dengan
persentase setuju sebesar 89%, selain itu ditunjukkan juga dari peningkatan aktivitas peserta
didik yakni pada siklus I rata-rata persentase aktivitas kelas sebesar 60,96% dan pada siklus
II rata-rata persentase aktivitas kelas sebesar 87%. Serta terdapat peningkatan hasil belajar
peserta didik dengan persentase ketuntasan belajar dari siklus I ke siklus II masing-masing
sebesar 77% dan 86%.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi VI, Jakarta :
PT Rineka Cipta, 2006.
Astuti, R. T. (2020: 16–30). Relevansi Kegiatan Praktikum Dengan Teori Dan Pemahaman
Mahasiswa Pada Mata Kuliah Kimia Dasar Lanjut. Orbital: Jurnal Pendidikan Kimia, 16–
30.
Maemanah, S., Suryaningsih, S., & Yunita, L. (2019: 32). Kemampuan Pemecahan Masalah
Melalui Model Flipped Classroom Pada Pembelajaran Kimia Abad Ke 21. Jurnal
Pendidikan Kimia, 32.
Martin. (2013). Dasar-dasar perencanaan pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Mulyasa. (2006). Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan). Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rahmawati, Y. (2018: 8). Peranan Transformative Learning dalam Pendidikan Kimia:
Pengembangan Karakter, Identitas Budaya, dan Kompetensi Abad ke-21. JRPK: Jurnal
Riset Pendidikan Kimia, 8.
Ramadhona, R., & Izzati, N. (2018: 21–24). Pengembangan Lembar Kerja Mahasiswa
Berbasis Inkuiri Mata Kuliah Matematika Umum Untuk Mahasiswa Pendidikan Kimia.
Jurnal Kiprah, 6(2), 21–24.
Ristata, R., 2007, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Universitas Terbuka.
Samanthis, Alunanda., & Sulistyo, Edy. (2014). Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Menggunakan Model Project Based Learning Pada Standar Kompetensi Memperbaiki
Radio Penerima di SMKN 3 Surabaya.
https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-teknik-
elektro/article/view/6328.

118

Anda mungkin juga menyukai