Anda di halaman 1dari 36

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Kultur Sosial


1. Pengertian Kultur
Definisi kebudayaan seperti dikemukakan oleh Edward B. Taylor
(1897) adalah keseluruhan kompleks keseluruhan dari pengetahuan,
keyakinan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan semua kemampuan dan
kebiasaan yang lain yang diperoleh oleh seseorang sebagai anggota
masyarakat. (M. Munandar, 1998: 10). Atau secara sederhana bisa dikatakan
kebudayaan adalah segala sesuatu yang dipelajari dan dialami bersama
secara sosial oleh para anggota suatu masyarakat. (Horton dan
Hunt,1991:58).
Berdasarkan asal usul katanya kebudayaan berasal dari bahasa
Sansekerta buddhayah (bentuk jamak). Bentuk tunggal : buddhi (budi atau
akal). Jadi berdasarkan asal usul katanya kebudayaan diartikan dengan hal-
hal yang bersangkutan dengan budi atau akal. Dari bahasa Inggris culture
berasal dari bahasa Latin (colere) yang artinya mengolah atau mengerjakan,
yaitu mengolah tanah atau bertani. Jadi culture adalah segala daya dan
kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam. (Soekanto,
1990:188).
Selo Sumarjan & Sulaeman Sumardi memberikan pengertian
kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa, cipta dan karsa masyarakat.
Karya (material culture) menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan
atau kebudayaan jasmaniah yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai
alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat dipergunakan oleh
masyarakat.
Rasa meliputi jiwa manusia, mewujudkan segala kaidah dan nilai- nilai
sosial yang perlu untuk mengatur masalah- masalah kemasyarakatan dalam
arti luas. Di dalamnya termasuk misalnya agama, ideologi, kebatinan,
kesenian, dan semua unsur yang merupakan hasil ekspresi jiwa manusia
yang hidup sebagai anggota masyarakat. Cipta (immaterial culture)

9
10

merupakan kemampuan mental, kemampuan berpikir yang menghasilkan


filsafat serta ilmu pengetahuan. Karsa merupakan kecerdasan dlm
menggunakan karya, rasa dan cipta secara fungsional menghasilkan sesuatu
yang bermanfaat bagi manusia.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki
bersama oleh sekelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Budaya terbentuk dari banyak unsure yang rumit, termasuk sis tem agama
dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya
seni. Seseorang yang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang
berbeda budaya akan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, dan ini
membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. (Sulasman, dkk, 2013: 20)
Dari beberapa definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian bahwa
kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan
dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia,
sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Adapun perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh
manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda
yang bersifat nyata, misalntya pola perilaku, bahasa, peralata n hidup,
organisasi sosial, religi, seni, dan lain- lain, yang kesemuanya ditujukan
untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
a. Wujud Kebudayaan
Konsep kebudayaan dapat dilihat dari dua sisi. Pertama,
kebudayaan yang bersifat materialistis, yang mendefinisikan kebudayaan
sebagai suatu sistem hasil adaptasi di lingkungan alam atau sistem untuk
mempertahankan kehidupan masyarakat . kajian ini lebih menekankan
pada pandangan positivism atau metodologi ilmu pengetahuan alam.
Kedua, konsep kebudayaan yang bersifat idealistis, yang memandang
semua fenomena eksternal sebagai manifestasi suatu system internal.
Kajian ini lebih dipengaruhi oleh pendekatan fenomenologi. (Sulasman,
2013: 35)
11

Menurut JJ. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga


wujud, yakni gagasan, aktivitas dan artefak.

1) Gagasan (wujud ideal)


Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk
kumpulan ide, gagasan, nilai, norma, peraturan, dan sebagainya yang
sifatnya abstrak; tidak bisa dirabaatau disentuh. Wujud kebudayaan
ini terletakdalam kepala atau alam pikiran warga masyarakat. Jika
masyarakat tersebut menyatakan gagasannya dalam bentuk tulisan,
lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-
buku hasil karya para penulis warga tersebut.
Wujud ideal dapat pula disebut sebagai ideologi. Istilah ideologi
mengacu pada kawasan ideasional dalam suatu budaya. Dengan
demikian istilah ideologi meliputi nilai, norma, falsafah, dan
kepercayaan religiu, sentimen, kaidah etis, pengetahuan atau wawasan
tentang dunia, etos dan semacamnya.
2) Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai tindakan berpola
dari manusia dalam masyarakat itu. Sebagai perwujudan gagasan
dalam kebudayaan, aktivitas (perilaku) dibagi menjadi perilaku verbal
(lisan dan tulisan) dan nonverbal (artefak dan alam). Wujud perilaku
sering berbentuk sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri atas aktivitas
manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul
dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan
adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-
hari dan dapat diamati dan didokumentasikan.
3) Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari
aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat,
berupa benda atau hal- hal yang dapat diraba, dilihat, dan
didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud
kebudayaan.
Menurut Koentjaraningrat (1994:5) berpendapat bahwa
kebudayaan itu memiliki tiga wujud, yaitu:
a) Kompleks ide, gagasan, nilai, norma, peraturan, dan sebagainya;
b) Kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam
masyarakat;
c) Benda-benda hasil karya manusia.
12

Ketiga wujud kebudayaan pada kenyataannya tidak dapat


dipisahkan, sehingga sebagai kesatuan yang utuh. Kebudayaan itu
memberikan arah terhadap pikiran, tindakan dan hasil karya masyarakat.
Kebudayaan ideal bersifat abstrak dan merupakan kompleks ide, gagasan,
nilai, norma, peraturan, dan sebagainya yang berfungsi sebagai pengatur,
pengendali, serta pemberi arah pada kelakuan dan perbuatan manusia
dalam masyarakat. Wujud kebudayaan pertama ini sering disebut sebagai
sistem budaya.

Wujud kebudayaan sebagai sistem sosial bersifat konkret karena


terdiri atas aktivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan, serta
bergaul satu dan yang lainnya dengan mengikuti pola-pola tertentu.
Adapun wujud kebudayaan fisik merupakan seluruh total hasil fisik dari
aktivitas perbuatan dan karya semua manusia dalam masyarakat yang
bersifat palingh konkret. (Yusuf Zainal dan Beni Ahmad, 2014: 79).
Sementara itu menurut Cateora, berdasarkan wujudnya tersebut
budaya memiliki beberapa elemen atau komponen sebagai berikut.
(Yusuf Zainal dan Beni Ahmad, 2014: 79-80)
a) Kebudayaan materiel, mengacu pada ciptaan masyarakat yang konkret,
termasuk temuan yang dihasilkan dari penggalian arkeologi, misalnya
mangkuk tanah liat, perhiasan, senjata dan sebagainya.
b) Kebudayaan non materiel, yaitu ciptaan abstrak yang diwariskan dari
generasi ke generasi, misalnya: dongeng, mitos, cerita rakyat, lagu dan
tarian tradisional.
c) Lembaga sosial, yang mewadahi aktivitas kebudayaan semakin
mengukuhkan eksistensi wujuddan komponen kebudayaan yang riil
dan menyimbolkan kesatuan sosial, misalnya: lembaga kesenian
tradisional.
d) Sistem kepercayaan, merupakan bagian dari komponen kebudayaan,
sebagaimana keberagaman masyarakat. Dari sistem kepercayaan yang
berbeda lahirlah bentuk-bentuk seni yang luar biasa dari beragam
tempat ibadah seperti masjid, gereja, pura, wihara dan yang lainnya.
e) Estetika, berhubungan dengan seni dan kesenian, music, cerita,
dongeng, hikayat, drama, dan tari-tarian yang berlaku dan berkembang
dalam masyarakat.
13

f) Bahasa, merupakan alat pengantar dalam berkomunikasi. Tanpa


bahasa manusia mengalami kesulitan mengembangkan kebudayan.
b. Uns ur-unsur Kebudayaan
Beberapa ahli kebudayaan mengemukakan bahwa unsur-unsur
kebudayaan adalah sebagai berikut.
1) Menurut Koentjaraningrat, unsur-unsur kebudayaan adalah
a) Peralatan dan perlengkapan hidup manusia sehari-hari, misalnya
pakaian, perumahan, alat rumah tangga, senjata dan sebagainya;
b) Sistem mata pencaharian dan sistem ekonomi, misalnya,
pertanian, peternakan, dan sistem produksi;
c) Sistem kemasyarakatan, misalnya kekerabatan, perkawinan, dan
warisan;
d) Bahasa sebagai media komunikasi, bahasa lisan dan tulisan;
e) Ilmu pengetahuan dsan kesenaian, misalnya seni suara, seni rupa,
seni gerak dan sistem religi.
2) Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki empat
unsur pokok, yaitu:
a) Alat-alat teknologi;
b) Sistem ekonomi;
c) Sistem keluarga;
d) Sistem kekuasaan politik.
3) Bronislaw Malinowski mengemukakan ada empat unsur pokok yang
meliputi:
a) Sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antar
anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam
sekelilingnya;
b) Organisasi ekonomi;
c) Alat-alat dan lembaga atau petugas untuk pendidikan;
d) Organisasi kekuatan.
14

Unsur terpenting dalam kebudayaan adalah adanya sistem bahasa


dan komunikasi (Yusuf Zainal dan Beni Ahmad, 2014: 70).

c. Ciri-ciri Kebudayaan
Adapun ciri-ciri dari kebudayaan adalah :
1) Kebudayaan adalah produk manusia. Artinya keudayaan
adalah ciptaan manusia bukan ciptaan Tuhan atau dewa.
Manusia adalah pelaku sejarah dan kebudayaannya.
2) Kebudayaan selalu bersifat sosial. Artinya kebudayaan tidak
pernah dihasilkan secara individual, melainkan oleh manusia
secara bersama. Kebudayaan adalah suatu karya bersama
bukan karya perorangan.
3) Kebudayaan diteruskan lewat proses belajar. Artinya
kebudayaan itu diwariskan dari generasi yang satu kegenerasi
yang lainnya melalui suatu proses belajar. Kebudayaan
berkembang dari waktu ke waktu karena kemampuan belajar
manusia Tampak disini bahwa kebudayaan itu selalu bersifat
historis, artinya proses yang selalu berkembang.
4) Kebudayaan bersifat simbolik, sebab kebudayaan bersifat
ekspresi, ungkapan kehadiran manusia. Suatu ekspresi
manusia, kebudayaan ini tidak sama dengan manusia.
Kebudayaan disebut simbolik, sebab mengekspresikan
manusia dan segala upayanya untuk mewujudkan dirinya.
5) Kebudayaan adalah sistem pemenuhan berbagai kebutuhan
manusia. Tidak seperti hewan, manusia memenuhi segala
kebutuhannya dengan cara-cara yang beradab, atau dengan
cara-cara manusiawi.

Menurut Kerber dan Smith (imran Manan, 1989) menyebutkan ada


6 fungsi utama kebudayaan dalam kehidupan manusia yaitu :
15

1) Penerus keturunan dan pengasuh anak


2) Pengembangan kehidupan ekonomi
3) Transmisi budaya
4) Meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
5) Pengendalian sosial
6) Rekreasi

2. Pengertian Sosial
Manusia secara umum dikatakan sebagai makhluk sosial karena
manusia tak bisa hidup tanpa berhubungan dengan orang lain. Manusia tak
bisa hidup sendiri di dunia ini. Bahkan untuk urusan sekecil apapun, manusia
membutuhkan orang lain atau makhluk lain untuk membantunya. Jadi,
uraian singkat tersebut bisa menjawab pertanyaan terakhir kita bahwa
manusia sebagai makhluk sosial memang berhubungan dengan makhluk lain
dan lingkungan di sekitar mereka. Lebih jelasnya, berikut ini adalah
pengertian sosial menurut para ahli. (Dadang Supardan, 2008: 25)
a. Menurut Lewis, sosial adalah sesuatu yang dicapai, dihasilkan dan
ditetapkan dalam interaksi sehari- hari antara warga Negara dan
pemerintahannya.
b. Menurut Keith Jacobs, sosial adalah sesuatu yang dibangun dan terjadi
dalam sebuah situs komunitas.
c. Menurut Ruth Aylett, sosial adalah sesuatu yang dipahami sebagai sebuah
perbedaan namun tetap inheren dan terintegrasi.

Kesemua pengertian di atas bisa kita tarik kesimpulannya, sosial


adalah sifat dasar manusia yang membutuhkan kehadiran orang lain, meski
berbeda mereka tetap memiliki hubungan sebagai individu yang hidup
bersama. Manusia memang tak bisa dilepaskan dari manusia yang lain,
karena mereka memang diciptakan untuk saling bersama, hal tersebut sudah
menandakan bahwa manusia tak bisa hidup sendiri.

Dari pengertian sosial menurut para ahli di atas, kita bisa mengetahui
bahwa sosial diartikan sebagai sekumpulan, bukanlah pribadi sendiri. Sosial
16

itu berkenaan dengan masyarakat dan diperlukan adanya komunikasi antar


individu tersebut. Untuk itulah muncul kata-kata yang berhubungan dengan
sosial, seperti sosialis, sosialisasi, sosialisme, dan sosialistis. Kata-kata
tersebut tetap merujuk pada istilah sosial yang telah dibahas sebelumnya.

3. Pengertian Kultur sosial


Kultur sosial adalah iklim atau budaya yang lahir dari proses interaksi
seseorang dengan orang lain. Atau bergaulnya seseorang dengan orang lain,
dalam lingkup kecil maupun besar, dengan anggota keluarga, dengan teman
kerja, teman belajar, dengan sesama aktivis, maupun dalam lingkup lebih
luas yaitu masyarakat. Kultur sosial punya dampak pada tingkat kemampuan
orang untuk berinisiatif, karena manusia punya tabiat “saling terpengaruh
dan mempengaruhi”.
Pada umumnya anak-anak muda pecandu narkoba, memulai inisiatif
buruknya itu karena ajakan teman. Hal yang sama juga terjadi pada
kebiasaan merokok mereka. Mulanya diajak dan ikut-ikutan teman. Anak-
anak yang hidup nyaman dan serba berkecukupan sejak kecil, yang segala
keperluannya siap sedia, dan tidak dikenalkan Islam secara baik, umumnya
punya daya inisiatif beramal lebih kecil dari anak-anak yang lahir dalam
keadaan susah, harus membantu mencari nafkah, hidup serba kekurangan,
dan diajarkan norma- norma Islam. Karenanya, Rasulullah menasehati
umatnya agar sekali-kali latihan hidup susah, “Ikhsyausyinu, fainnanni‟mata
la tadumu.” Bersusah-susahlah, karena sesungguhnya nikmat Allah itu tidak
selamanya (bersama kita).
Setiap muslim harus pandai menyiasati kultur sosialnya. Kita mesti
tahu dengan siapa harus berteman. Tapi kita juga harus pandai menjaga
persaudaraan dengan orang-orang baik yang menjadi mitra sosial kita
sesama muslim. Dari sana konsep ukhuwah menjadi ladang penggalian
inisiatif yang tak pernah kering. Maka jangan heran, bila ada salafussalih
17

yang mengatakan, “ikhwani ahabbu ilaiyya min ahlii.” Maksudnya, ikhwah,


saudara-saudara seiman saya, kadang lebih aku cintai dari keluargaku
sendiri. Ia memberi alasan, “lianna ikhwan Yudzakkiruni bil akhirah, wa ahli
yudzakkiruni bid-dunya.” Sebab, menurutnya, “ikhwah saya mengingatkan
saya tentang akhirat, sedang keluarga saya mengingatkan saya tentang
dunia.” Teman adalah cermin dari wajah perilaku kita sendiri. Jangan sampai
kultur sosial itu merusak kemampuan inisiatif untuk beramal. Proses saling
mempengaruhi itu lambat atau cepat pasti terjadi. Tergantung siapa yang
lebih kuat. Rasulullah menegaskan, "Seseorang itu terga ntung bagaimana
agama temannya." (perpusline.blogspot.com/2010/01/pengertian-dan-
macam- macam-kultur.html)
Secara garis besar ada dua aspek utama berkaitan dengan kultur sosial
ini, yaitu aspek sosial dan aspek personal. Aspek sosial di sini adalah hal-hal
yang secara langsung berkaitan dengan kualitas hubungan dan interaksi
antara penduduk. Aspek kedua adalah aspek personal. Aspek ini berkaitan
langsung dengan karakter pribadi seseorang dalam hubungannya dengan
masyarakat (personal tidak sama dengan anti-sosial). Di sini, tradisi dan
kebiasaan-kebiasaan yang ada di masyarkat dengan segala unsur yang ada di
dalamnya mampu mempengaruhi pandangan hidup, karakter, cara berpikir
dan kepribadian seseorang dalam menghayati hidup. Ini semua bahkan
berhubungan langsung dengan pembentukan sifat dan sesuatu yang khas
dalam diri seseorang.
Kultur sosial memiliki dua aspek yang saling mempengaruhi dan
saling tergantung satu sama lain. Aspek sosial mempengaruhi aspek
personal, demikian pula aspek personal turut mempengaruhi aspek sosial.
Kebiasaan dan tradisi (kultur) yang berkembang dalam suatu masyarakat
tentu akan mempengaruhi pola berpikir dan cara seseorang menghayati
hidupnya. Dalam konteks masyarakat di perkampungan, hal ini terlihat
dalam bentuk kerja bakti dan „sambatan‟. Kerja bakti merupakan salah satu
18

bentuk dari kebiasaan warga untuk bekerja bersama demi kebaikan seluruh
warga. Tentu saja hal ini tidak hanya dibatasi dari sudut pandang kegiatan
yang dilakukan secara bergotong royong membersihkan selokan di desa
tersebut, tetapi juga berkaitan dengan kemauan para warga untuk
menyediakan segala yang diperlukan konsumsi atau makanan minuman yang
dibawa secara sukarela oleh para warga. Sedang sambatan tak lain adalah
kerelaan seseorang untuk membantu tetangga atau orang selingkungan
ketika memiliki kegiatan yang membutuhkan bantuan orang lain, seperti
pernikahan, mendirikan rumah, dan lain- lain (sociology-
amethyst.blogspot.com/2012/01/kultur-dankulturalisme.html).
Kultur–kultur yang direkomendasikan Depdiknas untuk dikembangkan
antara lain :
a. Kultur yang terkait prestasi/kualitas
1) semangat membaca dan mencari referensi
2) keterampilan siswa dalam mengkritisi data dan memecahkan
masalah hidup
3) kecerdasan emosional siswa
4) keterampilan komunikasi siswa, baik itu secara lisan
maupun tertulis
5) kemampuan siswa untuk berpikir obyektif dan sistematis.
b. Kultur yang terkait dengan kehidupan sosial.
1) Nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan
2) Nilai-nilai keterbukaan
3) Nilai-nilai kejujuran
4) Nilai-nilai semangat hidup
5) Nilai-nilai semangat belajar
6) Nilai-nilai menyadari diri sendiri dan keberadaan orang lain
7) Nilai-nilai untuk menghargai orang lain
8) Nilai-nilai persatuan dan kesatuan
19

9) Nilai-nilai untuk selalu bersikap dan berprasangka positif


10) Nilai-nilai disiplin diri
11) Nilai-nilai tanggung jawab
12) Nilai-nilai kebersamaan
13) Nilai-nilai saling percaya dan
14) Nilai-nilai yang lain sesuai kondisi sekolah ( Depdiknas,
2003: 25-26).

Kebehasilan pengembangan kultur sekolah dapat dilihat dari tanda-


tanda atau indicator sesuai fokus yang dikembangkan. Beberapa indicator
yang dapat dilihat antara lain: adanya rasa kebersamaan dan hubungan yang
sinergis diantara warga sekolah, berkurangnya pelanggaran disiplin, adanya
motivasi untuk berprestasi, adanya semangat dan kegairahan dalam
menjalankan tugas, dan sebagainya.
Maka pada dasarnya kultur sosial dapat meningkatkan kinerja disemua
kalangan yakni: guru, siswa, kepala sekolah, karyawan, dan sekolah
manakala kultur sekolah tersebut sehat, positif, solid, dan kuat. Dengan
kultur sekolah yang demikian suasana kekeluargaan, kebersamaan,
kolaborasi, semangat pantang menyerah, dorongan maju, kerja keras dapat
diciptakan tak terkecuali juga dalam meningkatkan kedisiplinan siswa.

B. Konsep Disiplin
1. Pengertian Disiplin
Disiplin berasal dari bahasa latin Discere yang berarti belajar. Dari
kata ini timbul kata Disciplina yang berarti pengajaran atau pelatihan.
Disiplin merupakan istilah yang sudah memasyarakat diberbagai instansi
pemerintah maupun swasta. Kita mengenal adanya disiplin kerja, disiplin
lalu lintas, disiplin belajar dan macam istilah disiplin yang lain. Disiplin
secara etimologi berasal dari bahasa latin “ disibel” yang berarti pengikut.
Seiring dengan perkembangan bahasa, kata tersebut mengalami perubahan
20

menjadi „disipline” yang artinya kepatuhan atau yang menyangkut tata


tertib. Berbeda dengan pendapat yang menyatakan bahwa disiplin berasal
dari bahasa latin“Disciplina” yang berarti latihan atau pendidikan
kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat. Jadi sifat disiplin
berkaitan dengan pengembangan sikap yang layak terhadap pekerjaan
(Wursanto, 1989: 108). Sekarang ini kata displin telah berkembang
mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan, sehingga banyak para ahli baik ahli
bahasa maupun sosial dan etika dan estetika memberikan definisi yang
berbeda-beda.
Priodarminto mendefinisikan bahwa disiplin adalah suatu kondisi yang
tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang
menunjukan nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban
(Priodarminto, 1994:3). Sedangkan menurut Rasdiansyah, disiplin
merupakan kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu yang
mengharuskan orang untuk tunduk pada keputusan, perintah, atau aturan
yang berlaku. Dengan kata lain disiplin adalah kepatuhan mentaati peraturan
dan ketentuan yang telah ditetapkan. (Rasdiyansyah, 1995:28).

Menurut Arikunto (1990), di dalam pembicaraan kedisiplinan dikenal


dua istilah yang pengertiannya hampir sama tetapi pembentukannya secara
berurutan Kedua istilah itu adalah disiplin dan ketertiban, ada juga yang
menggunakan istilah siasat dan ketertiban. Ketertiban menunjuk pada
kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan dan tata tertib karena
didorong oleh sesuatu dari luar misalnya karena ingin mendapat pujian dari
atasan. Selanjutnya pengertian disiplin atau siasat menunjuk pada kepatuhan
seseorang dalam mengikuti tata tertib karena didorong kesadaran yang ada
pada kata hatinya (Arikunto, 1990).
Disiplin menurut Hodges (Helmi, 1996) dapat diartikan sebagai sikap
seseorang atau sekelompok orang yang berniat untuk mengikuti aturan-
aturan yang telah ditetapkan. Dalam kaitannya dengan belajar, pengertian
disiplin belajar adalah suatu sikap dan tingkah laku yang menunjukkan
ketaatan siswa terhadap peraturan di sekolah.
21

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan memberikan definisi dan


kriteria disiplin sebagai berikut;
Disiplin adalah tingkat konsistensi dan konsekunsi seseorang
terhadap komitmen atau kesepatan bersama yang berhubungan dengan
tujuan yang akan dicapai. Disiplin pernting bagi perkembangan
kebutuhan-kebutuhan tertentu antara lain;
a. memberi rasa aman dan memberitahu apa yang boleh dan
apa yang tidak boleh dilakukan.
b. Sebagai pendorong ego yang mendorong anak mencapai
yang diharapkan darinya
c. anak belajar menafsirkan, bahwa pujian sebagai tanda
rasa kasih sayang dan penerimaan
d. memungkinkan hidup menurut standar yang disetujui
kelompok siswa
e. membantu anak mengembangkan hati nurani, suara hati,
memembimbing dalam mengambil keputusan dan
pengembangan tingkah laku. (Depdikbud, 1992:3)
Dari definisi ini, dapat dipahami bahwa disiplin dilihat tingkat
kontinuitas pelaksanaan dan kesediaan menerima dengan kesadaran diri
seseorang terhadap suatu kesepatan bersama yang berhubungan dengan
tujuan yang akan dicapai, yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan tertentu seperti rasa aman dan untuk memberitahukan kepada
siswa tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan dalam
keterikatannya nya dengan lembaga pendidikan serta untuk mendorong ego
anak untuk mencapai apa yang diharapkan darinya. Disip lin juga diarahkan
agar anak belajar untuk menafsirkan, bahwa pujian sebagai tanda rasa kasih
sayang dan penerimaan, dan belajar untuk dapat hidup menurut standar yang
disetujui kelompok siswa. Dan disipilin ditujukan untuk membantu anak
mengembangkan hati nurani, suara hati, memembimbing dalam mengambil
keputusan dan pengembangan tingkah laku.

Disiplin merupakan upaya untuk membuat orang berada pada jalur


sikap dan perilaku yang sudah ditetapkan pada individu oleh orang tua.
Pendidikan disiplin merupakan suatu proses bimbingan yang bertujuan untuk
22

menanamkan pola perilaku tertentu, kebiasaan-kebiasaan tertentu, atau


membentuk manusia dengan ciri-ciri tertentu, terutama untuk meningkatkan
kualitas mental dan moral (Sukadji, 2002).

Menurut Lembaga Ketahanan Nasional menyebutkan; “makna kata


disiplin dapat dipahami dalam kaitannya dengan „latihan yang memperkuat‟,
„koreksi dan sanksi‟, „kendali atau terciptanya ketertiban dan keteraturan‟,
dan„sistem aturan tata laku”. Disiplin dikaitkan dengan latihan yang
memperkuat, terutama ditekankan pada pikiran dan watak
untuk menghasilkaan kendali diri, dan kebiasaan untuk patuh. (Setyo
Susilowatin im, Pengaruh Disiplin Belajar, Lingkungan Keluarga Dan Lingkungan Sekolah
Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X Semester I Tahun Ajaran 2004/2005 Sma N 1
Gemolong Kabupaten Sragen Skripsi Semarang Fakultas Ilmu Sosial Jurusan Ekonomi
2005).

Definisi yang disebutkan oleh Lembaga Ketahanan Nasional menitik


beratkan pada fungsi keberadaan disiplin. Disiplin berarti suatu aturan yang
difungsikan sebagai latihan bagi anak untuk memperkuat kemampuannya
dalam mengaplikasikan pengetahuannya dalam kehidupan nyata khususnya
dalam kehidupan masyarakat sekolah. Disiplin diadakan untuk menjadi
koreksi atas apa yang telah menjadi prilaku bagi siswa sekaligus menjadi
sanksi atas kekeliruan atau kesalahan yang telah diperbuatnya. Demikian
pula disiplin memegang peranan sebagai kendali untuk terciptanya
ketertiban dan keteraturan. Bahkan disiplin merupakan suatu sistem aturan
tata laku yang saling berkaitan antara satu aturan dengan aturan yang lainnya
yang memiliki hubungan erat dengan pembelajaran etika dan moral anak.
Disiplin yang diterapkan dengan latihan yang difungsikan untuk
memperkuat, terutama ditekankan pada pikiran dan watak
untuk menghasilkaan kendali diri, dan kebiasaan untuk patuh. Disiplin dalam
kaitannya dengan koreksi, dilakukan mengingat orang cenderung berperilaku
sesuka hati. Begitu pula di lingkungan keluarga. Disiplin perlu diajarkan
kepada anak sejak kecil oleh orang tuanya. Anak yang dididik disiplin, perlu
mendapatkan perlakuan yang sesuai / sepatutnya bagi orang yang belajar.
23

Apabila anak telah mengetahui kegunaan dari disiplin, maka siswa sebagai
manifestasi dari tindakan disiplin akan timbul dari kesadarannya sendiri,
bukan merupakan suatu keterpaksaan atau paksaan dari orang lain. Sehingga
siswa akan berlaku tertib dan teratur dalam belajar baik di sekolah maupun
di rumah. Dan akan menghasilkan suatu sistem aturan tata laku. Dimana
siswa selalu terikat kepada berbagai peraturan yang mengatur hubungan
dengan lingkungan sekolahnya dan lingkungan keluarganya. Suatu hal yang
menjadi titik tolak dalam disiplin adalah sikap dan tindakan yang senantiasa
taat dan mau melaksanakan keteraturan dalam suatu peraturan atau tata tertib
yang ada.
Disiplin dalam penelitian ini adalah disiplin yang menjadi prilaku
siswa di madrasah dan di rumah mereka. Disadari atau tidak oleh siswa,
sekolah menjadi salah satu tempat pematangan bagi mereka
untuk belajar tentang banyak hal agar kelak menjadi orang yang eksis dan
sukses. Disiplin menjadi salah satu faktor yang dapat membantu seseorang
meraih sukses, tidak terkecuali disiplin pada siswa. Jadi, dapat diasumsikan
bahwa pengertian dari Disiplin adalah latihan atau pendidikan kesopanan
dan kerohanian serta pengembangan tabiat dan suatu sikap yang
digambarkan siswa dalam berprilaku yang sesuai dengan aturan dan norma
yang berlaku di suatu tempat tertentu, dengan melalui suatu kondisi yang
tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang
menunjukkan nilai- nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan
ketertiban.

2. Uns ur-unsur Disiplin


a. Mengikuti dan menaati peraturan, nilai dan hukum yang berlaku.
b. Pengikutan dan ketaatan tersebut terutama muncul karena adanya
kesadaran diri bahwa hal itu berguna bagi kebaikan dan keberhasilan
24

dirinya. Dapat juga muncul karena rasa takut, tekanan,paksaan dan


dorongan dari luar dirinya.
c. Sebagai alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina,
dan membentuk perilaku sesuai dengan nilai- nilai yang ditentukan
atau diajarkan.
d. Hukuman yang diberikan bagi yang melanggar ketentuan yang
berlaku, dalam rangka mendidik, melatih, mengendalikan dan
memperbaiki tingkah laku.
e. Peraturan-peraturaan yang berlaku sebagai pedoman dan ukuran
perilaku.
3. Macam – macam Disiplin
Adapun macam- macam disiplin dalam hal ini adalah sebagai berikut:
a. Disiplin dalam Menggunakan Waktu
Maksudnya bisa menggunakan dan membagi waktu dengan
baik. Karena waktu amat berharga dan salah satu kunci
kesuksesan adalah dengan bisa menggunakan waktu dengan baik
b. Disiplin dalam Beribadah
Maksudnya ialah senantiasa beribadah dengan peraturan-
peratuaran yang terdapat didalamnya. Kedisiplinan dalam
beribadah amat dibutuhkan, Allah SWT senantiasa menganjurkan
manusia untuk Disiplin, sebagai contoh firman Allah SWT.
c. Disiplin dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Kedisiplinan merupakan hal yang amat menentukan dalam
proses pencapaian tujuan pendidikan, sampai terjadi
erosi disiplin maka pencapaian tujuan pendidikan akan terhambat,
diantara faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah :
1) Faktor tuntutan materi lebih banyak sehingga bagaimana
pun jalannya, banyak ditempuh untuk menutupi tuntutan
hidup
25

2) Munculnya selera beberapa manusia yang ingin terlepas dari


ikatan dan aturan serta ingin sebebas-bebasnya
3) Pola dan sistem pendidikan yang sering berubah
4) Motivasi belajar para peserta didik dan para pendidik
menurun
5) Longgarnya peraturan yang ada

Pada dasarnya disiplin muncul dari kebiasaan hidup dan kehidupan


belajar dan mengajar yang teratur serta mencintai dan menghargai
pekerjaannya. Disiplin merupakan proses pendidikan dan pelatihan yang
memadai, untuk itu guru memerlukan pemahaman tentang landasan Ilmu
kependidikan akan keguruan sebab saat ini banyak terjadi erosi sopan santun
dan erosi disiplin.
Macam- macam bentuk disiplin selain seperti yang disebutkan diatas,
disiplin juga terbagi menjadi:

a. Disiplin Diri Pribadi


Apabila dianalisi maka disiplin mengandung beberapa unsur
yaitu adanya sesuatu yang harus ditaati atau ditinggalkan dan
adanya proses sikap seseorang terhadap hal tersebut. Disiplin diri
merupakan kunci bagi kedisiplinan pada lingkungan yang lebih
luas lagi. Contoh disiplin diri pribadi yaitu tidak pernah
meninggalkan Ibadan lepada Tuhan Yang Maha Kuasa
b. Disiplin Sosial
Pada hakekatnya disiplin sosial adalah Disiplin dari dalam
kaitannya dengan masyarakat atau dalam hubunganya dengan.
Contoh prilaku disiplin social hádala melaksanakan siskaling kerja
bakti. Senantiasa menjaga nama baik masyarakat dan
sebagaiannya.
c. Disiplin Nasional
26

Berdasarkan hasil perumusan lembaga pertahanan nasional,


yang diuraikan dalam disiplin nasional untuk mendukung
pembangunan nasional. Disiplin nasional diartikan sebagai status
mental bangsa yang tercemin dalam perbuatan berupa keputusan
dan ketaatan. Baik secara sadar maupun melalui pembinaan
terhadap norma- norma kehidupan yang berlaku.
(http://blogfikriuu.blogspot.com/2013/09/artimanfaatdan-contoh-
prilaku-disiplin.html).

4. Aspek Kedisiplinan
Disiplin mempunyai 3 (tiga) aspek, yaitu:
a. Sikap mental, yang merupakan sikap taat dan tertib, sebagai
proses atau pengembangan dari belajar/latihan yang berupa
pengendalian pikiran, dan pengendalian watak.
b. Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan, perilaku, norma,
kriteria, dan standar, yang sedemikian rupa sehingga pemahaman
tersebut menumbuhkan pengertian yang dalam atau kesadaran
bahwa ketaatan akan aturan, norma kriteria dan standar tadi
merupakan syarat untuk mencapai keberhasilan.
c. Perilaku wajar (tanpa tekanan) yang menunjukkan kesungguhan
hati untuk mentaati segala hal dengan cermat dan tertib.
Disiplin akan tumbuh dan dapat dibina melalui latihan, pendidikan
atau penanaman kebiasaan dengan keteladanan-keteladanan tertentu, yang
harus dimulai sejak dini dalam lingkungan keluarga, dimulai pada masa
kanak-kanak dan terus tumbuh berkembang sehingga perilaku disiplin
tersebut mengakar semakin kuat.

5. Menegakkan Kedisiplinan
27

Dalam menegakan disiplin, maka perlu mempertimba ngkan dan


memanfaatkan empat unsur sebagaimana yang diutarakan oleh Hurlock,
disiplin memiliki empat unsur pokok yaitu:
a. Peraturan sebagai pedoman perilaku
b. Hukuman untuk pelanggaran peraturan
c. Penghargaan untuk perilaku yang baik yang sejalan dengan
peraturan yang berlaku dan
d. Konsistensi dalam peraturan.
Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk tingkah laku yang dapat
ditetapkan orang lain, guru, atau teman bermain dengan tujuan agar siswa
terbekali dengan prilaku yang disetujui atau diterima dalam situasi tertentu
di madrasah atau di rumah. Peraturan memiliki nilai pendidikan sebab
peraturan memperpenalkan kepada anak akan perilaku yang disetujui
anggota kelompok.anak akan belajar dari peraturan tentang memberi dan
mendapatkan bantuan dalam tugas sekolahnya, bahwa menyerahkan tugas
yang dibuat sendiri merupakan satu-satunya metode yang dapat diterima di
sekolah untuk menilai prestasinya. Fungsi peraturan yang lainnya adalah
membantu menekan perilaku yang tidak diinginkan, dalam hal ini harus
dapat meningkatkan disiplin belajar mematuhi apa yang menjadi tata tertib
di madrasah/sekolah. Pembudayaan disiplin tidak cukup hanya melalui
peraturan tata tertib yang dirumuskan secara lisan atau tertulis aja.
Keteladanan, dorongan serta bimbingan dalam bentuk-bentuk kongkrit
sangat diperlukan bahkan keikutsertaan semua warga sekolah secara
langsung akan labih tepat dan berhasil.

Hukuman berfungsi untuk menghalangi pengulangan tindakan yang


tidak diinginkan, mendidik siswa untuk mengenal suatu tindakan yang benar
dan yang salah, tindakan yang salah berarti mendapat hukuman dan sesuatu
yang benar tidak mendapat hukuman. Untuk kriteria hukuman yang benar
Hurlock menyatakan sebagai berikut:
28

Untuk menegakan disiplin, hukuman harus memenuhi suatu


persyaratan yang baik, yaitu;
1) Hukuman harus disesuaikan dengan pelanggaran, dan harus
mengikuti pelanggaran sedini mungkin sehingga anak-anak akan
mengasosiasikan keduanya
2) Hukuman yang diberikan harus konsisten sehingga anak akan
mengetahui kapan saja suatu peraturan itu dilanggar, hukuman
tidak dapat dihindari
3) Hukuman harus konstruktif sehingga memberi motivasi untuk
yang disetujui secara sosial di masa yang akan datang
4) Sifatnya harus impersonal sehingga anak tidak
menginterpretasikannya sebagai kejahatan si pemberi hukuman
5) Hukuman tidak boleh membuat anak merasa terhina atau
menimbulkan rasa permusuhan
6) Hukuman mengarah kepada pembentukan hati nurani untuk
menjamin pengendalian perilaku dari dalam di masa mendatang
(Hurlock, 1992:84)

Penghargaan yang dimaksud adalah segala macam bentuk yang bukan


hanya bersifat materi, tapi dapat berupa pujian, senyuman, isyarat bahkan
sentuhan. Penghargaan ini ditujukan agar dimana ketika siswa merasa
dihargai maka apa yang ia lakukan merupakan sesuatu yang baik yang akan
ia ulangi dalam kesempatan lain sehingga ini menjadi habit baginya. Selain
itu ditujukan pula untuk memotivasi siswa agar mengulangi lagi perilaku
yang telah disetujui dan hargai tersebut secara sosial, untuk memperkuat
prilaku prilaku tersebut sebagai sesuatu yang benar dan pantas untuk
dilakukan.
Dan konsistensi merupakan keseragaman dan stabilitas displin dengan
semua aspek disiplin. Perlakuan dan pemberlakuan peraturan, hukuman dan
penghargaan kepada semua siswa tanpa kecuali. Sehingga terlihat keadilan
dalam disiplin terlihat jelas di mata siswa.
Disiplin dapat di lakukan dirumah, sekolah dan masyarakat. Adapun
contoh-contoh perilaku disiplin tersebut antara lain :

a. Perilaku Disiplin di Rumah


29

1) membersihkan tempat tidur


2) membantu orang tua
3) berangkat sekolah tepat waktu
4) tidur tepat waktu
5) belajar setiap hari
b. Perilaku Disiplin di Sekolah
1) tidak terlambat masuk sekolah
2) bila keluar kelas minta izin
3) melaksanakan tugas piket
4) membuang sampah pada tembatnya
5) tidak boleh berbuat gaduh di kelas
c. Perilaku Disiplin di Masyarakat
1) membuang sampah pada tempat nya
2) berjalan di sebelah kiri
3) mematuhi rambulalu lintas, disiplin di masyarakat berbentuk
norma sopan santun serta baik dan buruk menurut kebiasaan
masyarakat.

6. Tujuan Disiplin
Di dalam kelas, jika seorang guru tidak mampu menerapkan disiplin
dengan baik maka siswa mungkin menjadi kurang termotivasi dan
memperoleh penekanan tertentu, dan suasana belajar menjadi kurang
kondusif untuk mencapai prestasi belajar siswa. Sebutan orang yang
memiliki disiplin biasanya tertuju kepada orang yang selalu hadir tepat
waktu, taat terhadap aturan, berperilaku sesuai dengan norma-norma yang
berlaku, dan sejenisnya. Sebaliknya, sebutan orang yang kurang disiplin
biasanya ditujukan kepada orang yang kurang atau tidak dapat menaati
peraturan dan ketentuan berlaku, baik yang bersumber dari masyarakat,
30

pemerintah atau peraturan yang ditetapkan oleh suatu lembaga tertentu,


misalnya sekolah.
Maman Rachman mengemukakan, tujuan disiplin sekolah adalah :
a. memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak
menyimpang
b. mendorong siswa melakukan yang baik dan benar
c. membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan
tuntutan lingkungannya dan menjauhi melakukan hal- hal yang
dilarang oleh sekolah, dan
d. siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan
bermanfaat baginya serta lingkungannya
(krblanglangbuana.wordpress.com).

7. Manfaat Kedisplinan
a. Menumbuhkan kepekaan
Dengan bersikap disiplin, Siswa akan tumbuh menjadi pribadi
yang peka/berperasaan halus dan percaya pada orang lain. Sikap ini
memudahkan dirinya mengungkapkan perasaannya kepada orang lain,
termasuk orang tuanya. Jadinya, anak akan mudah menyelami
perasaan orang lain juga.
b. Menumbuhkan kepedulian
Anak jadi peduli pada kebutuhan dan kepentingan orang
lain.Disiplin membuat anak memiliki integritas, selain dapat memikul
tanggung jawab, mampu memecahkan masalah dengan baik ,cepat dan
mudah.
c. Mengajarkan keteraturan
Anak jadi mempunyai pola hidup yang teratur dan mampu
mengelola waktunya dengan baik
d. Menumbuhkan percaya diri
Sikap ini tumbuh berkembang pada saat siswa diberi kepercayaan
untuk melakukan sesuatu pekerjaan yang mampu ia kerjakan dengan
sendiri.
31

e. Menumbuhkan kemandirian
Dengan kemandirian siswa dapat diandalkan untuk bisa memenuhi
kebutuhan sendiri. Siswa juga dapat mengeksplorasi lingkungan
dengan baik. Disiplin merupakan bimbingan yang tepat pada anak
untuk sanggup menentukan pilihan yang bijak.
f. Menumbuhkan keakraban
Siswa akan menjadi cepat akrab dan ramah terhadap orang lain
karena kemampuannya beradaptasi lebih terasah.
g. Menumbuhkan kepatuhan
Hasilnya siswa akan menuruti aturan yang ditetapkan orang
tua/sekolah atas kemauan sendiri.
h. Membantu anak yang “sulit”
Kadang-kadang kita lupa pada anak yang berkebutuhan khusus
yang memerlukan penangan khusus, melalui disiplin yang menekankan
keteraturan anak berkebutuhan khusus bisa hidup lebih baik.

C. Pengaruh Kultur Sosial Terhadap Disiplin Sis wa

Sebelumnya peneliti akan membatasi terlebih dahulu mengenai Kultur sosial


itu sendiri supaya mudah dipahami dan dimengerti. Kultur sosial dalam
penelitian ini adalah bagaimana keadaan lingkungan sosial disekitar kita baik
keluarga, sekolah dan masyarakat. Keadaan lingkungan sekitar yang baik dan
kondusif akan sangat berpengaruh dalam membentuk karakter siswa/anak yang
disiplin dalam pembelajaran IPS.
Kedisiplinan merupakan karakter yang harus dibentuk oleh siswa dengan
melalui proses pendidikan yang dijalani. Bahkan disiplin ini merupakan salah
satu dari 18 karakter yang diembankan oleh kurikulum kepada lembaga
madrasah.
Sebagaimana di tulis oleh (Prof. Dr. Said Hamid Hasan, dkk) dalam bentuk
tabel berikut;
32

Tabel 1.1. Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Budaya


dan Karakter Bangsa

NILAI DESKRIPSI

1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan


ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap
pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan
pemeluk agama lain.

2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya


sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam
perkataan, tindakan, dan pekerjaan

3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,


suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang
berbeda dari dirinya

4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh


pada berbagai ketentuan dan peraturan.

5. Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh


dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas,
serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya

6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara


atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada


orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8. Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama


hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

9. Rasa Ingin Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk


Tahu mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang
dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

10. Semangat Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang


Kebangsaan menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan diri dan kelompoknya.
33

NILAI DESKRIPSI

11. Cinta Tanah Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan
Air kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi
terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,

ekonomi, dan politik bangsa.

12. Menghargai Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk


Prestasi menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan
mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

13. Bersahabat/ Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara,


bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
Komuniktif

14. Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang
lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

15. Gemar Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai


Membaca bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya

16. Peduli Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah


Lingkungan kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi.

17. Peduli Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan
Sosial pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan

18. Tanggung- Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas


jawab dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap
diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan
budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa

Sumber ; Pengembangan Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa (Kementrian


Pendidikan Nasional Badan Penelit ian Dan Pengembangan Pusat Kuriku lu m-Tahun 2010.

Berbicara disiplin siswa, kita tidak terlepas dari persoalan prilaku negatif
pada diri siswa, yang akhir-akhir ini semakin memprihatinkan. Berbagai tindak
negatif dilakukan para pelajar di sekolah dari nyontek, bolos, memeras, sampai
pelanggaran diluar madrasah/sekolah seperti membuat geng, berkelahi
(tawuran) penyalahgunaan narkoba, sex bebas, mencuri sampai pada
34

pelanggaran-pelanggaran yang lebih membahayakan / merugikan diri sendiri dan


orang lain. Perilaku siswa terbentuk dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara
lain faktor lingkungan masyarakat, lingkungan keluarga dan lingkungan
madrasah/sekolah. Tidak dapat dipungkiri bahwa madrasah/sekolah merupakan
salah satu faktor dominan dalam membentuk dan mempengaruhi perilaku siswa.
Di sekolah seorang siswa berinteraksi dengan teman, masyarakat serta guru yang
mendidik dan mengajarnya. Sikap, teladan, perbuatan dan perkataan
para guru yang dilihat dan didengar serta dianggap baik oleh siswa dapat
meresap masuk begitu dalam ke hati sanubarinya dan dampaknya dapat melebihi
pengaruh dari orang tuanya di rumah. Sikap dan perilaku yang ditampilkan guru
tersebut pada dasarnya merupakan bagian dari upaya pendisiplinan siswa di
sekolah. Artinya guru menjadi salah satu pengaruh yang sangat penting dalam
membentuk karakter siswa yang disiplin. Semua bentuk ketidak disiplinan siswa
di sekolah tentunya memerlukan upaya penanggulangan dan pencegahan.
Usaha yang dapat dilakukan oleh madrasah/sekolah dalam rangka
penanaman disiplin terhadap siswa dengan mengkondisikan lingkungan
madrasah sedemikian rupa sehingga menjadi kondusif dalam pembentukan
disiplin bagi siswa. Terutama yang harus dikondisikan adalah prilaku dan sikap
yang dicerminkan oleh guru, sehingga guru menjadi contoh dalam berdisiplin.
Siswa tidak akan memiliki disiplin manakala melihat gurunya sendiri juga tidak
disiplin. Guru harus menghindari ketidak sesuaian aturan dan tata tertib yang
berlaku. Aturan yang bersifat kurikuler misalnya agenda yang telah dibuat dan
direncanakan haruslah sesuai dengan jadual yang ditetapkan baik alokasi
waktunya maupun dalam proporsinya. Misalnya ulangan harian yang telah
dijadualkan, pokok bahasan yang telah dialokasikan waktu dan jumlah
pertemuannya, hingga pada ketuntasan materi yang yang menjadi beban belajar
siswa dalam setiap semesternya. Demikian pula jam masuk dan pulang serta
keberadaan guru dalam ruangan. Pakaian dan penampilan guru pun haruslah
mencerminkan kedisiplinan guru yang seyogyanya dapat ditiru oleh
35

siswa. Memberlakukan peraturan tata tertib yang jelas dan tegas merupakan
faktor yang penting dalam pembentukan disiplin siswa. Tata tertib ini harus
disosialisasikan kepada siswa dan hendanya adanya komitmen siswa dan orang
tua siswa untuk mematuhinya, sehingga dalam penerapannya siswa telah
memahami dan orang tua pun dapat memakluminya. Tata tertib yang dibuat
hendaknya mudah diikuti dan mampu menciptakan suasana kondusif untuk
belajar baik yang klasikal dan terprogram maupun non klasikal dan dan bersifat
pembiasaan. Kedisiplinan yang diterapkan hendaknya disosialisasikansecara
konsisten oleh para guru kepada siswa dengan memberi pemahaman tentang
pentingnya disiplin dalam belajar untuk dapat mencapai hasil optimal, melalui
pembinaan dan yang lebih penting lagi melalui keteladanan.

Pembudayaan disiplin siswa menjadi bernilai bagi masyarakat, sekolah dan


keluarga. apabila dilihat dari sejauh mana budaya (kultural) tersebut dapat
mendorong transformasi suatu bangsa kearah yang lebih baik. Maksudnya adalah
kedisiplinan ini dapat dijadikan budaya yang mengakar pada masyarakat,
keluarga dan sekolah. Siswa akan mengadopsi pengetahuan-pengetahuan yang ia
dapatkan disekolah, keluarga dan masyarakat. Maka dibutuhkan peran yang
sinergi antara masyarakat, sekolah dan keluarga dalam menciptakan kedisiplinan.

D. Tinjaun Tentang Pembelajaran IPS


Kita tidak dapat membayangkan, bagaimana kehidupan manusia jika
tidak berada dalam masyarakat (sosial). Sebab semua individu- individu tidak
dapat hidup dalam keterpencilan selam- lamanya. Manusia membutuhkan satu
sama lain untuk bertahan hidup dan hidup sebagai manusia.
Kesalingtergantungan ini menghasilkan bentuk kerjasama tertentu yang
bersifat ajeg dan menghasilkan bentuk masyarakat tertentu, sebuah
keniscayaan. Dengan demikian, manusia adalah makhluk sosial.
Pendidikan sebagai pemberdayaan adalah usaha untuk membantu
membangun power-with, kekuatan bersama, solidaritas atas dasar komitmen
36

pada tujuan dan pengertian yang sama, untuk memecahkan permasalahan


yang dihadapi guna menciptakan kesejahteraan bersama. Dengan kata lain,
pendidikan juga membangun komunitas, memperkuat hubungan antar
manusia (Tonny, 2004: 18).
a) Hakikat Pendikan IPS

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 menjelaskan bahwa


pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secra aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia , serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara
(Maryani, 2011: 5).
Istilah IPS di Indonesia mulai dikenal sejak tahun 1970-an sebagai hasil
kesepakatan komunitas akademik dan secara formal mulai digunakan dalam
sitem pendidikan nasional dalam kurikulum 1975. Dalam dokumen kurikulum
tersebut IPS merupakan salah nama mata pelajaran yang diberikan pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah.mata pelajaran IPS marupakan
sebuah nama mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran sejarah, geografi,
dan ekonomi serta mata pelajaran ilmu social lainnya (Sapriya, 2009: 7).
IPS merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang tanggungjawab
utamanya adalah membantu peserta didik dalam pengembangan pengetahuan,
keterampilan, dan nilai yang diperlukan untuk berpartisipasi dalam kehidupan
masyarakat baik di tingkat local, ansional maupun local global. Hal ini sejalan
dengan tujuan kurikulum IPS tahun 2004 yaitu mengkaji seperangkat fakta,
peristiwa konsep, dan generalisasi, yang berkaitan dengan perilaku manusia
untuk membangun dirinya, masyarakat, bangsa dan lingkungannya
berdasarkan pada pengembangan masa lalu yang dapat dimaknai untuk masa
37

kini dan diantisipasi untuk menghadapi masa yang akan datang (Maryani,
2011: 6).
Menurut Somantri (2001: 92) pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau
adapatasi dari disiplin ilmu- ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar
manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis
untuk tujuan pendidikan.

IPS atau Sosial Studies salah satu mata pelajaran di persekolahan. IPS
mempunyai tugas mulia dan menjadi fondasi penting bagi pengembangan
kecerdasan personal, social, emosional, dan intelektual. Melalui pembelajran
IPS peserda didik diharapkan mampu berfikir kritis, kreatif dan inovatif.
Sikap dan perilaku menunjukan disiplin dan tanggungjawab selaku
individual, warga masyarakat, warga Negara dan warga dunia. Mampu
berkomunikasi, bekerjasama, memiliki sikap toleran, empati dan berwawasan
multikultural dengan tetap berbasis keunggulan lokal. Memiliki keterampilan
holistik, integratif dan transdisipliner dalam memecahkan masalah- masalah
sosial. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program
pembelajaran IPS di sekolah diorganisasikan dan dibelajarkan dengan penuh
makna (Maryani, 2011: 2).

b) Pengertian dan Tujuan IPS

Social Studies merupakan kajian integrasi dari ilmu sosial dan humanities
(antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, politik, filsafat,
psikologi, agama dan sosiologi) untuk memperkenalkan kompetensi warga
masyarakat. Melalui program sosial, social studies, menjadi kordinasi dan
sintesis ilmu- ilmu sosial dengan tujuan utama menolong generasi muda untuk
mengembangkan kemampuan dalam mengambil keputusan secara rasional,
sehingga menjadi warga Negara yang baik, dapat hidup dalam keberagaman
38

budaya, masyarakat yang demokratis dan dunia serba ketergantungan


(Maryani, 2011: 10).

Maryani (2011: 14) Merumuskan ruang lingkup mata pelajaran IPS


meliputi aspek-aspek (1) manusia, tempat, dan lingkungan; (2) waktu,
keberlanjutan, dan perubahan; (3) system sosial dan budaya; (4) perilaku
ekonomi dan kesejahteraan. Katakteristik mata pelajaran IPS SMP/MTs
antara lain sebagai berikut:

1) Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur- unsur geografi,


sejarah, ekonomi, hukum, politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan
juga bidang humaniora, pendidikan dan agama (Soemantri, 2001).
2) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal struktur keilmuan
geografi, sejarah, ekonomi dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa
sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu.
3) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut
berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan
interdisipliner dan multidesipliner.

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa


dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat,
kewilayahan, adapatasi dan pengolaan lingkungan, struktur, proses dan
masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti
pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan, dan jaminan keamanan
(Daldjoeni, 1981).

E. Bukti Penelitian yang Relevan

Setelah peneliti menelusuri penelitian-penelitian yang dilakukan oleh


orang lain atau sebuah lembaga dalam masalah yang sama, atau memiliki
kemiripan baik yang berkenaan dengan “Pengaruh Kultur Sosial Terhadap
Disiplin Siswa Dalam Pembelajaran Ips Di Smp Negeri 2 Arjawinangun –
Kabupaten Cirebon” ditemukan beberapa hasil penelitian sebagai berikut:
39

1. PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN DISIPLIN SEKOLAH


TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA RUMPUN BANGUNAN SMK
PANCASILA I WONOGIRI TAHUN AJARAN 2002/2003. Penelitian
terdahulu disampaikan oleh oleh Triyanto, Fakulas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dari penelitian ini dapat
disimpulkan sebagai berikut : (1) Ada pengaruh yang positif antara motivasi
belajar terhadap prestasi belajar siswa rumpun bangunan smk pancasila I
wonogiri tahun ajaran 2002/2003. (2) Ada pengaruh yang positif antara
Disiplin Sekolah Terhadap Prestasi Belajar Siswa Rumpun Bangunan SMK
Pancasila I Wonogiri Tahun Ajaran 2002/2003. (3) Ada pengaruh yang positif
antara motivasi belajar dan disiplin sekolah terhadap prestasi belajar siswa
rumpun bangunan smk pancasila wonogiri tahun ajaran 2002/2003.
Keunggulan yang menjadi tolak ukur dengan penelitian ini, adalah belum ada
penjelasan secara spesifik mengenai kulur sosial. Maka peneliti berinisiatif
melengkapinya.
2. PENGARUH KULTUR SOSIAL TERHADAP KREATIVITAS SISWA
KELAS VII DI SMP NEGERI 18 KOTA CIREBON. Penelitian terdahulu
disampaikan oleh Ahmad Zaki Mubarok, Mahasiswa IAIN Syekh Nurjati
Cirebon. Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian dapat
diperoleh simpulan sebagai berikut: 1). Kultur sosial siswa di SMP Negeri 18
Kota Cirebon berdasarkan hasil angket tergolong pada kategori Baik, hal ini
dapat dilihat dari pergaulan dan perilaku kehidupan sehari-hari dari siswa-
siswanya baik di lingkungan keluarga, masyarakat maupun di sekolah. 2).
Kreativitas siswa di SMP Negeri 18 Kota Cirebon berdasarkan hasil angket
tergolong kategori Sedang, hal ini dapat dilihat dari kehidupan sehari-hari
siswa-siswanya dalam proses KBM di kelas. 3) Pengaruh kultur sosial
terhadap kreativitas siswa di SMP Negeri 18 Kota Cirebon mencapai angka
korelasi sebesar 0,568. Angka tersebut berada pada kisaran 0,40 – 0,599
sehingga dapat ditafsirkan bahwa pengaruh kultur sosial terhadap kreativitas
40

siswa termasuk pada kategori korelasi sedang. Dari angka tersebut dapat
ditafsirkan bahwa pengaruh kultur sosial terhadap kreativitas siswa hanya
32,2%, artinya faktor yang mempengaruhi kreativitas siswa sebagian besar
ditentukan oleh faktor luar yaitu sebesar 67,8%, baik faktor intern siswa
maupun faktor ekstern siswa. Perbedaan serta kelebihan dengan penelitian ini
terletak pada hasil analisis deskriptif yang tidak dijelaska n secara eksplisit.
Hanya berdasarkan analisis kuantitatif saja.

3. PENGARUH KEDISIPLINAN BELAJAR SEKOLAH TERHADAP


PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA
PELAJARAN EKONOMI KELAS X DI SMK SULTAN AGUNG
KABUPATEN CIREBON. Penelitian terdahulu disampaikan oleh ELIN
Asliyanti, Mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Dari penelitian ini dapat
disimpulkan sebagai berikut : Penerapan tata tertib sekolah SMK Sultan
Agung Kabupaten Cirebon Guru menerapkan hukuman terhadap siswa,
namun pada kenyataannya pelanggaran terhadap tata tertib sekolah masih saja
sering terjadi. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan
uji statistik meliputi uji deskripsi, uji validitas, uji realibilitas, uji persentase,
uji normalitas, uji homogenitas, uji t (hipotesis) dan uji regresi. Hasil
penelitian bahwa disiplin belajar sebesar 54.0% kriteria Cukup terletak pada
rentang 40% - 54%, prestasi belajar pada mata pelajaran ekonomi Kelas X di
SMK Sultan Agung Kabupaten Cirebon adalah sebesar 71.17 dengan kriteria
Baik terletak pada rentang 55% - 74% dan pengaruh sebesar 0,855 dengan
kriteria Tinggi terletak pada rentang 0,70-0,90 dan Sig. 0,000 < 0,05 dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya
terdapat pengaruh disiplin belajar terhadap prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran ekonomi kelas X di SMK Sultan Agung Kabupaten Cirebon.
Kelebihan hasil penelitian ini dengan penelitian yang peneliti ambil, adalah
41

belum ada penjelasan secara spesifik mengenai kulur sosial. Maka peneliti
berinisiatif melengkapinya.

F. Kerangka Pikir

Sekolah dituntut untuk dapat menjalankan tugasnya dengan efektif dan


efisien sehingga mampu memberikan kontribusinya terhadap pembentukan
kepribadian siswa yang disiplin. Kultur sosial (sekolah) menjadi pengaruh besar
dalam mewujudkan tujuan tersebut. Kultur sosial sekolah yang baik akan
berpengaruh pada sikap dan kepribadian siswa.
Menurut Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Umum. 2002: Kultur
dapat diartikan sebagai kualitas internal- latar, lingkungan, suasana, rasa, sifat dan
iklim yang dirasakan oleh seluruh orang. Kultur sekolah merupakan kultur
organisasi dalam konteks persekolahan, sehingga kultur sekolah kurang lebih
sama dengan kultur orgaisasi pendidikan. Kultur sekolah dapat diartikan sebagai
kualitas kehidupan sebuah sekolah yang tumbuh dan berkembang berdasarkan
spirit dan nilai- nilai sebuah sekolah. Biasanya kultur sekolah ditampilkan dalam
bentuk bagaimana kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan lainnya bekerja,
belajar dan berhubungan satu sama lainnya sehingga menjadi tradisi sekolah.
Deal dan Kennedy (Depdiknas, 2003: 3) mendefinisikan kultur sekolah
sebagai keyakinan dan nilai- nilai milik bersama yang menjadi pengikat kuat
kebersamaan mereka sebagai warga masyarakat (sekolah). Sedangkan menurut
Schein (Depdiknas, 2003: 3), kultur sekolah adalah suatu pola asumsi dasar hasil
invensi, penemuan atau pengembangan oleh suatu kelompok tertentu saat ia
belajar mengatasi masalah-masalah yang telah berhasil baik serta dianggap valid,
dan akhirnya diajarkan ke warga baru sebagai cara-cara yang benar dalam
memandang, memikirkan dan merasakan masalah-masalah tersebut.
Lembaga sekolah sebagai pihak internal seharusnya membangun kultur
sekolah berdasarkan pemikiran-pemikiran lembaga yang ditunjang oleh gaya
kepemimpinan kepala sekolah, perilaku guru dan siswa serta pegawai dalam
memberikan layanan kepada para siswa, orang tua, dan lingkungannya sebagai
pihak eksternal. Kultur positif sekolah seharusnya menjadi kekuatan utama dalam
42

mengarahkan seluruh warga sekolah menuju perubahan-perubahan positif. Pada


umumnya setiap sekolah telah memiliki kulturnya sendiri namun sekolah yang
berhasil adalah sekolah yang memiliki kultur positif yang sejalan dengan visi dan
misi sekolah.
Idealnya, setiap sekolah tentu memiliki spirit atau nilai- nilai tertentu,
misalnya spirit dan nilai- nilai sikap disiplin diri, tanggung jawab, kebersamaan,
maupun keterbukaan. Spirit dan nilai- nilai tersebut akan mewarnai pembuatan
struktur organisasi sekolah, penyusunan deskripsi tugas, sistem dan prosedur kerja
sekolah, kebijakan dann aturan-aturan sekolah, dan tata tertib sekolah, hubungan
vertikal maupun horizontal antar warga sekolah, acara-acara ritual. Kondisi
tersebut akan membentuk kualitas kehidupan fisiologis maupun psikologis
sekolah dan lebih lanjut akan membentuk perilaku, baik perilaku sekolah perilaku
kelompok, maupun perilaku perorangan warga sekolah.
Sikap disiplin menjadi salah satu output yang dihasilkan oleh kultur sosial
sekolah yang baik. Menurut Prijodarminto 1994: kedisiplinan merupakan suatu
kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang
menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau
ketertiban. Karena sudah menyatu dengannya, maka sikap atau perbuatan yang
dilakukan bukan lagi atau sama sekali tidak dirasakan sebagai beban, bahkan
sebaliknya akan membebani dirinya bilamana ia tidak berbuat sebagaimana
lazimnya.
Pada hakekatnya, disiplin merupakan hal yang dapat dilatih. pelatihan
disiplin diharapkan dapat menumbuhkan kendali diri, karakter atau keteraturan,
dan efisiensi. Jadi secara singkat dapat disimpulkan bahwa disiplin berhubungan
dengan pengendalian diri supaya dapat menbedakan mana hal yang benar dan
mana hal yang salah sehingga dalam jangka panjang diharapkan bisa
menumbuhkan perilaku yang bertanggung jawab.
Yahya (1992) berpendapat, tujuan kedisiplinan adalah perkembangan dari
pengembangan diri sendiri dan pengarahan diri sendiri tanpa pengaruh atau
43

kendali dari luar. Kedisiplinan adalah suatu latihan batin yang tercermin dalam
tingkah laku yang bertujuan agar orang selalu patuh pada peraturan. Dengan
adanya kedisiplinan diharapkan anak didik mendisiplinkan diri dalam mentaati
peraturan sekolah sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan lancar dan
memudahkan pencapaian tujuan pendidikan. Oleh karena itu, anak didik perlu
dibimbing atau ditunjukkan mana perbuatan yang melanggar tata tertib dan mana
perbuatan yang menunjang terlaksananya proses belajar mengajar dengan baik
(Gordon, 1996).
Tentang kedisiplinan, Disiplin mempunyai 3 (tiga) aspek, yaitu:
a. Sikap mental, yang merupakan sikap taat dan tertib, sebagai proses
atau pengembangan dari belajar/latihan yang berupa pengendalian
pikiran, dan pengendalian watak.
b. Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan, perilaku, norma,
kriteria, dan standar, yang sedemikian rupa sehingga pemahaman
tersebut menumbuhkan pengertian yang dalam atau kesadaran bahwa
ketaatan akan aturan, norma kriteria dan standar tadi merupakan syarat
untuk mencapai keberhasilan.
c. Perilaku wajar (tanpa tekanan) yang menunjukkan kesungguhan hati
untuk mentaati segala hal dengan cermat dan tertib.

Dalam pembelajaran IPS sebagai mata pelajaran yang mempunyai konsep


interaksi, saling ketergantungan, kesinambungan dan perubahan, keragaman /
kesamaan / perbedaan, konflik dan konsesus, pola (patron), tempat, kekuasaan
(power), nilai kepercayaan, keadilan dan pemerataan, kelangkaan (scarcity),
kekhususan, budaya (culture), dan nasionalisme. Dan menjadi pembelajaran
yang sangat cocok untuk menstimuluskan tentang bagaimana sikap disiplin, dan
betapa pentingnya sikap disiplin diterapkan.

Supaya dalam konsep sikap disiplin ini tercapai dengan baik. Dibawah ini
peneliti mencoba menggambarkan bagan mengenai konsep sikap disiplin.
44

2.1. Bagan mengenai konsep pengaruh kultur sosial terhadap sikap disiplin
siswa dalam pembelajaran IPS

Pembelajaran
Kultur sosial
IPS

Disiplin
siswa  Ketaatan
INDIKATOR
 Kepatuhan
 Ketertiban
 Kesetiaan
dan
 Keteraturan

G. Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan yang bersifat sementara dan berdasarkan fakta


yang ada serta dapat dibuktikan kebenarannya.
Ha : terdapat pengaruh positif yang signifikan antara kultur sosial terhadap
disiplin siswa.
Ho : tidak terdapat pengaruh positif yang signifikan antara kultur sosial terhadap
disiplin siswa.
Adapun kriteria pengujiannya yaitu, “Ho ditolak atau Ha diterima jika thitung > t
tabeel dan H0 ditolak atau Ha diterima jika t hitung < t table

(Subana dan Sudrajat, 2005: 146)

Anda mungkin juga menyukai