Anda di halaman 1dari 3

Analisis Isu Sosial-Budaya dalam Novel Hujan Bulan Juni dan Pengaruhnya Terhadap

Konflik Cerita
Novel Hujan Bulan Juni merupakan sebuah novel yang mengangkat tema sosial dan
dikarang oleh Sapardi Djoko Darmono. Karya sastra ini memiliki berbagai macam latar baik dari
latar tempat maupun latar sosial-budayanya. Latar yang terdapat dalam novel Hujan Bulan Juni
sangat mempengaruhi alur cerita yang dibawakan oleh tokoh-tokoh dalam karya sastra tersebut,
terutama sang tokoh utama yang bernama Sarwono dan Pingkan. Selain mengangkat tentang
tema sosial sebagai topik utamanya, novel karangan Sapardi Djoko Darmono itu juga memiliki
beragam tema yang terdiri dari masalah percintaan, perubahan sikap, perbedaan suku, perbedaan
agama, dan lain sebagainya. Dalam masalah percintaan, pengarang menceritakan tentang kisah
asmara antara dua sejoli yang harus dihadapkan dengan banyak permasalahan hingga masalah
tersebut menghalangi ikatan cinta mereka. Permasalahan yang dihadapi oleh dua sejoli tersebut
adalah jarak, waktu, perbedaan suku dan budaya hingga keyakinan. Dengan demikian, secara
garis besar novel Hujan Bulan Juni menceritakan tentang sebuah percintaan yang terhalang oleh
perbedaan suku, budaya, hingga agama.
Dalam novel Hujan Bulan Juni terdapat kandungan nilai-nilai sosial yang digambarkan
oleh pengarang dan terdiri atas nilai vital, nilai material, dan nilai kerohanian, dimana hal
tersebut sesuai dengan pendapat Notonegoro (dalam Kolip & Setiadi, 2011). Terdapat 12 data
yang mengandung nilai sosial dan tercakup dalam novel Hujan Bulan Juni tersebut yang
mencakup aspek kesehatan, perlindungan diri, komunikasi, transportasi, nilai moral, dan nilai
religius atau nilai ketuhanan (Reno, 2019). Kesehatan dan perlindungan diri dalam hal ini
termasuk ke dalam kategori nilai material. Pengarang menggambarkan kesehatan tersebut
dengan keadaan tokoh utama, Sarwono, yang menderita penyakit akibat merokok dan keadaan
perlindungan diri digambarkan dengan pekerjaan Sarwono sebagai dosen Antropologi UI. Di
samping itu, hal-hal yang tergolong ke dalam nilai vital dalam novel tersebut adalah keadaan
dimana terdapat rasa peduli terhadap sesama. Contohnya, ketika Kaprodi meminta mahasiswa
untuk mengantarkan Sarwono yang sakit ke klinik kampus. Sedangkan, hal yang termasuk dalam
nilai kerohanian dalam novel tersebut adalah ketika tokoh di dalamnya saling menghargai dan
menghormati di tengah perbedaan keyakinan.
Perbedaan keyakinan atau cinta beda agama merupakan topik utama dalam novel Hujan
Bulan Juni tersebut. Isu tersebut digambarkan dengan percintaan antara 2 tokoh utamanya yakni
Sarwono dan Pingkan. Kedua sejoli tersebut saling mencintai dan menyayangi, bahkan keduanya
sepakat dan berniat untuk melanjutkan hubungannya ke arah yang lebih serius yakni ke jenjang
pernikahan. Sayangnya, hubungan percintaan antara dua sejoli tersebut menemui banyak lika-
liku dan tantangan. Salah satu tantangan terbesar yang digambarkan pengarang adalah perbedaan
keyakinan. Sarwono dan Pingkan dihadapkan oleh cinta dan keyakinan. Mereka harus memilih
satu diantara kedua pilihan yang berat tersebut. Keadaan tersebut merepresentasikan kenyataan
yang ada di sekeliling kita. Dimana, lingkungan di Indonesia terdiri atas masyarakat yang
berbeda-beda dalam keyakinan antara satu sama lain.
Selain perbedaan keyakinan, pengarang juga menggambarkan sebuah isu sosial-budaya
yang terjadi antara dua tokoh utama dalam novel tersebut. Secara sosial, pengarang
menggambarkan keadaan tokoh utama, Sarwono, yang memiliki pekerjaan tetap serta pekerjaan
sampingan. Pengarang menceritakan bahwa Sarwono bekerja secara khusus sebagai PNS yakni
menjadi dosen Antropologi UI. Di samping itu, Sarwono juga bekerja sebagai penulis yang
karyanya dimuat dalam koran. Biasanya, sarwono menulis puisi, namun terkadang ia juga
menulis tentang sepak bola hingga politik. Hal tersebut dilakukannya atas kegemarannya dalam
menulis. Terlebih, Sarwono juga rajin dalam menulis karya sastra. Dalam isu budaya, pengarang
menggambarkan keadaan dengan perdebatan yang terjadi antara Sarwono dan Toar mengenai
asal-usul keluarga Pak Palengkahu yang merupakan ayah Toar dan Pingkan. Pak Palengkahu
merupakan orang Tonsea dan lahir di Makassar. Sedangkan ibu Pingkan merupakan orang Jawa
tulen tetapi menetap di Makassar. Sehingga, Pingkan merupakan orang keturunan Jawa-Manado.
Hal ini merepresentasikan keadaan realitas sosial-budaya masyarakat Indonesia yang terdiri dari
beragam suku dan menjalin pernikahan lintas budaya.
Isu perbedaan agama dan sosial-budaya dalam kerangka novel Hujan Bulan Juni tersebut
merupakan salah satu unsur pembangun yang dapat menggambarkan alur cerita serta konflik
yang dimuat dalam novel Hujan Bulan Juni. Perbedaan keyakinan antara Sarwono dan Pingkan
menjadi konflik utama yang harus dapat diselesaikan dalam cerita novel Hujan Bulan Juni. Isu
agama dan sosial-budaya tersebut mempengaruhi hubungan percintaan yang terjadi antara kedua
tokoh utama yakni Sarwono dan Pingkan sekaligus keluarga antar kedua tokoh tersebut.
Perbedaan suku hingga agama memberikan tantangan bagi mereka untuk mempertahankan cinta
mereka. Namun, keduanya bertekad untuk tetap mempertahankan hubungannya dengan serius
walaupun dihadapkan dengan berbagai macam perbedaan yang ada antar keduanya.
Daftar Pustaka
Reno. (2019). Analisis Kritik Sosial Dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko
Damono [Artikel]. Universitas PGRI Yogyakarta.
Setiadi, E. M., & Kholip, U. (2011). Pengantar sosiologi, pemahaman fakta dan gejala
permasalahan sosial: Teori, aplikasi, dan pemecahannya. Prenada Media Grup.

Anda mungkin juga menyukai