Anda di halaman 1dari 29

Term of References

Keuangan YPBB
Kata Pengantar
Bagian 1
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Akuntansi adalah sebuah kegiatan yang dalam prosesnya adalah untuk melakukan
pencatatan, peringkasa, pengklasifikasian, pengolahan dan penyajian data transaksi
keuangan yang hasilnya berupa informasi laporan keuangan dan akan digunakan oleh
pihak internal maupun eksternal. Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan
yang dipisahkan dan diperuntukkan dalam mencapai tujuan tertentu dibidang sosial,
keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota. Yayasan dapa
tmendirikan badan usaha yang kegiatannya sesuai dengan maksud dan tujuan yayasan.
YPBB merupakan yayasan yang bergerak dibidang sosial dan YPBB sendiri dalam
kegiatannya melakukan banyak transaksi baik dengan pihak internal dan juga eksternal,
sehingga diperlukan sistem informasi akuntansi untuk memudahkan pengguna dalam
mengolah data transaksi keuangan dan menghasilkan informasi berupa laporan keuangan
yang akan dipakai untuk pihak internal dan external. Sistem informasi akuntansi yang
dipakai oleh YPBB  diharapkan dapat mengoptimalkan setiap proses pengolahan data
menjadi suatu informasi, sehingga akan didapat informasi keuangan secara efektif, efisien
dan tepat sesuai dengan aturan yang berlaku.
1.2 Maksud dan Tujuan
Akuntansi adalah sebuah kegiatan yang dalam prosesnya adalah untuk melakukan
pencatatan, peringkasa, pengklasifikasian, pengolahan dan penyajian data transaksi
keuangan yang hasilnya berupa informasi laporan keuangan dan akan digunakan oleh
pihak internal maupun eksternal.
1.3 Luaran
Akuntansi adalah sebuah kegiatan yang dalam prosesnya adalah untuk melakukan
pencatatan, peringkasa, pengklasifikasian, pengolahan dan penyajian data transaksi
keuangan yang hasilnya berupa informasi laporan keuangan dan akan digunakan oleh
pihak internal maupun eksternal.
1.4 Batasan
Akuntansi adalah sebuah kegiatan yang dalam prosesnya adalah untuk melakukan
pencatatan, peringkasa, pengklasifikasian, pengolahan dan penyajian data transaksi
keuangan yang hasilnya berupa informasi laporan keuangan dan akan digunakan oleh
pihak internal maupun eksternal.
Bagian 2
Landasan Teori Pengelolaan Keuangan
2.1 Prinsip Dasar Akuntansi
2.1.1. Persamaan Dasar Akuntansi
Persamaan dasar akuntansi digunakan dalam akuntansi entri ganda. Ini
menunjukkan hubungan antara “Aset, Kewajiban, dan Ekuitas” suatu entitas.
Persamaan dasar akuntansi, dapat melihat apakah Aset dibiayai oleh utang atau
dana bisnis. Persamaan akuntansi juga disebut persamaan neraca. Berikut adalah
rumus persamaan dasar akuntansi:

Aset = Kewajiban + Ekuitas

Persamaan di atas adalah persamaan dasar yang digunakan di dalam


akuntansi. Persamaan tersebut yang digunakan sebagai dasar prinsip umum
akuntansi yang kita ketahui adalah adanya keseimbangan (balance) antar sisi,
baik itu dari pemasukan (income) maupun pengeluaran (expense). Persamaan
tersebut memberikan penjelasan tentang hubungan antara Aset, Kewajiban, dan
Ekuitas. Secara matematis, prinsip persamaan dasar akuntansi menghubungkan
antara harta dengan hutang serta modal. Bagian harta atau aset termasuk dalam
bagian Aktiva, sedangkan hutang dan modal masuk dalam bagian Pasiva. 
Maksud adanya persamaan dasar ini sebagai (1) sumber catatan yang
mempermudah proses pencatatan transaksi keuangan, (2) sebagai sarana untuk
memeriksa besarnya saldo yang masuk maupun keluar, dan (3) sebagai sarana
koreksi ketepatan antara saldo pada sisi aktiva maupun sisi pasiva. Oleh karena
itu seorang akuntan akan terbantu untuk menjalankan perhitungan keuangan
dengan menggunakan persamaan dasar ini.
Secara umum, prinsip persamaan dasar ini juga berlaku untuk entitas
nirlaba. Bahwa, keseimbangan antara pemasukan dengan pengeluaran selalu
menjadi perhatian. Namun secara khusus, terdapat perbedaan atas jenis
komponen penyusun persamaan dasar di atas. Berikut adalah persamaan dasar
akuntansi yang digunakan oleh organisasi non profit: 

Aset = Kewajiban + Aktiva Bersih

Dari persamaan di atas dapat dilihat perbedaan antara persamaan dasar


akuntansi entitas yang berorientasi laba dan nirlaba adalah pada sisi ekuitas/
modal dasar dimana entitas yang berorientasi laba dapat memiliki persentase
kepemilikan yaitu ekuitas sementara organisasi nirlaba tidak dimiliki oleh
siapapun, meskipun terdapat dewan direksi tetapi individu tersebut tidak
memiliki persentase apapun dari organisasi nirlaba tersebut. Artinya dalam
sistem akuntansi organisasi nirlaba, tidak ada akun ekuitas pemilik dan diganti
oleh akun aktiva bersih.

2.2 Komponen – Komponen dalam Persamaan Dasar Akuntansi


a. Aset atau aktiva adalah semua sumber ekonomi atau nilai suatu kekayaan oleh
suatu entitas tertentu dengan harapan memberikan manfaat ekonomi dan sosial
yang dapat diukur dalam satuan uang.
b. Kewajiban adalah hutang yang harus dilunasi berupa uang atau pelayanan yang
harus dibayarkan atau dilakukan pada masa datang pada pihak lain. Liabilitas
adalah kebalikan dari aset yang merupakan sesuatu yang dimiliki.
c. Ekuitas adalah tuntutan atau bagian hak pemilik terhadap aktiva perusahaan yaitu
selisih antara aktiva dan kewajiban. Dalam arti sempit ekuitas merupakan nilai
jual dari perusahaan tersebut.
d. Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh perusahaan atau organisasi
dari kegiatan aktivitasnya seperti penjualan produk dan atau jasa kepada
pelanggan.
e. Beban adalah pengurang dari pendapatan yang akan menghasilkan laba bersih
dalam perusahaan sebelum pajak pada laporan laba rugi. Beban juga bisa
digunakan sebagai standar penurunan manfaat suatu ekonomi dalam satu periode
akuntansi yang berbentuk kas keluar.
Di dalam organisasi nirlaba, terdapat sedikit perbedaan dalam komponen
persamaan dasar akuntansi dimana pada perusahaan yang berorientasi laba akan muncul
ekuitas di sisi Kredit dan pada organisasi nirlaba muncul aktiva bersih.
Komponen aktiva bersih dalam organisasi nirlaba dikelompokan menjadi 3 bagian
yaitu aktiva bersih tidak terikat, aktiva bersih terikat temporer dan aktiva bersih terikat
permanen. Berikut penjelasan mengenai ketiga komponen tersebut.
a. Aktiva bersih tidak terikat adalah sumber daya yang penggunaannya tidak dibatasi
untuk tujuan tertentu oleh pendonor.
b. Aktiva bersih terikat adalah sumber daya yang penggunaannya dibatasi untuk
tujuan tertentu oleh pendonor. Pembatasan tersebut dapat bersifat permanen atau
temporer.
○ Pembatasan permanen adalah pembatasan penggunaan sumber daya yang
ditetapkan oleh penyumbang agar sumber daya tersebut dipertahankan secara
permanen, tetapi organisasi diizinkan untuk menggunakan sebagian atau
semua penghasilan atau manfaat ekonomi lainnya yang berasal dari sumber
daya tersebut.
○ Pembatasan temporer adalah pembatasan penggunaan sumber daya oleh
penyumbang yang menetapkan agar sumber daya tersebut dipertahankan
sampai periode tertentu atau sampai dengan terpenuhinya keadaan tertentu.
2.3 Basis Pencatatan Akuntansi
Saat suatu organisasi melakukan pencatatan keuangan maka perlu menggunakan
basis akuntansi, karena basis akuntansi memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui kapan
pengaruh transaksi atau kejadian harus diakui. Dan setiap organisasi menggunakan basis
akuntansi yang berbeda - beda dan ini tergantung dari sebuah organisasi tersebut.
Terdapat dua macam basis akuntansi yaitu Basis Kas dan Basis Akrual, yang secara luas
digunakan: 
a. Basis Kas (Cash Basis)
Basis kas merupakan dasar pengakuan atas suatu transaksi atau peristiwa
ketika kas atau setara kas telah diterima atau dikeluarkan. Konsep dasar basis kas
diterapkan dalam dua hal berikut ini:
○ Pengakuan Pendapatan, hal ini diakui ketika perusahaan telah menerima
kas. Jika transaksi penjualan, perusahaan tidak perlu melakukan penagihan
akan hal ini karena setiap transaksi dilakukan secara tunai.
○ Pengakuan Beban, hal ini diakui ketika perusahaan betul-betul telah
mengeluarkan kas. 
Akuntansi basis kas banyak diterapkan oleh organisasi nirlaba karena
alasan kepraktisan, tanpa mengetahui lebih dalam pengaruh atas penggunaan basis
kas. Dengan pilihan basis kas banyak sekali kejadian transaksi yang terjadi tetapi
belum dikeluarkan / diterima uangnya yang tidak dicatat dan rawan terhadap
kesalahan.
b. Basis Akrual (Accrual Basis)
Basis Akrual merupakan dasar pengakuan atas suatu transaksi atau
peristiwa ketika ia terjadi tanpa memperhatikan diterima atau dikeluarkannya kas
atau setara kas yang terkait. Dasar akuntansi ini membenarkan bagi pelaku
pembukuan untuk mencatat transaksi yang sebenar terjadi apabila memiliki
kemungkinan atau kepastian akan adanya peristiwa masuk atau keluarnya kas atau
setara kas. Konsep dasar basis akrual diterapkan dalam dua hal berikut ini:
○ Pengakuan Pendapatan
Hal ini diakui ketika perusahaan memiliki kewenangan untuk
melakukan penagihan atas kegiatan usahanya seperti penjualan jasa/
barang. Pengakuan pendapatan ini tidak menunggu masa ketika kas/ bank
betul-betul diterima sehingga akan mungkin terjadinya piutang tak
tertagih.
○ Pengakuan Beban
Hal ini diakui ketika perusahaan sudah memiliki kewajiban untuk
membayar meskipun perusahaan belum melakukan pembayaran sama
sekalipun.
Menurut standar akuntansi, organisasi diasumsikan akan hidup
terus (going concern) untuk jangka waktu yang panjang, sehingga
pencatatan yang dilakukan harus menggunakan basis akrual. 
Perubahan kebiasaan pencatatan dari basis kas ke basis akrual
murni bisa disiasati dengan cara mencatat transaksi rutin dengan basis kas,
dan kemudian lakukan penyesuaian catatan dengan basis akrual pada saat
akan menerbitkan informasi keuangan. Berikut adalah contoh pencatatan
akuntansi berdasarkan basis kas dan akrual:

“Organisasi membeli peralatan kantor seharga Rp. 20.000.000 pada


tanggal 1 Januari 2021 kepada PT Sinar Muda secara kredit (utang), dan
melunasi utang tersebut pada tanggal 5 Januari 2021”

Basis Kas

5 Januari 2021 Peralatan Kantor 20.000.000

Kas 20.000.000

Basis Akrual

Saat Pembelian Peralatan Kantor

1 Januari 2021 Peralatan Kantor 20.000.000

Utang Usaha 20.000.000

Saat Pembayaran Utang Usaha

5 Januari 2021 Utang Usaha 20.000.000

Kas 20.000.000

“Organisasi telah menandatangani MoU dengan pendonor pada tanggal


7 Oktober 2021, didalam MoU tersebut organisasi mendapatkan dana
hibah sebesar Rp. 2.000.000.000 yang akan diterima secara bertahap
setiap awal tahun selama 2 tahun.”

Basis Kas
1 Januari 2022 Kas/Bank 1.000.000.000

Pendapatan Hibah 1.000.000.000

Catatan : dengan menggunakan basis kas, pencatatan hanya dilakukan pada saat
organisasi menerima uang dari pendonor yaitu setiap awal tahun.

Basis Akrual

7 Oktober 2021 Piutang External 2.000.000.000

Pendapatan Hibah 2.000.000.000

Catatan : saat awal penandatanganan MoU organisasi akan langsung mengakui


pendapatan dengan mencatat piutang terhadap pendapatan hibah.

1 Januari 2022 Kas/Bank 1.000.000.000

Piutang External 1.000.000.000

Catatan : Piutang eksternal akan diamortisasi setiap satu tahun sekali (sesuai
kesepakatan/kontrak) dengan mencatat Kas/Bank terhadap Piutang eksternal dimana
piutang akan berkurang dan Kas/Bank akan bertambah

2.3.1. Kelebihan dan Kekurangan Basis Kas dan Basis Akrual


a. Kelebihan
○ Basis Kas
- Mudah digunakan.
- Mencerminkan nilai arus kas secara langsung.
- Cocok untuk organisasi yang memiliki aset yang sedikit.
○ Basis Akrual
- Memberikan gambaran yang lebih akurat.
- Memungkinkan perencanaan yang mudah.
- Sesuai dengan peraturan akuntansi yang berlaku.
b. Kekurangan
○ Basis Kas
- Tidak menunjukan keseluruhan nilai.
- Sulit melakukan transaksi yang pembayarannya tertunda.
- Sulit dalam pengambilan keputusan.
- Penghapusan piutang akan dilakukan secara langsung dan tidak ada
pengakuan pencadangan piutang tak tertagih.
○ Basis Akrual
- Sangat rumit dalam pengaplikasian pencatatan pendapatan dan
beban/biaya.
- Organisasi kecil mungkin akan kekurangan staf dalam melakukan
pencatatan dengan metode ini.
- Ketidakpastian arus kas.
- Perhitungan yang sangat sulit.
2.4 Siklus Akuntansi
Siklus akuntansi adalah proses untuk menyelesaikan tugas pembukuan perusahaan
dimulai dengan mengidentifikasi transaksi, pencatatan, analisis, dan diakhiri dengan
pelaporan dari aktivitas keuangan.
Siklus akuntansi digunakan secara komprehensif melalui satu periode pelaporan
penuh. Dengan demikian, tetap terorganisir sepanjang kerangka waktu proses dapat
menjadi elemen kunci yang membantu menjaga efisiensi secara keseluruhan. Periode
siklus akuntansi akan bervariasi menurut kebutuhan pelaporan. Sebagian besar entitas
berusaha menganalisis kinerja mereka setiap bulan, meskipun beberapa mungkin lebih
fokus pada hasil triwulanan atau tahunan.
Terlepas dari itu, sebagian besar pemegang buku akan memiliki kesadaran akan
posisi keuangan perusahaan dari hari ke hari. Secara keseluruhan, menentukan jumlah
waktu untuk setiap siklus akuntansi penting karena menetapkan tanggal tertentu untuk
pembukaan dan penutupan. Setelah siklus akuntansi ditutup, siklus baru dimulai,
memulai kembali proses akuntansi delapan langkah dari awal lagi. Berikut adalah siklus
tahapan atau siklus akuntansi yang dilakukan organisasi dari awal melakukan transaksi
hingga terbentuk sebuah informasi berupa laporan keuangan.
a. Bukti Transaksi
Bukti transaksi adalah bukti – bukti atas kejadian yang dilakukan oleh organisasi
baik kepada pihak internal maupun eksternal, contoh dari bukti transaksi dapat
berupa kwitansi, faktur, cek, nota kredit atau debit dan lain sebagainya.
b. Pencatatan
Tahap pencatatan adalah suatu proses pencatatan menggunakan double entry (debit
& kredit) yang nantinya akan dikelompokan ke dalam masing – masing akun yang
berupa buku besar.
c. Input Jurnal
Cara pencatatan transaksi yang dilakukan oleh organisasi, dengan menggunakan
pencatatan double entry yaitu pencatatan di posisi debit & kredit dimana pencatatan
tersebut akan berpengaruh antara satu akun dan akun lainnya.
d. Buku Besar
Adalah media untuk menampung transaksi yang telah diklasifikasikan
menggunakan jurnal dengan proses posting.
e. Pengikhtisaran
Proses pengikhtisaran hasil dari pengelompokan berupa buku besar masing-masing
akun kemudian diikhtisarkan nilai saldo setiap buku besar ke dalam neraca saldo.
f. Neraca Saldo
Neraca saldo berisi ringkasan seluruh akun – akun yang dimiliki lembaga dengan
nilai saldo awal, jumlah mutasi debet & kredit serta saldo akhir. Nilai saldo ini
berasal dari buku besar.
g. Pelaporan
Proses ini merupakan proses akhir yang merangkum seluruh nilai saldo dari neraca
saldo dan dikelompokan sesuai akun ke dalam laporan keuangan yang tersedia di
dalam suatu organisasi.
h. Laporan Keuangan
Hasil akhir dari siklus akuntansi berupa laporan keuangan yang berupa informasi
yang bersifat umum dan dipakai baik oleh pihak internal maupun eksternal. Hasil
akhir dari siklus akuntansi adalah laporan keuangan yang akan menyajikan berupa
informasi yang dipakai oleh pihak internal maupun eksternal untuk kepentingan
pengambilan keputusan. Terdapat beberapa macam laporan keuangan dan
khususnya di organisasi nirlaba ada 5 macam (menurut ISAK 35) yaitu Laporan
Posisi Keuangan, Laporan Penghasilan Komprehensif, Laporan Perubahan Aktiva
Bersih, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan.
○ Laporan Posisi Keuangan
Laporan posisi keuangan atau neraca adalah salah satu laporan keuangan
yang memberikan informasi tentang posisi aktiva, kewajiban, dan aktiva bersih
yang disajikan pada akhir periode. Informasi likuiditas Aktiva dan Kewajiban
di dalam laporan posisi keuangan diberikan dengan (1) Menyajikan aktiva
berdasarkan urutan likuiditas dan kewajiban berdasarkan jatuh tempo, (2)
Mengelompokan aktiva ke dalam lancar dan tidak lancar juga kewajiban ke
dalam jangka pendek dan jangka panjang (3) Mengungkapkan informasi
mengenai likuiditas aktiva atau saat jatuh temponya kewajiban termasuk
pembatasan penggunaan aktiva, pada catatan atas laporan keuangan.
Laporan posisi keuangan juga menyajikan jumlah masing-masing
kelompok aktiva bersih berdasarkan ada atau tidaknya pembatasan oleh
penyumbang, seperti sudah dijelaskan di poin 1.1.2 mengenai komponen-
komponen dalam persamaan dasar akuntansi.
○ Laporan Penghasilan Komprehensif
Laporan Penghasilan Komprehensif adalah laporan yang menyediakan
informasi mengenai pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah
jumlah dan sifat aktiva bersih, hubungan setiap transaksi dan peristiwa lain,
dan bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program
dan jasa.
Laporan ini juga mengatur informasi yang disajikan dalam laporan laba
rugi seperti penghasilan dan beban entitas untuk suatu periode Informasi yang
disajikan dalam laporan laba rugi: 
- Pendapatan. 
- Beban keuangan. 
- Bagian laba atau rugi dari investasi yang menggunakan metode ekuitas. 
- Beban pajak.
- Laba rugi atau rugi neto.
○ Laporan Perubahan Aktiva Bersih
Laporan perubahan aktiva bersih merupakan bagian dari laporan
aktivitas yang tidak dapat dipisahkan, dimana hasil akhir dari laporan aktivitas
baik laba atau rugi akan menjadi penguran (bila rugi) dan penambah (bila laba)
di laporan tersebut.

○ Laporan Arus Kas


Laporan arus kas adalah sebuah laporan keuangan yang menyajikan arus
kas masuk dan kas keluar dari sebuah organisasi. Tujuan dari dibuatnya
laporan ini adalah mensyaratkan ketentuan atas informasi mengenai perubahan
historis dalam kas dan setara kas suatu organisasi yang mengklasifikasikan arus
kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan selama suatu
periode. 
Organisasi menyusun dan menyajikan laporan tersebut sebagai bagian
tak terpisahkan dari laporan keuangan untuk setiap periode penyajian laporan
keuangan.
Entitas melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan menggunakan
salah satu dari metode: (1) Metode langsung, dengan metode ini kelompok
utama dari penerimaan kas bruto dan pembayaran kas bruto diungkapkan, (2)
Metode tidak langsung, dengan metode ini laba atau rugi disesuaikan dengan
mengoreksi pengaruh transaksi yang bersifat nonkas, penangguhan, atau akrual
dari penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi di masa lalu atau masa
depan, dan pos penghasilan atau beban yang berhubungan dengan arus kas
investasi atau pendanaan.
2.5 Standar Pengelolaan Sumber Daya Uang
Setiap organisasi harus berupaya dalam melakukan perancangan kegiatan yang
berkaitan dengan penyimpanan serta pengendalian sumber daya uang dan aset dengan
melakukan pengelolaan keuangan. Setiap organisasi harus melakukan pengelolaan
keuangan dengan benar bertujuan agar organisasi tersebut dapat berkembang dan maju.
Tujuan dari pengelolaan sumber daya uang itu adalah sebagai berikut:
a. Menjaga cash flow agar belanja organisasi tetap terkendali.
b. Meningkatkan kinerja keuangan perusahaan dengan mengurangi budget yang tidak
prioritas.
c. Membuat struktur modal menjadi lebih seimbang antara anggaran dengan dana
yang terpinjam.
d. Meningkatkan valuasi organisasi untuk jangka panjang.
e. Efisiensi anggaran organisasi.
f. Memaksimalkan modal organisasi.
g. Mengurangi resiko dalam pengambilan keputusan.
Terdapat 5 fungsi dalam pengelolaan sumber daya uang yaitu: 
a. Planning
Sebuah perencanaan keuangan di perusahaan yang mencakup manajemen uang kas,
perhitungan rugi laba, serta perencanaan cash flow. 
b. Budgeting
Merupakan kegiatan penganggaran untuk pengadaan barang/jasa. Anda harus
menekan budget seminimal mungkin untuk meraih keuntungan yang lebih besar.
c. Controlling
Fungsi ini lebih berfokus pada pengawasan dan evaluasi terhadap kondisi keuangan
sehingga sistem keuangan berjalan dengan baik.
d. Auditing
Mengarahkan organisasi untuk memeriksa keuangan sesuai prinsip akuntansi untuk
menghindari potensi penyelewengan dana.
e. Reporting.
Kegiatan pelaporan kinerja keuangan. Prosesnya harus dilakukan secara terbuka
karena laporan ini berisi informasi tentang kondisi keuangan perusahaan.
Kelima fungsi diatas dapat digunakan setiap organisasi dalam proses pengelolaan
sumber daya uang. Dan untuk membantu organisasi dalam pelaksanaannya, setiap
organisasi harus mengimplementasi standar keuangan yang berlaku dan cocok untuk
diaplikasikan dalam organisasinya. PSAK 45 dan IAS 35 merupakan standar akuntansi
yang cocok digunakan untuk organisasi non laba.

2.6 ISAK 35
ISAK Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) No 35 tentang Penyajian
Laporan Keuangan Entitas Berorientasi Non Laba adalah aturan yang disahkan oleh
Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) untuk
mengatur tentang penyajian laporan keuangan entitas berorientasi non laba. ISAK 35
merupakan interpretasi dari PSAK 1 dalam Penyajian Laporan Keuangan paragraf 05
yang memberikan contoh bagaimana entitas berorientasi non laba membuat penyesuaian
baik penyesuaian deskripsi yang digunakan untuk pos-pos tertentu dalam laporan
keuangan dan penyesuaian deskripsi yang digunakan untuk laporan keuangan itu sendiri.
Dengan adanya pedoman ISAK 35 dapat memberikan informasi keuangan yang
jelas kepada donatur dan masyarakat. Berdasarkan ISAK 35 laporan keuangan yang
didapat dari suatu siklus akuntansi entitas nirlaba adalah: laporan arus kas, laporan
penghasilan komprehensif, laporan perubahan aset neto, laporan posisi keuangan, catatan
atas laporan keuangan. Beberapa perbedaan dari ISAK 35 dan PSAK 45 teridentifikasi
sebagai berikut:
a. Perubahan istilah terjemahan atas kata “Not-for-Profit” sebelumnya dalam PSAK
45 diterjemahkan sebagai “Nirlaba” namun kemudian diubah oleh DSAK IAI
dalam ISAK 35 menjadi Non Laba dengan dasar bahwa sesungguhnya aktivitas
utamanya tidak berorientasi mencari laba namun bukan berarti tidak menghasilkan
laba (nirlaba).
b. Ruang lingkup objek ISAK 35 adalah:
○ Entitas berorientasi non laba terlepas dari apapun bentuk hukumnya.
○ Diterapkan juga oleh entitas yang menerapkan SAK ETAP.
○ ISAK 35 hanya mengatur mengenai penyajian laporan keuangan, sehingga
ketentuan akuntansi lain yang dilakukan oleh entitas nirlaba tersebut mengacu
kepada SAK atau SAK ETAP masing-masing yang relevan.
○ Kebebasan untuk melakukan penyesuaian terhadap beberapa hal sesuai
dengan kondisi entitas nirlaba tersebut, diantaranya: (1) Penyesuaian
deskripsi yang digunakan untuk beberapa pos dalam laporan keuangan; (2)
Penyesuaian deskripsi yang digunakan untuk laporan keuangan itu sendiri. (3)
Tidak ada pengaturan ketentuan transisi yang diatur khusus pada ISAK 35.
c. Unsur – unsur laporan keuangan ISAK 35:
○ Laporan Posisi Keuangan untuk menyajikan pos penghasilan komprehensif
pada bagian aset neto tanpa pembatasan dan menyajikan pos penghasilan
komprehensif lain secara tersendiri.
○ Laporan Pendapatan Komprehensif, berupa kolom tunggal untuk menyajikan
informasi sesuai dengan klasifikasi aktiva bersih.
○ Laporan Perubahan Aset Neto.
○ Laporan Arus kas.
○ Catatan atas Laporan Keuangan.

2.7 Ketentuan Pajak Organisasi Non Laba


Organisasi nirlaba merupakan subjek pajak penghasilan, pengakuan penghasilan
maupun pembebanan biaya pada jenis organisasi nirlaba sama dengan bentuk organisasi
lainnya. Dimana pada akhir periode laporan keuangan suatu organisasi nirlaba akan
menyajikan nilai sisa hasil usaha/ aktiva bersih  yang setara dengan laba-rugi suatu
organisasi yang berorientasi laba. Organisasi nirlaba juga diwajibkan dalam melakukan
administrasi pajak dalam hal ini dalam pembuatan laporan SPT tahunan  PPh badan yang
dimana organisasi nirlaba tidak luput dari sanksi administrasi dan sanksi pidana apabila
ada ketentuan perpajakan yang dilanggar.
Terdapat dua objek pajak pada organisasi nirlaba dimana objek pajak tersebut
adalah objek pajak berupa penghasilan dan bukan objek pajak penghasilan, dimana
rincian dari kedua objek pajak tersebut adalah sebagai berikut:
a. Objek Pajak Penghasilan
- Penghasilan yang diterima dari usaha pekerjaan, kegiatan atau jasa.
- Bunga deposito, obligasi, diskonto SBI dan bunga lain.
- Sewa dan imbalan lain sehubungan dengan penggunaan harta.
- Keuntungan dari penghasilan harta termasuk keuntungan pengalihan harta yang
semula berasal dari bantuan atau hibah.
b. Bukan Objek Pajak Penghasilan
- Bantuan, sumbangan atau zakat yang diterima oleh badal amil zakat, infak dan
sedekah.
- Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh organisasi nirlaba dari
penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat di Indonesia.
- Bantuan atau sumbangan dari pemerintah.
Menurut perundang-undangan pajak penghasilan, organisasi nirlaba
merupakan subjek pajak, meskipun tidak memperoleh penghasilan yang
merupakan objek pajak organisasi nirlaba tetap menjadi wajib pajak jika
memenuhi kriteria sebagai pemotong pajak.
Sebagai contoh, bertindaknya sebagai pemotong PPh pasal 21 atas
penghasilan gaji, honorarium, tunjangan, upah yang diberikan kepada
karyawan/pihak lain. Selain itu organisasi nirlaba juga merupakan subjek
badan pemotongan atas jasa yang digunakan, sehingga wajib memotong PPh
23 dan/atau PPh Pasal 4 ayat 2.
c. Jenis Pajak
○ PPh 21
Berdasarkan peraturan Dirjen Pajak No. PER-32/PJ/2015 PPh 21
merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan
dan pembayaran lainnya dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan
dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh orang
pribadi sebagai subjek pajak dalam negeri. Menurut peraturan dirjen pajak,
PKP (Penghasilan Kena Pajak) untuk PPh 21 adalah sebagai berikut:
- Pegawai tetap
- Penerima pensiun berkala
- Pegawai tidak tetap, yang penghasilannya dibayar setiap bulan (atau
jumlah kumulatif dari penghasilan satu bulan melebihi Rp. 4.500.000)
- Bukan pegawai, yang penghasilannya bersifat berkesinambungan.
Jika jumlah penghasilan lebih dari Rp450.000/hari. Ketentuan ini
berlaku bagi pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas yang memperoleh
upah harian, mingguan, satuan, atau borongan.
Sepanjang penghasilan kumulatif yang diterima dalam satu bulan
kalender telah melebihi Rp4.500.000.
Selain itu, pemotongan tarif PPh 21 sebesar 50% dari jumlah
penghasilan bruto. Ketentuan ini berlaku bagi bukan pegawai yang
memperoleh penghasilan tidak bersifat berkesinambungan.
Berdasarkan PMK No. 101/PMK.010/2016, wajib pajak juga tidak akan
dikenakan pajak penghasilan jika penghasilan kurang atau sama dengan
Rp54.000.000. Berikut adalah lengkapnya:
- Rp. 54.000.000 untuk WP orang pribadi.
- Rp. 4.500.000 tambahan untuk WP yang sudah menikah/kawin.
- Rp. 54.000.000 untuk istri yang penghasilannya digabung dengan
penghasilan suami.
- 4.500.000 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan
keluarga dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi
tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 orang untuk setiap keluarga.
Sesuai dengan undang - undang perpajakan pasal 17 ayat 1, tarif pajak
penghasilan pribadi menggunakan tarif progresif sebagai berikut:
- Penghasilan tahunan sampai dengan Rp. 50.000.000 adalah 5%.
- Penghasilan tahunan diatas Rp. 50.000.000 sampai dengan Rp.
250.000.000 adalah 15%.
- Penghasilan tahunan diatas Rp. 250.000.000 sampai dengan Rp.
500.000.000 adalah 25%.
- Penghasilan tahunan diatas Rp. 500.000.000 adalah 30%.
- Untuk WP yang tidak memiliki NPWP, dikenakan tarif 20% lebih
tinggi dari mereka yang memiliki NPWP.
○ PPh 23
Pajak penghasilan pasal 23 adalah pajak yang dipotong oleh pemungut
pajak dari wajib pajak saat transaksi yang meliputi transaksi dividen, royalti,
bunga, hadiah dan penghargaan, sewa dan penghasilan lain yang terkait dengan
penggunaan aset selain tanah atau transfer bangunan atau jasa. Tarif untuk PPh
23 adalah sebagai berikut:
- 15% dari jumlah bruto atas hadiah dan penghargaan selain yang telah
dipotong PPh 21 juga dividen kecuali pembagian deviden ke orang
pribadi yang dikenakan PPh final (PPh 4(2)), bunga dan royalti.
- 2% dari jumlah bruto atas sewa dan penghasilan lain yang berkaitan
dengan penggunaan harta kecuali sewa tanah dan/atau bangunan,
imbalan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan
serta imbalan jasa yang diuraikan dalam peraturan menteri keuangan
No. 141/OMK. 03/2015.
- Bagi WP yang tidak memiliki NPWP maka akan dipotong 100% lebih
tinggi dari tarif PPh 23.
○ PPh 4 (2)
PPh pasal 4 ayat 2 adalah pajak yang dikenakan wajib pajak badan
maupun pribadi atas beberapa jenis penghasilan yang mereka dapatkan dan
pemotongan pajaknya bersifat final, maka dari itu PPh 4 (2) biasa juga disebut
PPh final.
Pajak penghasilan ini bersifat final dikarenakan pajak tersebut tidak
dapat dikreditkan dengan pajak penghasilan terutang, dimana pemotongan
pajaknya hanya sekali dalam sebuah masa pajak dengan pertimbangan
kemudahan, kesederhanaan, kepastian, pengenaan pajak yang tepat waktu dan
pertimbangan lainnya.
Objek dari PPh final ini terdiri dari 11 penghasilan, diantaranya bunga
deposito, omzet penjualan di bawah Rp. 4,8 miliar, simpanan, dividen, lotre
dan undian, derivatif, saham, jasa konstruksi, sewa tanah, pengalihan hak
tanah/ bangunan serta penjualan saham.
Tarif yang digunakan PPh final ini bervariasi tergantung objeknya yaitu
antara 0,1% - 20%. Untuk UMKM, wiraswasta atau bisnis online juga
dikenakan PPh final dengan tarif 0,5% dari total peredaran bruto/omzet
penjualan dalam 1 bulan.
○ PPh 25
Organisasi non laba dapat dikenakan PPh 25 dimana pajak ini akan
dikenakan jika organisasi tersebut memiliki selisih lebih antara pendapatan
dengan biaya, dalam artian PPh 25 akan dikenakan bila pendapatan suatu
organisasi lebih besar dari biayanya. Selisih lebih tersebut disebut dengan
objek pajak. Tidak semua pendapatan organisasi nirlaba dapat dikenakan PPh
25, pendapatan yang dikecualikan dari PPh 25 adalah sumbangan, hibah dan
wakaf. Selain dari itu akan dikenakan PPh 25.
BAGIAN 2
SISTEM PENGELOLAAN SUMBER DAYA UANG YPBB

2.1. Profil Organisasi

Nama : Yaksa Pelestari Bumi Berkelanjutan (YPBB)


Akta Pendirian :
NPWP : 93.714.948.2-423.000
Jumlah Karyawan :
Jenis Organisasi : Perkumpulan

2.2. Periode Keuangan

Sesuai dengan keputusan rapat tahunan YPBB 2014, siklus keuangan YPBB berubah
menjadi 1 Desember – 31 November.

2.3. Anggaran Tahunan


2.3.1. Cakupan Anggaran YPBB

Anggaran YPBB mencangkup:


- Dana operasional kantor
- Tunjangan tambahan
- JK staf
- Operasional staf
- Rapat tahunan, rapat tengah tahun, rapat staf, rapat koordinator
- Sewa kantor
- Perawatan kendaraan, kantor dan peralatan
- Investasi untuk tanah
- Dana operasional kegiatan per divisi
- Kegiatan tidak terduga
Besaran anggaran YPBB disiapkan setiap tahun dan disepakati oleh semua
staf YPBB.

2.3.2. Rencana Anggaran

Penyusunan anggaran dibuat per-periode atau saat akan melakukan proyek/


kegiatan, rencana anggaran yang disusun harus berdasarkan efektivitas penggunaan,
penyesuaian data dan hasil evaluasi tiap proyek/ kegiatan.
Pembuatan anggaran dilakukan oleh departemen terkait baik untuk kegiatan
internal dan eksternal dengan menerapkan prosedur sebagai berikut:
- Project Manager penanggung jawab kegiatan menyusun RAB sesuai
berdasarkan kegiatan yang akan dilaksanakan di periode berikutnya.
- RAB yang dibuat harus sesuai dengan rencana kerja dari pendonor dan nilai
dari RAB berdasarkan HPS (Harga Perkiraan Sendiri) yang wajar dengan
dasar dari harga historis periode sebelumnya.
- Departemen keuangan mengevaluasi RAB tersebut berdasarkan efektifitas
penggunaan serta hasil evaluasi dari data historis pengeluaran project dan
kewajaran harga.
- Bila RAB tersebut sudah disetujui maka Manager project/ penanggung jawab
kegiatan harus memastikan pengeluaran biaya sesuai dengan RAB dan bila
terdapat perbedaan akan dievaluasi dan data tersebut akan menjadi acuan di
RAB di periode selanjutnya.

2.4. Manajemen Kas Kecil


2.4.1. Jenis dan Besaran Biaya untuk Pembayaran dari Dana Kas Kecil

- Dana kas kecil untuk pembayaran dalam jumlah kecil yang pembayarannya
tidak dapat dilakukan melalui transfer bank.
- Besarnya pengeluaran yang dapat ditanggung oleh dana kas kecil adalah
pengeluaran dengan nilai sampai dengan Rp. 2.000.000.
- Jenis pengeluaran yang ditanggung oleh dana kas kecil termasuk transport,
komunikasi, konsumsi, pertemuan, entertainment, perijinan, sumbangan,
keamanan, peralatan kantor, pelatihan dll.

2.4.2. Permintaan Pembayaran dari Dana Kas Kecil

- Semua permintaan pembayaran dari dana kas kecil harus diajukan tidak lebih
dari 5 hari dari tanggal faktur.
- staf keuangan/ kasir harus menyelesaikan pembayaran kepada penerima tidak
lebih dari 2 hari kerja sejak pengajuan dilakukan.

2.4.3. Pengajuan Kasbon/ Uang Muka

- Karyawan mengisi form permintaan dana kas.


- Kasir akan memverifikasi setiap aplikasi permohonan permintaan dana kas
terkait uang muka dan akan dibayar kepada penerima tidak lebih dari 2 hari
kerja.
- Masa untuk penyelesaian kasbon adalah 5 hari kerja dan harus dicatat dengan
jelas dalam lembar permohonan kasbon. Pengecualian untuk perjalanan dinas
kasbon harus diselesaikan dalam bulan yang bersangkutan dan tidak boleh
ditunda sampai dengan bulan berikutnya. Manajer keuangan akan menyetujui
untuk penundaan penyelesaian kasbon.
- staf keuangan/ kasir tidak akan menerima permohonan pembayaran diluar
syarat tersebut diatas.

2.4.4. Manajemen Dana Kas Kecil

- YPBB menggunakan dana metode imprest fund system atau metode tetap
dalam pengelolaannya.
- Saldo maksimum dibatasi sampai dengan Rp. 2.000.000.
- Saat saldo kas kecil primer dibawah Rp. 300.000 satu hari kemudian kasir
mengajukan permohonan penarikan uang untuk mengisi kembali dana tetap
kas kecil sampai batas maksimum Rp. 2.000.000.
- Batas maksimum harus betul – betul ditaati. Dilarang untuk melampaui batas
maksimum, dan dana kas kecil harus disimpan di kotak kas kecil.

2.4.5. Manajemen Akuntansi Kas Kecil

- Staf keuangan/ kasir harus mencatat setiap transaksi secara akurat dan tepat
waktu sesuai dengan metode imprest fund system sebagai kontrol
operasional.
- Saldo kas kecil harus sesuai antara pencatatan dengan jumlah riil yang
tersimpan di kotak kas kecil.
- staf keuangan/ kasir hanya membayar kepada penerima yang sesuai untuk
penerima uang.
- staf keuangan/ kasir harus membuat laporan kas saat tutup buku secara
harian, dan dilaporkan kepada manajer keuangan.
- Manajer keuangan harus mengecek kesesuaian mutasi antara pencatatan dan
bukti pembayaran serta mencocokan antara pembukuan dengan nilai riil yang
ada di kotak kas kecil secara mingguan.

2.5. Arus Keluar Masuk Uang

Sistem arus keluar masuk uang harus sesuai dengan ketentuan organisasi dan
ketentuan akuntansi yang berlaku di Indonesia. Organisasi harus memisahkan tanggung
jawab dalam hal praktek arus keluar masuk uang dengan tujuan kontrol internal.

2.5.1. Arus Masuk Uang

a. Arus masuk uang/ pemasukan organisasi terdiri dari beberapa kegiatan


diantaranya:
- Pemasukan dari Proyek
- Donasi
- Kegiatan kampanye organisasi (pelatihan Zero Waste Lifestyle dan Kompas
Keberlanjutan)
- Kajian / Riset
- Honor saat menjadi narasumber
b. Dalam hal pemasukan organisasi yang terdiri dari pemasukan proyek dan
donasi, organisasi mengatur hal tersebut dan menyesuaikan dengan ketentuan
ISAK 35, dimana pemasukan tersebut dibagi menjadi dua yaitu:
- Pemasukan dengan pembatasan (with restrictions), adalah pemasukan untuk
keperluan sumber daya organisasi yang penggunaannya dibatasi untuk
tujuan tertentu oleh pendonor.
- Pemasukan tanpa pembatasan (without restrictions), adalah pemasukan
untuk keperluan sumber daya organisasi yang penggunaannya tidak dibatasi
untuk tujuan tertentu oleh pendonor.
c. Pengklasifikasian pemasukan tersebut harus sesuai dengan isi dari perjanjian/
MoU antara organisasi dengan pendonor.
d. Pemasukan harus masuk kedalam rekening organisasi yang sesuai dengan
peruntukannya, berikut adalah detail rekening yang dimiliki oleh organisasi:

No Nama Bank No Rekening Atas Nama Peruntukan

e. Uang masuk dari pendonor harus sesuai dengan perjanjian/MoU baik itu
jumlah, termin dan waktu penerimaan.
f. Setiap penerimaan harus didokumentasikan sebagai bukti transaksi organisasi
dengan melampirkan dokumen sebagai berikut:
○ Penerimaan melalui transfer bank
- Copy perjanjian/ MoU
- Lembar kontrol penerimaan (bila penerimaan dana dibagi menjadi
beberapa termin)
- Bukti transfer
- Rekening koran
○ Penerimaan melalui cash on hand/ langsung
- Copy perjanjian/ MoU
- Lembar kontrol penerimaan (bila penerimaan dana dibagi menjadi
beberapa termin)
- Bukti penerimaan kas, dengan adanya otorisasi tanda tangan pihak
terkait (pendonor dan manajer keuangan)
g. Pemasukan organisasi selain dari Pemasukan Proyek dan Donasi akan
dialokasikan langsung sebagai pemasukan tanpa pembatasan (without
restrictions).

2.5.2. Arus Keluar Uang

a. Pengeluaran organisasi dibedakan menjadi pengeluaran atas biaya program/


proyek serta pengeluaran atas biaya internal.
b. Pengeluaran atas biaya program/ proyek harus sesuai dengan ketentuan
organisasi sebagai berikut:
- Pengeluaran atas biaya program/ proyek akan diklasifikasikan sesuai dengan
jenis sumber daya yang dipakai oleh manajer proyek (dengan pembatasan /
tanpa pembatasan).
- Permintaan atas biaya program/ proyek harus diajukan kepada manajer
keuangan dengan melampirkan TOR dan RAB yang sudah disusun sesuai
dengan harga perkiraan sendiri (HPS) yang wajar.
- staf keuangan akan memberikan uang sesuai dengan RAB yang sudah
disetujui oleh manajer keuangan kepada manajer proyek paling lambat 3
hari setelah TOR dan RAB tersebut disetujui.
- Manager keuangan dan staf keuangan menerima LPJ beserta bukti transaksi
atas program/ proyek yang sudah dilakukan paling lambat satu minggu
setelah program/ proyek tersebut selesai.
- Staf keuangan harus memeriksa kesesuaian antara laporan pertanggung
jawaban dan bukti transaksi dimana biaya yang dikeluarkan harus sesuai
dengan TOR dan RAB yang sebelumnya telah diajukan manajer proyek
kepada manajer keuangan. Lalu mencatat atas transaksi tersebut kedalam
sistem pencatatan organisasi dan melaporkan hasil pemeriksaan tersebut
kepada manajer keuangan.
- Manager keuangan harus mengevaluasi laporan pertanggung jawaban atas
suatu proyek yang sudah selesai sebagai bahan perbaikan atas manajemen
arus kas organisasi.
c. Pengeluaran atas biaya internal merupakan pengeluaran terkait biaya rumah
tangga organisasi seperti pembayaran listrik/air, telepon, pembelian peralatan
kantor dll. Biaya yang dikeluarkan untuk internal organisasi akan digolongkan
kepada biaya tanpa pembatasan (without restriction).

2.5.3. Manajemen Akuntansi Arus Keluar Masuk Uang


a. Setiap transaksi keluar masuk uang harus dicatat sesuai dengan kaidah/aturan
akuntansi yang berlaku di Indonesia, pada dasarnya setiap pencatatan yang
dilakukan organisasi akan sama sesuai dengan prinsip persamaan akuntansi
dimana Aktiva akan sama dengan Kewajiban ditambah Aktiva Bersih.

Aktiva = Kewajiban + Aktiva Bersih

Debit Kredit Debit Kredit Debit Kredit


Penambahan Pengurangan Pengurangan Penambahan Pengurangan Penambahan
Aktiva Aktiva Kewajiban Kewajiban Karena Karena
Adanya Adanya
Biaya Pemasukan

b. Organisasi mengadopsi dua metode pencatatan akuntansi yaitu:


- Basis Kas (Cash Basis), dimana organisasi akan mengakui pendapatan pada
saat kas benar-benar diterima secara tunai atau adanya penerimaan uang dan
mengakui biaya diakui pada saat kas benar-benar dikeluarkan saat itu juga.
Dalam metode ini, pencatatan transaksi dilakukan apabila ada aliran uang
masuk ke dalam kas atau bank.
- Basis Akrual (Accrual Basis), dimana organisasi tidak memperhatikan
apakah terdapat aliran uang masuk pada kas atau bank saat transaksi,
diasumsikan organisasi akan berjalan terus (going concern) untuk jangka
waktu yang panjang, sehingga pencatatan yang dilakukan menggunakan
basis akrual.
c. Setiap transaksi baik itu pengeluaran atau pemasukan akan dicatat baik itu
kedalam sistem pencatatan organisasi atau secara manual dan dilakukan
langsung oleh staf keuangan berdasarkan dengan bukti transaksi.
d. Staf keuangan harus mencetak jurnal voucher dan menandatangani journal
voucher tersebut sebelum diberikan kepada manajer keuangan untuk dilakukan
pemeriksaan, journal voucher tersebut harus dilampirkan bersamaan dengan
bukti transaksi yang lain.
e. Manager keuangan akan mengevaluasi kesesuaian antara journal voucher dan
bukti transaksi sebelum pencatatan tersebut diposting kedalam sistem
pencatatan keuangan organisasi.
f. Bila terdapat kesalahan pencatatan di journal voucher, maka staf keuangan
harus melakukan revisi sesuai dengan pencatatan yang sebenarnya dan journal
voucher harus dibuat ulang serta journal voucher yang salah dimusnahkan.
g. Bukti/dokumen transaksi diarsipkan dan disusun oleh staf keuangan sebagai
data historis keuangan organisasi, penyusunan bukti/ dokumen transaksi harus
sesuai dengan SOP organisasi yang sudah ada.
h. Dokumen yang memiliki nilai transaksi Rp. 5.000.000 ke atas wajib
membubuhkan materai Rp. 10.000.

2.6. Tunjangan
2.6.1. Tunjangan Jam Kerja

a. Tunjangan jam kerja merupakan tunjangan pokok organisasi yang diberikan


kepada staf dimana tunjangan tersebut merupakan hak staf yang diterima dan
dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari organisasi atau pemberi
kerja kepada staf yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian
kerja.
b. Tunjangan jam kerja diberikan berdasarkan komitmen jam kerja berdasarkan
asas kepercayaan.
c. Jam efektif (JE) akan dihitung oleh staf keuangan berdasarkan ketentuan
sebagai berikut:
○ Setiap staf memiliki komitmen jam efektif (JE) sebagai berikut:
- staf full time adalah 200 jam
- staf part time adalah 125 jam
○ Organisasi akan membulatkan jumlah jam efektif (JE) menjadi sebanyak
dalam point 3(a) dimana staf harus memenuhi batas minimal sebagai
berikut:
- staf full time adalah 160 jam
- staf part time adalah 100 jam
○ Staf yang memiliki jumlah jam efektif diatas 10% dan kurang dari batas
minimal [point 3(b)] maka organisasi akan menghitung dan membayarkan
tunjangan berdasarkan laporan administrasi yang diterima.
○ Untuk staf yang memiliki jumlah jam efektif (JE) kurang dari 10% maka
organisasi tidak akan membulatkan JE tersebut dan staf wajib melaporkan
laporan tersebut ke koordinator masing – masing, dan koordinator yang akan
menentukan pembulatan tersebut.
d. Jika staf yang tidak mencapai komitmen karena tidak adanya pekerjaan dari
organisasi, maka akan dibulatkan sesuai komitmen dengan keputusan dari
koordinator divisi yang bersangkutan, dan bila kesalahan terdapat pada pekerja
yang bersangkutan maka tunjangan jam kerja akan dibayarkan sesuai dengan
SOP yang berlaku.

2.6.2. Tunjangan Makan

a. Organisasi memberikan tunjangan makan kepada staf dan tidak berlaku kepada
staf khusus, dengan besaran sebagai berikut:
- Staf Full Time dapat melakukan dua kali klaim tunjangan makan per hari
sebesar Rp. 5.000/ klaim
- Staf Part Time dapat melakukan satu kali klaim tunjangan makan per hari
sebesar Rp. 5.000/ klaim
b. Staf dapat melakukan satu kali klaim tunjangan makan jika sudah melakukan
kontribusi kerja minimal 4 jam kerja dalam satu hari.

2.6.3. Tunjangan Komunikasi

a. Tunjangan komunikasi diberikan kepada staf oleh organisasi berupa telefon,


sms dan internet.
c. Besaran tunjangan yang diberikan adalah sebagai berikut:
- Staf Full Time Rp. 100.000 untuk internet dan Rp. 30.000 untuk telpon dan
sms.
- Staf Part Time Rp 50.000 untuk internet dan Rp. 15.000 untuk telpon dan
sms.
d. Tunjangan dibayarkan kepada staf satu kali setiap bulan bersamaan dengan
pembayaran tunjangan jam kerja.

2.6.4. Tunjangan Kesehatan

a. Setiap staf berhak atas tunjangan kesehatan yang akan diberikan oleh organisasi.
b. Besaran tunjangan kesehatan adalah Rp 100.000 per staf, dan akan diberikan
juga kepada suami/istri staf juga anak staf (maksimal 2 orang anak).
c. Tunjangan kesehatan dibayarkan satu kali setiap bulan, dan tunjangan ini akan
menjadi simpanan staf.
d. Staf yang akan menggunakan tunjangan kesehatan dapat melakukan
reimbursement ke departemen keuangan dengan menyerahkan bukti
transaksi/kuitansi.

2.6.5. Tunjangan BPJS Kesehatan

a. Organisasi bekerja sama dengan BPJS kesehatan sejak Desember 2017 dan
belum semua staf yang sudah bergabung sebagai peserta.
b. Bagi staf yang mendaftar BPJS kesehatan secara mandiri, iuran BPJS dapat
diklaim dengan melampirkan bukti pembayaran, maksimal sesuai dengan nilai
tunjangan kesehatan.

2.6.6. Tunjangan Gadget


a. Tunjangan gadget merupakan tunjangan yang disediakan oleh organisasi yang
disediakan berdasarkan anggaran yang telah dibuat.
b. Tunjangan ini diperuntukan bagi staf full time untuk keperluan yang dapat
membantu operasional organisasi.
c. Besaran tunjangan yang diberikan adalah sebagai berikut:
- HP maksimal Rp. 1.800.000
- Laptop maksimal Rp. 5.500.000
d. Tunjangan gadget diajukan oleh staf kepada staf keuangan dengan melampirkan
bukti transaksi, dan staf keuangan akan mengecek ketersediaan dana. Bila dana
tersedia maka staf keuangan akan membuat surat perjanjian dengan jumlah yang
telah ditentukan dan pembayaran akan dilakukan setiap bulan dengan
memotong dari tunjangan gadget staf yang bersangkutan dengan nilai sebagai
berikut:
- staf Full Time Rp. 100.000/ bulan
- staf Part Time Rp. 50.000/ bulan

2.6.7. Tunjangan Lain-Lain

a. Organisasi juga memberikan tunjangan lainnya berupa tunjangan transportasi,


rumah dan pendidikan anak.
b. Besaran serta jenis tunjangan lain – lain (poin 1) yang didapat oleh setiap staf
akan diatur berdasarkan perjanjian kerja.
c. Pembayaran tunjangan lain – lain tersebut akan dibayar sekali dalam satu bulan
dan dibayarkan bersamaan dengan tunjangan jam kerja.
d. Jenis tunjangan lain – lain yang dibayarkan oleh organisasi adalah sebagai
berikut:

Part Time Part Time Full Time Full Time


Tunjangan
Berkeluarga Lajang Berkeluarga Lajang

Keluarga inti 150,000 - 300,000 -

Rumah 500,000 250,000 1,000,000 500,000

Pendidikan anak 125,000 - 250,000 -

Penitipan anak 250,000 - 250,000 -

2.6.8. Manajemen Akuntansi Gaji dan Tunjangan


a. Staf bersangkutan mengisi JE dan JJ pada Toggl dan harus mengirimkan
laporan jam kerja kepada staf keuangan maksimal tanggal 5 setiap bulannya.
b. Untuk staf dengan JE yang kurang dari komitmen dan overload, selain
mengirimkan laporan kepada staf keuangan juga harus mengirim laporan
tersebut kepada koordinator divisi masing – masing dalam satu email.
c. Laporan dikirim melalui email keuangan@ypbb.co.id dan cc ke koordinator
masing – masing jika poin no 2 terpenuhi.
d. Seluruh staf harus berkoordinasi dengan koordinator divisi dan penanggung
jawabnya (bagi staf magang) masing – masing setiap awal bulan untuk
melakukan perekapan agar terhindar dari keterlambatan pelaporan.
e. Setelah mendapatkan seluruh rekapan JK, staf keuangan akan menghitung dan
memroses tunjangan hari kerja maksimal 2 hari kerja, dan apabila terbentur
dengan hari libur maka staf keuangan akan memproses dihari berikutnya.
f. Bagi staf yang terlambat mengirimkan laporan jam kerja maka gaji akan
diproses di periode penggajian berikutnya, maka untuk menghindari hal tersebut
setiap pihak harus bekerja sama dengan baik.
g. Tunjangan jam kerja setiap staf akan diperhitungkan untuk dibayarkan
bersamaan dengan tunjangan – tunjangan lainnya.
h. Staf keuangan akan mencatat setiap tunjangan yang dikeluarkan di dalam
journal voucher dan dilampirkan dengan laporan JK dan tunjangan lainnya yang
selanjutnya akan diserahkan kepada manajer keuangan untuk disetujui.
i. Manager keuangan akan mereview detail tunjangan sebelum staf keuangan
melakukan pembayaran.
j. Proses pencatatan transaksi akan dilakukan oleh staf keuangan kedalam sistem
pencatatan keuangan organisasi, journal voucher dan bukti transaksi akan
diarsipkan oleh staf keuangan sesuai dengan standar pengarsipan organisasi.

2.7. Pinjaman Karyawan

Pinjaman karyawan terhadap organisasi perlu disetujui oleh manajer keuangan,


dengan ketentuan sebagai berikut:

2.7.1. Alur dan Ketentuan Administrasi Pinjaman

a. Staf mengajukan pinjaman kepada staf keuangan dengan melampirkan formulir


peminjaman, yang mencantumkan informasi sebagai berikut:
- Jumlah pinjaman.
- Peruntukan pinjaman.
- Mekanisme pengembalian dengan perkiraan jangka waktu
pengembaliannya.
b. Staf keuangan akan memeriksa ketersediaan dana, bila dana tersedia staf
keuangan akan membuat approval untuk diserahkan kepada manajer keuangan
paling lambat 2 hari setelah dana tersedia.
c. Jika proses tersebut disetujui oleh manajer keuangan, maka staf keuangan akan
mengirimkan email pemberitahuan kepada staf terkait dengan informasi detail
dari staf yang mengajukan pinjaman.
d. Bila staf bersangkutan menyepakati maka staf keuangan akan membuat surat
perjanjian hutang piutang dan diserahkan kepada staf terkait untuk dilengkapi.
e. Bila pinjaman Rp. 5.000.000 lebih maka Surat perjanjian harus dibubuhi oleh
materai Rp. 10.000, mengikuti peraturan pemerintah.
f. Staf keuangan akan memproses pinjaman tersebut dan mentransfer dana sesuai
dengan surat perjanjian hutang piutang pada hari itu juga dan akan di proses di
hari berikutnya bila departemen keuangan sudah melakukan closing dengan
catatan berkas sudah lengkap dan ditandatangani oleh staf peminjam dan
manajer keuangan.
g. Bila tidak disetujui oleh manajer keuangan maka staf keuangan akan
memberitahukan staf peminjam alasannya.
h. Bila dana tidak tersedia staf keuangan akan mengirimkan email pemberitahuan
kepada staf peminjam terkait situasi keuangan organisasi dengan melampirkan
laporan keuangan organisasi.

2.7.2. Melakukan Pinjaman Karyawan

a. Staf sudah bekerja 2 tahun di organisasi.


b. Komitmen staf sesuai dengan jangka waktu pengembalian atau ada jaminan
lain.
c. Sudah membereskan pinjaman sebelumnya (apabila sebelumnya melakukan
pinjaman).

2.7.3. Pengembalian Pinjaman

a. Untuk proses pengembalian uang dilihat dari surat perjanjiannya jika di surat
perjanjian utang piutang staf meminta untuk di potong dari JK perbulan dengan
jumlah nominal yang sudah di tentukan oleh keuangan organisasi (minimal
pembayaran perbulan Rp.500.000,- untuk pinjaman diatas Rp.10.000.000,-) dan
ditentukan oleh staf peminjam jika dibawah Rp. 5.000.000,-, dan tim keuangan
akan memotong langsung dari JK perbulan staf peminjam sesuai dengan
jumlah pada surat perjanjian utang piutang.
b. Staf peminjam juga dapat melakukan pembayaran langsung secara cash on hand
kepada organisasi.
2.8. Pelaporan Biaya Kegiatan

a. Pelaporan biaya kegiatan dilakukan oleh manajer / koordinator proyek setelah selesai
melakukan kegiatan.
b. Laporan harus dikumpulkan kepada departemen keuangan maksimal 4 hari setelah
kegiatan / proyek selesai dilakukan.
c. Dokumen dan bukti transaksi yang dilampirkan adalah sebagai berikut:
- TOR dan RAB kegiatan yang sudah disetujui oleh manajer keuangan.
- Laporan narasi kegiatan.
- Laporan realisasi anggaran beserta dengan dokumen pendukung lainnya
(Invoice/Kwitansi/Nota dll).
- Berita acara dengan ketentuan sebagai berikut:
▪ Berita acara dibuat untuk transaksi yang tidak memiliki dokumen pendukung.
▪ Batas nominal pembuatan berita acara adalah sebesar Rp. 500.000.
▪ Berita acara ditandatangani oleh semua pihak yang bersangkutan diatas materai
Rp. 10.000.

2.8.1. Manajemen Akuntansi Biaya Kegiatan

a. Staf keuangan harus memastikan bahwa dokumen dan bukti transaksi diterima
secara lengkap sebelum dicatat di sistem pelaporan keuangan organisasi.
b. Staf keuangan membuat summary pengeluaran yang terjadi berdasarkan
dokumen dan bukti transaksi kegiatan untuk dilaporkan ke manajer keuangan.
c. Pencatatan biaya kegiatan merujuk pada peraturan organisasi “2.5. Arus Keluar
Masuk Uang”.

2.9. Manajemen Persiapan Pelaporan Keuangan

a. Proses kerja untuk persiapan laporan keuangan organisasi harus mengikuti regulasi
dari siklus keuangan dan kebijakan akuntansi yang berlaku.
b. Organisasi harus membentuk chart of account dan pos kegiatan dengan ketentuan
sebagai berikut:
- Pengkodean dan penamaan harus mudah untuk dimengerti oleh pengguna.
- Mampu menjabarkan keadaan keuangan dan hasil organisasi.
- Memberikan informasi yang dibutuhkan sebagai kontrol internal.
- Memudahkan dalam sistem pelaporan organisasi.
- Sesuai dengan kebutuhan organisasi.
c. Prosedur pencatatan, pemindahbukuan dan tutup buku akhir bulan dilakukan oleh staf
keuangan dengan kriteria sebagai berikut:
- Staf keuangan harus menginput transaksi dan pengeluaran di sistem pelaporan
organisasi.
- Untuk tutup buku akhir tahun semua pendapatan/penerimaan harus disesuaikan
dalam tahun terjadinya, termasuk penyesuaian untuk pembayaran sebelumnya,
pembayaran dimuka, piutang, hutang dan pengakuan untuk biaya – biaya lainnya.
- Penginputan transaksi harus dilakukan secara cermat dan tepat antara Chart of
Account dan Pos Kegiatan, karena kedua hal tersebut akan menentukan hasil akhir
laporan keuangan organisasi.
d. Pemeliharaan General Ledger
- Transaksi dicatat secara kronologis dalam hari kejadian, tetapi tidak lebih dari
sebulan.
- Pencatatan harus berdasarkan jurnal, dengan referensi yang berdasarkan dokumen
asli dan informasi relevan lainnya.
- Besaran angka antara ledger dan jurnal harus sama dan isi jurnal harus sama
dengan dokumen aslinya.
- Staf keuangan harus mengoreksi jika terjadi ketidak sesuaian antara trial balance
dengan jurnal dan dokumen aslinya juga jika ada perbedaan antara sub-ledger
dengan jurnal dan dokumen aslinya.
- Jika kesalahan mempengaruhi saldo akhir dan terjadi setelah diposting staf
keuangan harus melakukan jurnal koreksi.
- Merujuk pada poin 4 (d) dan 4 (e) manajer keuangan harus secara cermat
mereview jurnal voucher beserta dokumen pendukung sebelum memposting jurnal
tersebut ke dalam sistem pelaporan organisasi.
e. Saat tutup buku bulanan staf keuangan harus melakukan penjurnalan seperti:
- Mencatat beban penyusutan bulanan
- Mencatat biaya administrasi, bunga serta pajak di dalam bank statement ke dalam
sistem.
- Biaya yang masih harus dibayar di bulan tersebut yang belum diselesaikan harus
segera diselesaikan.
f. Sebelum tutup buku akhir tahun staf keuangan harus memastikan bahwa setiap akun
sudah difinalisasi di dalam sistem pelaporan organisasi, dengan melakukan seperti
dibawah ini:
- Pendapatan dan pengeluaran untuk semua jenis (dengan dan tanpa pembatasan)
harus ditaruh di aktiva bersih yang merupakan selisih lebih atau selisih kurang.
- Saldo aktiva, kewajiban dan aktiva bersih harus dipindahkan/dibawa ke laporan
keuangan tahun berikutnya.
g. Laporan yang dihasilkan oleh organisasi adalah laporan posisi keuangan, laporan
pendapatan komprehensif, laporan perubahan aset tetap dan laporan arus kas.

Anda mungkin juga menyukai