PENDAHULUAN
peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. (Umaedi
proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan sumber daya manusia itu
sumber daya manusia Indonesia adalah melalui peningkatan mutu pendidikan. Sejalan
dengan perkembangan abad 21, yang dikenal dengan era globalisasi maka diperlukan
bagaimana suatu proses pembelajaran dirancang dan diturunkan dalam praktek. Baik
dan buruknya kualitas pendidikan sangat berhubungan dengan kinerja guru dalam
menjalankan profesinya sebagai pembelajar. Dalam ruang ini, seorang guru selalu
ditantang untuk dapat menemukan format yang tepat dan memformulasikan dalam
strategi yang taktis suatu rancangan pembelajaran yang mencerahkan (Parman, 2005 :
9).
perlu ditemukan cara terbaik untuk menyampaikan konsep yang diajarkan di dalam
mata pelajaran tertentu, sehingga siswa dapat menggunakan dan mengingat lebih
lama konsep-konsep tersebut sebagai suatu kompetensi yang berguna. Di samping itu,
1
guru dituntut kemampuannya untuk berkomunikasi secara efektif dengan siswanya.
pendekatan dan strategi pembelajaran yang tepat sesuai dengan kekhasan mata
pelajaran tertentu.
memiliki posisi strategis dalam membahas dan mempelajari Cara mengukur suatu
specimen benda kerja. Karenanya, pengajaran Pengukuran perlu semakin tanggap dan
pekerjaan dan alternatif menjawab tantangan yang ada. Melihat masa depan siswa
Pengukuran Sekolah Menengah Kejuruan pada dasarnya mencakup dua sasaran yang
dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan dasar dasar alat ukur agar siswa
mampu memahami dan menelaah secara rasional komponen-komponen dari alat ukur.
keterampilan dan konsep siswa yang rasional dan kritis dalam ketelitian pengukuran
2
Jika hal ini terjadi, yang terjadi kemudian sebuah verbalisme pengetahuan belaka.
tertentu.
siswa untuk belajar tentang cara mengukur dan keterampilan menggunakan alat ukur.
Dengan asumsi dasar pada batasan masalah tersebut, Multimedia menjadi relevan
multimedia diasumsikan belajar pengukuran akan menjadi menarik karena objek yang
yang dipelajari akan menggerakkan pada kemampuan berpikir kreatif siswa, dan
dengan sendirinya akan mendorong siswa untuk belajar percaya diri pada situasi
pembelajaran di kelas.
B. Perumusan Masalah
3
C. Tujuan Penelitian
D. Hipotesis Tindakan
E. Manfaat Penelitian
4
BAB II
LANDASAN TEORI
menggabungkan teks, suara, gambar, animasi, audio dan video dengan alat bantu
dunia informatika. Selain dari dunia informatika, Multimedia juga diadopsi oleh
digunakan sebagai media profil perusahaan, profil produk, bahkan sebagai media
Pada awalnya multimedia hanya mencakup media yang menjadi konsumsi indra
penglihatan (gambar diam, teks, gambar gerak video, dan gambar gerak
5
yang digabungkan dengan gerakan pada kursi tempat duduk penonton. Kinetik
Baru mulai menjadi bagian dari multimedia sejak ditemukan teknologi reproduksi
reproduksi bau. Mesin reproduksi bau ini mencampurkan berbagai jenis bahan
bau yang setelah dicampur menghasilkan output berupa bau yang mirip dengan
data yang dikirim dari internet. Dengan menganalogikan dengan printer, alat ini
Multimedia diambil dari kata multi dan media. Multi berarti banyak dan media
berarti media atau perantara. Multimedia adalah gabungan dari beberapa unsur
yaitu teks, grafik, suara, video dan animasi yang menghasilkan presentasi yang
yang dapat disajikan melalui audio atau video, teks, grafik dan animasi.
Disini dapat digambarkan bahwa multimedia adalah suatu kombinasi data atau
media untuk menyampaikan suatu informasi sehingga informasi itu tersaji dengan
lebih menarik.
6
“Multimedia adalah kombinasi dari komputer dan video (Rosch, 1996) atau
Multimedia secara umum merupakan kombinasi tiga elemen, yaitu suara, gambar
dan teks (McCormick 1996) atau Multimedia adalah kombinasi dari paling sedikit
dua media input atau output dari data, media dapat audio (suara, musik), animasi,
video, teks, grafik dan gambar (Turban dkk, 2002) atau Multimedia merupakan alat
mengkombinasikan teks, grafik, animasi, audio dan gambar video (Robin dan
menggabungkan teks, grafik, audio, gambar bergerak (video dan animasi) dengan
mengkoordinasikan apa yang dilihat dan didengar. Kedua, harus ada link yang
menghubungkan pemakai dengan informasi. Ketiga, harus ada alat navigasi yang
komponen tidak ada, bukan multimedia dalam arti luas namanya. Misalnya, jika
tidak ada komputer untuk berinteraksi, maka itu namanya media campuran, bukan
multimedia. Kalau tidak ada alat navigasi yang memungkinkan untuk memilih
jalannya suatu tindakan maka itu namanya film, bukan multimedia. Demikian juga
kita tidak mempunyai ruang untuk berkreasi dan menyumbangkan ide sendiri, maka
nama televisi, bukan multimedia. Dari beberapa definisi di atas, maka multimedia
7
ada yang online (Internet) dan multimedia ada yang offline (tradisional).”(
http://janiansyah.wordpress.com/2009/05/15/pengertian-multimedia/ )
Animasi adalah gambar begerak berbentuk dari sekumpulan objek (gambar) yang
disusun secara beraturan mengikuti alur pergerakan yang telah ditentukan pada setiap
pertambahan hitungan waktu yang terjadi. Gambar atau objek yang dimaksud dalam
definisi di atas bisa berupa gambar manusia, hewan, maupun tulisan. Pada proses
pembuatannya sang pembuat animasi atau yang lebih dikenal dengan animator harus
menggunakan logika berfikir untuk menentukan alur gerak suatu objek dari keadaan awal
hingga keadaan akhir objek tersebut. Perencanaan yang matang dalam perumusan alur
gerak berdasarkan logika yang tepat akan menghasilkan animasi yang menarik untuk
disaksikan. (http://muhammadiqbalm.wordpress.com/2012/08/08/pengertian-animasi/)
Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu
standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas fisik,
tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa dibayangkan,
macam alat yaitu: micro meter,jangka sorong,dial indikator,viler gauge dan lain-lain .
8
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Penelitian ini berbasis kelas dengan lokasi kelas IX Las SMK Negeri 1
Bandar Dua, kabupaten Pidie Jaya . dilaksanakan tahun 2013 – 2014 yang melibatkan
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa kelas IX las SMK Negeri 1 Bandar Dua
Instrumen pengumpulan data dalam PTK ini ada dua, yaitu instrumen tes
dan nontes:
1. Tes
kelas IX Las SMK Negeri 1 Bandar Dua tahun pelajaran 2013 – 2014. Pada
setiap siklus guru memberikan tes untuk mengukur kemampuan siswa dalam
melaksanakan tes tertulis kelas IX las SMK Negeri 1 Bandar Dua tahun pelajaran
9
2. Non Tes
Teknik non tes yang dipilih pada penelitian ini ada 3 yaitu observasi, wawancara,
dan jurnal. Observasi digunakan untuk mengetahui tentang respon dan sikap
respon dan sikap siswa terhadap pendekatan multimedia, dan siswa yang
Jurnal digunakan untuk mengetahui berbagai gejala yang muncul dan tercatat atau
terekam pada saat penerapan pendekatan multimedia baik yang bersifat maju
D. Validitas Data
Hasil belajar (nilai tes) yang divalidasi instrumen tes menentukan validasi
mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu
dan alat berbeda, dengan metode kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan jalan: (1)
10
membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, (2)
membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang
dikatakan secara pribadi, (3) membandingkan apa yang dikatakan orang tentang
E. Analisis Data
Teknik yang digunakan untuk analisis data pada penelitian ini adalah teknik
1. Data kuantitatif yang diperoleh dari hasil tes diolah dengan menggunakan
NK
NP = ------ x 100%
R
Keterangan:
NP = Nilai persentase
NK = Nilai komulatif
R = Jumlah responden
11
dengan meningkatnya pemahaman konsep modernisasi dalam pembelajaran
F. Indikator Kinerja
dengan berbasis pada kelas. Dengan penelitian ini diperoleh manfaat berupa
perbaikan praksis yang meliputi penanggulangan berbagai masalah belajar siswa dan
kegiatan refleksi ini, diperoleh ketetapan tentang hal-hal yang telah tercapai menjadi
peningkatan pembelajaran dalam penelitian tindakan kelas ini. Jadi seumpama pada
siklus ke-2 kategori sangat paham lebih besar daripada siklus ke-1 berarti terjadi
12
Indikator kinerja dari data kualitatif ditetapkan bahwa peningkatan
partisipasi responden (siswa) dan peningkatan sikap positif baik dari segi kualitas
siklus ke siklus. Jika terjadi sebaliknya maka sebagai indikasi kurang berhasil dalam
G. Prosedur Penelitian
(1) merencanakan, (2) melakukan tindakan, (3) mengamati (observasi), dan (4)
merefleksi.
Tindakan penelitian ini dilakukan dalam dua siklus sebab setelah dilakukan
refleksi yang meliputi analisis dan penilaian terhadap proses tindakan, akan muncul
bahan refleksi untuk melakukan tindakan pada siklus ke-2. Sedangkan siklus ke-2
pembelajaran yang didasarkan pada refleksi siklus ke-2, yang dilanjutkan dengan
siklus ke-3.
Kesimpulan diambil atas dasar perubahan hasil tes dan non tes antara siklus
ke-1 ke siklus berikutnya. Dari perubahan hasil tes, jika menunjukkan kenaikan
13
positif secara signifikan berarti terjadi peningkatan hasil pembelajaran. Tetapi jika
sebaliknya, maka perlu refleksi dan perbaikan pelaksanaan model pembelajaran yang
diterapkan antara siklus selanjutnya. Sedangkan perubahan hasil non tes baik dari
wawancara, angket maupun jurnal, diungkap apa adanya sesuai hasil yang telah
14
BAB IV
metode ceramah, mencatat, praktek lalu memberikan kesempatan siswa untuk belajar
dan ulangan.
terlihat tidak ada peran aktif siswa. Rata-rata kurang lebih 75%. Rendahnya
persentasi yang berperan aktif dalam pembelajaran ini berdampak pada rendahnya
hasil belajar pengukurani. Hasil belajar pengukuran dari nilai ulangan harian I nilai
tertinggi 76, nilai rata-rata sebesar 51 dan nilai terendah 25. Sedangkan jumlah siswa
yang hasil belajarnya memenuhi standar ketuntasan belajar minimal sebanyak 2 siswa
materi yang akan disampaikan maupun studi untuk penerapan metode yang akan
15
diterapkan. Apakah materi sesuai dengan metode atau tidak. Dalam hal ini, materi
yang akan dijadikan sebagai bahan pembelajaran adalah tentang Animasi Jangka
Sorong. Menurut penulis, materi ini sangat tepat bila digunakan pendekatan
Multimedia, sebab materi ini adalah cukup umum. Banyak sekali masalah yang
berhubungan dengan pengukuran yang dapat dimunculkan oleh siswa / guru dan
kelompok dimana setiap kelompok terdiri dari 2 siswa. 6 siswa penulis bagi
meteri ini sangat penting untuk dikaji dan dipahami oleh siswa. Penulis juga
jangka sorong juga menggunakan berbagai contoh benda kerja untuk di ukur.
Tindakan ini penulis lakukan sebagai stimulasi kepada siswa agar muncul
kepada mereka agar mencari masalah-masalah yang dekat dengan sektar alat dan
benda yang di ukur, agar masalah tersebut kontekstual dan bermakna bagi
16
siswa akan berdampak pada daya tarik yang lebih kuat, sehingga siswa akan
belajar bukan berangkat dari keterpaksaan, tetapi berangkat dari sebuah konsep
berbagai benda kerja yang ada. Lalu penulis memberi kesempatan kepada mereka
investigasi dan inquiri, lalu menemukan menetapkan ukuran yang tepat, mereka
merupakan tahap akhir untuk mengecek hasil karya atau produk dari investigasi
dan inquiri dalam rangka memecahkan masalah yang timbul dalam kelompok
yang lain dapat ikut mengevaluasi ukuran yang dihasilkan. Di sisi lain, presentasi
ini bagi guru adalah merupakan sarana untuk penilaian afektif dan psikhomotorik
praktik langsung.
17
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
ketiga, dan keempat. Setiap pelaksanaan tindakan dalam kegiatan tatap muka
sejawat. Sedang yang diobservasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa
Tabel 2: Skor persentase aspek pemahaman konsep jangka sorong para siswa
siklus I
18
Berdasarkan tabel 2 tersebut dapat diketahui pada pembelajaran
berikut: Dari 6 siswa yang diteliti, ada 4 siswa yang telah mencapai kategori
sangat paham yang berarti ada sebesar 66.66%, sedangkan kategori paham
siswa atau sebesar 16.66% dan untuk kategori kurang, tidak paham dan buruk
yang telah diuraikan pada bagian teknik analisis data, diperoleh data skor rata-
sebesar 85. Jika skor maksimal 100, skor rata-rata siswa sebesar 85 itu berarti
yang cukup tinggi bagi siswa, suasana proses pembelajaran tampak hidup dan
ada 1 siswa atau 16.66% yang terekam tampak kurang bersemangat saat
19
proses diskusi berlangsung sehingga kurang ikut andil dalam kelompok
jangka sorong dalam pembelajaran pengukuran bagi para siswa, ada 5 siswa
setuju jika pendekatan multimedia ini juga diterapkan pada mata pelajaran
multimedia disambut baik oleh sebagian besar siswa yaitu 4 siswa atau
tercatat ada 2 siswa atau 24% yang tergolong istimewa dalam adu argumentasi
c. Refleksi Siklus I
20
Secara umum, pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
Multimedia dapat berlangsung lebih efektif yang ditunjukkan dari hasil tes
dan non tes yang telah dikemukakan di atas. Tetapi kenyataannya masih ada
siswa-siswa walaupun prosentasenya kecil yang tidak ikut terlibat aktif dalam
berbagai kegiatan yang dilakukan. Kelihatan acuh tak acuh, pasif dalam
dengan kegiatan yang membutuhkan keaktifan dan percaya diri sebab mereka
mencatat, dan latihan soal). Kedua, kalau penulis merujuk pada teori Howard
bekerja sama dengan lainnya, sementara ia lebih mampu untuk bekerja sendiri
tugasnya. Dari dua jawaban sementara ini, penulis akan sedikit merubah
21
C. Deskripsi Hasil Siklus II
Rencana tindakan pada siklus II ini sama dengan rencana tindakan pada
siklus I, namun ada beberapa tambahan tindakan pada siklus II ini, yakni
bagaimana memberikan solusi terhadap beberapa siswa yang tidak aktif dan
‘cuek’ terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Tambahan itu bisa dua
kemungkinan tindakan, yakni: pertama, siswa-siswa yang terekam tidak aktif atau
menggantungkan kepada teman lain yang lebih aktif terpaksa harus ditanggalkan,
sebab tidak ada seorang siswa atau lebih yang aktif yang menjadi menjadi tempat
kerja yang harus mereka selesaikan bersama. Kedua, mendasarkan diri pada teori
(senang bekerja individual) dan lemah dalam interpersonal (kerja sama dengan
22
2. Pelaksanaan Tindakan siklus II
siklus ke III, dengan catatan kalau pada siklus ke II belum menunjukkan hasil
yang lebih baik dibanding hasil pada siklus I atau kalaupun ada kenaikan belum
Tabel 3: Skor persentase aspek pemahaman konsep jangka sorong para siswa dalam
pembelajaran pengukuran dengan pendekatan multimedia pada siklus II
No Kategori Skor/nilai Responden Persentase Hasil Klasikal
1 Istimewa 91 – 100 0 0 - Skor rata-rata:
2 Sangat Paham 81 – 90 4 66.66 105/6 = 85
3 Paham 71 – 80 1 16.66 - Persentase:
4 Sedang 61 – 70 1 16.66 85
5 Kurang 51 – 60 0 0 - Kategori : sangat
6 Tidak Paham 41 – 50 0 0 Paham
7 Buruk 0 – 40 0 0 - SKBM : 70
Jumlah 6 100
Catatan: Skor maksimal aspek pemahaman konsep modernisasi para siswa 100
23
berikut: Dari 6 siswa yang diteliti, ada 4 siswa yang telah mencapai kategori
sangat paham yang berarti ada sebesar 66.66%, sedangkan kategori paham
sebanyak 1siswa atau sebesar 16.6%. Untuk kategori sedang sebanyak 1 siswa
atau sebesar 16.66% dan untuk kategori kurang, tidak paham dan buruk tidak
yang telah diuraikan pada bagian teknik analisis data, diperoleh data skor rata-
pengukuran sebesar 85. Jika skor maksimal 100, skor rata-rata siswa sebesar
85 itu berarti berada pada kategori paham yang jika dipersentase mencapai
85%.
antusias yang cukup tinggi bagi siswa, suasana proses pembelajaran tampak
hidup dan kondusif. Siswa lebih aktif dalam mengikuti kegiatan penerapan
kolektif. Masih ada 1 siswa atau 16.66% yang terekam tampak kurang
bersemangat saat proses diskusi berlangsung sehingga kurang ikut andil dalam
24
84.44% sangat aktif dan serius dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
pendekatan Multimedia.
jangkasorong dalam pembelajaran sosiologi bagi para siswa, ada 4 siswa atau
semangat belajar. Ada 4 siswa atau 66.66% yang menyatakan setuju jika
pendekatan multimedia ini juga diterapkan pada mata pelajaran lain. Sedang
multimedia disambut baik oleh sebagian besar siswa yaitu 4 siswa atau
tercatat ada 2 siswa atau 33.33% yang tergolong istimewa dalam adu
25
c. Refleksi siklus II
siswa yang cuek dan tanpak ogah-ogahan dalam melakukan kegiatan diskusi.
Boleh jadi, memang 1 siswa tersebut tidak suka bekerja sama. Secara teoritis,
ada anak-anak yang tidak suka kerja sama, yakni anak-anak yang lemah
dibanding dengan kerja sama. Maka ketika ada kegiatan diskusi, anak-anak ini
dengan baik. Penulis akan memberikan tugas secara mandiri kepada 1 siswa
Rencana tindakan pada siklus III ini sama dengan rencana tindakan pada
siklus II, namun ada beberapa tambahan tindakan pada siklus III ini, yakni
bagaimana memberikan solusi terhadap 1 siswa yang tidak aktif dan ‘cuek’
terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Empat siswa tersebut akan diberi
26
mencari masalah, investigasi dan inquiri, memberikan solusi atas masasalah
sorong yang terfokus pada aspek penguasaan konsep jangka sorong para
3):
Tabel 4: Skor persentase aspek pemahaman konsep animasi jangka sorong para siswa
dalam pembelajaranpengukuran dengan pendekatan PBL pada siklus III
No Kategori Skor/nilai Responden Persentase Hasil Klasikal
1 Istimewa 91 – 100 0 0 - Skor rata-rata:
2 Sangat Paham 81 – 90 4 66.66 510/6= 85
3 Paham 71 – 80 1 16.66 - Persentase:
4 Sedang 61 – 70 1 16.66 85
5 Kurang 51 – 60 0 0 - Kategori : Paham
6 Tidak Paham 41 – 50 0 0 - SKBM : 70
7 Buruk 0 – 40 0 0
Jumlah 6 100
Catatan: Skor maksimal aspek pemahaman konsep jangka sorong para siswa 100
27
berikut: Dari 6 siswa yang diteliti, ada 4 siswa yang telah mencapai kategori
sangat paham yang berarti ada sebesar 66.66%, sedangkan kategori paham
siswa atau sebesar 16.6% dan untuk kategori kurang, tidak paham dan buruk
yang telah diuraikan pada bagian teknik analisis data, diperoleh data skor rata-
pengukuran sebesar 85. Jika skor maksimal 100, skor rata-rata siswa sebesar
85 itu berarti berada pada kategori paham yang jika dipersentase mencapai
85%.
yang cukup tinggi bagi siswa, suasana proses pembelajaran tampak hidup dan
yang pada siklus II tidak aktif dalam diskusi, pada siklus ini ternyata dapat
28
Dari wawancara yang ditujukan pada 6 siswa dan diperjelas dengan
berkesan bahwa guru pengukuran menyenangkan, ada 83.33 siswa atau 90%
pembelajaran pengukuran bagi para siswa, ada 4 siswa atau 90% menganggap
4 siswa atau 83.33 % yang menyatakan setuju jika pendekatan Multimedia ini
juga diterapkan pada mata pelajaran lain. Sedang selebihnya memilih tidak
berkomentar.
multimedia disambut baik oleh sebagian besar siswa yaitu 4 siswa atau
tercatat ada 2 siswa atau 33.33% yang tergolong istimewa dalam adu
29
c. Refleksi siklus III
bekerja sama dalam belajar (kooperatif learning). 1 siswa yang masih cuek
dan tampak ogah-ogahan dalam melakukan kegiatan di siklus II, setelah pada
siklus III ini diberikan tugas individual, ternyata mereka bisa menyelesaikan
tugasnya itu dengan baik. Benar dugaan penulis bahwa anak-anak tersebut
adalah intrapersonal (cerdas diri) dan lemah dalam interpersonal (kerja sama).
Memang ada anak-anak seperti ini. Mereka tidak boleh dibiarkan begitu saja,
tetapi harus tetap dilayani sesuai dengan jenis kecerdasan yang dimilikinya.
Pendekatan, metode, model apapun tidak ada yang sempurna. Pasti ada anak-
anak yang tidak cocok dengan model atau pendekatan pembelajaran yang
E. PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang diperoleh dari kegiatan tes dan non tes (observasi,
dapat dilihat dari hasil tes siswa. Dari sisi lain, ada perubahan tingkah laku
30
dimana siswa-siswa begitu antusias, aktif, dan mampu baradu argumentasi.
tambah hidup. Mulai tampak siswa sebagai pusat pembelajaran (siswa sebagai
subyek). Tetapi pada siklus 1 hal ini belum optimal. Dimaklumi, siswa-siswa
belum terbiasa dengan kegiatan yang menuntut keaktifan mereka, karena sudah
2. Pada siklus ke-2 tampak ada perubahan-perubahan yang signifikan baik dari
pendekatan multimedia ini. Sekat-sekat kebiasaan lama yang hanya duduk diam,
namun dalam kenyataan masih ada siswa-siswa yang belum tampak aktif, bahkan
terkesan acuh tak acuh, diam, dan seolah tidak berani untuk bersuara. Padahal
Howard Gardner, yakni teori Multiple Intelligences, bahwa ada anak-anak yang
intrapersonal. Siswa-siswa seperti ini tidak suka atau tidak bisa bekerja sama
dalam belajar. Mereka cenderung menyukai bekerja sendiri. Mereka akan mampu
melaksanakan tugas dengan baik ketika mereka diberi tugas secara mandiri. Maka
31
bagaimanapun baiknya sebuah pendekatan pembelajaran, tidak akan cocok untuk
kelas.
32
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Kelas IX Las SMK Negeri 1 Bandar Dua Tahun Pelajaran 2013 – 2014” dapat
Las SMK Negeri 1Bandar dua tahun pelajaran 2013 – 2014 baik dari aspek
2. Pendekatan Multimedia yang diterapkan pada kelas IX Las SMK Negeri 1 juga
problem yang terjadi pada praktikum, dan kemampuan bekerja sama dalam
B. Saran
33
1. Guru hendaknya mulai mempelajari berbagai pendekatan pembelajaran yang
memberdayakan siswa. Oleh karena itu sangat baik untuk diaplikasikan di kelas,
34
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Munib. 2004. KBK Sebuah Inovasi Kurikulum dalam Pembelajaran. Edukasi
(http://id.wikipedia.org/wiki/Multimedia)
(http://muhammadiqbalm.wordpress.com/2012/08/08/pengertian-animasi/)
Thamrin Kamaruddin, Bahrum A. Bakar 2008. Modul Pemelitian tindakan Kelas, Banda
Kejuruan
Ahmad Hamid, Arifin Gapi. Modul evaluasi Pendidikan, Banda Aceh : Departemen
35
Lampiran
Daftar Nama siswa Kelas IX las SMK Negeri 1 Bandar Dua, tahun Ajaran 2013 -2014
No NAMA NIS
1 Syahrul Maulida
2 Martunis M
3 M. Nasir
4 M. Zulfikar
5 M. Bakri
6 Agus MAulana
Animasi Pengukuran
36
Implementasi Animasi Jangka Sorong
37
38