Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

TINJAUAN TEORI
1.1 Tinjauan Medis
1.1.1 Definisi
Supraventrikular takikardi (SVT) adalah detak jantung yang cepat dan
reguler berkisar antara 150-250 denyut per menit. SVT sering juga disebut
Paroxysmal Supraventrikular Takikardi (PSVT). Paroksismal disini artinya
adalah gangguan tiba-tiba dari denyut jantung yang menjadi cepat.Kelainan
pada TSV mencakup komponen sistem konduksi dan terjadi di bagian atas
bundel HIS. Pada kebanyakan TSV mempunyai kompleks QRS normal.
Kelainan ini sering terjadi pada demam, emosi, aktivitas fisik dan gagal
jantung.
Supraventrikular takikardi (SVT) adalah satu jenis takidisritmia yang
ditandai dengan perubahan laju jantung yang mendadak bertambah cepat
menjadi berkisar antara 150 kali/menit sampai 250 kali/menit. Kelainan pada
SVT mencakup komponen system konduksi dan terjadi di bagian atas bundle
HIS. Pada kebnyakan SVT mempunyai kompleks QRS normal (Price,2016).
1.1.2 Etiologi
Menurut Hudak (1997), penyebab dari gangguan irama jantung secara umum
adalah sebagai berikut :
1. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, miokarditis karena
infeksi. Adanya peradangan pada jantung akan berakibat terlepasnya
mediator-mediator radang dan hal ini menyebabkan gangguan pada
penghantaran impuls.
2. Gangguan sirkulasi coroner (aterosklerosis coroner, spasme arteri coroner,
iskemi miokard, infark miokard). Arteri coroner merupakan pembuluh
darah yang menyuplai oksigen untuk sel otot jantung. Jika terjadi
gangguan sirkulasi coroner, akan berakibat pada iskemi bahkan nekrosis
sel otot jantung sehingga terjadi gangguan penghantaran impuls.
3. Karena intoksikasi obat misalnya digitalis, obat – obat anti aritmia. Obat –
obat anti aritmia bekerja dengan mempengaruhi proses reenteral larisasi
sel otot jantung. Dosis yang berlebuh akan mengubah reenteral larisasi sel
otot jantung sehingga terjadi gangguan irama jantung.
4. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiper atau hienteralkalemia). Ion
kalium menentukan enteraltensial istirahat dari sel otot jantung. Jika
terjadi perubahan kadar elektrollit, maka akan terjadi peningkatan atau
perlambatan permeabilitas terhadap ion kalium. Akibatnya enteraltensial
istirahat sel otot jantung akan memendek atau memanjang dan memicu
terjadinya gangguan irama jantung.

1
5. Gangguan pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja
dan irama jantung. Dalam hal ini aktivitas nervus vagus yang meningkat
dapat memperlambat atau menghentikan aktivitas sel pacu di nodus SA
dengan cara meninggkan konduktansi ion kalium.
6. Gangguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat. Peningkatan aktivitas
simpatis dapat menyebabkan bertambahnya kecepatan deenterallarisasi
senteralntan.
7. Gangguan endokrin ( hipertiroidisme dan hipotiroidisme).
8. Akibat gagal jantung. Gagal jantunng merupakan suatu keadaan dimana
jantung tidak dapat memompa darah secara optimal ke seluruh tubuh.
Pada gagal jantung, focus – focus ektopik (pemicu jantung selain nodus
SA) dapat muncul dan terangsang sehingga menimbulkan impuls
tersendiri.
9. Akibat kardiomiopati. Jantung yang mengalami kardiomiopati akan
disertai dengan dilatasi sel otot jantung sehingga dapat merangsang focus
– focus ektopik dan meninbulkan gangguan irama jantung.
10. Penyakit degenerasi misalnya fibrosis system konduksi jantung. Sel otot
jantung akan digunakan oleh jaringan parut sehingga konduksi jantung
pun terganggu.
1.1.3 Tanda dan Gejala
SVT biasanya terjadi mendadak dan berhenti juga secara mendadak. Serangan
bias terjadi mungkin hanya beberapa detik saja, bahkan dapat menetap sampai
berjam – jam. Tanda dan gejala supraventricular takikardi antara lain :
1. Frekuensi jantung 150 kali/menit sampapi 250 kali/menit
2. Perubahan tkanan darah, nadi tidak teratur, irama jantung tidak teratur, kulit
pucat, sianosis, berkeringat
3. Pusing disorientasi, letargi, perubahan reflek pupil
4. Nyeri dada ringan sampai berat, gelisah.
5. Napas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan
6. Terdapat nafas tambahan (krekels, ronki, mengi)
7. Demam, kullit kemerahan, inflamasi eritema, edem, kehilangan tonus otot
(Hudak & Galo, 1997).
1.1.4 Klasifikasi
Terdapat 3 jenis SVT yang sering ditemukan pada umumnya, yaitu:
1. Takikardi atrium primer (takikardi atrial ektopik)
Terdapat sekitar 10% dari semua kasus SVT, namun SVT ini sukar
diobati. Takikardi ini jarang menimbulkan gejala akut. Penemuannya
biasanya karena pemeriksaan rutin atau karena ada gagal jantung akibat
aritmia yang lama. Pada takikardi atrium primer, tampak adanya
gelombang “p” yang agak berbeda dengan gelombang p pada waktu irama
sinus, tanpa disertai pemanjangan interval PR. Pada pemeriksaan
elektrofisiologi intrakardiak tidak didapatkan jaras abnormal (jaras
tambahan).

2
2. Atrioventricular re-entry tachycardia (AVRT)
Pada AVRT pada sindrom Wolf-Parkinson-White (WPW) jenis
orthodromic, konduksi antegrad terjadi pada jaras his-purkinye (slow
conduction) sedangkan konduksi retrograd terjadi pada jaras tambahan
(fast conduction). Kelainan yang tampak pada EKG adalah takikardi
dengan kompleks QRS yang sempit dengan gelombang p yang timbul
segera setelah kompleks QRS dan terbalik. Pada jenis yang antidromic,
konduksi antegrad terjadi pada jaras tambahan sedangkan konduksi
retrograd terjadi pada jaras his-purkinye. Kelainan pada EKG yang
tampak adalah takikardi dengan kompleks QRS yang lebar dengan
gelombang p yang terbalik dan timbul pada jarak yang jauh setelah
kompleks QRS.
3. Atrioventricular nodal reentry tachycardia (AVNRT)
Pada jenis AVNRT, reentry terjadi di dalam nodus AV, dan jenis ini
merupakan mekanisme yang paling sering menimbulkan TSV pada bayi
dan anak. Sirkuit tertutup pada jenis ini merupakan sirkuit fungsional. Jika
konduksi antegrad terjadi pada sisi lambat (slow limb) dan konduksi
retrograd terjadi pada sisi cepat (fast limb), jenis ini disebut juga jenis
typical (slow-fast) atau orthodromic. Kelainan pada EKG yang tampak
adalah takikardi dengan kompleks QRS sempit dengan gelombang p yang
timbul segera setelah kompleks QRS tersebut dan terbalik atau kadang-
kadang tidak tampak karena gelombang p tersebut terbenam di dalam
kompleks QRS. Jika konduksi antegrad terjadi pada sisi cepat dan
konduksi retrograd terjadi pada sisi lambat, jenis ini disebut jenis atypical
(fast-slow) atau antidromic. Kelainan yang tampak pada EKG adalah
takikardi dengan kompleks QRS sempit dan gelombang p terbalik dan
timbul pada jarak yang cukup jauh setelah komplek QRS.

1.1.5 Patofisiologi
Berdasarkan pemeriksaan elektrofisiologi intrakardiak, terdapat dua
mekanisme terjadinya takikardi supraventrikular yaitu Otomatisasi
(automaticity) dan Reentry. Irama ektopik yang terjadi akibat otomatisasi
sebagai akibat adanya sel yang mengalami percepatan (akselerasi) pada fase 4
dan sel ini dapat terjadi di atrium, A-V junction, bundel HIS, dan ventrikel.
Struktur lain yang dapat menjadi sumber/fokus otomatisasi adalah vena
pulmonalis dan vena kava superior. Contoh takikardi otomatis adalah sinus
takikardi. Ciri peningkatan laju nadi secara perlahan sebelum akhirnya
takiaritmia berhenti. Takiaritmia karena otomatisasi sering berkaitan dengan

3
gangguan metabolik seperti hipoksia, hipokalemia, hipomagnesemia, dan
asidosis. Ini adalah mekanisme yang terbanyak sebagai penyebab takiaritmia
dan paling mudah dibuktikan pada pemeriksaan elektrofisiologi. Syarat mutlak
untuk timbulnya reentry adalah Adanya dua jalur konduksi yang saling
berhubungan baik pada bagian distal maupun proksimal hingga membentuk
suatu rangkaian konduksi tertutup. Salah satu jalur tersebut harus memiliki blok
searah. Aliran listrik antegrad secara lambat pada jalur konduksi yang tidak
mengalami blok memungkinkan terangsangnya bagian distal jalur konduksi
yang mengalami blok searah untuk kemudian menimbulkan aliran listrik secara
retrograd secara cepat pada jalur konduksi tersebut.

1.1.6 Pathways

4
Ketidakefektifan
Pola Nafas

1.1.7 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu menengakkan
diagnosis dari supraventricular takikardi adalah :

5
1. EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi.
Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit
dan obat jantung.
2. Monitor Holter : gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk
menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien
aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi
pacu jantung/efek obat antidisritmia.
3. Foto dada : dapat menunjukkan pembesaran bayangan antung sehubungan
dengan disfungsi ventrikel atau katup.
4. Skan pencitraan miokard : dapat menunjukkan area iskemik/kerusakan
miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu
gerakan dinding dan kemmapuan enteralmpa.
1.1.8 Penatalaksanaan
Penting untuk membedakan aritmia reentry SVT berdasarkan miokard
atrium ( cth: A Fib) versus aritmia pada sirkuit reentry. Karena setiap bentuk
aritmia tersebut memiliki respon yang berbeda pada terafi yang ditujukan untuk
menghalangi konduksi melalui nodus AV. Denyut ventricular dari aritmia
reentry beasal dari miokard atrium dapat diperlambat, tapi tidak dapat
dihentikan oleh obat-obatan yang memperlambat konduksi melalui AV node.
Aritmia yang salah satu tungkai sirkuit berada pada nodus AV (AVNRT atau
AVRT) dapat diterminasi oleh obat-obat seperti ini.
1. Manuver vagal
Manuver vagal dan adenosine merupakan pilihan terapi awal untuk
SVT stabil. Maneuver vagal saja akan menghentikan 25% SVT. Sedangkan
untuk jenis SVT lainnya maneuver vagal dan adenosine dapat
memperlambat denyut ventrikel secara transien dan mebantu diagnosis
irama, tetapi tidak selalu m,enghentikan irama ini. Pemijatan karotis harus
dilakukan dengan sangat hati-hati
a. Auskultasi adanya bising karotis (bruit), jika ada penyakit karotis.
JANGAN MELAKUKAN PIJAT KAROTIS !!!!
b. Pasien berbaring datar, kepala ekstensi (leher), rotasi menjauhi anda.
c. Palapasi artesi karotis pada mandibula, tekanlah dengan lembut selam
10-15 detik.
d. Jangan menekan kedua arteri karotis secara bersamaan, dahulukan
arteri komunis dekstra karena tingkat keberhasilannya sedikit lebih
baik.
e. Buat strip irama selama prosedur, siapkan alat-alat resusitasi karena
pada kasus yang jarang dapat menyebabkan henti sinus.
2. Adenosine, 6 mg adenosine IV cepat pada vena besar (cth: antecubital)
diikuti flush 20 ml saline. Bila tidak berubah dal 1-2 menit berikan 12 mg
adenosine dengan cara seperti di atas.
3. Penghambat kanal kalsium

6
a. verapamil 2,5-5mg IV bolus selama 2-3 menit. Bila tidak berespon dan
tidak ada efek samping obat, ulang 5-10mg dosis setiap 10-30 menit
sampai total dosis 20 mg. atau dosis alternative 5 mg setiap 15 menit
sampai total 30 mg.
b. diltiazem 15-20 mg ( 0,25mg/kgBB ) IV selama 2 menit, bila
diperlukan dapat diberikan dosis tambahan 20-25 mg (0,35mg/kgBB)
selama 15 menit. Dosis maintenans 5mg/jam sampai 15mg/jam, titrasi
sesuai heart rate.
4. Penghambat beta (metoprolol, bisoprolol, atenolol, esmolol, labetolol)
5. Obat-obat antiaritmia (amiodarone, prokainamide, sotalol)
6. Digoxin
7. Kardioversi : 50-100 joule

1.2 Asuhan Keperawatan


1.2.1 Pengkajian
1. Identitas klien, meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
suku/bangsa, agama, diagnose medis, no. RM.
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu, seperti penyakt jantung, stroke dan hipertensi
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Pengkajian primer :
a. Airway
1) Apakah ada peningkatan secret ?
2) Adakah suara nafas tambahan : krekels ?
b. Breathing
1) Adakah distress pernafasan ?
2) Adakah hienteralksemia berat ?
3) Adakah retraksi otot interkosta, dyspnea, sesak nafas ?
4) Apakah ada bunyi wheezing ?
c. Circulation
1) Bagaimana perubahan tingkat kesadaran ?
2) Apakah ada takikardi ?
3) Apakah ada takipnea ?
4) Apakah haluran urin menurun ?
5) Apakah terjadi penurunan TD ?
6) Bagaimana kapilery refill ?
7) Apakah ada sianosis ?
7.Pengkajian sekunder :
a. Riwayat penyakit
1) Factor risiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke, hipertensi
2) Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, PJK, penyakit
katup jantung, hipertensi
3) Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya
kemungkinan untuk terjadi intoksikasi
4) Kondisi psikososial
b. Pengkajian fisik
1) Aktivitas : kelelahan umum
2) Sirkulasi : perubahan TD (hipertensi atau hienteraltensi), nadi
mungkin tidak tertur, deficit nadi, bunyi jantung irama tak teratur,

7
bunyi ekstra, denyut menurun, kulit warna dan edema, haluran urin
menurun bila curah jantung menurun berat.
3) Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terncam, cemas, takut,
menolak, marah, gelisah, menangis.
4) Makan/ cairan : hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran terhadap
makanan, mual muntah, perubahan berat badan, perubahan
kelembaban kulit.
5) Neurosensory : pusing berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung,
letargi, perubahan pupil
6) Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri dada ringan sampai berat, apat hilang
atau tidak dengan obat antianginal, gelisah
7) Pernafasan : penyakkit paru kronis, nafas pendek, batuk, perubahan
kecepatan/kedalaman pernafasan, bunyi nafas tambahan (krekels,
ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan
seperti pada gagal jantung kiri (edema paru atau fenomena
tromboembolitik pulmonal, hemoptysis
8) Keamanan : demam, kemarahan kulit (rekasi obat), inflamasi,
eritema, edema (thrombosis siperfisial), kehilangan tonus
otot/kekuatan.
1.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien dengan supraventricular takikardi,
antara lain :
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung
Penurunan Curah Jantung (00029)
Definisi : ketidakadekuatan darah yang di pompa oleh jantung untuk
mememnuhi kebutuhan metabolik tubuh.
Batasan Karakteristik 9. Penurunan resitensi vaskular
Perubahan Frekuensi/Irama jantung
sistemik (systemic vascular
1. Bradikardia
2. Palpitasi jantung resistance, SVR)
3. Perubahan elektrokardiogram 10. Perubahan tekanan darah
11. Perubahan warna kulit (mis
(EKG) (mis aritmia,
pucat, abu-abu, sianosis)
abnormalitas konduksi,
Perubahan Kontraktilitas
iskemia) 1. Batuk
4. Takikardia 2. Bunyi napas tambahan
Perubahan Preload 3. Bunyi S3
1. Distensi vena jugular 4. Bunyi S4
2. Edema 5. Dispnea paroksimal nocturnal
3. Keletihan 6. Ortopnea
4. Murmur jantung 7. Penurunan fraksi ejeksi
5. Peningkatan berat badan 8. Penurunan indeks jantung
6. Peningkatan CVP 9. Penurunan left ventricular
7. Peningkatan PAWP
stroke work index (LSWI)
8. Penurunan pulmonary artery
10. Penurunan stroke volume
wedge pressure (PAWP)
index (SVI)

8
9. Penurunan tekanan vena Perilaku / Emosi
1. Emosi
sentral (central venous
2. Gelisah
pressure, CVP)
Perubahan Afterload Faktor yang Berhubungan
1. Dyspnea 1. Perubahan afterload
2. Kulit lembap 2. Perubahan frekuensi jantung
3. Oliguria 3. Perubahan irama jantung
4. Pengisian kapiler memanjang 4. Perubahan kontraktilitas
5. Peningkatan PVR 5. Perubahan preload
6. Peningkatan SVR 6. Perubahan volume sekuncup
7. Penurunan nadi perifer
8. Penurunan resistansi vascular
paru (pulmonary vascular
resistance, PVR)

2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi


Ketidakefektifan pola napas (00032)
Definisi : inspirasi dana tau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat
Batasan Karakteristik Faktor yang Berhubungan
1. Bradipnea 1. Ansietas
2. Dyspnea 2. Cedera medula spinalis
3. Fase ekspirasi memanjang 3. Deformitas dinding dada
4. Ortopnea 4. Deformitas tulang
5. Penggunaan otot bantu 5. Disfungsi neuromuscular
6. Gangguan musculoskeletal
pernafasan
7. Gangguan neurologis (mis,
6. Penggunaan posisi tiga- titik
7. Peningkatan daiameter elektroensefalogram (EEG)
anterior-posterior positif, trauma kepala,
8. Penurunan kapasitas vital
gangguan kejang)
9. Penurunan tekanan ekspirasi
8. Hiperventilasi
10. Penurunan tekanan inspirasi
9. Imaturasi neurologis
11. Penurunan ventilasi semenit
10. Keletihan
12. Pernapasan bibir
11. Keletihan otot pernafasan
13. Pernapasan cuping hidung
12. Nyeri
14. Perubahan ekskursi dada
13. Obesitas
15. Pola nafas abnormal (mis
14. Posisi tubuh yang
irama, frekuensi, kedalaman)
menghambat ekspansi paru
16. Takipnea
15. Sindrom hipoventilasi

1.2.3 NOC
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung
Keefektifan Pompa Jantung (0403)
Definisi : kecukupan volume darah yang dipompakan dari ventrikel kiri untuk mendukung tekanan perfusi
sistemik
SKALA TARGET Deviasi Deviasi Deviasi Devisiasi Tidak ada

9
yang cukup sedang rinngan
berat dari devisiasi dari
berat dari dari dari
OUTCOME kisaran kisaran
kisaran kisaran kisaran
normal normal
normal normal normal
Indikator 1 2 3 4 5
Tekanan darah
040001 1 2 3 4 5 NA
sistol
Tekanan darah
040019 1 2 3 4 5 NA
diastole
Denyut jantung
040002 1 2 3 4 5 NA
apical
040003 Indeks jantung 1 2 3 4 5 NA
040004 Fraksi ejeksi 1 2 3 4 5 NA
Denyut nadi
040006 1 2 3 4 5 NA
perifer
040007 Ukuran jantung 1 2 3 4 5 NA
040020 Urin output 1 2 3 4 5 NA
Keseimbangan
intake dan
040022 1 2 3 4 5 NA
output dalam 24
jam
Tekanan vena
040025 1 2 3 4 5 NA
sentral
Cukup
Berat Sedang Ringan Tidak ada
Berat
Distensi vena
040009 1 2 3 4 5 NA
leher
040010 Disritmia 1 2 3 4 5 NA
Suara jantung
040011 1 2 3 4 5 NA
abnormal
040012 Angina 1 2 3 4 5 NA
040013 Edema perifer 1 2 3 4 5 NA
040014 Edema paru 1 2 3 4 5 NA
040015 Diaphoresis 1 2 3 4 5 NA
040016 Mual 1 2 3 4 5 NA
040017 Kelelahan 1 2 3 4 5 NA
Dyspnea pada
040023 1 2 3 4 5 NA
saat istirahat
Dyspnea
040026 dengan 1 2 3 4 5 NA
aktivitas ringan
Peningkatan
040024 1 2 3 4 5 NA
berat badan
040027 Asites 1 2 3 4 5 NA
040028 Hepatomegaly 1 2 3 4 5 NA
Gangguan
040029 1 2 3 4 5 NA
kognisi
Intoleransi
040030 1 2 3 4 5 NA
aktivitas
040031 Pucat 1 2 3 4 5 NA
040032 sianosis 1 2 3 4 5 NA
Wajah
040033 1 2 3 4 5 NA
kemerahan

10
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
Status Pernafasan : Ventilasi (0403)
Definisi : keluar masuknya udara dari dank e dalam paru
Deviasi Deviasi Devisiasi
Deviasi Tidak ada
yang cukup sedang rinngan
SKALA TARGET berat dari devisiasi dari
berat dari dari dari
OUTCOME kisaran kisaran
kisaran kisaran kisaran
normal normal
normal normal normal
Indikator 1 2 3 4 5
Frekuensi
040301 1 2 3 4 5 NA
pernafasan
Irama
040302 1 2 3 4 5 NA
pernafasan
Kedalaman
040303 1 2 3 4 5 NA
inspirasi
Suara perkusi
040318 1 2 3 4 5 NA
nafas
040324 Volume tidal 1 2 3 4 5 NA
040325 Kapasitas vital 1 2 3 4 5 NA
Hasil rontgen
040326 1 2 3 4 5 NA
dada
040327 Tes faal paru 1 2 3 4 5 NA
Sangat
Berat Cukup Ringan Tidak ada
berat
Penggunaan
040309 1 2 3 4 5 NA
otot bantu nafas
Suara nafas
040310 1 2 3 4 5 NA
tambahan
Retraksi
040311 1 2 3 4 5 NA
dinding dada
Pernafasan
040312 dengan bibir 1 2 3 4 5 NA
mengerucut
Dyspnea saat
040313 1 2 3 4 5 NA
istirahat
Dyspnea saat
040314 1 2 3 4 5 NA
latihan
040315 Orthopnea 1 2 3 4 5 NA
040317 Taktil fremitus 1 2 3 4 5 NA
Pengembangan
040329 dinding dada 1 2 3 4 5 NA
tidak simetris
Gangguan
040330 1 2 3 4 5 NA
vokalisasi
Akumulasi
040331 1 2 3 4 5 NA
sputum
Gangguan
040332 1 2 3 4 5 NA
ekspirasi
Gangguan suara
040333 nafas saat 1 2 3 4 5 NA
auskultasi
040334 Atelektasis 1 2 3 4 5 NA

11
1.2.4 NIC
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung
Perawatan Jantung (4040)
Definisi : keterbatasan dari komplikasi sebagai hasil dari ketidakseimbangan
antara suplai okisgen pada otot jantung dan kebutuhan seorang pasien yang
memiliki gejala gangguan fungsi jantung
Aktivitas-aktivitas : 21. Instruksikan pasien dan
1. Secara rutin mengecek pasien
keluarga mengenai terapi
baik secara fisik dan psikologis
modalitas, batasan aktivitas
sesuai dengan kebijakan tip
dan kemajuan
agen/penyedia layanan 22. Susun waktu latihan dan
2. Pastikan tingkat aktivitas
istirahat untuk mencegah
pasien yang tidak
kelelahan
membahayakan curah jantung 23. Batasi merokok
24. Monitor toleransi aktivitas
atau memprovokasi serangan
pasien
jantung
25. Monitor sesak nafas,
3. Dorong adanya peningkatan
kelelahan, takipnea dan
aktivitas bertahap ketika
orthopnea
kondisi pasien sudah
26. Bangun hubungan saling
distabilkan
mendukung antara pasien dan
4. Intruksikan pasien tentang
keluarga
pentingnya untuk segera
27. Identifiksi metode pasien
melaporkan bila merasakan
dalam menangani stress
nyeri dada 28. Berikan dukungan teknik
5. Evaluasi episode nyeri dada
yang efektif untuk
6. Monitor EKG, adakah
mengurangi stress
perubahan segmen ST,
29. Lakukan terapi relaksasi,
sebagaimana mestinya
sebagaimana mestinya
7. Lakukan penilaian
30. Kenali efek psikologis dari
komprehensif pada sirkulasi
kondisi yang mendasari
perifer secara rutin sesuai 31. Lindungi pasien dari
kebijakan agen kecemasan dan depresi,
8. Monitor tanda-tanda vital
anjurkan pengobatan dengan
secara rutin
antidepresan yang tepat, jika
9. Monitor disritmia jantung,
diindikasikan
termsuk gangguan ritme dan
32. Dorong aktivitas yang tidak
konduksi jantung
bersaing/kompetitif pada
10. Dokumentasikan disritmia
pasien dengan resiko
jantung
11. Catata tanda dan gejala gangguan fungsi jantung
33. Diskusikan modifikasi pada
penurunan curah jantung
12. Monitor status pernafasan aktivitas seksual dengan

12
terkait dengan adanya gejala pasien dan pasangan, jika
gagal jantung tepat
13. Monitor abdomen jika terdapat 34. Instruksikan pasien dan
indikasi penurunan peruse keluarga mengenai tujuan
14. Monitor keseimbangan cairan
perawatan dan bagaimana
15. Monitor nilai laboratorium
kemajuannya akan diukur
yang tepat
35. Yakinkan semua staf untuk
16. Monitor fungsi pacemaker,
menyadari tujuan dan
sebagaimana mestinya
17. Evaluasi perubahan tekanan bekerjasama dalam
darah menyediakan perawatan yang
18. Evaluasi respon pasien
konsisten
terhadap ektop atau disritmia 36. Rujuk ke program gagal
19. Sediakan terapi antiaritmia
jantung untuk dapat
sesuai kebijakan unit
mengikuti program edukasi
20. Monitor respon pasien
pada rehabilitasi jantung,
terhadap obat antiaritmia
evaluasi dan dukungan yang
sesuai panduan untuk
meningkatkan aktivitas dan
membangun hidup kembali,
sebagaimana mestinya
37. Tawarkan dukungan spiritual
kepada pasien dan keluarga,
sebagaimana mestinya

2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi

Manajemen Jalan Nafas (3140)

Definisi : fasilitasi kepatenan jalan nafas

Aktivitas-aktvitas : 10. Auskultasi suara nafas, catat


area yang ventilasinya
1. Buka jalan nafas dengan teknik menurun atau tidak ada dan
chin lift atau jaw thrust, adanya suara tambahan
sebagaimana mestinya
11. Lakukan penyedotan melalui
2. Posisikan pasien untuk endotrakea atau nasotrakea,
memaksimalkan ventilasi sebagaimana mestinya
3. Identifikasi kebutuhan 12. Kelola pemberian
actual/potensial pasien unttuk bronkodilator, sebagaiamana
memasukkan alat mmebuka mestinya
jalan nafas
13. Ajarkan pasien bagaimana
4. Masukkan alat nasopharyngeal menggunakan inhaler sesuai

13
airway (NPA) atau resep, sebagaiamana mestinya
oropharyngeal airway (OPA),
sebagaimana mestinya 14. Kelola pengobatan aerosol,
sebagaimana mestinya
5. Buang secret dengan
memotivasi pasien untuk 15. Kelola nebulizet ultrasonic,
melakukan batuk atau sebagaimana mestinya
menyedot lendir 16. Kelola udara atau oksigen
6. Motivasi pasien untuk bernafas yang dilembabkan,
pelan, dalam, berputar dan sebagaimana mestinya
batuk 17. Ambil benda asing dengan
7. Gunakan teknik yang forcep McGill, sebagaimana
menyenangkan untuk mestinya
memotivasi bernafas dalam 18. Regulasi asupan cairan untuk
kepada anak – anak mengoptimalkan
8. Instruksikan bagaimana agar keseimbangan cairan
bias melakukan batuk efektif 19. Posisikan untuk meringankan
9. Bantu dengan dorongan sesak nafas
spirometer, sebagaimana 20. Monitor status pernafasan dan
mestinya oksigenasi, sebagaimana
mestinya

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (2009). Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.

14
Dongoes, E. Marilynn. (2004). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Hanafi B. Trisnohadi.,2001, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Ed. 3. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI.

Hudak, C.M, Gallo B.M., 1997, Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta :
EGC.

Nanda. (2012). Panduan Penyusunan Asuhan Keperawatan Profesional. Media


Hardy. Yogykarta

Price, Sylvia Anderson., 2016, Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit.


Alih bahasa Peter Anugrah. Editor Caroline Wijaya. Ed. 4. Jakarta : EGC.

Santoso Karo karo, 1996, Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Smeltzer Suzanne C., 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8.
Jakarta : EGC.

15

Anda mungkin juga menyukai