2. Aspek Sosial
Pembangunan yang berjalan tidak merata, terlihat perbedaan drastis
pembangunan wilayah pusat dan daerah. Pembangunan hanya terpusat di Ibu
Kota sehingga terjadi kesenjangan yang cukup besar antara masyarakat kota
dengan di desa. Masyarakat di berbagai daerah tidak puas, misalnya Papua dan
Aceh. Tidak tersentuh pembangunan. Banyak kekayaan yang di pakai untuk
pemerintah kota sehingga menyebabkan tingginya kesenjangan sosial di
masyarakat.
3. Aspek Hukum
Semua lembaga negara dikendalikan oleh presiden, juga tidak ada
rencana suksesi kekuasaan ke presiden selanjutnya. Kekuasaan kehakiman juga
dicampuri sehingga tidak dapat membuat keputusan sendiri.
4. Aspek Ekonomi
Akibat dari terjadinya krisis sosial yang semakin besar, hutang luar negeri
yang semakin meningkat dan terjadi krisis multidimensi. Pemerintah memang
telah merencanakan untuk membangun di daerah tertentu tetapi di saat yang
bersamaan juga tidak dilakukan secara merata. Oleh karena itu asset berupa
dana yang didapatkan dari masing-masing daerah banyak diberikan ke pusat
untuk pembangunan. Pembangunan yang tidak merata ini menimbulkan
kesenjangan ekonomi antara lain seperti yang terjadi pada penduduk pribumi
dan para pendatang transmigran yang mendapatkan tunjangan cukup besar dari
pemerintah pada tahun pertamannya.
5. Aspek Kebebasan
Penyimpangan pada masa orde baru juga terlihat dari kebebasan pers
yang dengan ketat dan dibelenggu sehingga tidak dapat mengapresiasikan suara
rakyat atau bahkan dapat menyampaikan kritiknya kepada umum. Pada masa ini
banyak sekali koran dan majalah yang mengalami pembredelan. Presiden
memimpin negara dalam bentuk keotoritarian. Padahal Indonesia adalah negara
demokrasi yang mengutamakan rakyat, dari, untuk, dan oleh rakyat. Kritikan-
kiritan dianggap menganggu ketidakstabilan negara. Sehingga sering dilakukan
kekuatan militer bagi siapapun yang mengkritik pemerintah.