O L E H:
MUSTAWIA
N014212105
DISUSUN OLEH:
MUSTAWIA
N014212105
Menyetujui,
Pembimbing PKPA Farmasi Rumah Sakit Pembimbing PKPA Farmasi Rumah Sakit
Program Studi Profesi Apoteker Rumah Sakit Siloam Makassar
Fakultas Farmasi
Universitas Hasanuddin
Prof. Dr. Elly Wahyuddin, DEA, Apt Nurdaya, S.Si., M.Si, Apt
NIP. 19560114198601 2 001 NIP. 19840707200902 2 011
Mengetahui,
Prof. Dr. Elly Wahyuddin, DEA, Apt Dra. Hj. Nurdjihadi Arsyad, Apt.
NIP. 19560114198601 2 001 NIP. 19600610198803 2 005
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas berkat dan anugrah Tuhan Yang Maha kuasa karena
atas pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktik Kerja Profesi
Apoteker dan menyelesaikan karya tulis ini, yang merupakan salah satu
persyaratan dalam menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar profesi apoteker
pada program studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin.
Dalam penyusunan karya tulis ini sangat banyak kendala yang penulis
hadapi, namun karena pertolongan Tuhan dan dukungan serta bantuan dari
beberapa pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan kendala-kendala tersebut.
Oleh karena itu perkenankan penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
tulus kepada Prof. Dr. Elly Wahyudin, DEA., Apt, selaku pembimbing PKPA
Farmasi Rumah Sakit sekaligus Koordinator PKPA Farmasi Rumah Sakit yang
telah membimbing, memberikan motivasi dan meluangkan waktu untuk
berdiskusi bersama penulis. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada:
1. Ibu Prof……., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin beserta
jajarannya atas ilmu, arahan dan dukungan yang telah diberikan kepada para
mahasiswa, khususnya kepada penulis.
2. Bapak Abdul Rahim, S.Si., M.Si., Ph.D., Apt., selaku Ketua Program Studi
Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin.
3. Ibu apt. Dra. Hj. Nurdjihadi Arsyad, selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Umum Andi Makkasau, Kota Parepare, yang telah membimbing selama
melakukan kegiatan PKPA.
4. Ibu apt. Nurdaya, S.Si., M.Si. selaku Pembimbing PKPA Rumah Sakit di
RSUD A. Makkasau Kota Parepare, yang telah membimbing dan memberi
banyak ilmu dan pengetahuan selama melakukan kegiatan PKPA.
5. Seluruh pegawai RSUD Andi Makkasau Kota Parepare terkhsusus bagian
instalasai Faramsi yang telah banyak membantu dan memberi banyak
pengalaman selama pelaksanaan PKPA.
6. Orang tua dan keluarga yang selalu mendoakan, mencurahkan kasih sayang
dan memberikan bantuan secara finansial maupun semangat yang tiada henti-
hentinya.
7. Teman-teman Program Studi Profesi Apoteker angkatan Gasal 2021/2022 yang
selalu memberikan bantuan dan semangat tersendiri bagi penulis serta seluruh
pihak yang telah membantu, yang tidak bisa disebutkan namanya satu per satu
yang selalu membantu dan memberikan motivasi kepada penulis utamanya
rekan-rekan peserta PKPA Rumah Sakit.
Penulis berharap semoga Allah AWT membalas segala kebaikan yang
telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran, tanggapan dan kritik yang
sifatnya membangun sangat diharapkan oleh penulis agar dapat menjadi lebih baik
lagi di kemudian hari.
Penulis berharap kiranya karya tulis ini bermanfaat bagi penulis dan semua
pihak khususnya dalam pengembangan ilmu kefarmasian. Akhirnya dengan
segala kerendahan hati, semoga apa yang tersirat dalam tulisan ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak, Terima kasih.
Makassar, 2022
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.1 Paru-paru yang sehat (A) dan kerusakan paru-paru pada fibrosis paru (B)
(Pleasants & Robert, 2019).
Harris JB, Brooks WA. Typhoid and paratyphoid (enteric) fever. In: Magil AJ,
Solomon, T, Ryan ET, eds. Hunter’s tropical medicine and emerging
infectious disease 9th ed. London: Saunders Elsevier; 2013. p. 568-76
Hartanto, D., 2021. Diagnosis dan Tatalaksana Demam Tifoid pada Dewasa.
CDK- 292; 48 (1), 5-7
Pegues DA, Miller SI. Salmonellosis. In: Kasper DL, et al. (2015). Harrison
principles of internal medicine 19th ed. USA: Mc Graw Hill; p. 1049-53.
Nurfadly, dkk., 2021. 14 Bekal Dasar Dokter Puskesmas. UMSU Press: Medan
Purba, I.E., Toni, W., Naning., Stephen, N., Nyoman, K., 2016. Program
Pengendalian Demam Tifoid di Indonesia: tantangan dan peluang. Media
Litbangkes. Vol. 6, No. 2: hal. 99 – 108.
Arfiana & Lusiana, A., 2016. Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak Pra
Sekolah. Yogyakarta: Trans Medika.
Mustofa, F.L., Rakhmi, R., Ghina, S., 2020. Karakteristik Pasien Demam Tifoid
pada Anak dan Remaja di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin
Lampung. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada. Vol. 9, No. 2: hal. 625-
633.
Bhandari, J., Thada, P.K., DeVos, E., 2020. Typhoid Fever, in: StatPearls.
StatPearls Publishing, Treasure Island (FL).
Virdania, K.V., Dewa, A.A.S.L., Putu, A.A.D., 2018., Hubungan Umur Dengan
Jenis Rawat Dan Lama Hari Rawat Inap Pasien Demam Tifoid di Rsup
Sanglah Denpasar Tahun 2014.
Menkes No. 364 tahun 2006 tentang pedoman pengendalian demam tifoid.
Menkes: Jakarta
Pleasants, R., & Robert, M., 2019. Management of Idiopathic Pulmonary Fibrosis.
Annals of pharmacotherapy. 53. (12): 1238-1248
Sauleda, J., Belen, N., Ernest, S., Joan, B.S., 2018. Review
Idiopathic Pulmonary Fibrosis: Epidemiology, Natural History,
Phenotypes. Medical Sciences. 6 (10): 1-14
Obat
Kemasan/ Aturan pakai Tanggal pemerian
No Nama obat Pulang
kekuatan dan rute
4/5 5/5 6/5 7/5 8/5 9/5 10/5 11/5 12/5 13/5
Botol @500
1 Tutosol 18 tpm/infus/iv Stop
ml
Sanmol Botol
2 1 g/8jam /inf Stop
(Paracetamol) @1g/100 ml
Cefratam
3 (Cefoperazone Vial @1 g 1 g/12jam/inj Stop
sulbactam)
Pranza 40mg
4 Vial @40 mg Stop
(Pantoprazole) /12jam/inj
Remopain Syringe @30
5 30mg/8jam/inj Stop
(ketorolac) mg/ml
6 Narfoz Ampul @ 4 4mg/8jam/inj Stop
(Ondansetron) mg
Rhinoz SR
Kapsul 1 caps/12jam/
7 (Pseudoefedrin Stop
@120+5mg oral
+ Loratadin)
Resfar Botol
8 5 g/24jam/inf Stop
(Acetylcysteine) @5g/25ml
Botol
Cravit 750mg 24
9 @750mg/ - - - Stop
(Levofloxacin) jam/inf
150 ml
Imbost force Tablet 660mg/
10 - -
(Multi vitamin) @660mg 12jam/Oral
Dulkolax 5mg/24jam
11 Tablet @5mg - Stop - -
(Bisacodyl) /oral
Sanmol Tablet 500 mg/
12 - - - - - - - - - 10 Tab
(Paracetamol) @500mg 12jam/Oral
Orinox Tablet 90mg/24jam
13 - - - - - - - - - 5 Tab
(Etoricoxib) @90mg /oral
14 Cravit Tablet @500 500mg/12jam - - - - - - - - - 5 Tab
(Levofloxacin) mg
/oral
Prosogan FD Tablet 30mg/12jam
15 - - - - - - - - - 10 Tab
(Lansoprazole) @30mg /oral
Vometa FT Tablet 10mg/8jam/
16 - - - - - - - - - 15 Tab
(Domperidone) @10mg oral
( ) : Diberikan
Rasionalitas
1 Tutosol
2 Sanmol
3 Cefratam
4 Pranza
5 Remopain
6 Narfoz
7 Rhinoz SR
8 Resfar
9 Cravit
10 Imbost force
11 Dulkolax
12 Sanmol
13 Orinox
14 Cravit Tab
15 Prosogan FD
16 Vometa FT
e. Kontraindikasi
Dikontraindikasikan terhadap pasien hipersensitivitas terhadap
cefoperazone, sulbactam, atau antibakteri β-laktam lainnya (misalnya
sefalosporin, penisilin).
f. Efek samping
Efek samping dari penggunaan cefoperazone sulbactam adalah
efisiensi vitamin K yang menyebabkan koagulopati, pertumbuhan berlebih
organisme yang tidak peka (penggunaan jangka panjang), neutropenia,
leukopenia, eosinofilia, trombositopenia, hipoprotrombinaemia, penyakit
kuning, Penurunan hemoglobin, hematokrit; peningkatan AST, ALT, alkali
fosfatase darah, bilirubin darah, sakit kepala, hematuria, pruritus, urtikaria,
ruam makulopapular, hipotensi, vaskulitis. Berpotensi Fatal: Diare terkait
Clostridium-difficile, reaksi hipersensitivitas termasuk anafilaktoid dan
reaksi merugikan kulit yang parah (misalnya nekrolisis epidermal toksik,
sindrom Stevens-Johnson, dermatitis eksfoliatif); perdarahan serius.
g. Interaksi obat
Dapat meningkatkan INR dengan antikoagulan (misalnya warfarin)
sehingga meningkatkan risiko perdarahan.
h. Perhatian dan peringatan
4. Pranza (MIMS, 2022)
a. Kemasan/ Komposisi
Tersedia dalam sediaan vial dengan kandungan pantoprazole 40mg.
b. Indikasi
Pantoprazole merupakan pengobatan penyakit refluks gastroesofageal
yang berhubungan dengan riwayat esofagitis erosif, profilaksis tukak yang
diinduksi NSAID dan penyakit Zollinger-Ellison.
c. Mekanisme Kerja
Pantoprazole adalah agen antisekresi lambung benzimidazole
tersubstitusi dan juga dikenal sebagai inhibitor pompa proton (PPI). Ini
memblokir langkah terakhir dalam sekresi asam lambung dengan
penghambatan spesifik sistem enzim adenosin trifosfatase (ATPase) H+/K+
yang ada pada permukaan sekretori sel parietal lambung. Asam basal dan
asam terstimulasi keduanya dihambat.
d. Dosis dan Aturan Pakai
Dewasa: Zollinger-Ellison; 80 mg sekali atau dua kali sehari sebagai
injeksi lambat atau infus jangka pendek selama 2-15 menit. Penyakit refluks
gastro-esofagus, tukak lambung; 40 mg setiap hari sebagai injeksi lambat atau
infus jangka pendek selama 2-15 menit. Profilaksis tukak yang diinduksi
NSAID 20 mg sekali sehari.
Anak: 5 tahun 15–40 kg: 20 mg sekali sehari hingga 8 minggu; >40 kg: 40
mg sekali sehari hingga 8 minggu.
e. Kontraindikasi
Dikontraindikasikan untuk penggunaan bersamaan dengan rilpivirine dan
atazanavir
f. Efek samping
Hipomagnesemia, lupus eritematosus kulit, SLE, fraktur terkait
osteoporosis, polip kelenjar fundus, karsinoma, diare terkait Clostridium
difficile, nefritis interstisial, Defisiensi vitamin B12 (terapi jangka panjang),
infeksi saluran cerna (mis. salmonella, Campylobacter), mual, muntah, diare,
konstipasi, perut kembung, sakit perut, dispepsia, mulut kering, asthenia,
kelelahan, malaise,
g. Interaksi obat
Dapat menurunkan konsentrasi plasma rilpivirine dan atazanavir.
Peningkatan risiko hipomagnesemia dengan diuretik. Peningkatan risiko efek
kardiotoksik yang diinduksi digoxin. Dapat meningkatkan INR dan waktu
protrombin warfarin. Dapat meningkatkan konsentrasi plasma metotreksat.
Dapat menurunkan absorpsi itrakonazol, ketokonazol, posakonazol, erlotinib.
Dapat mengurangi efek terapeutik clopidogrel.
h. Perhatian dan peringatan
5. Remopain (MIMS, 2022)
a. Kemasan/ Komposisi
Tersedia dalam sediaan syringe dengan kandungan ketorolac
thrometamine 30mg/ml
b. Indikasi
Pantoprazole merupakan pengobatan penyakit refluks gastroesofageal
yang berhubungan dengan riwayat esofagitis erosif, profilaksis tukak yang
diinduksi NSAID dan penyakit Zollinger-Ellison.
c. Mekanisme Kerja
Pantoprazole adalah agen antisekresi lambung benzimidazole
tersubstitusi dan juga dikenal sebagai inhibitor pompa proton (PPI). Ini
memblokir langkah terakhir dalam sekresi asam lambung dengan
penghambatan spesifik sistem enzim adenosin trifosfatase (ATPase) H+/K+
yang ada pada permukaan sekretori sel parietal lambung. Asam basal dan
asam terstimulasi keduanya dihambat.
d. Dosis dan Aturan Pakai
Dewasa: Zollinger-Ellison; 80 mg sekali atau dua kali sehari sebagai
injeksi lambat atau infus jangka pendek selama 2-15 menit. Penyakit refluks
gastro-esofagus, tukak lambung; 40 mg setiap hari sebagai injeksi lambat atau
infus jangka pendek selama 2-15 menit. Profilaksis tukak yang diinduksi
NSAID 20 mg sekali sehari.
Anak: 5 tahun 15–40 kg: 20 mg sekali sehari hingga 8 minggu; >40 kg: 40
mg sekali sehari hingga 8 minggu.
e. Kontraindikasi
Dikontraindikasikan untuk penggunaan bersamaan dengan rilpivirine dan
atazanavir
f. Efek samping
Hipomagnesemia, lupus eritematosus kulit, SLE, fraktur terkait
osteoporosis, polip kelenjar fundus, karsinoma, diare terkait Clostridium
difficile, nefritis interstisial, Defisiensi vitamin B12 (terapi jangka panjang),
infeksi saluran cerna (mis. salmonella, Campylobacter), mual, muntah, diare,
konstipasi, perut kembung, sakit perut, dispepsia, mulut kering, asthenia,
kelelahan, malaise,
g. Interaksi obat
Dapat menurunkan konsentrasi plasma rilpivirine dan atazanavir.
Peningkatan risiko hipomagnesemia dengan diuretik. Peningkatan risiko efek
kardiotoksik yang diinduksi digoxin. Dapat meningkatkan INR dan waktu
protrombin warfarin. Dapat meningkatkan konsentrasi plasma metotreksat.
Dapat menurunkan absorpsi itrakonazol, ketokonazol, posakonazol, erlotinib.
Dapat mengurangi efek terapeutik clopidogrel.
h. Perhatian dan peringatan
BAB IV
PEMBAHASAN
Studi kasus pasien atas nama Tn. IK, berusia 38 tahun dengan riwayat
penyakit pernah mengalami Covid-19 datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Rumah Sakit Siloam Makassar dengan keluhan demam sejak tiga hari yang lalu,
batuk berdahak, flu, nyeri pada tenggorokan, mual, muntah, nyeri sendi dan badan
pegal-pegal. Pasien berada di rumah sakit sejak tanggal 4 Mei 2022 sampai 13
Mei 2022.
Pada saat pasien masuk rumah sakit tanggal 4 Mei 2022, pasien didiagnosa
demam dengue dan Fibrosis Paru. Diagnosis dokter berdasarkan pada riwayat
penyakit pasien dan gejala-gejala yang dialaminya serta didasarkan pada hasil
pemeriksaan foto thorax. Hasil pemeriksaan menunjukkan kesan adanya fibrosis
pada parahiler pulmonari sebelah kiri pasien. Selain itu dilakukan pemeriksaan
penunjang berupa pemeriksaan darah dan kimia. Hasil pemeriksaan darah dihari
pertama menunjukkan terjadinya penurunan kadar hematokrit sebesar 37,6%.
Setelah pasien di observasi, pasien dipindahkan ke ruang perawatan Executive
Suite New dan diberi terapi Tutosol, Sanmol, Cefratam, Pranza, Remopain,
Narfoz, Rhinos dan Resfar.
Pada hari ke-3 pasien dirawat di rumah sakit, tidak terdapat adanya tanda-
tanda perubahan yang lebih baik sehingga di hari yang bersamaan dilakukan
pemeriksaan serologi pada sampel darah pasien. Berdasarkan hasil uji serologi
tersebut pasien di diagnosa menderita demam tifoid dengan adanya hasil
pemeriksaan S.tiphi O positif 1/320, S.tiphi H positif 160, S. paratphi AO positif
1/80, S. paratphi AH positif 1/80, S. paratphi BO positif 1/80, S. paratphi BH
positif 1/160 dan S. paratphi CH positif 1/80. Menurut KEMENKES tahun (2006)
menyebutkan bahwa interpretasi reaksi widal pada titer O 1/320 sudah
menyokong kuat diagnosis demam tifoid. Salah satu pemeriksaan yang dilakukan
pada penderita demam tifoid adalah pemeriksaan Laju Endap Darah (LED). LED
adalah nilai pemeriksaan laboratorium untuk evaluasi infeksi, inflamasi dan
penyakit ganas. Hasil pemeriksaan LED yang diperoleh yaitu 25 mm dari nilai
normal 0-15 mm, berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa adanya tanda-
tanda infeksi, inflamasi ataupun penyakit ganas (Yuswardi D.W pada tahun
2021).
Pemberian Infus Tutosol 18 tpm sebagai terapi rumatan atau terapi
pemeliharaan dengan tujuan untuk memelihara keseimbangan cairan tubuh dan
nutrisi yang diperlukan oleh tubuh. Keuntungan. Sedangkan kekurangan cairan
Pemberian cairan Tutosol ini sudah tepat untuk mengatasi lemas yang dirasakan
pasien dan memelihara keseimbangan cairan tubuh dan nutrisi pasien
Pemberian Cefratam diindikasikan sebagai penanganan pada fibrosis paru
yang dialami oleh pasien. Cefratam mengandung Cefoperazone dan sulbactam
yang merupakan antibotik untuk infeksi saluran pernapasan, infeksi tulang dan
sendi, infeksi ginekologi, infeksi intra-abdominal, meningitis, septikemia, infeksi
kulit dan jaringan lunak, infeksi saluran kemih (MIMS, 2022). Menurut USP
(2021) penatalaksanaan pada pasien fibrosis paru diberikan obat Nintedanib atau
Pirfenidone sebagai pilihan terapi pertama. Namun dalam kasus ini pasien
diberikan Cefratam sebagai penanganan fibrosis paru. Penurunan kadar
hemoglobin dan hematokrit pada hari ketiga kemungkinan juga disebabkan oleh
penggunaan Cefoperazone yang berpotensi menyebabkan penurunan hemoglobin
dan hematokrit (Drug.com, 2022). Dalam hal ini penggunaan cefoperazone
dikatakan tidak rasional karena tidak tepat indikasi dan menimbulkan efek
samping yang justru memperburuk kondisi pasien.
Pemberian Samol diindikasikan untuk penanganan keluhan demam yang
dialami oleh pasien. Sanmol mengandung paracetamol 1g/500ml yang di berikan
secara intravena tiga kali sehari. Menurut KEMENKES RI tahun (2017), terapi
utama pada pasien demam dengue yaitu dengan pemberian paracetamol. Namun
berdasarkan diagnosa demam tifoid pasien dan data pemeriksaan tanda vital
selama perawatan didapatkan nilai yang normal untuk suhu tubuh pasien dan
hanya terjadi kenaikan sebesar 37,9 oC pada hari kelima perawatan. Pada kasus
demam tifoid paracetamol hanya sebagai terapi simptomatik dari pasien. Untuk
terapi ini sebaiknya hanya diberikan pada saat pasien mengalami kenaikan suhu
tubuh saja (Putri dan Sibuea, 2020).
Pemberian remopain sebagai terapi analgetik berdasarkan keluhan nyeri
kepala dan dan nyeri sendi yang dialami. Remopain mengandung ketorolak
30mg/ml yang diberikan secara intravena tiga kali sehari. Ketorolak adalah obat
antiinflamasi nonsteroid (NSAID) dan memiliki sifat antipiretik, analgesik, dan
antiinflamasi yang bekerja dengan cara menghambat jalur kunci dalam sintesis
prostaglandin. Ketorolak bersifat non-selektif yang menghambat enzim COX-1
dan COX-2 (Drugbank, 2022). Menurut World Health Organization (WHO)
terdapat lima prinsip penggunaan analgesik yang tepat dalam penanganan rasa
nyeri yaitu, segera mengganti pemberian analgesik melalui oral setelah nyeri skor
nyeri <4, analgesik harus diberikan dengan interval yang sama, pemberian
analgesik harus sesuai dengan derajat nyeri yang dievaluasi menggunakan skala
nyeri, dosis analgesik disesuaikan untuk tiap-tiap individu dan pemberian resep
analgesik harus diperhatikan secara rinci (Prabandari et.al, 2018 Ketorolak 1).
Pada kasus ini penggunakan ketorolak dikatakan kurang rasional karena
penggunaannya untuk nyeri skala 3 yang masih termasuk kategori ringan.
Menurut Arisetijono, dkk., (2015) rasa nyeri pada seseorang dapat dibedakan atas
tiga tingkat nyeri yaitu dengan skor nyeri 1-3 masuk kedalam kategori ringan (low
pain), skor nyeri 4-6 kategori sedang (moderate pain), dan skor nyeri 7-10
kategori berat (woerst possible pain). Pemilihan ketorolak sebagai terapi nyeri
secara parenteral hanya di berikan untuk pasien dengan nyeri kategori sedang
hingga berat (Melzack et al., 2003). Selain itu interval pemberian ketorolak secara
intravena hanya dapat diberikan maksimal dua hari, secara oral tujuh hari dan
apabila dikombinasi per oral dan intravena maka penggunaanya maksimal lima
hari (Sweetman, 2009; Ihsan, et al., 2019 Ketorolak 1). Penggunaan ketorolak
sebaiknya perlu diperhatikan dengan pertimbangkan efek samping yang akan
ditimbulkan berpotensi memperparah nyeri ulu hati dan menyebabkan pendarahan
lambung (KEMENKES RI, 2017; MIMS, 2022).
Pemberian Cravit merupakan terapi untuk diagnosa demam tifoid akibat
infeksi bakteri yang dialami oleh pasien. Cravit mengandung levofloxacin 750
mg yang di berikan secara intravena dua kali sehari. Levofloxacin adalah
antibiotik fluoroquinolone yang digunakan untuk mengobati infeksi yang
disebabkan oleh bakteri yang rentan pada saluran pernapasan bagian atas, serta
untuk pengobatan wabah (Drugbank, 2022). Pemilihan obat antibiotik lini
pertama pengobatan demam tifoid pada anak di negara berkembang didasarkan
pada faktor efikasi, ketersediaan dan biaya. Berdasarkan ketiga faktor tersebut,
kloramfenikol masih menjadi obat pilihan pertama pengobatan demam tifoid pada
anak. Hal ini berbeda dengan dewasa, dimana obat antibiotik lini pertamanya
adalah golongan fluorokuinolon, seperti ofloksasin, siprofloksasin, levofloksasin
atau gatifloksasin (PKB LXIII, 2012). Menurut Veeraraghavan et al (2018) obat
golongan fluoroquinolon seperti levofloxacin merupakan pilihan terapi optimal
dan lebih disukai (preferable) dalam penanganan demam tifoid khususnya pada
orang dewasa. Tingkat efikasinya yang tinggi serta efek sampingnya yang rendah,
membuat obat ini banyak digunakan secara luas di beberapa wilayah di dunia
(PKB LXIII, 2012).
Pemberian Narfoz merupakan terapi untuk penanganan mual dan muntah
yang dialami oleh pasien. Nafroz mengandung ondansetron 4 mg yang di berikan
secara intravena tiga kali sehari. Ondansetron adalah antagonis reseptor serotonin
5-HT3 yang digunakan untuk mencegah mual dan muntah pada kemoterapi
kanker dan pasca operasi (Drugbank, 2022). Meskipun begitu pemilihan
ondansetron pada kasus ini sudah tepat. Menurut FDA pada tahun 2006
menyebutkan bahwa mengingat kemanjuran ondansetron yang sebanding dan
relatif kurangnya efek samping, itu dapat dianggap sebagai agen antiemetik lini
pertama.
Pemberian Pranza merupakan terapi nyeri uluhati yang dialami oleh pasien.
Pranza mengandung pantoprazole 40 mg yang di berikan secara intravena dua
kali sehari. Pantoprazole merupakan pengobatan penyakit refluks gastroesofageal
yang berhubungan dengan riwayat esofagitis erosif, profilaksis tukak yang
diinduksi NSAID dan penyakit Zollinger-Ellison (MIMS, 2022). Dalam kasus ini
penggunaan pantoprazole sudah rasional untuk profilaksis dan pengobatan induksi
nyeri ulu hati akibat penggunaan NSAID, hanya saja untuk rute pemberian dan
dosis 80 mg perhari dikatakan kurang tepat. Pada rute pemberian secara hanya
diindikasikan untuk pasien yang terdiagnosa ulkus peptikum atau penyakit refluks
gastro-esofagus dan sindrom Zollinger-Ellison dengan dosis 40mg sehari.
Sedangkan untuk pasien yang memerlukan profilaksis NSAID terkait ulserasi
dosis yang dianjurkan adalah 20 mg setiap hari yang diberikan peroral
(Sweetman, 2009).
Pemberian Rhinos SR merupakan terapi pada batuk pilek yang dialami oleh
pasien. Pranza mengandung pantoprazole 40 mg yang di berikan secara intravena
dua kali sehari. Pantoprazole merupakan pengobatan penyakit refluks
gastroesofageal yang berhubungan dengan riwayat esofagitis erosif, profilaksis
tukak yang diinduksi NSAID dan penyakit Zollinger-Ellison (MIMS, 2022)