Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Ibu PostPartum

2.1.1 Definisi Ibu PostPartum

Ibu post partum adalah keadaan ibu yang baru saja melahirkan. Istilah post

partum adalah masa sesudah melahirkan atau persalinan. Masa beberapa jam sesudah

lahirnya plasenta atau tali pusat sampai minggu ke enam setelah melahirkan. Masa post

partum dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan

kembali pada masa sebelum hamil yang berlangsung kira-kira enam minggu, setelah

kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi

kembali kekeadaan yang normal pada saat sebelum hamil (Marmi, 2012).

2.1.2 Perubahan Fisiologis Pada Ibu PostPartum

Pada masa post partum ibu mengalami adanya perubahan-perubahan pada

tubuh terutama pada ibu yang meliputi di antara : sistem reproduksi yaitu adanya

pengerutan pada dinding rahim (involusi), lokea, perubahan serviks, vulva, vagina dan

perinium., dan pada sistem pencernaan, terdapat adanya pembatasan pada asupan

nutrisi dan cairan yang dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan dan

elektrolit serta akan menimbulkan keterlambatan pemulihan fungsi tubuh (Bobak,

2010).

Sedangkan setelah masa post partum akan adanya perubahan pada otot – otot

uterus mulai dari berkontraksi, pembuluh – pembuluh darah yang ada antara otot-

otot uretus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan terjadinya pendarahan setelah

plasenta lahir. Perubahan – perubahan yang terdapat pada serviks sesudah

postpartum yaitu padaorgan serviks seperti menganga berbentuk corong, bentuk ini

disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin. Peruabahan –


6
perubahanyang terdapat pada endometrium yaitu timbulnya berupa trombosis,

degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari pertama endometrium

yang kira – kira setebal 2 – 5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat

pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa – sisa sel

desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen – ligamen dan

diafragma palvis serta fasia yang merenggang pada sewaktu kehamilan dan pertu

setelah janin lahir berangsur – angsur kembali seperti sedia kala (Hadijono,2008).

7
11

2.1.3 Adaptasi Psikologi Ibu PostPartum

Pasca persalinan merupakan salah satu pengalaman yang akan dialami oleh

seorang ibu yang baru saja melahirkan terutama pada ibu yang pertama kalinya

melahirkan, pada perkembangan kondisi ibu sering mengalami terjadinya peningkatan

dan perubahan emosi dan psikologis yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu

adanya penyesuaian pada lingkungan baru, harapan sosial untuk berperilaku lebih baik,

masalah dalam sekolah ataupun pekerjaan, dan serta hubungan keluarga yang tidak

harmonis, yang akan menyebabkan ibu usia muda harus bisa beradaptasi dengan

kehidupan barunya (Sarlito,2009).

Kelahiran anggota baru bagi suatu keluarga yang memerlukan penyesuaian bagi

ibu. Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani, perubahan

tersebut berupa perubahan pada emosi dan sosial. Adaptasi psikologis ini menjadi

periode kerentanan pada ibu post partum, karena periode ini membutuhkan peran

professional kesehatan dan keluarga. Tanggung jawab ibu post partum akan bertambah

dengan adanya kehadiran bayi yang baru lahir. Ikatan antara ibu dan bayi yang sudah

lama terbentuk sebelum kelahiran akan semakin mendorong wanita untukmenjadi ibu

yang sebenarnya. Inilah pentingnya rawat gabung atau rooming in pada ibu pasca

melahirkan agar ibu dapat leluasa menumbuhkan rasa kasih sayang kepada bayinya

tidak hanya dari segi fisik seperti merawat tali pusat, menyusui, mengganti popok tetapi

juga dari segi psikologis seperti menatap, mencium, menimang sehingga kasih sayang

ibu dapat terus terjaga.

11
12

Menurut Hamilton (1995) dalam Sulistyawati (2009), ketika menjalani adaptasi

setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut:

1. Fase taking in yaitu periode ketergantungan. Periode ini berlangsung dari hari

pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang

berfokus terutama pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan

proses persalinan yang dialaminya dari awal sampaiakhir.

2. Fase taking hold merupakan suatu periode yang berlangsung antara 3-10 hari

setelah melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir akan

ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu

mempunyai perasaan sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan gampang

marah. Kita perlu berhati-hati menjaga komunikasi dengan ibu. Dukungan

moril sangat diperlukan untuk menumbuhkan kepercayaan diri ibu. Bagi

petugas kesehatan pada fase ini merupakan kesempatan yang baik untuk

memberikan berbagai penyuluhan dan pendidikan kesehatan yang diperlukan

ibunifas.

3. Fase letting go merupakan periode menerima tanggung jawab akan peran

barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai

menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu memahami bahwa bayi

butuh disusui sehingga siap terjaga untuk memenuhi kebutuhanbayinya.

12
13

Keinginan untuk merawat diri dan bayinya sudah meningkat pada fase ini. Ibu

akan percaya diri dalam menjalani peran barunya.

2.1.4 Klasifikasi Masa Ibu PostPartum

Menurut Hadijono (2008) Masa ibu post partum dibagi menjadi 3 bagian yaitu

1. Puerperium dini adalah kondisi kepulihan dimana seorang ibu sudah

diperbolehkan berdiri danberjalan

2. Puerperium Intermedial adalah kondisi kepulihan organ genital secara

menyeluruh dengan lama 6-8minggu

3. Remote Puerperium waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna

terutama bila saat hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi. Waktu

yang diperlukan untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan

ataupuntahunan.

2.1.5 Manifestasi Perubahan Diri Ibu Pada Masa PostPartum

Menurut Bahiyatun (2009), perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada ibu

setelah masa nifas/post partum adalah:

a. Perubahan sitemreproduksi

1. Involusiuterus

Involusi uterus adalah kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil, baik

dalam bentuk maupun posisi. Proses involusi uterus disertai dengan penurunan

tinggi fundus uteri (TFU). Pada hari pertama TFU diatas simfisis pubis/ sekitar

12 cm. Proses ini terus berlangsung dengan penurunan TFU 1 cm tiap harinya,

sehingga pada hari ke-7 TFU sekitar 5 cm dan pada hari ke- 10 TFU tidak

teraba di simfisis pubis.

13
14

2. Lokia

Lokia keluar dari uterus setelah bayi lahir sampai dengan 3 atau 4 minggu

setelah post partum, perubahan lokia terjadi dalam 3 tahap: lokia rubra, serosa

danalba.

3. Ovarium dan tubafalopi

Setelah kelahiran plasenta produksi ekstrogen dan progestern menurun

sehingga menimbulkan mekanisme timbal balik dari sirkulasi menstruasi. Pada

saat inilah dimulai kembali proses ovulasi sehingga wanita dapat hamil kembali.

b. Perubahan sistempencernaan

Setelah kelahiran plasenta produksi ekstrogen dan progestern menurun

sehingga menyebabkan nyeri ulu hati (Beartburn) dan konstipasi, terutama dalam

beberapa hari pertama. Hal ini terjadi karena inaktivitas motilitas usus akibat

kurangnya keseimbangan cairan selama persalinan dan adanya reflex hambatan

defekasi karena adanya nyeri pada perineum akibat luka episiotomy.

c. Perubahan sistemperkemihan

Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu, tergantung pada :

1. Keadaan/status sebelumpersalinan

2. Lamanya partus kala IIdilalui

3. Besarnya tekanan kepala yang menekan pada saatpersalinan

Disamping itu, dari hasil pemeriksaan sistokopik segera setelah persalinan tidak

menunjukkan adanya edema dan hyperemia dinding kandung kemih, akan tetapi

sering terjadi exstravasasi. extravasation, artinya keluarnya darah dari pembuluh-

pembuluh darah di dalam badan) ke mukosa.

14
15

d. Perubahan sistemendoktrin

Saat plasenta terlepas dari dinding uterus kadar HCG (hormone chrorionic

gonadhotropin) dan HPL (hormone plasenta lactogenic) secara berangsur turun dan

normal kembali setelah 7 hari postpartum. HCG tidak terdapat dalam urine ibu

hamil setelah 2 hari post partum. HPL tidak lagi terdapat dalam plasenta.

e. Perubahan sistemkardiovaskuler

Curah jantung meningkat selama persalinan dan berlangsung sampai kala

3 ketika volume darah uterus dikeluarkan. Penurunan terjadi pada beberapa

hari pertama post partum dan akan kembali normal pada akhir minggu ke-3

post partum.

f. Perubahan sistemkematologi

Leukosistosis terjadi selama persalinan, sel darah merah berkisar 15.000

selama persalinan.Peningkatan sel darah putih berkisar 25.000-30.000 yang

merupakan manifestasi adanya infeksi pada persalinan lama. Hal ini dapat

meningkat pada awal nifas yang terjadi bersamaan dengan peningkatan tekanan

darah serta volume plasma dan volume sel darah merah. Pada 2-3 hari post

partum konsentrasi hematokrit menurun sekitar 2% atau lebih. Total

kehilangan darah selama persalinan dan nifas kira-kira 700-1500 ml (200 ml

hilang saat persalinan, 500-800 ml hilang pada minggu pertama post partum,

dan 500 ml hilang pada saat masanifas).

g. Perubahan tanda-tandavital

Selama 24 jam pertama, suhu mungkin meningkat menjadi 38ºC, sebagai

akibat meningkatnya kerja otot, dehidrasi dan perubahan hormonal jika terjadi

peningkatan suhu 38ºC yang menetap 2 hari setelah 24 jam melahirkan, maka

perlu dipikirkan adanya infeksi sepertisepsis puerperalis

15
16

(infeksi selama post partum), infeksi saluran kemih, endometritis (peradangan

endometrium), pembengkakan payudara, dan lain-lain.

2.1.6 Komplikasi Ibu Saat Masa Post Partum

Menurut Costance Sinclair (2009), berikut ini merupakan komplikasi yang terjadi

pada ibu saat post partum, yaitu:

a. Penurunan Berat Badan

Untuk sebagian besar pada wanita memiliki berat badan lebih dalam 2 tahun

setelah hamil dibanding wanita yang belum pernah hamil, dan penurunan berat

badan biasanya bisa terjadi pada dalam beberapa waktu sesudah hamil dan

melahirkan.

b. Demam nifas

Demam nifas merupakan demam yang terjadi setelah melahirkan atau saat ibu

berada di masa nifas. Demam ini bisa terjadi setelah melahirkan hingga kurang lebih

6 minggu setelah masa persalinan, demam nifas biasanya yang disebabkan oleh

perubahan hormon karena sebagian besar demam nifas ini disebabkan oleh infeksi

setelah masa persalinan atau melahirkan.

c. Nyeri pada simfisis pubis

Nyeri ini biasanya disebabkan oleh ibu paska bersalin atau masa nifas, dan nyeri

tersebut akan ada setelah kondisi ibu melahirkan bayi melalui vagina, nyeri ini

diakibatkan karena adanya lecet pada sekitar area vagina dan bekas luka jahitan pasca

melahirkan.

d. Kesulitan berjalan atau kesulitan dalam hubunganseksual

Kesulitan ketika berjalan biasanya dikarenakan adanya latihan duduk dan

berjalan paska bersalin pada ibu post partum, sedangkan kesulitan dalam

16
17

hubungan seksual pada ibu post partum kemungkinan diakibatkan karena timbulnya

rasa sakit disekitar jalan lahir setelah pasca melahirkan.

e. Pendarahan yang luar biasa

Pendarahan pada ibu pasca melahirkan terdapat pendarahan yang hebat yang

terjadi dari adanya robekan pada jalan lahir. Dan juga apabila ari – ari sudah lahir

(keluar dari rahim) biasanya juga mengeluarkan darah yang banyak, sedangkan rahim

masih berkontraksi dengan baik sehingga ibu post partum merasa mules dengan

adanya kontraksi tersebut, sedangkan bisa juga darah yang keluar banyak tentunya

kemungkinan terjadi karena adanya robekan pada jalan lahir sehingga bisa terjadinya

pendarahan yang luarbiasa.

f. Payudara membengkak disertai kemerahan

Paska persalinan setelah dua atau tiga hari terkadang seorang ibu nifas atau post

partum akan merasakan payudaranya mulai membengkak yang disebabkan oleh

adanya bakteri Staphylococcus atau Streptococcus yang berasal dari saluran air susu yang

tersumbat (ASI mengendap dalam saluran susu), selain itu dengan adanya

penyumbatan pada sekitar area payudara akan membuat terlihat payudara menjadi

bengkak dan kemerahan.

2.1.7 Hal-Hal Yang Perlu di Perhatikan Ibu Pada Masa Post Partum

a. Personal hygiene

Kebersihan diri sangat penting dilakukan pada masa post partum,

kondisi ibu pasca melahirkan sangatlah rentan terhadap infeksi. Oleh

karena itu, kebersihan diri sangat penting dilakukan yang bertujuan untuk

mencegah terjadinya infeksi. Dan kebersihan wajib dilakukan pada area

tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan yang sangat penting untuk

tetap dijaga (Saleha, 2009).

17
18

b. Istirahat

Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang

berkualitas untuk memulihkan kembali keadaan fisiknya setelah

melahirkan. Keluarga disarankan untuk memberikan kesempatan

kepada ibu untuk beristirahat yang cukup sebagai persiapan untuk

merawat bayi salah satunya pada perawatan tali pusat nanti.

c. Senam nifas

Dilakukan sejak hari pertama melahirkan setiap hari

sampai hari kesepuluh, terdiri dari sederetan gerakan tubuh yang

dilakukan untuk mempercepat pemulihan keadaan ibu. Senam

nifas membantu untuk memperbaiki sirkulasi darah, dan

memperbaiki sikap tubuh dan punggung setelah melahirkan,

memperkuat otot panggul dan membantu ibu untuk lebih rileks

dan segar pasca melahirkan (Suherni,2009).

2.2 Konsep Breast Engogerment

2.2.1 Definisi Breast Engogerment

Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena

penyempitan duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak

dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu

( Manuaba, 2010).

Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada

payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe

sehinggamenyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan

suhu badan (Sarwono, 2010).

18
19

Keluhan ibu menurut Prawirohardjo (2010), adalah payudara

bengkak, keras, panas dan nyeri. Penanganan sebaiknya dimulai selama

hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah terjadinya kelainan.

Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya

(analgetika), kosongkan payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu

atau dipompa, sehingga sumbatan hilang. Kalau perlu berikan

stilbestrol atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk

membendung sementara produksi ASI.

Kepenuhan fisiologis menurut Rustam (2012),adalah sejak hari

ketiga sampai hari keenam setelah persalinan, ketika ASI secara normal

dihasilkan, payudara menjadi sangat penuh. Hal ini bersifat fisiologis

dan dengan penghisapan yang efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi,

rasa penuh tersebut pulih dengan cepat. Namun dapat berkembang

menjadi bendungan. Pada bendungan, payudara terisi sangat penuh

dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran vena limpatik tersumbat, aliran

susu menjadi terhambat dan tekanan pada saluran ASI dengan alveoli

meingkat.

Payudara menjadi bengkak, merah dan mengkilap.Jadi dapat diambil

kesimpulan perbedaan kepenuhan fisiologis maupun bendungan ASI

pada payudara adalah : a. Payudara yang penuh terasa panas, berat dan

keras. Tidak terlihat mengkilap. ASI biasanya mengalir dengan lancar

dengan kadang-kadang meneteskeluar secara spontan. b. Payudara

yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri.

Payudara terlihat mengkilap dan puting susu teregang menjadi

rata. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit menghisap

19
20

ASIsampai bengkak berkurang. Bila nyeri ibu tidak mau menyusui

keadaan ini akan berlanjut, asi yang disekresi akan menumpuk sehingga

payudara bertambah tegang. Gelanggang susu menonjol dan putting

menjadi lebih getar. Bayi menjadi sulit menyusu. Pada saat ini payudara

akan lebih meningkat, ibu demam dan payudara terasa nyeri tekan

terjadi statis pada saluran asi (ductus akhferus) secara local sehingga

timbul benjolan local (Wiknjosastro, 2012).

2.2.2 Patofisiologi Breast Engogerment

1. Gejala yang biasa terjadi pada bendungan ASI antara lain payudara

penuh terasa panas, berat dan keras, terlihat mengkilat meski tidak

kemerahan.

2. ASI biasanya mengalir tidak lancar, namun ada pula payudara yang

terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri, puting susu

teregang menjadi rata.

3. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk

menghisap ASI. Ibu kadang-kadang menjadi demam, tapi biasanya akan

hilang dalam 24 jam (Mochtar, 2010).

2.2.3 Etiologi Breast Engogerment

Menurut Prawirohardjo (2012), Faktor Penyebab Bendungan ASI

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu:

1. Pengosongan mamae yang tidak sempurna Dalam masa laktasi,

terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI-

nyaberlebihan. apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu

&payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di dalam

20
21

payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan

bendungan ASI.

2. Faktor hisapan bayi yang tidak aktif Pada masa laktasi, bila Ibu tidak

menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif

mengisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI.

3. Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar Teknik yang salah dalam

menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan

menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya Ibu tidak

mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI.

4. Puting susu terbenam Puting susu yang terbenam akan menyulitkan

bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan

areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI.

5. Puting susu terlalu panjang Puting susu yang panjang menimbulkan

kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap

areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI.

Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI.

2.2.4 Tanda dan Gejala Breast Engogerment

Adapun Gejala Bendungan ASI menurut Prawirohardjo (2012) Gejala

yang dirasakan ibu apabila terjadi bendungan ASI adalah:

1. Bengkak pada payudara.

2. Payudara terasa keras.

3. Payudara terasa panas.

4. Terdapat nyeri tekan pada payudara.

21
22

2.2.5 Pencegahan Breast Engogerment

Menurut Wiknjosastro (2012), Pencegahan Bendungan ASI, adalah

sebagai berikut :

1. Menyusui secara dini, susui bayi segera mungkin (sebelum 30 menit)

setelah dilahirkan

2. Susui bayi tanpa dijadwal (on demand)

3. Keluarkan asi dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi

kebutuhan bayi

4. Perawatan payudara pasca persalinan ( masa nifas ) menurut Depkes,

RI (2013), adalah dengan tangan yang sudah dilicinkan dengan minyak

(Baby oil) lakukan pengurutan 3 macam cara :

a. Tempatkan kedua telapak tangan diantara ke 2 payudara kemudian

urut ke atas, terus ke samping, ke bawah dan melintang hingga tangan

menyangga payudara, kemudian lepaskan tangan dari payudara.

b. Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari – jari tangan

saling dirapatkan, kemudian sisi kelingking tangan kanan mengurut

payudara dari pangkal ke arah puting, demikian pula payudara kanan.

c. Telapak tangan menopang payudara pada cara ke -2 kemudian jari

tangan kanan dikepalkan kemudian buku jari tangan kanan mengurut

dari pangkal ke arah puting.

5. Menyusui yang sering.

6. Memakai kantong yang memadai.

7. Hindari tekanan local pada payudara.

22
23

2.2.6 Penatalaksanaan Breast Engogerment

Terapi dan Pengobatan Menurut Prawirohardjo (2011), adalah:

1. Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya

2. Anjurkan ibu untuk melakukan post natal breast care

3. Lakukan pengompresan dengan air hangat sebelum menyusui dan

4. Kompres dingin sesudah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri

5. Gunakan Bra yang menopang.

6. Berikan parasetamol 500 mg untuk mengurangi rasa nyeri dan

Menurunkan panas. Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan

perawatan payudara untuk mencegah terjadinya kelainan. Bila terjadi

juga, maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya (analgetika),

kosongkan payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa,

sehingga sumbatan hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol 1 mg atau

lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk sementara waktu

mengurangi pembendungan dan memungkinkan air susu dikeluarkan

dengan pijatan.

23

Anda mungkin juga menyukai