Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS

Disusun Sebagai Bagian dari Persyaratan Menyelesaikan

Program Internship Dokter Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat

Disusun Oleh :

dr. Nurrahmi Ilmi

DALAM RANGKA MENGIKUTI PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA

DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

DINAS KESEHATAN KOTA MATARAM

RUMAH SAKIT BHAYANGKARA NUSA TENGGARA BARAT

PERIODE FEBRUARI 2022-PEBRUARI 2023

BERITA ACARA PRESENTASI DISKUSI KASUS

Nama peserta : dr. Nurrahmi Ilmi

1
Dengan judul/topik :

Nama pendamping : dr. Mike Wijayanti

Nama wahana : Rumah Sakit Bhayangkara, Kota Mataram, NTB.

No Nama Peserta Presentasi Tanda Tangan

1 dr. Heny Fransiska Br. Sitohang 1.

2 dr. Noviyanti 2.

dr. Ketut Angga Aditya Putra


3 3.
Pramana

4 dr. Mariyam Bagis 4.

5 dr. Nurrahmi Ilmi 5.

dr. DAA Adlina Febry Maharani


6 6.
Putri

7 dr. Ahmad Kazzuaini 7.

8 dr. Fandi Samsudin 8.

9 dr. Lalu Wisnu Aditya Wardana 9.

10 dr. Baiq Marthayani Hilmi 10.

11 dr. Arfinsasi Putra 11.

12 dr. Oryza Ayuni Ikaningtyas 12.

13 dr. Baiq Intan Febriyeni Putri 13.

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.

2
Pendamping

(dr.Mike Wijayanti)

NIP: 197512192005012005

BAB I
PENDAHULUAN

Fraktur dalam orthopedi merupakan masalah kesehatan akut sehari- hari yang sering
kita jumpai. Terapi awal yang salah pada fraktur dapat meningkatkan morbiditas jangka

panjang yang signifikan dan, berpotensi meningkatkan mortilitas. Menurut World Health
Organization, kasus fraktur terjadi di dunia kurang lebih 13 juta orang pada tahun 2008,
dengan angka prevalensi sebesar 2,7%. Sementara pada tahun 2009 terdapat kurang lebih 18
3
juta orang mengalami fraktur dengan angka prevalensi 4,2%. Tahun 2010 meningkat menjadi
21 juta orang dengan angkat prevalensi sebesar 3,5%.1,2

Kejadian fraktur di Provinsi Bali cukup tinggi. Data registrasi Dinas Kesehatan
(Dinkes) Provinisi Bali tahun 2011, didapatkan data fraktur sebanyak 3.065 kasus (8,9%) dari
seluruh penyakit yang dirawat di Rumah Sakit di Bali. Data dari Dinkes Provinisi Bali pada
tahun 2015 di RSUD Mangusada yang menderita fraktur dari Bulan Januari - Desember 2015
penderita fraktur sebanyak 1.589 kasus.1 Berdasarkan data dari Ruang Janger RSUD
Mangusada pada tahun 2017 diperoleh jumlah pasien anak post operasi fraktur yang di rawat
inap selama empat bulan terakhir yaitu bulan Agustus sebanyak 23 kasus pada anak,
September – November sebanyak 25 kasus dan pada saat dilakukan studi pendahuluan ke
Ruang Janger RSUD Mangusada pada bulan Februari 2018 terdapat 10 kasus fraktur tetapi 7
dari 10 kasus fraktur yang sudah post operasi dan mengalami gangguan mobilitas fisik.1

Pada usia muda umumnya fraktur lebih sering terjadi karena trauma, sekitar umur 45 
tahun kebawah dan sering terjadi pada laki-laki dari pada perempuan. Fraktur ini biasanya
disebabkan karena olahraga, pekerjaan atau lukaluka yang disebabkan oleh kecelakaan
kendaraan. Pada pasien yang lebih muda dari usia 18 bulan, dua pertiga dari semua patah tulang
humerus mungkin terkait dengan kekerasan. Proporsi fraktur metaphyseal lebih tinggi pada
pasien pra-pubertas, sedangkan proporsi epiphyseal separation lebih tinggi pada remaja.2

Sebagian besar perbedaan antara tulang dewasa dan anak yaitu pada physis yang
terbuka pada anak. Pada Anak sebagian besar tulang hanya tulang rawan kalsifikasi, yang
sangat berbeda jika dibandingkan dengan tulang orang dewasa. Periosteum pediatrik lebih aktif,
lebih tebal dan lebih kuat pada anak-anak, yang sangat mengurangi kemungkinan fraktur
terbuka dan fraktur displacement. Hal ini yang menjadi penyebab untuk pola fraktur unik yang
terlihat pada pasien anak. Pola-pola fraktur ini termasuk greenstick, torus, dan spiral, yang
merupakan cedera lentur daripada kerusakan kortikal.3.4

Fraktur greenstick adalah fraktur parsial di mana hanya korteks dan periosteum yang
terputus di satu sisi tulang, sementara di sisi lain tidak terganggu. Fraktur greenstick paling
sering ditemukan pada populasi anak di bawah 10 tahun tetapi dapat terjadi pada semua
kelompok umur, termasuk orang dewasa.4

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Fraktur greenstick adalah fraktur dimana salah satu sisi patah dan sisi lainnya
melengkung. Disebut fraktur greenstick karena bentuk patahannya sama dengan patahan
dahan hijau (pohon muda segar), dimana jika dahan hijau patah maka hanya satu sisi saja
yang patah sedangkan sisi yang lainnya melengkung tetapi masih intak. Fraktur greenstick
terjadi apabila ada robekan periosteum dan kortex pada daerah konveks dari deformitas.Pada
fraktur greenstick, ada bagian korteks yang masih intak. Jadi pada fraktur greenstick, fraktur
terjadi pada korteks yang terdapat pada sisi yang berlawanan dari arah energi sedangkan
korteks yang langsung mendapat energi masih intak. Fraktur greenstick merupakan fraktur
yang stabil karena sebagian dari tulang tetap utuh dan tak terputus.1,2,3

5
Bentuk fraktur pada anak-anak yaitu plastic deformation, fraktur buckle atau torus,
fraktur greenstick, fraktur komplit, dan kerusakan pada lempeng pertumbuhan. Fraktur
greenstick termasuk dalam fraktur incomplete pada anak-anak.4,5

2.2 Etiologi
Fraktur greenstick terjadi paling umum setelah jatuh dengan lengan yang menumpu;
Namun, juga dapat terjadi karena jenis trauma lain termasuk tabrakan kendaraan bermotor,
cedera olahraga, atau trauma tidak disengaja di mana anak dipukul dengan suatu benda.
Malnutrisi, khususnya defisiensi vitamin D meningkatkan risiko patah tulang greenstick pada
tulang panjang setelah trauma.4,6

2.3 Epidemiologi
Fraktur pada lengan bawah merupakan fraktur yang paling sering (lebih dari 50%)
terjadi pada anak-anak. Fraktur pada anak-anak lebih sering terjadi pada metafisis.Fraktur
dapat mengenai salah satu tulang baik radius atau ulna saja, tapi kebanyakan pada kedua
tulang. Dimana 75% fraktur pada radius dan ulna terjadi pada sepertiga distal. Puncak umur
terjadinya fraktur pada anak-anak adalah antara 5-12 tahun dengan rata-rata umur 8 tahun.4,8

2.4 Patofisiologi
Bentuk fraktur yang unik pada anak-anak adalah hasil dari perbedaan biologis antara
anak-anak dengan dewasa. Secara spesifik, keberadaan lempeng pertumbuhan (growth plate),
periosteum yang tebal, serta kemampuan tulang anak-anak yang elastis seperti plastik, dan
kemampuan mengalami remodelling adalah dasar dari gambaran fraktur yang khas pada anak-
anak.Tulang pada anak-anak lebih lembut dan lebih elastis daripada tulang dewasa, sehingga
lebih tahan terhadap tekanan. Kepadatan tulang pada anak-anak lebih rendah daripada tulang
dewasa, tetapi periosteumnya lebih tebal. Karena tulang pada anak-anak mempunyai
elastisitas yang tinggi dan periosteum yang tebal maka jarang didapatkan fraktur komplit pada
anak-anak.6,7
Fraktur greenstick merupakan fraktur inkomplit pada anak-anak. Fraktur greenstick
terjadi karena adanya kompresi longitudinal dan torsional. Ada dua jenis fraktur greenstick
yaitu angulasi ke volar (sering ditemukan) dan angulasi ke dorsal (jarang ditemukan).6,8
Pola fraktur greenstick terjadi sebagai akibat dari elastisitas tulang. Fraktur pada anak-
anak paling sering disebabkan jatuh karena bermain atau sedang berolahraga. Faktor resiko

6
terjadinya fraktur greenstick adalah aktivitas dengan resiko jatuh atau dapat juga karena
adanya pukulan (kompresi) pada lengan bawah.8

2.5 Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik


Riwayat dan pemeriksaan fisik pasien dengan fraktur greenstick tidak berbeda dengan
pasien dengan fraktur jenis lain. Usia, jenis kelamin, lokasi anatomi, keterlibatan jaringan
lunak (penilaian terbuka versus tertutup), dan mekanisme cedera hal yang paling penting dari
anamnesis. Lokasi, keterlibatan jaringan lunak, dan status neurovaskular adalah aspek penting
dari pemeriksaan fisik. Selanjutnya, sendi di bawah dan di atas fraktur harus dievaluasi untuk
fraktur okultisme atau fraktur multipel.
Pada anamnesis umumnya ditemukan frakur terjadi akibat trauma kecelakaan seperti
trauma dengan lengan yang menunmpu, tetapi dapat juga seperti dipukul dengan tongkat
baseball atau benda lain, dan bentuk trauma kecelakaan lainnya. Namun, trauma yang tidak
disengaja harus selalu dipertimbangkan.
Temuan fisik umum antara lain penurunan ROM, nyeri palpasi, dan ekimosis pada
area yang cedera. Temuan yang lebih penting seperti edema, perubahan jaringan lunak seperti
abrasi atau laserasi, dan tanda-tanda cedera pada bundel neurovaskular. Ketika menilai lengan
bawah, harus ada kecurigaan untuk cedera saraf median yang dapat terjadi dengan fraktur
greenstick. Pemeriksaan neurologis lengkap harus dilakukan dengan semua cedera
traumatis.4,8

2.6 Pemeriksaan Penunjang


Evaluasi diagnostik dengan x-ray ekstremitas yang terluka atau area keluhan. Temuan
x-ray yang khas menunjukkan cedera lentur dengan garis fraktur yang tidak sepenuhnya
melewati tulang. Terdapat fraktur periosteum dan korteks di satu sisi yang tidak meluas ke sisi
lain dari korteks dan periosteum. Pada x-ray, ada fraktur yang terlihat pada sisi yang
mengalami tekanan dengan sisi yang berlawanan dari tulang yang menunjukkan deformasi
plastis akibat gaya tekan.4,

Gambar foto rontgen x-ray fraktur greenstick

7
2.7 Diagnosa
Diagnosa ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
yaitu radiologis.4 Pada anamnesa didapatkan adanya riwayat trauma (jatuh/kompresi longitudinal
atau terpukul pada lengan bawah), nyeri, pembengkakan, perubahan bentuk pada lengan
bawah.7,11
Pada pemeriksaan fisik pada lengan bawah didapatkan deformitas (angulasi dan rotasi),
bengkak atau kebiruan, fungsio laesa, nyeri tekan, krepitasi serta nyeri bila digerakkan, baik
gerak aktif maupun pasif.7,11
Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah pemeriksan radiologi. Untuk
melengkapi deskripsi fraktur dan dasar untuk tindakan selanjutnya. Foto rontgen minimal harus
dua proyeksi yaitu AP dan lateral. Ultrasound atau computerized tomography (CT) scan dapat
juga digunakan untuk menunjukkan gambaran yang lebih baik.11

2.8 Penatalaksanaan
Jika tingkat angulasi signifikan, maka perlu di lakukan reposisi tertutup dan imobilisasi.
Semua fraktur greenstick memerlukan imobilisasi dan gips selama beberapa hari untuk
mengurangi risiko terjadi peningkatan edema pasca fraktur. Imobilisasi fraktur greenstick tulang
panjang dipasang sekitar enam minggu. Jenis gips tergantung pada lokasi fraktur. Fraktur distal
dapat dimasukkan ke gips lengan pendek, sementara fraktur proksimal membutuhkan gips lengan
panjang dan dapat dialihkan ke gips lengan pendek di tengah proses penyembuhan sekitar tiga
minggu. Pasien dengan fraktur proksimal membutuhkan tindak lanjut ortopedi. Namun, semua
fraktur greenstick harus memiliki beberapa jenis tindak lanjut ortopedi karena sifatnya yang tidak
stabil dan peningkatan refracture dan displacement. Meskipun jarang dilakukan, fraktur
greenstick dapat diobati dengan splinting jika hanya ada sedikit angulasi. Splinting mungkin
lebih murah, dan akan memungkinkan untuk melepas splint jika mandi.3,4
Pemasangan gips untuk immobilisasi bervariasi tergantung umur :11

0 – 2 tahun 2 – 3 minggu
2 – 5 tahun 3 – 4 minggu
6 – 10 tahun 5 – 6 minggu
> 10 tahun 6 – 8 minggu

2.9 Diagnosis Banding

8
Fraktur Salter-Harris, fraktur torus, fraktur balita (fraktur spiral non displaced tibia distal),
fraktur spiral, fraktur tidak disengaja, fraktur terbuka, fraktur patologis, fraktur non-displaced.3,9

2.10 Prognosis
Secara umum, prognosisnya baik; sebagian besar fraktur greenstick sembuh dengan baik
tanpa perubahan fungsional. Namun, jika tidak diimobilisasi dengan benar dan tanpa tindak
lanjut ortopedi yang tepat, ada risiko refracture, fraktur lengkap dan fraktur displacement.9

2.11 Komplikasi

Fraktur greenstick memiliki risiko refrakture yang tinggi karena ketidakstabilannya dan
harus segera diimobilisasi. Fraktur greenstick primer dapat menyebabkan fraktur lengan bawah
rekuren yang tinggi.10

BAB III
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : IGAKCD
Umur : 8 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Hindu
Status : Pelajar
Alamat : Jln. Siulan Gg Sekar Sari XI No 8 Denpasar
Tanggal masuk RS : 31 Mei 2021
Tanggal periksa : 31 Mei 2021

B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Nyeri pada lengan bawah kiri

9
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang sadar dengan keluhan nyeri lengan bawah kiri setelah terjatuh saat
berjalan dirumahnya 3 jam sebelum masuk rumah sakit. Nyeri dirasakan bertambah saat
tangan digerakan ke arah atas. Nyeri dirasakan terus menerus dan mengganggu aktivitas.
Keluhan membaik apabila pergelangan tangan ditumpu oleh tangan kanannya. Riwayat
kepala terbentur (-) Riwayat tidak sadar (-) mual / muntah (-/-) kesemutan (-)
MOI : pasien berjalan menuju pintu gerbang lalu terpeleset sehingga terjatuh ke arah kiri
dan mengenai lengan bawah kiri pasien.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


a. Riwayat keluhan serupa : disangkal
b. Riwayat alergi : disangkal
c. Riwayat penyakit kronis lainnya : disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat keluhan serupa : disangkal
b. Riwayat alergi : disangkal
c. Riwayat penyakit kronis lainnya : disangkal
5. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Kakak pasien merupakan laki
– laki. Pasien sering bermain sendiri dirumahnya. Status sosial ekonomi baik.

6. Riwayat Kebiasaan dan Nutrisi


Pasien makan 3 kali sehari. Tiap kali makan, pasien dapat makan 1 piring porsi
berisi nasi, lauk dan sayur. Pasien masih rutin mengkonsumsi susu.

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Tampak sakit ringan, kesadaran compos mentis (E4V5M6)
2. Tanda vital
Suhu : 36,5o C
Tekanan darah : 110/70 mmHg

10
Denyut nadi : 90 x/menit
Frekuensi pernapasan : 18 x/menit
Saturasi O2 : 100%
3. Kepala
Normocephali
4. Mata
Sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-), refleks cahaya (+/+), pupil isokor 3
mm/3mm
5. Telinga
Sekret (-), tidak ada nyeri telinga
6. Hidung
NCH (-/-), sekret (-)
7. Mulut
Mukosa bibir basah, tonsil T2-T2, faring hiperemis (-), detritus (-), kripta (-), gusi
berdarah (-)
8. Leher
Pembesaran KGB (-) nyeri tekan (-).
9. Thorax
Simetris kanan dan kiri, retraksi (-), normochest
10. Cor
Inspeksi : iktus cordis tak tampak
Palpasi : iktus cordis teraba, kuat angkat
Perkusi : Batas jantung kanan atas = SIC II linea parasternal dextra
Batas jantung kanan bawah = SIC IV linea parasternal dextra
Batas jantung kiri atas = SIC II linea sternalis sinistra
Batas jantung kiri bawah = SIC V linea midclavicularis sinistra
Auskultasi : bunyi Jantung I-II intensitas normal, regular, bising (-)
11. Pulmo
Inspeksi : pengembangan dinding dada kanan sama dengan kiri
Palpasi : fremitus raba simetris kanan dan kiri
Perkusi : sonor/sonor

11
Auskultasi : SDV (+/+), Suara Nafas Tambahan (-/-)
12. Abdomen :
Inspeksi : dinding dada sejajar dinding perut
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani, pekak alih (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-)

13. Ekstremitas
Akral hangat
+ +
+ +
Capillary Refill Time kurang dari 2 detik

STATUS LOKALIS
Regio Antebracii Sinistra

I : Edema(+) di bagian 1/3 tengah lengan bawah memar (-), deformitas (-) angulasi, rotasi
external dan pemendekan, tidak tampak ada luka-luka

F : Nyeri tekan (+) di bagian 1/3 lengan bawah lengan bawah , sensasi (+) normal

M : Active ROM (+) Distal terbatas karena nyeri

12
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto Antebrachii Sinistra AP/Lateral View

D. DIAGNOSIS KERJA
Close Fracture Incomplete Radius Sinistra 1/3 Distal (Greenstick)

E. DIAGNOSIS BANDING
1. Fraktur Salter-Haris
2. Fraktur Torus

F. PENATALAKSANAAN
1. Medikamentosa
Analgetik : Parasetamol 3 x 500mg
Pro: Debridement + Reposisi GIPS
Observasi tanda – tanda kompartemen

2. KIE

13
 Komunikasi, Informasi dan Edukasi mengenai penyakit pasien dan terapi yang
diberikan.
BAB IV
PEMBAHASAN

Seorang perempuan usia 8 tahun datang dengan keluhan nyeri lengan bawah kiri karena
terjatuh sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit. Nyeri dirasakan bertambah saat tangan
digerakan ke arah atas. Dari keluhan pasien ini penting untuk dilakukan anamnesis secara terarah
untuk menyingkirkan diagnosis banding dari nyeri pada lengan bawah karena terjatuh yaitu
fraktur dan contusion. Fraktur greenstick adalah fraktur parsial di mana hanya korteks dan
periosteum yang terputus di satu sisi tulang. Periosteum pediatrik lebih aktif, lebih tebal dan
lebih kuat pada anak-anak, yang sangat mengurangi kemungkinan fraktur terbuka dan
perpindahan fraktur, lebih sering terjadi pada anak – anak. Nyeri pada lengan bawah ini
seringkali tidak disadari oleh pasien dan mereka datang dengan keluhan keseleo, namun pada
anak – anak dengan fraktur pasti akan terjadi nyeri, bengkak dan krepitasi yang merupakan
diagnosa pasti. Pada anamnesa didapatkan adanya riwayat trauma, nyeri bila digerakkan baik
gerak aktif maupun pasif dan juga adanya nyeri tekan. Maka keluhan pada pasien ini lebih
mengarah ke Fracture Incomplete.
Pada pemeriksaan fisik pasien regio antebracii sinistra didapatkan edema di bagian 1/3
tengah lengan bawah, tidak terdapat memar, rotasi external dan pemendekan. Dan juga tidak
tampak ada luka-luka. Terdapat nyeri tekan di bagian 1/3 lengan bawah lengan bawah , sensasi
dalam batas normal. Active ROM (+) Distal terbatas karena nyeri. Sehingga dilakukan
pemeriksaan penunjang yaitu x-ray antebrachia dextra dan sinistra karena pasien anak – anak
sehingga harus membandingkan kedua lengan bawahnya. Hasil rontgen menunjukan adanya
fraktur incomplete radius sinisitra 1 / 3 distal. Menurut anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang pasien sesuai dengan teori yang dijelaskan saat ini.
Terapi pada kasus ini adalah dengan memberikan analgetik secara oral untuk
mendapatkan efek terapi yaitu mengurangi nyeri lengan bawah kiri. Setelah diobservasi dan
dikonsulkan kepada DPJP pasien disarankan untuk debridement dan reposisi gips di ruang
operasi. Pasien juga mendapatkan KIE untuk mengurangi aktifitas fisik agar terjadi
penyembuhan dan pemulihan yang sempurna.

14
BAB IV
PENUTUP

15
A. SIMPULAN
Karakteristik tulang pada anak – anak berbeda dengan tulang dewasa, tulang pada
anak mempunyai elastisitas yang lebih tinggi. Hal ini menyebabkan terjadinya fraktur yang
khas pada anak – anak salah satunya yaitu fraktur greenstick. Lokasi fraktur pada anak –
anak yang paling sering pada lengan bawah dikarenakan saat anak bermain dan terjatuh.
Terapi pada fraktur greenstick umumnya tidak memerlukan Tindakan pembedahan, hanya
menggunakan reposisi tertutup dan diimobilisasi menggunakan gips selama jangka waktu
tertentu tergantung umur. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah adanya deformitas
berulang, namun hal ini dapat dicegah dengan evaluasi selama pemasangan gips.

16

DAFTAR PUSTAKA

1. Dinas Kesehatan Provinsi Bali. (2016). Data Kejadian Morbiditas Pasien Rawat Inap RSUD
se Bali dan RSUP. Bali.
2. Dyah Devita, 2020. Gambaran prevalensi fraktur humerus di Rumah Sakit Umum Pusat
(RSUP) Sanglah, Bali, Indonesia periode tahun 2015-2016. [pdf]. Availabe from:
https://isainsmedis.id/index.php/ism/article /viewFile/533/474
3. Solomon Louis, Warwick David, Nayagam Selvadurai. Apley’s System of
th
Orthopaedics and Fractures. 9 ed. London: Hodder Arnold; 2010.
4. Atanelov Z, Greenstick Fracture. 2019. [pdf] Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513279/
5. Vanputte Cinnamon, Regan Jennifer, Russo Andrew. Seeley’s Anatomy and
th
Physiology. 10 ed. New York: McGraw Hill; 2014.
6. Patel Anay. Types of Bone. Ortho Bullets. 2017. Available from
https://www.orthobullets.com/basic-science/9001/types-of-bones
7. Jones Tracy. Bone Matrix. Ortho Bullets. 2017. Available from
https://www.orthobullets.com/basic-science/9003/bone-matrix
8. Salter Robert B. Textbook of the Disorders and Injuries of the Musculosceletal System.
rd
3 ed. Pennsylvania: Lippincott William and Wilkins; 1999.
th
9. Duckworth T and Bluncell C M. Orthopaedics and Fractures. 4 ed. Oxford: Wiley-
Blackwell; 2010.
10. Berteau, J. Ratio between mature and immature enzymatic cross-links correlates with post-
yield cortical bone behavior: An insight into greenstick fractures of the child fibula. 2015
[pdf]. Available at: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26079997
11. Dock Elly. Dislocations. Healthline. 2017 September 14. Available from
https://www.healthline.com/health/dislocation#overview1

17

Anda mungkin juga menyukai