Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

UPAYA MENCEGAH DAN MEMINIMALKAN RISIKO DAN HAZARD DALAM


PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN
KESELAMATAN PASIEN DAN KESEHATAN KESELAMATAN KERJA
DALAM KEPERAWATAN

DI SUSUN OLEH :

Kelompok 3

1. Devi Cahyana (17IK512)


2. Merry Lidya (17IK527)
3. Ni Komang Tri Mega.Y (17IK532)
4. Nor Atia (17IK536)
5. Utari Ermawati (17IK547)
Dosen Pembimbing :
M. Zarkasi,S.Kep.,Ns.,M.Kep

PROGRAM STUDII LMU KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI MULIA
BANJARMASIN
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
Makalah “Upaya Mencegah Dan Meminimalkan Risiko Dan Hazard Dalam Perencanaan
Asuhan Keperawatan” ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi karena keterbatasan pengetahuan
maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini,
Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Banjarmasin, 14 Oktober 2018

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

1.1. Latar Belakang...................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................2

1.3. Tujuan................................................................................................................2

BAB II ISI..........................................................................................................................3

2.1. Pengertian perencanaan Asuhan Keperawatan...................................................3

2.2. Pengertian Risiko Kerja......................................................................................6

2.3. Pengertian Hazard Kerja.....................................................................................8

2.4. Risiko dan hazard dalam perencanaan asuhan keperawatan...............................8

BAB III PEMBAHASAN................................................................................................10

BAB IV PENUTUP.........................................................................................................13

4.1. KESIMPULAN................................................................................................13

4.2. SARAN............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Program Kesehatan Kerja mempunyai tujuan utama yaitu memberikan
perlindungan kepada pekerja dari bahaya kesehatan yang berhubungan dengan
lingkungan kerja dan promosi kesehatan pekerja. Lebih jauh lagi adalah menciptakan
kerja yang tidak saja aman dan sehat, tetapi juga nyaman serta meningkatkan
kesejahteraan dan produktivitas. Kantor Perburuhan Internasional (ILO) pada tahun 2005
memperkirakan bahwa diseluruh dunia setiap tahun 2,2 juta orang meninggal karena
kecelakaan-kecelakaan dan penyakit-penyakit akibat kerja dan kematian-kematian akibat
kerja nampaknya meningkat. Lagi pula, diperkirakan bahwa setiap tahun terjadi 270 juta
kecelakaan-kecelakaan yang akibat kerja yang tidak fatal (setiap kecelakaan paling
sedikit mengakibatkan tiga hari absen dari pekerjaan) dan 160 juta penyakit-penyakit baru
akibat kerja.
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan permasalahan pemerintah, pengusaha,
pekerja dan keluarganya diseluruh dunia. Sementara beberapa industri bersifat lebih
berbahaya dari industri yang lain, kelompok pekerja migran dan pekerja berpenghasilan
kecil yang lain lebih banyak dihadapkan pada risiko mengalami kecelakaan-kecelakaan
akibat kerja dan kesehatan yang kurang baik, karena kemiskinan seringkali memaksa
mereka untuk menerima pekerjaan yang tidak aman.Berbagai pendekatan sering
dilakukan dalam menghadapi risiko dalam organisasi atau perusahaan seperti
mengabaikan risiko sama sekali, karena dianggap merupakan hal yang diluar kendali
manajemen. Pendapat tersebut merupakan cara pendekatan yang tidak tepat, karena tidak
semua risiko berada diluar jangkauan kendali organisasi atau perusahaan. Menghindari
semua kegiatan atau proses produksi yang memiliki risiko. Hal ini merupakan sesuatu
yang tidak mungkin dilaksanakan, karena semua aktivitas ditempat kerja sampai tingkat
tertentu selalu mengandung risiko. Menerapkan Manajemen Risiko, dalam pengertian
umum, risiko tinggi yang dihadapi sebenarnnya merupakan suatu tantangan yang perlu
diatasi dan melalui suatu pemikiran positif diharapkan akan memberikan nilai tambah
atau imbalan hasil yang tinggi pula. Aspek ekonomi, sosial dan legal merupakan beberapa
hal yang berkaitan dengan penerapan manajemen risiko. Dampak finansial akibat
peristiwa kecelakaan kerja, gangguan kesehatan atau sakit akibat kerja, kerusakan atau

1
kerugian aset, biaya premi asuransi, moral kerja dan sebagainya, sangat mempengaruhi
produktivitas. Demikian juga aspek sosial dan kesesuaian penerapan peraturan perundang
undangan yang tercermin pada segi kemanusiaan, kesejahteraan dan kepercayaan
masyarakat memerlukan penyelenggaraan manajemen risiko yang dilaksanakan melalui
partisipasi pihak terkait. Manajemen risiko kesehatan di tempat kerja mempunyai tujuan:
meminimalkan kerugian akibat kecelakaan dan sakit, meningkatkan kesempatan/peluang
untuk meningkatkan produksi melalui suasana kerja yang aman, sehat dan nyaman,
memotong mata rantai kejadian kerugian akibat kegagalan produksi yang disebabkan
kecelakaan dan sakit, serta pencegahan kerugian akibat kecelakaan dan penyakit akibat
kerja.
Menurut International Labour Organization, Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) adalah menjaga dan meningkatkan kesejahteraan fisik, mental dan sosial seluruh
para pekerja dan pada semua sektor pekerjaan, mencegah pekerja terjangkit penyakit
yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, melindungi pekerja dari risiko yang berdampak
buruk pada kesehatan, menempatkan dan menjaga pekerja dalam lingkungan yang sesuai
dengan kondisi fisiologi dan psikologi, menyesuaikan pekerjaan dengan pekerja serta
pekerja dengan pekerjaannya (Tarwaka 2014).

1.2. Rumusan Masalah

1. Pengertian pengkajian dan Perencanaan Askep


2. Pengertian risiko
3. Pengertian hazard
4. Risiko dan hazard dalam perencanaan asuhan keperawatan

1.3. Tujuan

1. Mengetahui seperti apa itu perencanaan Asuhan Keperawatan


2. Mengetahui pengertian dari risiko
3. Mengetahui pengertian dari hazard
4. Mengetahui apa saja resiko dan hazard dalam perencanaan askep

2
BAB II
ISI

2.1. Pengertian perencanaan Asuhan Keperawatan


Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien beralih dari
status kesehatan saat ini kestatus kesehatan yang di uraikan dalam hasil yang di harapkan
(Kemenkes RI 2015) . Asuhan Keperawatan merupakan pedoman tertulis untuk
perawatan klien. Rencana perawatan terorganisasi sehingga setiap perawat dapat
dengan cepat mengidentifikasi tindakan perawatan yang diberikan. Rencana asuhan
keperawatan yang di rumuskan dengan tepat memfasilitasi konyinuitas asuhan perawatan
dari satu perawat ke perawat lainnya. Sebagai hasil, semua perawat mempunyai
kesempatan untuk memberikan asuhan yang berkualitas tinggi dan konsisten. Rencana
asuhan keperawatan tertulis mengatur pertukaran informasi oleh perawat dalam laporan
pertukaran dinas. Rencana perawatan tertulis juga mencakup kebutuhan klien jangka
panjang .
Perencanaan evaluasi memuat kriteria keberhasilan proses dan keberhasilan
tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan
membandingkan antara proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut.
Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat
kemandirian pasien dalam kehidupan sehari- hari dan tingkat kemajuan kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah di rumuskan sebelumnya. Sasaran evaluasi adalah
sebagai berikut:
1. Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria/ rencana yang telah disusun.
2. Hasil tindakan keperawatan ,berdasarkan kriteria keberhasilan yang telah di
rumuskan dalam rencana evaluasi.
Perencanaan merupakan suatu proses penyusunan berbagai intervensi
keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan atau mengurangi
masalah-masalah klien. Perencanaan ini merupakan langkah ketiga dalam membuat
suatu proses keperawatan. Dalam menentukan tahap perencanaan bagi perawat
diperlukan berbagai pengetahuan dan keterampilan diantaranya pengetahuan tentang
kekuatan dan kelemahan klien, nilai dan kepercayaan klien, batasan praktek
keperawatan, peran dari tenaga kesehatan lainnya,kemampuan dalam memecahkan
masalah, mengambil keputusan, menulis tujuan serta memilih dan membuat
strategi

3
keperawatan yang aman dalam memenuhi tujuan, menulis instruksi keperawatan serta
kemampuan dalam melaksanakan kerja sama dengan tingkat kesehatan lain.
Langkah-langkah pada perencanaan:
1. Penentuan prioritas diagnosis Penentuan prioritas diagnosis ini dilakukan
pada tahap perencanaan setelah tahap diagnosis keperawatan. Dengan
menentukan diagnosis keperawatan, maka dapat diketahui diagnosis mana
yang akan dilakukan atau diatasi pertama kali atau yang segera dilakukan.
Dalam menentukan prioritas terdapat beberapa pendapat urutan prioritas, di
antaranya:
a. Berdasarkan tingkat kegawatan (mengancam jiwa)
Penentuan prioritas berdasarkan tingkat kegawatan (mengancam
jiwa) yang dilatar belakangi dari prinsip pertolongan pertama yaitu
dengan membagi beberapa prioritas diantaranya prioritas tinggi, prioritas
sedang, dan prioritas rendah.
1) Prioritas tinggi; prioritas yang mencerminkan situasi yang mengancam
kehidupan (nyawa seseorang) sehingga perlu dilakukan tindakan
terlebih dahulu seperti masalah pembersihan jalan nafas.
2) Prioritas sedang; prioritas ini menggambarkan situasi yang tidak
gawat dan tidak mengancam hidup klien seperti masalah personal
higiene.
3) Prioritas rendah; prioritas yang menggambarkan situasi yang tidak
berhubungan langsung dengan prognosis dari suatu penyakit yang
secara spesifik seperti masalah keuangan dan lainnya.
b. Berdasarkan kebutuhan Maslow
Maslow menentukan prioritas diagnosis yang akan direncanakan
berdasarkan urutan kebutuhan dasar manusia, diantaranya : Kebutuhan
fisiologis, meliputi masalah respirasi, sirkulasi, suhu, nutrisi, nyeri,
cairan, perawatan kulit, mobilisasi, dan eliminasi. Kebutuhan
keselamatan dan keamanan, meliputi masalah lingkungan, kondisi tempat
tinggal, perlindungan, pakaian, bebas dari infeksi dan rasa takut.
Kebutuhan mencintai dan dicintai, meliputi masalah kasih sayang,
seksualitas, afiliasi

4
dalam kelompok, dan hubungan antar manusia. Kebutuhan harga diri,
meliputi masalah respek dari keluarga, perasaan menghargai diri sendiri.
Kebutuhan aktualisasi diri, meliputi masalah kepuasan terhadap
lingkungan.
1) Penentuan Tujuan Dan Hasil Yang Diharapkan
Tujuan merupakan sinonim dari kriteria hasil yang mempunyai
komponen sebagai berikut: S (Subjek), P (Predikat, K (Kriteria), K
(Kondisi, W (Waktu) dengan penjabaran sebagai berikut:
S: Perilaku pasien yang diamati.
P: Kondisi yang melengkapi pasien.
K: Kata kerja yang dapat diukur atau untuk menetukan tercapainya
tujuan.
K: Sesuatu yang menyebabkan asuhan diberikan. W:
Waktu yang ingin di capai.
2) Menentukan Rencana Tindakan
Untuk memudahkan dalam menentukan rencana tindakan, maka
ada beberapa persyaratan dalam menuliskan rencana tindakan
diantaranya harus terdapat unsur tanggal, kata kerja yang dapat
diukur yang dapat dilihat, dirasa dan didengar, adanya subjek, hasil,
target tanggal dan tanda tangan perawat.
Perawatan dan pengobatan dirancang untuk membantu
pencapaian satu atau lebih dari tujuan perawatan sehingga dapat
mengurangi, mencegah atau menghilangkan dari masalah
pasien.Tipe-tipe dalam perencanaan tindakan askep Dalam
memberikan instruksi keperawatan ada empat tipe intruksi yang
digunakan:
a) Tipe Diagnostik; tipe ini menilai kemungkinan klien ke arah
pencapain kriteria hasil dengan observasi secara langsung.
b) Tipe Terapeutik; mengambarkan tindakan yang dilakukan oleh
perawat secara langsung untuk mengurangi, memperbaiki dan
mencegah kemungkinan masalah.
c) Tipe Penyuluhan; digunakan untuk meningkatkan perawatan diri
pasien dengan membantu klien untuk

5
memperoleh tingkah laku individu yang mempermudah pemecahan
masalah.
d) Tipe Rujukan; menggambarkan peran perawat sebagai
koordinator dan manager dalam perawatan klien dalam anggota tim
kesehatan.

2.2. Pengertian Risiko Kerja


Risiko didefinisikan sebagai kombinasi dari kemungkinan terjadinya
peristiwa yang berhubungan dengan cidera parah; atau sakit akibat kerja atau
terpaparnya seseorang atau alat pada suatu bahaya. Jadi, bahaya adalah sifat dari
proses yang dapat merugikan individu, dan risiko adalah kemungkinan bahwa itu
akan terjadi bersama dengan seberapa parah akibat yang akan diterima. Jadi, jika
Anda memiliki dua pekerjaan kantor yang membutuhkan gerakan berulang, tapi
satu yang dilakukan setiap hari dan yang kedua dilakukan sebulan sekali, risiko
akan lebih tinggi pada pekerjaan pertama. Demikian juga, jika Anda memiliki
dua proses yang memerlukan penambahan bahan kimia dalam proses produksi,
dengan proses pertama membutuhkan bahan kimia yang sangat berbahaya dan
yang lainnya tidak, maka proses pertama akan memiliki risiko lebih tinggi. Risiko
(Risk) adalah menyatakan kemungkinan terjadinya kecelakaan atau kerugian
pada periode waktu tertentu atau siklus operasi tertentu (Tarwaka 2014).
Penilaian risiko adalah proses untuk menentukan pengendalian terhadap tingkat
risiko kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja. Penilaian risko adalah proses
evaluasi risiko-risiko yang diakibatkan adanya bahaya-bahaya, dengan
memperhatikan kecukupan pengendalian yang dimiliki, dan menentukan apakah
risikonya dapat diterima atau tidak (PERMENAKER N0.05 1996). Menurut
PERMENAKER No. 05/MEN/1996, pengendalian risiko kecelakaan dan
penyakit akibat kerja dilakukan dengan berbagai macam metode, yaitu :
1. Pengendalian teknis atau rekayasa yang meliputi eliminasi, subtitusi, isolasi,
ventilasi, higiene, dan sanitasi (engineering control).
2. Pendidikan dan pelatihan.
3. Pembangunan kesadaran dan motivasi yang meliputi sistem bonus, insentif,
penghargaan, dan motivasi diri.
4. Evaluasi melalui internal audit, penyelidikan dan etiologi.

6
5. Penegakan hukum.

7
2.3. Pengertian Hazard Kerja
Bahaya adalah sumber, situasi atau tindakan yang berpotensi menciderai
manusia atau sakit penyakit atau kombinasi dari semuanya (PERMENAKER N0.05
1996). Bahaya adalah aktifitas, kondisi, kejadian, gejala, proses, material, dan segala
sesuatu yang ada di tempat kerja atau berhubungan dengan pekerjaan yang berpotensi
menjadi sumber kecelakaan,cidera,penyakit dan kematian. Bahaya pekerjaan adalah
faktor- faktor dalam hubungan pekerjaan yang dapat mendatangkan kecelakaan
(Suma’mur 2014).
Selain resiko yang berbeda-beda, setiap bahan mempunyai intensitas atau
tingkat bahaya yang berbeda, misalnya pengaruh dari suatu bahan kimia ada yang
akut dan ada yang kronis. Untuk mengetahui setiap karakteristik suatu bahan dan
52 penanganannya dibuat MSDS (Material Safety Data Sheet) sebagai alat
informasi kepada tenaga kerja agar dapat mengenali karakteristik dan cara
penanganan bahan-bahan kimia tersebut. Berdasarkan National Safety Council
mengatakan bahwa hazard adalah faktor faktor intrinsik yang melekat pada
sesuatu berupa barang atau kondisi dan mempunyai potensi menimbulkan efek
kesehatan maupun keselamatan pekerja serta lingkungan yang memberikan
dampak buruk. Sedangkan menurut Miles Nedved hazard adalah suatu aktivitas
atau sifat alamiah yang berpotensi menimbulkan kerusakan. Pengertian
berdasarkan Frank Bird Jr, hazard adalah suatu kondisi atau tindakan yang dapat
berpotensial menimbulkan kecelakaan dan kerugian (AS/NZS 4601 1999).
Beberapa komponen yang menyangkut terhadap hazard :
1. Karakteristik material.
2. Bentuk material.
3. Hubungan pemajanan dan efek.
4. Kondisi dan frekuensi penggunaan.
5. Tingkah laku pekerja

2.4. Risiko dan hazard dalam perencanaan asuhan keperawatan


Kesalahan saat merencanakan pengkajian. Misalnya jika perawat salah dalam
mengkaji, maka perawat akan salah dalam memberikan proses
perawatan/pengobatan yang pada akhirnya akan mengakibatnya kesehatan pasien
malah semakin terganggu. Hal lainnya yang dapat terjadi yaitu jika perawat salah
dalam merencanakan tindakan keperawatan maka

8
perawatnya juga akan mendapatkan bahaya seperti misalnya tertularnya penyakit
dari pasien karena kurangnya perlindungan diri terhadap perawatnya.Upaya yang
dapat dilakukan oleh perawat untuk meminimalisirkan resiko/hazard yang akan
terjadi, seperti
1. Batasi akses ke tempat isolasi
2. Menggunakan Alat Pelindung Diri ( APD) dengan benar
3. SOP memasang APD, jangan ada sedikitpun bagian tubuh yang tidak
tertutup dengan APD
4. Petugas diharapkan untuk tidak menyentuh bagian tubuh yang tidak tertutup
APD
5. Membatasi sentuhan langsung ke pasien
6. Cuci tangan sebelum melakukan dan setelak melakukan tindakan
7. Bersihkan kaki/tangan setelah melakukan tindakan
8. Melakukan pemeriksaan secara berkala kepada perawat/pekerja
9. Hindari memegang benda yang mungkin terkontaminasi.

9
BAB III
PEMBAHASAN

Asuhan Keperawatan merupakan pedoman tertulis untuk perawatan klien. Rencana


perawatan terorganisasi sehingga setiap perawat dapat dengan cepat mengidentifikasi
tindakan perawatan yang diberikan. Di dalam asuhan keperawatan terdapat beberapa
tahap perencanaan keperawatan kepada pasien. Perencanaan asuhan keperawatan
merupakan suatu proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang dibutuhkan
untuk mencegah, menurunkan atau mengurangi masalah-masalah klien. Perencanaan ini
merupakan langkah ketiga dalam membuat suatu proses keperawatan. Dalam Asuhan
Keperawatan juga terdapat risiko yang sering muncul dalam perencanaanya.
Risiko didefinisikan sebagai kombinasi dari kemungkinan terjadinya peristiwa yang
berhubungan dengan cidera parah; atau sakit akibat kerja atau terpaparnya seseorang
atau alat pada suatu bahaya. Jadi, bahaya adalah sifat dari proses yang dapat merugikan
individu, dan risiko adalah kemungkinan bahwa itu akan terjadi bersama dengan
seberapa parah akibat yang akan diterima. Tidak hanya resiko yang sering timbul dalam
perencanaan asuhan keperawatan tapi bahaya atau lebih dikenal dengan hazard juga
sering muncul pada perencanaan asuhan keperawatan akibat kurangnya perawat
memperhatikan prinsip K3, pengertian hazard sendiri adalah suatu kondisi atau tindakan
yang dapat berpotensial menimbulkan kecelakaan dan kerugian.
Beberapa risiko dan hazard yang timbul dalam asuhan keperawatan seperti kesalahan
saat merencanakan pengkajian. Misalnya jika perawat salah dalam mengkaji, maka
perawat akan salah dalam memberikan proses perawatan atau pengobatan yang pada
akhirnya akan mengakibatnya kesehatan pasien malah semakin terganggu
Upaya perawat yang dapat dilakukan untuk Mencegah Dan Meminimalkan Risiko
dan Hazard pada perencaan asuhan keperawatan yaitu :

1. Identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian faktor resiko. Misalnya pada
rumah saki, rumah sakit harus melakukan kajian dan identifikasi sumber bahaya,
penilaian serta pengendalian faktor resiko. Yang akan dijabarkan dibawah ini :
a. Identifikasi sumber bahaya
Identifikasi sumber bahaya dapat dilakukan dengan mempertimbangkan :

1
1) Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya.
2) Jenis kecelakaan dan PAK yang mungkin dapat terjadi
b. Penilaian Faktor Resiko
Penilaian faktor resiko adalah proses untuk menentukan ada tidaknya resiko dengan
jalan melakukan penilaian bahaya potensial yang menimbulkan risiko kesehatan
dan keselamatan kerja.
c. Pengendalian Faktor Risiko
Pengendalian faktor risiko dilakukan melalui empat tingkatan pengendalian risiko
yaitu menghilangkan bahaya, menggantikan sumber risiko dengan
sarana/peralatan lain yang tingkat risikonya lebih rendah /tidak ada
(engneering/rekayasa), administrasi dan alat pelindung pribadi (APP).
2. Membuat peraturan
Rumah sakit harus membuat, menetapkan dan melaksanakan standar
operasional prosedur (SOP) sesuai dengan peraturan, perundangan dan ketentuan
mengenai K3 lainnya yang berlaku. SOP ini harus dievaluasi, diperbaharui dan
harus dikomunikasikan serta disosialisasikan pada karyawan dan pihak yang
terkait.
3. Tujuan dan sasaran
Rumah sakit harus mempertimbangkan peraturan perundang- undangan,
bahaya potensial, dan risiko K3 yang bisa diukur, satuan/indikator pengukuran,
sasaran pencapaian dan jangka waktu pencapaian (SMART).
4. Indikator kinerja
Indikator harus dapat diukur sebagai dasar penilaian kinerja K3 yang
sekaligus merupakan informasi mengenai keberhasilan pencapaian SMK3 rumah
sakit.
5. Program kerja
Rumah sakit harus menetapkan dan melaksanakan proram K3 rumah
sakit, untuk mencapai sasaran harus ada monitoring, evaluasi dan dicatat serta
dilaporkan.
6. Pengorganisasian
Pelaksanaan K3 di rumah sakit sangat tergantung dari rasa tanggung
jawab manajemen dan petugas terhadap tugas dan kewajiban masing-masing
serta kerja sama dalam pelaksanaan K3. Tanggung jawab ini harus ditanamkan
melalui adanya aturan yang jelas. Pola

1
pembagian tanggung jawab, penyuluhan kepada semua petugas, bimbingan dan
latihan serta penegakan disiplin. Ketua organisasi atau satuan pelaksana K3
rumah sakit secara spesifik harus mempersiapkan data dan informasi pelaksanaan
K3 di semua tempat kerja, merumuskan permasalahan serta menganalisis
penyebab timbulnya masalah bersama unit-unit kerja, kemudian mencari jalan
pemecahannya dan mengkomunikasikannya kepada unit-unit kerja, sehingga
dapat dilaksanakan dengan baik. Selanjutnya memonitor dan mengevaluasi
pelaksanaan program, untuk menilai sejauh mana program yang dilaksanakan
telah berhasil. Kalau masih terdapat kekurangan, maka perlu diidentifikasi
penyimpangannya serta dicari pemecahannya.

1
BAB IV
PENUTUP

4.1. KESIMPULAN
Perawat dalam membuat perencanaan dalam asuhan keperawatan diharapkan
mampu melaksanakan Keselamatan pasien dan keselamatan kesehatan kerja dalam
Keperawatan (K3) untuk mewujudkan perlindungan terhadap tenaga kerja dari risiko
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang dapat terjadi pada waktu melakukan
pekerjaan di tempat kerja. Dengan dilaksanakannya perlindungan K3 diharapkan
akan tercipta tempat kerja yang aman, nyaman, sehat dan tenaga kerja yang
produktif, sehingga akan meningkatkan produktivitas kerja dan produktivitas rumah
sakit atau pelayanan kesehatan lainnya. K3 sangat besar peranannya dalam upaya
meningkatkan produktivitas rumah sakit terutama dapat mecegah medication error.
Oleh karena itu untuk mewujudkan K3 perlu dilaksanakan dengan perencanaan dan
pertimbangan yang tepat dan salah satu kunci keberhasilannya terletak pada peran
perawat sendiri baik sebagai subyek maupun obyek perlindungan dimaksud dengan
memperhatikan banyaknya risiko yang diperoleh.

4.2. SARAN
Saran dari kami adalah perawat diharapkan untuk belajar dan memahami lebih
lagi tentang prinsip keselamatan pasien dan keselamatan kesehatan kerja dalam
keperawatan untuk meningkatkan kualitas kinerja perawat dalam melakukan upaya-
upaya mencegah resiko dan hazard.

1
DAFTAR PUSTAKA

4601, AS/NZS. Risk Management Guidelines Companion Standars Australia/


Standars New Zealand. sidney: Standards New zealand, 1999.

Kemenkes, RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta: Kemenkes


Republik Indonesia, 2015.

N0.05, PERMENAKER. "Tentang sistem manajemen keselamatan dan kesehatan


kerja." Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi .Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigras. Tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja . Jakarta: Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi, 1996.

Suma’mur. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Sagong Seto,


2014.

Tarwaka. Keselamatan dan Kesehatan Kerja : Manajemen dan Implmentasi K3 di


Tempat Kerja. Surakata: Harapan Press, 2014.

Anda mungkin juga menyukai